Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PRAKTEK KERJA

PROSES PENGOLAHAN GULA DI PT. MADUBARU (PG/PS MADUKISMO)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

OLEH

NUR YASIR WANGAFINA K.KH.

NIM. 15031079

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

YOGYAKARTA

2017
LAPORAN PRAKTEK KERJA

PROSES PENGOLAHAN GULA DI PT. MADUBARU (PG/PS MADUKISMO)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

OLEH

NUR YASIR WANGAFINA K.KH.

NIM. 15031079

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

YOGYAKARTA

2017
LAPORAN PRAKTEK KERJA

PROSES PENGOLAHAN GULA DI PT. MADUBARU (PG/PS MADUKISMO)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Diajukan Kepada :
Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

YOGYAKARTA

2017
LAPORAN PRAKTEK KERJA

PROSES PENGOLAHAN GULA DI PT. MADUBARU (PG/PS MADUKISMO)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Telah Dipertanggungjawabkan dan Diterima


Pada Tanggal :

Mengetahui

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Dr. Ir. Wisnu Adi Yulianto, M. P .......................


NIP. 0528076302 NIDN.

Mengetahui,
Dekan Fakultas

Ir. Wafit Dinarto, M.Si


NIDN. 19641213 199003 2002
(surat penerimaan pkl)
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah serta Karunia-Nya kepada kita semua sehingga proses
penulisan laporan praktek kerja di PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) Yogyakarta dapat
terlaksana dengan baik dan penyusunan laporan kerja praktek dapat diselesaikan. Laporan
Praktek Kerja ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Teknologi Hasil Pertanian (S.TP).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Laporan ini tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, baik dalam segi isi, penulisan maupun kata-
katanya yang tidak tersusun secara baik, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak akhirnya Laporan Kerja Praktek Ini dapat diselesaikan.
Dengan hati yang tulus dan ikhlas, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan
terima kasih serta penghargaan yang tak terhingga sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Ir. Wafit Dinarto, M.Si selaku Dekan Fakultas Agroindustri Universitas
Mercu Buana Yogyakarta yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan praktek
kerja.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Dwiyati Puji Mulyani, M.P selaku Kaprodi Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian.
3. Bapak Dr. Ir. Wisnu Adi Yulianto, M. P selaku Dosen Pembimbing yang telah
membantu membimbing pelaksanaan dan penulisan Laporan Praktek Kerja ini.
4. Bapak ………..selaku HRD PT. Madu Baru (PG - PS Madukismo), Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis melaksanakan praktek kerja
5. Bapak Maryoto, S.TP, M.P selaku Koordinator Supersivor Produksi dan
Pembimbing Lapangan di PT. Madu Baru (PG - PS Madukismo) Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta yang telah banyak mengarahkan, membimbing, memberikan
informasi dan mengevaluasi penulis selama praktek kerja.
6. Kedua orang tua, Bapak dan Ibu yang selalu mendukung segala pilihan hidup
penulis baik dukungan moral, spiritual maupun finansial dan mendoakan serta
memberikan motivasi lebih kepada penulis.
7. Direksi PT. Madu Baru (PG - PS Madukismo) Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Staff, Karyawan dan seluruh masyarakat di lingkungan perusahaan
yang telah membantu penulis dalam melaksanakan praktek kerja .
8. Nur Yasir Wangafina K. KH selaku teman satu kelompok teman seperjuangan
selama praktek kerja yang telah berbagi keceriaan dan kerjasama selama praktek
kerja di PT. Madu Baru (PG - PS Madukismo) Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
9. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya praktek kerja dan
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih belum sempuran. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
menyempurnakan laporan ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bukan saja bagi penulis tetapi juga untuk perusahaan dan memperluas wawasan
pembaca.

Yogyakarta, 26 Febuari 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 67

DAFTAR ISI..........................................................................................................69

DAFTAR TABEL ..................................................................................................71

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. 72

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... 73

BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................74

BAB II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ....................................................79

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ........................................................ 79

B. Lokasi Perusahaan ......................................................................................... 80

C. Keadaan Alam ............................................................................................... 80

D. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan ....................................................................80

E. Logo Perusahaan ............................................................................................ 81

BAB III. MANAJEMEN PERUSAHAAN ........................................................... 82

A. Struktur dan Sistem Organisasi .....................................................................82

B. Ketenagakerjaan ............................................................................................ 86

C. Jumlah Tenaga Kerja ..................................... Error! Bookmark not defined.

D. Hari dan Jam Kerja ........................................................................................ 87

E. Hak dan Kewajiban Karyawan ...................... Error! Bookmark not defined.

F. Kesejahteraan Karyawan................................................................................93

G. Peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) Tenaga KerjaError! Bookmark not


defined.

BAB IV. BAHAN BAKU & BAHAN PENUNJANG ..........................................96

A. Karakteristik Bahan Baku dan Bahan Penunjang..........................................96

B. Penyediaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang ..........................................100

C. Penanganan Bahan Dasar ............................................................................103


BAB IV. PROSES PRODUKSI ..........................................................................103

A. Tahap-Tahap Pengolahan Gula ...................................................................103

B. Diagram Alir Proses ....................................................................................112

BAB V. MESIN DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN........................... 113

A. Mesin Produksi Yang Digunakan ................. Error! Bookmark not defined.

B. Peralatan Yang Digunakan ............................ Error! Bookmark not defined.

BAB VII. PENGENDALIAN MUTU PRODUK . Error! Bookmark not defined.

A. Spesifikasi Produk Akhir.............................................................................122

B. Jenis Produk Akhir ...................................................................................... 122

C. Pemeriksaan Produk Akhir/FG ...................... Error! Bookmark not defined.

D. Penanganan Produk Akhir (FG/ Finished Good)Error! Bookmark not defined.

BAB VIII. TUGAS KHUSUS : PENGOLAHAN LIMBAH & SANITASI ......128

A. Pengolahan Limbah .....................................................................................128

B. Sanitasi........................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB IX. PENUTUP .............................................. Error! Bookmark not defined.

A. KESIMPULAN ............................................. Error! Bookmark not defined.

B. SARAN.......................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.


DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
BAB I. PENDAHULUAN

Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah beras. Gula
menjadi begitu penting bagi masyarakat yakni sebagai sumber kalori. Pada umumnya gula
digunakan untuk mengawetkan makanan dan untuk pemanis. Gula di Indonesia terdapat
berbagai jenis berdasarkan bahan pembuatnya misalnya gula tebu, gula aren dan gula
kelapa. Untuk gula tebu sendiri dapat dibedakan menjadi tiga, yakni Gula Kristal Mentah
(GKM) atau raw sugar, Gula Kristal Putih (GKP) dan Gula Kristal Rafinasi (GKR). Gula
kristal mentah (GKM) merupakan gula yang digunakan sebagai bahan baku untuk produksi
gula rafinasi. Gula kristal putih merupakan gula yang terbuat dari kristalisasi yang dapat
langsung digunakan untuk konsumsi rumah tangga, sedangkan GKR merupakan gula yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri seperti industri makanan, minuman dan
farmasi. Kebutuhan Indonesia akan gula akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk dan juga kenaikan pendapatan. Organisasi Gula Internasional (ISO)
menyatakan bahwa konsumsi gula Indonesia akan tumbuh 4% per tahun untuk memenuhi
kebutuhan 240 juta jiwa penduduk nasional. Berdasarkan data Tahun 2012 menunjukkan
bahwa total kebutuhan konsumsi gula Indonesia mencapai 5,2 juta ton per tahun, dengan
rincian permintaan untuk industri sebesar 2,5 juta ton per tahun dan permintaan untuk
konsumsi rumah tangga sebesar 2,7 juta ton per tahun. Namun, permintaan tersebut tak
seimbang dengan total gula yang ditawarkan oleh produksi dalam negeri yakni hanya 2
sebesar 4,2 juta ton per tahun. Rincian penawaran gula tersebut yakni penawaran gula untuk
industri yang berupa Gula Kristal Rafinasi (GKR) sejumlah 2,1 juta ton per tahun dan
penawaran Gula Kristal Putih (GKP) untuk rumah tangga sejumlah 2,1 juta. Berdasarkan
data tersebut diketahui bahwa terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran,
yakni untuk GKP terjadi defisit sejumlah 600.000 ton dan GKR terjadi defisit 400.000 ton.
Untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan gula Indonesia, pemerintah mengambil kebijakan
untuk mengimpor kekurangannya dari luar negeri. Impor gula Indonesia biasanya berasal
dari Thailand, Brasil dan Australia.

Gula merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari fungsi gula sebagai sumber pemanis dalam
berbagai makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat. Pola pangan sebagian besar
masyarakat Indonesia yang menggemari rasa manis lebih memperkuat posisi komoditi gula
sebagai kebutuhan pokok masyarakat. Selain sebagai pemanis, gula juga merupakan sumber
kalori. Sebagai pangan sumber kalori, kontribusi gula dalam konsumsi kalori penduduk
Indonesia menurut Pola Pangan Harapan (PPH) menempati urutan keempat setelah padi-
padian, pangan hewani, serta minyak dan ternak (Natalia, 2002).
Indonesia sebagai negara yang mempunyai kekayaan alam yang melimpah
seharusnya dapat terus mengembangkan potensi khususnya dalam memproduksi gula.
Pabrik gula yang ada di Indonesia harus terus didukung melalui pengawasan mutu produk
agar menghasilkan gula yang berkualitas.Pabrik Gula (PG) Madukismo merupakan salah
satu industri yang turut berperan dalam pemunuhan komoditas gula yang terletak di Dusun
Padokan, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Industri ini bergerak
di bidang pengolahan tebu dengan produk utama yaitu berupa gula Superiure Hoofd Suiker
(SHS). Produksi gula pada industri ini mencapai 35.000 ton dari tahun 1974 hingga
sekarang (Anantha, 2007).

Gula pasir atau sukrosa adalah hasil dari penguapan nira tebu (Saccharum
officinarum). Gula pasir berbentuk kristal berwarna putih dan mempunyai rasa manis. Gula
pasir mengandung sukrosa 97,1%, gula reduksi 1,24%, kadar airnya 0,61%, dan senyawa
organik bukan gula 0,7% (Suparmo dan Sudarmanto, 1991). Sukrosa ini kristalnya
berbentuk prisma monoklin dan berwama putih jemih. Wama tersebut sangat tergantung
pada kemumiannya. Bentuk kristal mumi dapat tahan lama bila disimpan dalam gudang
yang baik. Gula dalam bentuk larutan yang baik ketika masih berada dalam batang tebu
maupun ketika masih berada dalam larutan. Bentuk gula selama proses dalam pabrik tak
tahan lama dan akan cepat rusak karena terjadi hidrolisis/inversi/penguraian. Inversi adalah
peristiwa pecahnya sukrosa menjadi gula-gula reduksi (glukosa, fruktosa,dan sebagainya).

C12H22011 + H20 → C6H12 + C6H12

sukrosa glukosa fruktosa

Gula komersial di dapat dari gula tebu dengan memumikan air tebu, menguapkan airnya
dan selanjutnya mengkristalkan gula. Hasil gula komersial ini mengandung sukrosa 99,99
%. Densitas dari kristal gula kira-kira 1,6 g/ml. Densitas dari gula pasir dapat berubah-ubah
tergantung pada bentuk dan sifat beraturan dari kristal yaitu antara 0,8- 1,0 g/ml.

Menurut Fenemma (1996), gula berfungsi sebagai sumber nutrisi dalam bahan
makanan, sebagai pembentuk tekstur dan pembentuk flavor melalui reaksi pencoklatan.
Menurut Buckle, dkk (2007) daya larut yang tinggi dari gula dan daya mengikatnya
terhadap air merupakan sifat-sifat yang menyebabkan gula sering digunakan dalam
pengawetan bahan pangan. Konsentrasi yang cukup tinggi pada olahan pangan dapat
mencegah pertumbuhan bakteri, sehingga dapat berperan sebagai pengawet. Komposisi
kimia gula pasir dalam 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Gula Pasir dalam 100 gram bahan


Di dalam teknologi pangan, sukrosa dapat berperan sebagai pemanis, pengawet, substrat
fermentasi serta dapat untuk memodifikasi tekstur.

Proses Pembuatan Gula Pembuatan gula dari tebu adalah proses pemisahan
sakharosa yang terdapat dalam batang tebu dari zat-zat lain seperti air, zat organic, sabut.
Pemisahan dilakukan secara bertingkat dengan jalan tebu digiling dalam beberapa mesin
penggiling sehingga diperoleh cairan yang disebut nira. Nira yang diperoleh dari mesin
penggiling dibersihkan dari zat-zat bukan gula dengan pemanasan dan penambahan zat
kimia. Sedangkan ampas digunakan bahan ketel uap. 1. Pemurnian Nira Pelaksanaan
pemurnian dalam pembuatan gula dibedakan menjadi 3 macam yaitu : Proses Defekasi
Pemurnian cara Defekasi adalah car pemurnian yang paling sederhana, bahan pembantu
hanya berupa kapur tohor.Kapur tohor hanya digunakan untuk menetralkan asam-asam
yang terdapat dalam nira.Nira yang telah diperoleh dari mesin penggiling diberi kapur
sampai diperoleh harga pH sedikit alkalis ( pH 7,2). Nira yang telah diberi kapur
kemudian dipanaskan sampai mendidih. Endapan yang terjadi dipisahkan. Proses
Sulfitasi,pada pemurnian cara sulfitasi pemberian kapur berlebihan . Kelebihan kapur ini
dinetralkan kembali dengan gas sulfite. Penambahan gas SO2 menyebabkan : SO2
bergabung dengan CaO membentuk CaSO3 yang mengendap. SO2 memperlambat reaksi
antara asam amino dan gula reduksi yang dapat mengakibatkan terbentuknya zat warna
gelap. SO2 dalam larutan asam dapat mereduksi ion ferrri sehingga menurunkan efek
oksidasi. Pelaksanaan proses sulfitasi adalah sebagai berikut : Sulfitasi dingin Nira mentah
disulfitasi sampai pH 3,8 kemudian diberi kapur sampai pH 7. Setelah itu dipanaskan
sampai mendidih dan kotorannya diendapkan ,Sulfitasi panas Pada proses sulfitasi terbentuk
garam CaSO3 yang lebih mudah larut dalam keadaan dingin, sehingga waktu dipanaskan
akan terjadi endapan pada pipa pemanas. Untuk mencegah hal ini pelaksanaan proses
sulfitasi dimodifikasi sebagai berkut : Dimulai dengan nira mentah yang dipanaskan sampai
70-80 0C, disulfitasi, deberi kapur, dipanaskan sampai mendidih dan akhirnya diendapkan.
Pada suhu kira-kira 750C kelarutan CaSO3 paling kecil. Pengapuran sebagian dan sulfitasi
Bila dicara sulfitasi panas tidak dapat memberikan hasil yang baik maka dipakai cara
modifikasi berikut : pengapuran pertama sampai pH 8,0 pemanasan sampai 50-700C,
sulfitasi sampai pH 5,1 – 5,3 pengapuran kedua sampai pH 7 – 7,2 dilanjutkan dengan
pemanasan dengan pemanasan sampai mendidih dan pengendapan. ( E.Hugot , 1960 )
Pelaksanaan sulfitasi dipandang dari sudut kimia dibagi menjadi 3 yaitu : Sulfitasi Asam
Nira mentah disulfitasi dengan SO2 sehingga dicapai pH nira 3,2. Sesudah sulfitasi nira
diberi larutan kapur sehingga pH 7,0 – 7,3. Sulfitasi Alkalis Pemberian larutan kapur
sehingga pH nira 10,5 dan sesudah itu diberi SO2 pH nira menjadi 7,0 – 7,3 Sulfitasi netral
Pemberian larutan kapur sehingga pH nira 8,5 dan ditambah gas SO2 pH nira menjadi 7,0 –
7,3. ( Halim K , 1973 ) Proses Karbonatasi Proses Karbonat Cara ini merupakan cara yang
paling baik disbanding dengan keduacara diatas. Sebagai bahan pembantu untuk pemurnian
nira adalah susu kapur dan gas CO2. Pemberian susu kapur berlebihan kemudian ditambah
gas CO2 yang berguna utnuk menetralkan kelebihan susu sehingga kotoran-kotoran yang
terdapat dalam nira akan diikat. Reaksi : Ca (OH)2 ----- CaCO3 + H2O Karena
terbentuknya endapan CaCO3 banya maka endapan dapat dengan mudah dipisahkan. ( E.
Hugot, 1960 ).

Penguapan Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air, air
ini harus dipisahkan dengan menggunakan alat penguap. Penguapan adalah suatu proses
menghilangkan zat pelarut dari dalam larutan dengan menggunakan panas. Zat pelarut
dalam proses penguapan nira adalah air. Bila nira dipanaskan terjadi penguapan molekul air.
Akibat penguapan, nia akan menjadi kental. Sumber panas yang digunakan adalah uap
panas. Pada pemakaian uap panas terjadilah peristiwa pengembunan. Sistem penguapan
yang dipakai perusahaan gula adalah penguapan efek banyak . ( Soejardi , 1975 ).

Pengkristalan Proses pengkristalan adalah salah satu langkah dalam rangkaian


proses di pabrik gula dimana akan dikerjakan pengkristalan gula dari larutan yang
mengandung gula. Dalam larutan encer jarak antara molekul satu dengan yang lain masih
cukup besar. Pada proses penguapan jarak antara masing-masing molekul dalam larutan
tersebut saling mendekat. Apabila jaraknya sudah cukup dekat masing-masing molekul
dapat saling tarik menarik. Apabila pada saat itu disekitarnya terdapat sakharosa yang
melarut dan molekul sakharosa yang menempel, keadaan ini disebut sebagai larutan jenuh.
Pada tahap selanjutnya, bila kepekatan naik maka molekul-molekul dalam larutan akan
dapat saling bergabung dan membentuk rantai-rantai molekul sakharosa. Sedangkan pada
pemekatan lebih tinggi maka rantai-rantai sakharosa tersebut akan dapat saling bergabung
pula dan membentuk suatu kerangka atau pola kristal sakharosa.

Pengeringan Gula yang keluar dari alat pemutar ditampung dalam alat getar ( talang
goyang ).Talang goyang ini selain berfungsi sebagai alat pengengkut, juga sebagai alat
pengering gula. Pengeringan ini menggunakan udara yang dihembuskan dari bawah, hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi kadar air dalam gula. Setelah pengeringan gla dimasukkan
dalam karung dan disimpan digudang.

Sebuah industri pengolahan yang besar, seperti pabrik-pabrik pengolahan pasti akan
menghasilkan limbah sebagai sisa dari proses produksi yang dilakukan. Limbah itu akan
memberikan pengaruh terhadap lingkungan. Masyarakat di sekitar pabrik akan merasa
terganggu dan mungkin merasa dirugikan jika limbah yang dihasilkan tersebut dalam
pembuangannya mengakibatkan pencemaran lingkungan. Sedangkan perusahaan tersebut
merupakan bagian dari masyarakat, maka secara alami masyarakat akan ikut mendukung
kesejahteraan perusahaan dan begitu pula sebaliknya (Irawan, 1986 : 25).

Limbah yang dihasilkan dari sisa produksi khususnya yang berasal dari pabrik dapat
berbentuk debu, kepulan asap, cairan buangan pabrik, reaksi kimia, kebisingan dan lain-lain
(Marbun, 1990: 106).
BAB II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT.Madubaru (PG/PS Madukismo) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang


Agro Industri dengan memiliki satu pabrik gula (PG) dan satu pabrik spiritus (PS) yang
berlokasi di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul.PG. Madukismo dibangun pada tahun 1955 atas prakarsa Sri
SultanHamengkubuwanaIX untukmemenuhi kebutuhan gula masyarakat saat itu.
Perusahaan ini menampung tenaga kerja yang berasal dari Provinsi DIY, serta
melaksanakan program untuk pengadaan pangan nasionalkhususnya pada gula pasir. Pabrik
gula Madukismo dibangun dengan tujuan untuk:
a.Menampung para buruh bekas pabrik gula yang kehilangan pekerjaannya.
b.Menambah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
c. Menambah pendapatan pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Lokasi PG Madukismo menggunakan bekas PG Padokan yang merupakan salah satu
diantara 17 pabrik gula pada zaman pendudukan Hindia Belanda di Daerah Istimewa
Yogyakarta. PT. Madubaru diresmikan pada tanggal 29 Mei 1958 yang diresmikan oleh
Presiden RI pertama yaitu Ir. Soekarno. Status PT. Madubaru yaitu Perseroan Terbatas (PT)
yang didirikan pada tanggal 14 Juli 1955 dengan nama awal “Pabrik-Pabrik Gula Madubaru
PT (P2G MadubaruPT)”. Pada awal pendirian, kepemilikan saham pada perusahaan ini 75%
dimiliki Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan 25% milik pemerintah Republik Indonesia
(Departemen Pertanian RI). Pada tahun 1962 PT. Madubaru mengalami perubahan status
menjadi perusahaan dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara). Hal
ini disebabkan oleh policy Pemerintah Republik Indonesia. Tetapi, tahun 1956 terjadi
pembubaran BPU-PPN yang disebabkan oleh situasi Indonesia yang sedang memburuk.
Sehingga menyebabkan seluruh PG-PS yang ada di Indonesia boleh 5 memilih untuk
mendapat status sebagai perusahaan swasta (PT) atau sebagai perusahaan negara.
Kemudian, PG Madukismo berubah status menjadi swasta dengan susunan direksi dibawah
kepemimpinan presiden direktur Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Kemudian, pada tanggal
4 Maret 1984 sampai 24 Februari 2004 dilakukan kontrak managemen. Kontrak tersebut
dilakukan dengan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang merupakan salah satu
BUMN milik departemen keungan RI. Sehingga, saat ini kepemilikan saham sudah
berubah menjadi 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwana X dan 35% milik PT. Rajawali
Nusantara Indonesia. Produk utama yang dihasilkan adalah gula SHS (Superior Head
Sugar) IA dengan jumlah produksi berkisar antara 35.000 -40.000 ton/tahun. Namun,
produktersebut telah diganti dengan Gula Kristal Putih (GKP) I, dengan produk sampingan
yang
dihasilkan adalah alkohol murni (kadar 95%) dan spiritus (kadar 94%).

B. Lokasi Perusahaan

Pabrik Gula Maduksimo terletak di Desa Padoka, kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan


Kasihan, Kabupaten Bantul, 5 (lima) km ke arah selatan dari kota Yogyakarta. Luas area
lahan keseluruhan Pabrik Gula Madukismo berukuran 276.000 m2dan luas bangunan pabrik
51.000 m2. Pemilihan lokasi ini dipilih karena beberapa pertimbangan, yaitu :
a.Lokasi Pabrik Gula Madukismo berdekatan dengan sumber air yaitu
sungai Winongo yang dibutuhkan untuk proses produksi.
b.Lokasi Pabrik Gula Madukismo berdekatan dengan kota Yogyakarta, sehingga
memudahkan pihak pabrik untuk mencari peralatan pabrik dan tenaga ahli yang dibutuhkan.
c.Tanah disekitar areal pabrik cocok untuk menanamkan tanaman tebu sehingga akomodasi
pengangkutan batang tebu yang telah dipanen ke pabrik lebih mudah.
d.Penduduk sekitar areal pabrik telah handal dalam penanaman tebu.
e.Lokasi pabrik berdekatan dengan perkebunan-perkebunan tebu lain seperti daerah
kabupaten Kulon Progo, Purworejo, Selma dan Magelang

C. Keadaan Alam

Letak geografis merupakan unsur yang penting terhadap kelangsungan tatanan hidup
bagi sebuah sistem pemerintahan atau instansi tertentu, apalagi kalau sudah mencakup
tatanan sosial,ekonomi,politik maupunpemerintahan.Pabrik Gula Madukismo adalah satu-
satunya pabrik gula yang ada di Yogyakarta. Perusahaan ini merupakan bentuk dari
Perseroan Terbatas (PT), yang berdiri pada tanggal 14 Juni 1955, dan diberi nama 6 PT.
Madu Baru. Adapun letak posisi PG Madukismo secara geografis yaitu 7 ̊ 4' - 8 ̊ 20' LS &
110 ̊ - 111 ̊ BTpada ketinggian 84 m dpl. Dibangun pada bekas PG Padokan yang berjarak 5
km di sebelah selatan Kota Yogyakarta, tepatnya di DusunPadokan,
KelurahanTirtonirmolo,KecamatanKasihan,KabupatenBantul, Provinsi D.I.Yogyakarta
(dekat Ring Road Selatan Yogyakarta, dan wisata Kasongan Yogyakarta).

D. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan

a.Visi :
Mendirikan PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) perusahaan Argo Industri yang
unggul di Indonesia dengan menjadikan petani sebagai mitra sejati.
b.Misi :
1. Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan
masyarakat industri di Indonesia.
2. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah
lingkungan, dikelola secara professional dan inovatif, memberikan pelayanan prima
kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani
3. Mengembangkan produk atau baru yang mendukung bisnis inti
4. Menempatkan karyawan dan stake hoders lainnya sebagai bagian terpenting dalam
proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaiaan share holders values.

c. Nilai-nilai Perusahaan

“Dalam menjalankan kegiatannya, PT. Madu Baru menjunjung tinggi nilai-nilai perusahaan
yang juga ditanamkan kepada setiap karyawan maupun bagian dari perusahaan. Nilai-nilai
tersebut adalah kejujuran, ketulusan, tanggung jawab, inisiatif, dan semangat kerja yang
tinggi”.

E. Logo Perusahaan

Gambar 1. Logo PT.Madu Baru (PG - PS Madukismo) Bantul, Daerah Istimewa


Yogyakarta

PT. Madubaru merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Agro Industi yang
memiliki satu Pabrik Gula dan satu Pabrik Spiritus yang dikenal dengan nama PG/PS
Madukismo yang juga merupakan satu-satunya pabrik spiritus dan pabrik gula yang
berkedudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Perusahaan ini menampung tenaga kerja
yang berasal dari Provinsi DIY, serta melaksanakan program untuk pengadaan pangan
Nasional khususnya pada gula pasir. Pabrik gula Madukismodibangun dengan tujuan untuk
:
1.Menampung para buruh bekas pabrik gula yang kehilangan pekerjaannya.
2.Menambah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
3.Menambah pendapatan pemerintah, baik pusat maupun daerah.
BAB III. MANAJEMEN PERUSAHAAN

A. Struktur dan Sistem Organisasi

Struktur organisasi PT. Madubaru Daerah Istimewa Yogyakarta adalah


sebagai berikut :

Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Madubaru Daerah Istimewa Yogyakarta

Struktur organisasi pada PT. Madubaru pimpinan tertinggi adalah direktur. Direktur
mempunyai bawahan langsung 9 orang kepala bagian, yaitu: Kabag. Akuntansi&Keuangan,
Kabag.Tanaman, Kabag. Instalasi, Kabag. Pabrikasi, Kabag. Pabrik Spiritus, Kabag. SDM
& Umum, Kabag.Pemasaran, Kepala SPI dan Staff Dir. Khusus TLD. Berikut merupakan
fungsi dan tugas dari masing-masing jabatan:
a.Dewan Komisaris
Tugas dari dewan komisaris yaitu :
1. Mengawasi jalannya perusahaan dan kebijaksanaan yang diambil dalam operasional
perusahaan.
2. Komisaris berhak memeriksa pembukuan, surat-surat dan bukti lainnya.
3. Memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain.
b.Direktur
Tugas dan wewenang direktur, yaitu:
1. Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan keputusan dan kebijakan
yang telah ditetapkan oleh dewan direksi.
2. Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi.
3. Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.
c.Satuan Pengawas Intern (SPI)
Tugas dan wewenang dari SPI, yaitu:
1. Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi, dan pembinaan terhadap
semua kegiatan maupun fungsi organisasi.
2. Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan atas
persetujuan direksi.
3. Melakukan audit investigasi terhadap aspek-aspek yang dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan.
4. Dalam rangka penugasan, memiliki aspek penuh dan bebas ke seluruh fungsi,
catatan, dokumen, aset, dan karyawan.
5. Mengalokasikan sumber daya dan menentukan lingkup kerja, serta
6. menetapkan teknik-teknik audit.
7. Memperoleh utusan kerjasama dari personel di unit-unit perusahaan pada saat
melakukan pengawasan, termasuk jasa-jasa khusus lainnya dari dalam maupun luar
perusahaan.
8. Menjadi counterpart bagi auditor eksternal dalam pelaksanaan tugasnya.
d.Kepala Bagian Pemasaran
Kepala bagian pemasaran berfungsi untuk melaksanakan kebijakan direksi dalam
ketentuan administrasi di bidang pemasaran, serta memimpin divisi pemasaran untuk
mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Kepala bagian pemasaran bertugas untuk:
1. Menyusun strategi pemasaran.
2. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk perusahaan.
3. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses penagihan.
4. Mengawasi penjualan barang dan pemberian kredit kepada pembeli.
5. Mengadakan perbaikan sistem pemasaran.
6. Menilai prestasi kerja staff pemasaran.
e.Kepala Bagian Instalasi
Kepala bagian instalasi berfungsi untuk membantu dan menjalankan kebijakan-
kebijakan Direksi di bagian Instalasi baik dimasa giling maupun di luar masa giling, mulai
dari aktivitas penyiapan dan pemeliharaan peralatan proses giling, pasokan listrik sesuai
kebutuhan pabrik dan kantor, kendaraan dam remise.Beserta instrumennya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kepala bagian instalasi mempunyai bawahan langsung
yaituKasieListrik&Bangunan, Kasie Ketel&Turbin, Kasie Pabrik Belakang, Kasie Pabrik
Tengah, Kasie Traktor&Pompa Air,Kasie Gilingan, dan Kasie Remise&Besali. Berikut ini
merupakan tugas dari Kepala bagian instalasi yaitu:
1. Menjalankan kebijakan Direksi di bidang Instalasi dari seksi ketel, stasiun gilingan,
pabrik tengah&pabrik belakang, kendaraan & remise, listrik, bangunan&besali dan
traktor&pompa air, serta instrumen-instrumennya.
2. Mengkoordinasi dalam mengelola kegiatan di bagian instalasi dan melakukan
pembinaan kepada bawahan.
3. Mengkoordinasi dalam mengelola kegiatan kesiapan pada stasiun gilingan.
4. Mengkoordinasi dalam mengelola kegiatan penyiapan mesin-mesin pabrik baik
pabrik tengah maupun pabrik belakang, ketel dan pasokan listrik.
5. Menyusun rancangan anggaran bagiannya dan melakukan evaluasi atas perbedaan
antara anggaran dan realisasinya.
6.

f.Kepala Bagian Pabrikasi


Kepala bagian pabrikasi berfungsi untuk membantu dan menjalankan kebijakan
Direksi dalam bidang pabrikasi atau pengolahan bahan menjadi barang jadi,serta memimpin
dan mengkoordinasi kegiatan di bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Kepala bagian pabrikasi mempunyai bawahan langsung yaitu staff
pengolahan/masakan, staff maintenance pabrik tengah&belakang, staff
pengolahan/pemurnian, staff pengolahan/lab&WTP, staff pengolahan, dan staff PLL.
Kepala bagian pabrikasi bertugas untuk:
1. Menjalankan kebijakan Direksi di bidang proses produksi gula dari aktivitas
penimbangan tebu giling, pengolahan dalam mesin sampai dengan laporan produk
selesai.
2. Mengkoordinasi para staff di bagiannya dalam mengelola kegiatan proses
pengolahan bahan baku menjadi produk gula, termasuk pengelolaan laboratorium
dan limbah.
3. Menyusun rencana anggaran bagiannya dan melakukan evaluasi atas perbedaan
antara anggaran dan realisasinya.
4. Menetapkan kriteria dan urutan kegiatan termasuk mengatur jadwal pelaksanaan dan
penempatan staff dan karyawan dalam menjalankan proses produksi gula.
5. Melakukan pengawasan secara rutin yang berksesinambungan terhadap tugas para
staff pengolahan, atas aktivitas proses produksi serta pengawasan output yang
dihasilkan.
g.Kepala Pabrik Spiritus
Kepala pabrik spiritus berfungsi untuk mengelola alkohol dan spiritus serta
memimpin seksinya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Bertugas untuk:
1. Melaksanakan rencana produksi alkohol dan spiritus.
2. Mengawasi mutu alkohol dan spiritus.
3. Mengendalikan produksi alkohol dan spiritus untuk memenuhi target produksi.
h.Kepala Bagian Tanaman
Kepala bagian tanaman berfungsi untuk membantu administrator dalam
melaksanakan kebijakan direksi dalam bidang penanaman dan penyediaan bibit tebu,
rencana tebang angkut tebu, dan kegiatan lain yang menyangkut penyediaan tebu sebagai
bahan baku pabrik gula serta memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Bertugas untuk:
1. Bertanggung jawab kepada administrator dalam bidan tanam.
2. Mengkoordinir penyusunan rencana areal tanam untuk tanam yang akan datang.
3. Menyusun komposisi tanam mengenai luas, letak masa tanam dan jenis sehingga
penyediaan bahan baku selama masa giling yang telah ditentukan dapat terjamin.
4. Mengawasi dan mengadakan evaluasi pembiayaan pada bidang tanaman, tebang dan
angkut.
i.Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan
Kepala bagian akuntansi dan keuangan berfungsi melaksanakan kebijakan direksi
dalam ketentuan administrator dibidang keuangan, anggaran,serta memimpin divisi
akuntansi dan keuangan untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan.
j.Kepala Bagian Sumber Daya Manusia & Umum
Kepala bagian sumber daya manusia berfungsi untuk melaksanakan kebijakan
direksi dalam bidang sumber daya manusia dan urusan umum serta memimpin dan
mengkoordinasi kegiatan di bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Kepala bagian SDM mempunyai bawahan langsung yaitu staff secret
umum&agro, staff jasa& personalia, staff legal&diklat, dan staff klimik. Kepala
bagianSDM mempunyai beberapa tugas yaitu:
1. Menjalankan kebijakan Direksi di bidang sumber daya manusia yang berkaitam
dengan kepegawaian, administrasi umum, serta pelayanan dan pengelolaan
kesehatan (poliklinik) perusahaan.
2. Menghitung dan menyiapkan gaji dan upah semua karyawan perusahaan termasuk
tunjangan dan jaminan sosial yang menjadi hak karyawan sesuai peraturan
perusahaan yang berlaku.
3. Melaksanakan kebijakan Direksi dalam membina hubungan antar karyawan dan
hubungan dengan Instansi Pemerintahan yang berkaitan dengan urusan tenaga kerja,
umum dan pelayanan kesehatan.
4. Menyelenggarakan rekruitmen calon karyawan, serta pengembangan pendidikan dan
pelatihan karyawan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan perusahaan.
5. Meminta dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam tugas yang
berhubungan dengan kepegawaian, pelayanan kesehatan dan ketentuan umum dari
semua bagian.

B. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan salah saru unsur penting dalam proses pelaksanaan proses
produksi dalam suatu pabrik. Dalam proses pelaksanaan produksi, diperlukan juga adanya
pengendalian tenaga kerja. Pengendalian tenaga kerja ini diperlukan dengan harapan dapat
meningkatkan produktivitas kerja para karyawannya, sehingga produktivitas pabrik dapat
dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi. Berdasarkan peraturan perusahaan yaitu SK
Kanwil Departemen Tenaga Kerja, maka pada PT. Madubaru terdapat dua jenis tenaga kerja
yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja kontrak (tidak tetap).

a.Tenaga Kerja Tetap


Tenaga kerja tetap merupakan pekerja yang bekerja dengan waktu yang tidak ditentukan
(sepanjang waktu) dan ketika hubungan kerja dimulai, pekerja wajib mengikuti masa
percobaan dan pelatihan selama 3 bulan sebelum ditetapkan menjadi tenaga kerja tetap.
Kemudian untuk pekerja yang berumur 55 tahun akan dianggap telah purna tugas (pensiun).
Untuk
tenaga kerja tetap dibedakan lagi menjadi dua, yaitu :
1. Karyawan pimpinan (staf)
Karyawan pimpinan bertugas untuk membuat kebijakan mengenai pelaksanaan
produksi. Karyawan pimpinan tidak berhubungan langsung dengan proses produksi
pembuatan produk.
2. Karyawan pelaksanaan (non-staf)
Karyawan pelaksanaan pada umumnya mendapat posisi berada dibawah karyawan
pimpinan dan bertugas untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pemimpin.

b.Tenaga Kerja Tidak Tetap


Tenaga kerja tidak tetap merupakan pekerja yang bekerja dalam waktu tertentu,
biasanya saat musim panen tebu dan musim giling tiba. Tenaga kerja ini terikat dengan
sistem kontrak kerja dengan perusahaan. Untuk tenaga kerja tidak tetap dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
1. Tenaga kerja kampanye
Tenaga kerja ini hanya bekerja pada saat masa produksi saja ata pada bagian
yang berhubungan dengan produksi, seperti dari proses penggilingan hingga
produk gula masuk ke dalam gudang.
2. Tenaga kerja musiman
Tenaga kerja ini bekerja hanya pada saat masa giling berlangsung atau bekerja
pada bagian yang tidak berhubungan dengan proses produksi secara langsung,
seperti pada bagian penimbangan, pengangkutan tebu dan pekerja lintasan rel.
3. Tenaga kerja harian
Tenaga kerja ini bekerja harian dengan sistem honor yang digunakan adalah
sistem penggajian harian atau per hari. Kegiatan yang dikerjakan oleh tenaga
kerja harian ini, seperti perbaikan gedung, kantor, dan lain-lainnya. Tenaga kerja
ini bersifat insidentil atau sesuai dengan kebutuhan dan urgensi dari perusahaan.

C. Hari dan Jam Kerja

Pengaturan jam kerja karyawan pada perusahaan mengikuti peraturan yang ditetapkan
oleh pemerintah, yaitu untuk karyawan yang menduduki bagian manajerial bekerja selama 6
hari kerja dalam satu minggu. Jam kerja pada bagian pabrik gula Madukismo terbagi atas
dua jam kerja, yaitu jam kerja diluar masa giling dan jam kerja pada masa giling. Pada masa
giling jam kerja karyawan berbeda-beda pada masing-masing bagian, yaitu:

a.Bagian administrasi (bagian yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi)

1. Senin –Kamis : Jam 06.30 –15.00 WIB


2. Jam istirahat : Jam 11.30 –12.30 WIB
3. Jumat –Sabtu : Jam 06.30 –11.30 WIB

b.Bagian pabrik (bagian yang berhubungan langsung dengan produksi) Karyawan yang
terkait dalam proses produksi berlaku ketentuan jam kerja dengan sistem 3 shift dengan
masing-masing shiftbekerja selama 8 jam sehari. Oleh karena proses produksi yang
dilakukan terus menerus selama 24 jam, maka waktu istirahat karyawan dilakukan dengan
cara bergantian.

1. Shift pagi : Jam 06.00 –14.00 WIB


2. Shift siang : Jam 14.00 –22.00 WIB
3. Shift malam : Jam 22.00 –06.00 WIB
D.Tata Tertib Karyawan

Tata tertib karyawan terdapat pada pasal 64 yang berisi tentang disiplin kerja. Jenis
disiplin kerja tersebut, yaitu :
a. Kewajiban Pekerja
Terbagi menjadi 2 macam kewajiban yang harus dilakukan oleh karyawan di PG.
Madukismo, yaitu kewajiban umum dan kewajiban khusus.

i.Kewajiban umum ‘

1. Setiap karyawan wajib menaati peraturan-peraturan dan ketentuan yang ada;


2. Setiap karyawan wajib menjaga dan menyimpan rahasia perusahaan;
3. Pada waktu karyawan meletakkan jabatan wajib menyerahkan kembali surat-
suruat dan barang-barang milik perusahaan.

ii. Kewajiban khusus


1. Karyawan wajib bersikap sopan santun terhadap siapapun, baik di dalam maupun
di luar jam kerja dan bersedia memberi bantuan kepada sesama karyawan dalam
membina rasa setia kawan;
2. Setiap karyawan wajib melaksanaan pekerjaan dengan sungguhsungguh dan
penuh rasa tanggung jawab;
3. Setiap karyawan wajib menaati ketentuan-ketentuan jasa dan hari kerja yang
berlaku di pabrik;
4. Setiap karyawan wajib menjaga keselamatan diri sendiri dan sesama karyawan
yang berada di sekitarnya.

iii. Larangan pekerja


Berdasarkan pada kewajiban pekerja yang ada, maka pekerja dilarang untuk :
1. Menyalahgunakan wewenang jabatannya untuk kepentingan pribadi dan
keluarganya yang dasarnya hal tersebut ada hubungannya dengan pekerjaannya,
jabatan dan tanggung jawab, yang ada pada hakekatnya merugikan perusahaan.
2. Menyediakan tenaga dalam waktu dinas secara perseorangan/jabatan lain, kecuali
dengan izin tertulis dari pimpinan perusahaan yang berwenang.
3. Memberikan rahasia jabatan dan rahasia perusahaan kepada orang-orang yang
tidak berhak.
4. Karena kelalaian dan kecerobohan melakukan pekerjaan sehingga mengakibatkan
timbulnya kerugiann bagi perusahaan
5. Menyebarkann berita-berita yang tidak benar di lingkungan perusahaan sehingga
menimbulkan keresahan diantara sesama pekerja.
6. Melakukan usaha rentenir di dalam lingkungan perusahaan.

iv. Sanksi
1. Sebagai alat atau saran untuk menegakkan disiplin kerja yang mengandung
maksud pokok untuk membina dan mendidik, maka pekerja yang melakukan
pelanggaran atau kesalahan akan dijatuhi hukuman jabatan berupa :
a) Teguran
b) Surat peringatan I, II, III
c) Pemberhentian untuk sementara waktu
d) Pemutusan hubungan kerja
e) Diajukan ke pengadilan

2. Direksi atau pimpinan dalam melaksanakan tata tertib ini selalu akan berpegang
pada pasal 1602 KUH Perdata yang berisi : “Si majikan pada umumnya diwajibkan
melakukan ataupun tidak berbuat apa yang didalam keadaan yang sama sepatutnya
harus dilakukan atau diperbuat oleh seorang majikan yang baik”.
3. Dalam hal pekerja melakukan mogok kerja dengan alasan diluar ketentuan
normatif yang sudah diatur dalam ketentuan perundangundangan maupun PKB akan
dikenakan sanksi sesuai dengan bobot kesalahannya.

v. Pelaksanaan sanksi
1. Teguran Teguran dilakukan oleh atasan dengan cara memanggil, memberi
penjelasan dan mencatat dalam buku catatan khusus serta diparaf oleh kedua belah
pihak. Teguran diberikan kepada pekerja yang melakukan tindakan atau perbuatan
sebagai berikut
a) Tidak masuk kerja 1 (satu) hari sebulan tanpa ijin.
b) Datang terlambat 2 (dua) hari dalam seminggu atau 4 (empat) hari dalam satu
bulan tanpa alasan yang wajar.
c) Mecacah kartu (absensi) orang lain atau memberikan tanda kehadiran orang lain.
d) Meninggalkan tempat kerja pada jam kerja tanpa ijin atasan atau mengurangi
efisiensi waktu kerja.
e) Tidak mematuhi dan atau tidak memperhatikan pengarahan atasannya tanpa
alasan yang wajar.
f) Merokok di tempat yang dilarang.
g) Tidak mengindahkan kebersihan lingkungan.
h) Tidak menjaga dan memelihara peralatan atau perlengkapan milik perusahaan.
i) Mengabaikan petunjuk atau instruksi atasan dalam pelaksanaan kerjanya.
j) Menolak tugas lembur atau absen tanpa adanya alasan yang sah.
k) Berada di tempat atau lokasi kerja di luar jam kerja tanpa ijin atasann atau
pimpinan.
l) Menolak untuk bekerjasama menyelesaikan pekerjaan dengan pekerja sekerja
ataupun atasannya.
m) Tidak mengindahkan nilai sopan santun baik dengan pimpinan, sesama, keluarga
maupun tamu perusahaan.
2. Surat Peringatan I
Surat peringatan I diberikan kepada pekerja apabila pekerja yang mendapat teguran
belum juga memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Serta ketika pekerja
melakukan lagi perbuatan yang serupa. a) Surat peringatan I diberikan kepada
pekerja yang telah mendapat teguran dan dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan
melakukan lagi perbuatan yang dapat dikenai teguran.
b) Surat peringatan I diberikan kepada pekerja apabila pekerja terbukti telah
melakukan perbuatan yang melanggar susila (perbuatan asusila).
c) Surat peringatan I dikeluarkan oleh pemimpin atas usul dan atasan langsung
pekerja tersebut dengan memperhatikan pertimbangan divisi atau departemen atau
bagian SDM.
d) Pekerja yang mendapat surat peringatan I akan mendapatkan sanksi tidak
mendapat kenaikan berkala 1 (satu) tahun dan nilai point prestasinya 0 (nol).
e) Surat peringatan I menggugurkan prestasi yang dicapainya dalam SMK.
3. Surat Peringatan II
Surat peringatan II dikeluarkan oleh pimpinan atas usul dari atasan pekerja yang
bersangkutan dengan memperhatikan pertimbangan divisi atau bagian SDM. Pekerja
yang mendapat surat peringatan II akan mendapatkan sanksi tidak mendapat
kenaikan berkala selama 2 (dua) tahun dan nilai prestasinya 0 (nol). Surat peringatan
II menggugurkan nilai prestasi yang dicapai dalam SMK.
Surat peringatan II diberikan kepada pekerja yag melakukan tindakan atau perbuatan
sebagai berikut :
a) Tidak masuk kerja 3 (tiga) hari dalam 1 (satu) bulan tanpa ijin resmi.
b) Mengabaikan tugas yang harusnya dikerjakannya.
c) Menggunakan barnga-barang milik perusahaan secara tidak sah.
d) Meminjam atau meminjamkan barang-barang atau perlengkapan milik
perusahaan tanpa ijin.
e) Dengan sengaja atau karena kelalaiannya mengakibatkan dirinya atau pekerja lain
tidak dapat melakukan pekerjaan yang diberikan.
f) Dengan sengaja atau kelalaianny mengakibatkan kerusakan barang atau aset
perusahaan sehingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
g) Telaah diberikan surat peringatan I dan dalam masa berlakunya surat peringatan I
tersebut pekerja melakukan pelanggaran lagi.
4. Surat Peringatan III Surat peringatan III dikeluarkan oleh pimpinan berdasarkan
usulan dari pekerja yang bersangkutan dengan mempertimbangkan dari divisi atau
bagian SDM. Pekerja yang menerima surat peringatan III dapat sekaligus diskorsing.
Sanksi yang akan didapatkan oleh pekerja jika pekerja tersebut mendapatkan surat
peringatan II, yaitu : “Tidak mendapat kenaikan skala gaji pokok selama 2 (dua)
tahun dan atau dapat diturunkan golongannya 1 (satu) tingkat dengan segala
konsekuesinya dan nilai prestasinya 0 (nol). Surat peringatan III juga mengakibatkan
nilai prestasi yang dicapai selama SMK menjadi gugur.
Pekerja akan diberikan surat peringatan III apabila pekerja tersebut melakukann
perbuatan-perbuatan sebagai berikut :
a) Tidak masuk kerja selama 4 (empat) hari dalam 1 (satu) bulan tanpa ijin resmi.
b) Menyebarkan berita-berita yang tidak benar di dalam lingkungan perusahaan
sehingga menimbulkan keresahan diantara sesama pekerja.
c) Menentang penugasan yang disampaikan secara wajar tanpa alasan yang sah,
meskipun telah diberikan secara lisan oleh atasan.
d) Melalaikan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnnya sehingga menimbulkan
kecelakaan bagi dirinya ataupun orang lain serta berdampak merugikan bagi
perusahaan.
e) Meminum minuman keras dalam lingkungan perusahaan.
f) Merokok di tempat yang dilarang karena berbahaya.
g) Membawa gambar teknik atau dokumen yang menjadi rahasia perusahaan keluar
dari lingkungan perusahaan tanpa ijin dari atasan.
h) Memindahkan atau menyimpan milik perusahaan di suatu tempat yang tidak
semestinya tanpa alasan yang jelas atau tanpa seijin atasan sehingga menimbulkan
kerugian bagi perusahaan.
i) Melakukan usaha rentenir di dalam lingkungan perusahaan.
j) Telah diberikan surat peringatan I ataupun surat peringatan II dan dalam masa
berlakunya surat tersebut melakukan pelanggaran lagi.
k) Menolak untuk menaati perintah atau penugasan yang layak dari pimpinan sesuai
peraturan perusahaan.
l) Apabila secara hukum terbukti terlibat memperdagangkan atau mengkonsumsi
narkotika atau obat terlarang (narkoba) dan sejenisnya.

5. Pemberhentian untuk Sementara Waktu (skorsing)


a) Pemberhentian untuk sementara waktu (skorsing) diberikan terhadap pekerja yang
terlibat dalam suatu pelanggaran berat secara yuridis formal belum dapat dibuktikan
atau yang mendapat surat peringatan III.
b) Dalam masa skorsing kepada pekerja diberikan gaji atau upah sebesar 75%.
c) Pemberian skorsing harus diberikan secara tertulis dan disampaikan kepada
pekerja yang bersangkutan.
d) Pemberian upah secara skorsing dilakukan maksimum selama 6 (enam) bulan.
e) Selama masa skorsing berjalan selama 6 (enam) bulan tetapi belum ada putusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetapi mengenai pelanggaran tersebut
perusahaan tidak diwajibkan membayar upah.
f) Penempatan kembali pekerja tidak selalu dalam pangkat.
g) Apabila pengadilan menyatakan bahwa pekerja yang bersangkutan bersalah maka
hak-hak yang tertunda selama skorsing akan dibayarkan kembali.
6. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
a) Hukuman jabatan terberat adalah pemutusan hubungan kerja, karena tindak
kejahatan, melanggar hukum dan atau merugikan perusahaan dengan atau tanpa
peringatan dan dilaksanakan sesuai prosedur atau peraturan yang berlaku.
b) Melakukan tindakan kejahatan, misalnya : mencuri, mengggelapkan, menipu,
memperdagangkan barang terlarang baik di lingkungan perusahaan maupun di luar
lingkungan perusahaan.

E. Hak – Hak Karyawan

Pada PG. Madukismo, pekerja juga memiliki hak yang akan diterimanya jika
setiap kewajiban telah dilakukan dengan baik. Hak-hak yang dapat diterima oleh
pekerja adalah sebagai berikut :
a. Hak pokok : meliputi pengupahan, tunjangan, istirahat termasuk libur mingguan
dan istirahat tahunan.
b. Hak pelengkap : meliputi upah lembur, premi bagi para pekerja berat, tunjangan
hari raya, pakaian dinas, jaminan kesehatan, pemberian gula, dan jaminan hari tua
(dana pensiun).
c. Hakk tambahan : meliputi tambahan kesempatan belajar atau mengembangkan
karir, perjalanan dinas dan bantuan kematian.
d. Hak-hak lain : meliputi ijin memperoleh alat keselamatan kerja, perumahan
karyawan, dan lain-lain.
F. Sistem Penggajian
Pada PG. Madukismo, besarnya upah yang diberikan kepada karyawan
diberikan sesuai dengan jabatan atau golongan. Sistem pengupahan ini disesuaikan
dengan keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri Tenaga Kerja.
Nomor : 13/Kpts/Kp.603/4/1992
Nomor : Kep. 149/Men/1992
Sebagai berikut :
Karyawan tetap atau dinas : Berdasarkan golongan dan gaji pokok golongan I-VII.
a. Upah Pokok : 100%
b. Tunjangan emolumen : 50%
c. Tunjangan variabel : 92,73%
247,73%

b. Harian
Upah Pokok : 100%
Tunjangan emolumen : 50%
Tunjangan variabel : 92,73% 2
47,73%
c. PHL/Borongan Rumus
1. Bulanan : 1/173 (UP x emolumen)
2. Kampanye/musiman = bulanan
3. PHL/harian : 3/20 x (upah lembur + tunjangan emolumen)

G. Kesejahteraan Karyawan

Fasilitas yang diberikan oleh PT. Madubaru dimaksudkan untuk meningkatkan


semangat karyawan serta memberikan kemudahan dan kenyamanan karyawannya yang
medukung kesejahteraan untuk karyawannya. Berikut ini merupakan fasilitas-fasilitas yang
diberikan oleh PT. Madubaru:

a. Jamsostek Karyawan PT. Madubaru diikut sertakan dalam program jamsostek, yang akan
mendapat perlindungan saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari
tua dan meinggal dunia.

b. Pensiun Karyawan tetap diberikan jaminan hari tua sebesar 60% dari gaji pokok.
c. Sarana Pengobatan PT. Madubaru mempunyai poliklinik yang dilengkapi apotek, dokter,
perawat untuk karyawan dan keluarga. Pengobatan dapat dilakukan di RS Pemerintah/
Swasta yang ditunjuk perusahaan dan biaya akan diganti oleh perusahaan.

d. Jaminan Kesehatan Jaminan kesehatan diberikan kepada karyawan tetap dan tidak tetap
yang akan ditanggung perusahaan.

e. Asuransi Perusahaan mengadakan program asuransi kesejahteraan dihari tua


(TASEKHAT).

f. Perumahan Perumahan tetap disediakan untuk karyawan tetap berdasarkan penunjukkan


direksi, jika tidak mendapat perumahan maka pihak perusahaan akan memberikan uang
sewa.

g. Pakaian Dinas Pihak perusahaan memberikan baju dinas sebanyak 2 stel setiap tahunnya
kepada karyawan.

h. Pendidikan Perusahaan membangun sarana sekolah dan taman kanak-kanak yang


ditujukan untuk anak karyawan agar menunjang kesejahteraan karyawan.

H. Peraturan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja karyawan merupakan hal yang sangat penting di setiap


perusahaan, hal ini disebabkan karena dapat mempengaruhi produktivitas maupun citra dari
perusahaan tersebut. Setiap perusahaan bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja
karyawannya. PT Madubaru bertanggung jawab kepada karyawannya sebagai berikut :

a. Kecelakaan yang terjadi selama proses produksi

b. Kematian karyawan akibat kecelakaan kerja

c. Karyawan yang sakit tetap diberi gaji sebesar gaji pokok

d. Cacat fisik karyawan akibat kecelakaan kerja

Tanggung jawab yang telah dipaparkan di atas tidak berlaku bagi pegawai musiman
di luar masa suling. Untuk menjaga keselamatan kerja dan kesehatan karyawan, PT
Madubaru telah melaksanakan pedoman kesehatan dan keselamatan kerja (K3) antara lain :

a. Mengikuti pedoman K3 dari Departemen Tenaga Kerja

b. Pengurus P2K3 sejak 1971

c. Pembuatan laporan kegiatan P2K3 kepada Departemen Tenaga Kerja

d. Pengadaan penyuluhan tentang K3

e. Pemberian perlengkapan dan perlindungan diri kepada tenaga kerja


f. Penyediaan pelindung mesin

g. Mengadakan pemeriksaan kesehatab karyawan secara berkala

h. Mengikuti seminar tentang K3

i. Menggiatkan kebugaran jasmani dan rohani.


BAB IV. BAHAN BAKU & BAHAN PENUNJANG
A. Karakteristik Bahan Baku dan Bahan Penunjang

Bahan – bahan yang digunakan dalam proses pengolahan tebu menjadi gula di PG.
Madukismo terdiri dari bahan dasar dan bahan pembantu. Bahan dasar yang digunakan
adalah tebu dan bahan pembantu yang digunakan adalah batu gamping, belerang, asam
phospat, flokulan air.

a. Bahan Baku
Tebu
Dalam proses pembuatan gula kristal di PG. Madukismo, bahan baku
utama yang diperlukan adalah tebu. Tebu merupakan komoditas perkebunan yang penting
di Indonesia dan erat kaitannya dengan industri gula. Tebu merupakan jenis tanaman
rumput-rumputan yang dibudidayakan sebagai tanaman penghasil gula. Jenis gula sukrosa
yang ada pada tebu terdapat pada setiap ruas batangnya. Sukrosa inilah yang menyebabkan
rasa manis pada tebu sehingga dapat diolah menjadi gula (gula SHS). Sebagai produk
olahan tebu, gula merupakan komoditas penting bagi masyarakat dan perekonomian
Indonesia baik sebagai kebutuhan pokok maupun sebagai bahan baku industri makanan atau
minuman.
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu
rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting dalam genus
Saccharum sebab kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling
rendah (Wijayanti, 2008).

Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L. (Tarigan dan Sinulingga, 2006).

Kebersihan tebu hasil pemanenan sangat berperan penting terhadap nilai


rendemen.Semakin besar persentase kotoran yang terdapat pada tebu yang akan digiling
maka rendemen yang dihasilkan akan menurun.Trash/kotoran adalah segala sesuatu yang
tidak mengandung gula yang melekat pada tanaman tebu. Beberapa hal yang termasuk ke
dalam Trash/kotoran meliputi kelaras (kelopak daun) daun kering/hijau, sogolan yang
kurang dari 1.5 m, pucuk, akar, tali ikat, dan tebu mati. Trash/kotoran dinyatakan dengan
nilai EM (Extraneous Matter) yaitu persentase dari bobot kotoran dibanding dengan bobot
tebu. Berdasarkan kriteria di lapangan dinyatakan tebu bersih bila EM<5% (Haryanti,
2008).
Kotoran bersabut (seperti daun, pucuk, kelaras, akar,sogolan, gulma, kayu) akan
menurunkan rendemen tebu karena akan menaikkan kadar sabut dan menurunnya kadar nira
tebu. Ini berarti sebagian gula yang seharusnya dapat diperoleh hilang dalam ampas.
Kotoran tidak bersabut (tanah, pasir, batu, bahan logam) mungkin tidak larut akan tetapi
dapat merusak peralatan gilingan sehingga dapat menurunkan keragaan peralatan tersebut
dan menambah biaya untuk perbaikan (Mochtar, 1989).
Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan
dengan persen. Ada 3 macam rendemen, yaitu: rendemen contoh,rendemen sementara, dan
rendemen efektif. Rendemen contoh merupakan suatu gambaran suatu kebun tebu yang
memiliki tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui waktu tebang yang
tepat dengan tingkat rendemen yang memadai. Rendemen sementara adalah nilai rendemen
melalui pengambilan nira perahan pertama (NPP) tebu yang digiling untuk dianalisis di
laboratorium. Rendemen sementara ini digunakan untuk menentukan bagi hasil antara
perusahaan pengolahan dengan petani. Rendemen efektif adalah rendemen hasil
perhitungan setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan rendemen
efektif ini dapat dilaksanakan dalam 1 periode giling (Supriyadi 1992).
Komposisi dari batang tebu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(PG. Madukismo 2004)


Jenis-jenis tebu yang diolah oleh PT. Madubaru PG. Madukismo adalah varietas
Bululawang, PS 86-8504, PS 862, Kidang Kencana, PS 881, VMC 76-16, PSJT 94-33, PS
864, PSDK 923, dan PS 92-750.

Besar kecilnya zat gula yang dapat mengkristal dapat diukur dengan % nilai
polarisasi (pol), sedangkan zat gula dan bukan gula yang terlarut di dalam nira tebu
ditunjukkan dengan nilai Brix. Semakin tinggi nilai Pol maupun Brix, WSnya akan semakin
meningkat, sebaliknya semakin rendah nilai Pol dan Brix maka WS-nya akan semakin
menurun. Sedangkan jika terjadi peningkatan Brix tetapi penurunan Pol, maka nilai WS
akan sangat rendah. Kenaikan Pol dan Brix ini seiring dengan meningkatnya umur tanaman
tebu hingga mencapai batas tertentu. Setelah tebu mencapai maksimal, maka nilai Brix dan
Pol akan turun kembali. Nilai Brix juga bisa meningkatkan bila zat bukan gula dan nira
meningkat, hal ini terjadi karena jumlah kotoran yang terbawa di dalam nira meningkat.
Nilai Brix digunakan alat ukur Sacharimeter dan angka Pol diukur dengan alat Polarimeter.

b. Bahan Penunjang / Pembantu

Selain bahan baku yaitu tebu, terdapat bahan – bahan tambahan lain yang digunakan
dalam proses produksi gula kristal PG. Madukismo. Bahan – bahan tambahan tersebut
adalah :

1. Air Imbibisi

Air imbibisi merupakan air yang ditambahkan pada saat tahap penggilingan. Air
imbibisi ditambahkan supaya dapat memaksimalkan proses pemerahan nira mentah dari
batang tebu. Air imbibisi yang ditambahkan mencapai 20% - 30% dari total tebu yang
masuk dalam proses penggilingan.

3. Mikrobiosida

Mikrobiosida adalah bahan yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan


daribakteri pemakan sukrosa, contohnya Leuconostoc mesenteroides dan
Bacillusstearothermophilus. Bahan ini ditambahkan dalam proses penggilingan, namun
karena harganya yang mahal, bahan tambahan ini tidak lagi digunakan. Sebagai gantinya
dilakukan proses penyemprotan uap panas ke gilingan.

3. Susu Kapur (Ca(OH)2)


Kapur yang dibuat menjadi susu kapur, digunakan untuk menaikkan pH nira
menjadi 9,0 – 9,5. Susu kapur digunakan pada tahap pemurnian. Susu kapur digunakan dan
dipilih sebagai bahan penaik pH karena harganya yang murah dan mudah dalam proses
pembuatan. Susu kapur dibuat dengan cara pembakaran batu kapur dan disiram dengan
menggunakan air (Sihombing, 2011). Susu kapur ini dapat mengikat kotoran yang terdapat
pada nira. Viskositas susu kapur yang digunakan adalah 75 gram CaO/L larutan atau 70oBe.
Penambahan susu kapur berfungsi untuk membunuh mikroorganisme dan menjaga gula
agar tidak rusak. Perubahan atau kerusakan menyebabkan nira menjadi masam, berbuih
putih atau berlendir.Kerusakan nira pada umumnya ditandai dengan pembentukan asam
atau alkohol. Kerusakan nira menjadi masam disebabkan terjadinya proses fermentasi
terhadap komponen gula oleh aktivitas mikroorganisme, baik bakteri kapang maupun
khamir. Kerusakan nira karena pembusukan akan menyebabkan gula sukrosa terkonversi
dan berubah menjadi gula invert (glukosa dan fruktosa) yang tidak dapat memadat setelah
pengolahan, atau bahkan menjadi zat asam yang menyebabkan nira menjadi berasa asam.
Bila nira dibiarkan beberapa waktu tanpa adanya usaha pengawetan, maka akan terjadi
perubahan susunan kimianya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya aktivitas
mikroorganisme (enzim invertase) terhadap kandungan sukrosanya (Mansjoer, 1992).

4. Belerang

Belerang adalah bahan pembantu yang digunakan pada tahap pemurnian di


tangkisulfitasi. Belerang akan menetralisir kelebihan susu kapur serta menyerap atau
menghilangkan zat warna pada nira sehingga dihasilkan kristal gula yang putih (Lestari,
2006). Belerang yang digunakan adalah belerang dalam bentuk gas SO2 dan digunakan
sebesar 10 – 12% dari jumlah nira yang masuk.

5. Flokulan

Flokulan adalah bahan yang juga ditambahkan pada stasiun pemurnian. Tujuan dari
pemberian flokulan ini adalah sebagai katalisator yang akan mempercepat proses koagulasi
kotoran sehingga proses pengendapan dapat berlangsung lebih cepat dan nira murni yang
dihasilkan lebih banyak (Lestari, 2006). Proses penambahan dilakukan sebelum nira menuju
door clarifier. Jenis flokulan yang digunakan adalah Super Floc A-100 dengan konsentrasi
sebesar 3 ppm.

6. Asam Fosfat

Penambahan asam fosfat dimaksudkan untuk membentuk endapan kalsium fosfat


yang bersifat menggumpalkan kotoran, sehingga nira dan kotoran mudah dipisahkan.Nira
yang sudah dipisahkan dari kotoran menjadi lebih jernih. Asam fosfat ditambahkan dalam
nira hingga kadarnya dalam nira mencapai 300 ppm.

7. Triphos (Tri Sodium Phosphat)

Bahan tambahan Triphos digunakan untuk membersihkan kerak pada


evaporator.Triphos biasanya digunakan dikombinasikan dengan NaOH.

8. NaOH

NaOH digunakan untuk melunakkan kerak pada dinding boiler dan juga pada
pipapemanas evaporator. Kerak terbentuk karena proses pemanasan nira yang dilakukan
secara terus menerus.

9. Voltable Excellent

Voltable Excellent digunakan sebagai pengganti NaOH. Namun demikian,


terkadang Voltable Excellent juga digunakan dikombinasikan dengan NaOH.
10. Voltable 696 – Boiler water treatment

Merupakan bahan tambahan berupa cairan kuning.Penambahan dari bahan tambahan


ini dimaksudkan untuk menjaga alkalinitas dari boiler sehingga boiler tidak mengalami

korosi. Selain itu, juga dimaksudkan untuk menjaga agar endapan tetap dalam fase
suspense.

B. Penyediaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang

PG Madukismo menggunakan tebu (Saccharum officinarum) dengan persen briX


terendah 17% sebanyak rata-rata ) 3.500 TCD sebagai bahan baku utama. Tebu disuplai
dari empat kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta Bantul, Kulonprogo,Gunung Kidul,
Sleman serta beberapa daerah di Jawa Tengah bagian selatan (Pati,Magelang,
Temanggung, Sragen).
Tebu yang digunakan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1.TR(Tebu Rakyat)
TR adalah tebu yang pengolahanya mrndapatkan perhatian khusus dari pabril dalam hal
pengelolaan tanaman.
2. TS (Tebu Sendiri)
TS adalah tebu milik pabrik dengan system menyewa tanah rakyat dan penggarapannya di
biayai pabrik.
Umur tebu masuk tergantung pada jenis tebu,ada 3 macam yaitu :
-Tebu masak awal = 10 bulan
-Tebu mask tengah = 12 bulan
-Tebu mask akhir = 14 bulan
Kriteria tebu yang digunkan adalah sebagai berikut :
a. MUTU C = prima
Tebanagn once/dongkel pada puncak masak
Bersih mutlak (bebas daduk,tanah,pucuk,akar,sogolan,tebu mati)
Batang besar,lunas,tidak cacat,sangant segar,ruas normal.
b. MUTU B = MBS(Manis,bersih,segar)
Masa optimal,tidak dicacah,bebas sogolan
Bersih (sedikit daduk,pucuk,tanah,dan akar,tebu mati)
Batang agak besar,agak bengkok,ruas medium atau sedang.
c. MUTU C = kotor,diengsel/dikembalikan
Ada daduk,pucuk,tanah,akar,sogolan,tebu mati.
Batang kecil,bengkok,ruas pendek,dicacah,agak layu.Tercampur tebu mati.
d. MUTU D = sanagt kotor,ditolak
Banyak (daduk,pucuk,tanah,akar,sogolan)
Tebu mati,layu dan sangat muda.
Batang kecil,bengkok,sanagt pendek,banyak cacahan.
e. MUTU E = Terbakar
Kualitas tebu yang diterima pabrik tidak terlalu banyak mengandung kotaran seperti
dadauk,pucukan,akar dan sogolan,dengan meliputi kulaitas A sebesar >15%,kulaitas
B>75% dan kualitas C<10%.Untuk kualitas D dan E sangat ditekan kuantitasnya
agar produksi gula yang dihasilkan baik.
Bahan Penunjang yang digunakan dalam proses pembuatan gula,merupakan faktor
yang penting dalam menunjang proses utama dalam proses di dalam pabrik,untuk
penyediaan Air Kebutuhan air PG Madukismo dipenuhi dari sungai Winongo serta air
kondensat hasil proses di dalam pabrik. Air yang diperoleh dari sungai diolah terlebih
dahulu untuk menghilangkan kotoran yang terkandung dalam air agar tidak mengganggu
proses produksi maupun merusak peralatan. Pengolahan air dilakukan secara mekanis dan
kimiawi. Pengolahan mekanis dilakukan dengan memompa air dari sungai menuju ketel di
pabrik. Selama proses distribusi air terdapat saringan-saringan yang terdapat di beberapa
titik pada pipa penyaluran. Selanjutnya air disaring kembali dengan menggunakan pasir
yang tersusun dari beberapa lapisan partikel penyaring. Lapisan pertama adalah kerikil,
disusul pasir kasar dan pasir halus. Proses ini diharapkan air yang diperoleh sudah benar-
benar bersih sehingga bisa di masukkan dalam bak penampungan. Pengolahan air secara
kimiawi dilakukan apabila air akan digunakan sebagai pengisi ketel. Pengolahan secara
kimiawi bertujuan untuk mengurangi kadar garam-garam Ca dan Mg dalam air yang dapat
menyebabkan timbulnya kerak pada ketel dan peralatan lainnya. Air dari penampungan
dipompa ke saringan wofait (Penyaring Mangan Zeolit) yang di dalamnya berisi penukar
ion yang berupa zeolit. Penyaring ini mempunyai bentuk dan dimensi yang sama dengan
unit penyaring pasir cepat, namun mempunyai material media filter yang sangat berbeda.
Media filter adalah mangan zeolit yang berdiameter sekitar 0,3-0,5 mm. Menggunakan unit
ini, maka kadar besi dan mangan, serta beberapa logam-logam lain yang masih terlarut
dalam air dapat dikurangi sampai sesuai dengan kandungan yang diperbolehkan untuk
pengisian air ketel. Selain dengan saringan wofait, juga digunakan penyaring resin.
Penyaring ini digunakan untuk penghilang bau, warna, logam berat, dan pengotor-pengotor
organik lainnya. Ukuran dan bentuk unit ini sama dengan unit penyaring lainnya. Media
penyaring yang digunakan adalah karbon aktif granular atau butiran dengan ukuran 1-2,5
mm atau resin sintetis, serta menggunakan juga media pendukung berupa pasir silika pada
bagian dasar. Menurut Austin (1996) Air yang dikeluarkan dari tangki wofait kemudian
dimasukkan ke dalam tangki desikator untuk menghilangkan kandungan oksigen dalam air
pengisi ketel yang dapat menyebabkan korosi pada peralatan. Selanjutnya air dipompa ke
dalam bak penampungan untuk kemudian dipompa ke dalam aerator ketel. Pengontrolan pH
dilakukan secara manual dan otomatis. Apabila air mengandung pH di bawah 9,5 maka air
akan ditambahkan Na3PO4 dengan kadar tiga kilogram Na3PO4 dilarutkan dalam 200 liter
air. Penambahan akan dihentikan ketika pH sudah mencapai 9,5-11. Air kondensat yang
berasal dari stasiun penguapan dan masakan digunakan sebagai sumber air utama yang
digunakan dalam pengisi ketel. Sedangkan air yang berasal dari sungai digunakan ketika air
kondensat yang ada tidak mencukupi atau mengandung gula atau senyawa lain di dalam
kondensat. Selain sebagai penambah dalam pengisisan ketel, air sungai juga digunakan
sebagai air imbibisi pada stasiun gilingan, stasiun pemurnian, rotary vacum filter, dan
sebagai air pendingin dalam surfur burner.
Penyediaan uap di PG Maduksimo digunakan untuk keperluan proses dalam pabrik, yaitu
menggerakkan peralatan, antara lain:
a) Menggerakkan turbin generator.
b) Menggerakkan turbin uap pada unigrator.
c) Menggerakkan mesin uap dan mesin gilingan.
d) Melebur belerang padat. Menggerakkan pompa.
e) Memasak soda pembersih evaporator.
f) Mengeringkan gula produk pada putaran.
g) Membersihkan pan masakan dan lain-lain.
Keperluan pembangkit uap digunakan lima buah ketel VEB dengan tenaga kerja 15 kg/cm2
yang menghasilkan uap 16 ton/jam, serta satu buah boiler Cheng Chen dengan tekanan kerja
15 kg/cm2 yang menghasilkan uap 30 ton/jam. Bahan bakar untuk memanaskan ketel
digunakan ampas tebu (bagas), kayu bakar, dan kekurangannya ditambah minyak. Ketel-
ketel ini dilengkapi dengan beberapa pengaman, yaitu:
a) Alat penduga tinggi rendahnya air.
b) Valve pengaman agar tekanan uap yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.
c) Manometer untuk mengukur tekanan uap.
d) Kran pengisi untuk mengatur debit air yang masuk ke dalam ketel.
e) Kran pengeluaran uap serta pembuang buih dan endapan dari ketel.
f) Pluit bahaya sebagai tanda ketika air ketel terlalu rendah.
Penyediaan Tenaga Listrik Pesawat yang beroperasi tidak semuanya digerakkan oleh tenaga
uap. Pesawat-pesawat seperti pompa listrik, motor-motor, penerangan pabrik dan
perumahan karyawan digerakkan dengan tenaga listrik yang berasal dari generator diesel
dan generator turbin uap. Generator diesel menggunakan solar sebagai bahan bakar.
Generator ini dioperasikan pada waktu pabrik tidak dalam masa giling yang digunakan
terdiri dari empat unit, yaitu dua unit generator diesel Sicl dan dua unit generator diesel
Modag. Listrik yang dihasilkan dari generator diesel masing- masing sebesar 2100 KW.
Generator turbin digerakkan ole steam dari ketel bertekanan 15 kg/cm2. Generator ini
dioperasikan pada waktu pabrik dalam masa giling. Terdapat tiga buah generator turbin
dengan cara operasi, yaitu dua aktif dan yang satu sebagai cadangan ketika ada ada
generator yang rusak. Daya listrik yang dihasilkan dari generator ini masing-masing adalah
3000 KW.

C.Penanganan Bahan Dasar


Pada tahap ini tebu yang telah ditebang akan diangkut dengan truk atau lori yang
ditimbang sebelum mausk stasiun gilingan.Penimbangan langsung dilakukan terhadap tebu
sehingga dapat diketahui seketika berat tebu yang sebenarnya.Setelah ditimbang maka tebu
akan dibawa ke cane carrier dengan menggunakan crane unloading untuk kemudian
dipotong- potong dengan unigrator (pisau cacah tebu).

BAB IV. PROSES PRODUKSI

A. Produksi

PT Madu Baru memproduksi gula dengan jenis klasifikasi SHS I (Superior Head

Sugar I) atau sering disebut dengan gula kristal putih I yang mempunyai standar warna

diatas 25 hollands standart. Sesuai dengan ketetapan Bulog pada tahun 1982,

kualitas gula dibedakan menjadi:

SHS I A : tingkat nilai remisi direduksi diatas 70


SHS I B : tingkat nilai remisi direduksi 67-69,9
SHS I C : tingkat nilai remisi direduksi 62-66,9
SHS I Standar : tingkat nilai remisi direduksi 60-61,9
Stes II : tingkat nilai remisi direduksi 56-59,9
Kualitas gula PT Madu Baru termasuk klasifikasi SHS I A dengan standar Nilai

Remisi Direduksi (NRD) sekitar 70. Nilai Remisi Direduksi ini dianalisa oleh P3GI (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) di Pasuruan.

B. Tahap-Tahap Produksi Gula

Proses produksi dalam pembuatan gula pada PG. Madukismo terdiri dari beberapa

tahap yaitu tahap persiapan, tahap penggilingan, tahap pemurnian, tahap pemasakan,
tahap putaran, dan tahap penyelesaian.

Gambar 3.5. Diagram Proses Pabrik Gula

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan adalah saat bahan baku tebu diangkut dengan truk kemudian
dilakukan penimbangan. Dalam stasiun penimbangan, terdapat dua buah timbangan yang
terdiri dari 1 buah timbangan bruto yang berkapasitas 30.000 kg untuk menimbang truk tebu
yang datang dan 1 buah timbangan tarra yang berkapasitas 20.000 kg untuk menimbang
truk tebu kosong. Setelah dilakukan penimbangan, dilakukan pemeriksaan fisik tebu dengan
mengambil sampel sebanyak 10 batang tebu yang akan dianalisa bagian tengah batangnya
dengan mengambil cairan yang terkandung dibatangnya. Setelah selesai dianalisa,
kemudian akan ditimbang dengan timbangan tarra. Selanjutnya, lori pengangkut kemudian
memindahkan tebu dari truk menuju derek/ crane yang akan ditimbang lagi dengan
timbangan lori.Penyimpanan tebu dalam crane yard tidak boleh lebih dari 24 jam, karena bila
melebihi itu akan menyebabkan rusaknya batang tebu akibat bakteri pemakan gula yang dapat
menurunkan kadar gula dan kadar air dalam tebu yang akan mempengaruhi kualitas gula.
Data yang diperoleh dari stasiun penimbangan digunakan untuk menentukan
rendemen tebu dan perkiraan jumlah karung untuk pengemasan gula. Kegunaan data yang
lain adalah dapat menetapkan bagi hasil dengan petani, ongkos tebu, perhitungan untuk
proses gilingan dan pemberian bahan tambahan dalam produksi.
b.Tahap Penggilingan
Setelah proses persiapan, maka tebu dipindahkan ke meja tebu menggunakan cane
crane yang memiliki 2 jenis yaitu berkapasitas 5 dan 10 ton. Rantai yang terdapat pada cane
crane kemudian diturunkan dan rantai pengikat dipasang dengan cara manual. Jumlah tebu
yang masuk ke dalam cane carrier 1 akan diatur di meja tebu. Meja tebu memiliki leveler
dan rantai bergerigi yan berjalan sehingga dapat menyeragamkan posisi batang tebu agar
mudah diangkut. Proses yang dilakukan pada meja tebu adalah pencacah dan penghancur
oleh scrider. Kemudian dilakukan perpindahan menuju unit unigrator dengan menggunakan
cane crane yang dijatuhkan ke konveyor. Pada meja tebu juga dipasang kicker bergerigi
yang berfungsi untuk mengatur banyaknya tebu yang jatuh ke konveyor. Setelah dari unit
unigrator, tebu akan menghasilkan output berupa serpihan kecil tebu dan air nira yang
keluar akan terserap kembali oleh serabut tebu selama proses berjalannya cane carrier 2
menuju gilingan 1. Pengecilan ukuran tebu bertujuan sebagai berikut:
a. Membuka sel-sel pada tanaman tebu.
b. Memberikan tekanan yang merata pada rol gilingan.
c. Memperluas bidang permukaan tebu yang berkontak dengan rol gilingan sehingga nira
yang diperoleh banyak.
d. Tenaga yang dibutuhkan oleh rol gilingan akan lebih kecil.
Serpihan tebu kemudian berjalan dengan konveyor menuju stasiun gilingan, dengan
menerapkan prinsip first in first out yang berarti tebu yang pertama kali masuk akan digiling
terlebih dahulu. Mesin gilingan yang terdapat pada pabrik berjumlah 5 buah yang terbagi
menjadi gilingan I, gilingan II, gilingan III, gilingan IV, dan gilingan V yang tersusun
secara seri. Setiap gilingan mempunyai 3 buah roll dan setiap unitnya dilakukan 2 kali
pemerahan.
Serpihan tebu yang masuk ke gilingan I akan menghasilkan nira mentah yang masuk ke bak
nira mentah dan ampas yang kadar gulanya rendah yaitu 1,5-2%. Ampas yang keluar dari
gilingan I kemudian diangkut ole appron konveyor ke unit gilingan II. Sebelum masuk ke
roll pada gilingan II, diberi hasil perahan unit gilingan III. Nira hasil perahan I dan II
dicampur yang disebut nira mentah dan kemudian ampas akan dibawa ke unit gilingan III.
Sebelum masuk ke unit gilingan III diberi hasil perahan gilingan IV. Kemudian ampas hasil
perahan gilingan III masuk ke unit gilingan IV dan diberi nira perahan dari unit gilingan V
dan diberi air imbibisi. Air imbibisi tersebut berfungsi untuk melarutkan nira yang
terkandung dalam ampas tebu, yang disemprotkan sebesar 25-30% dari masa tebu yang
masuk. Gula yang hilang dalam ampas akibat pemerahan dan unit gilingan dapat dikurangi
dengan air imbibisi. Ampas yang diperoleh dari unit gilingan V kemudian diangkut dengan
bagasse carrier menuju ketel sebagai bahan bakar. Perahan hasil gilingan V dibawa ke
timbangan boulogne yang memiliki kapasitas 5 ton. Kemudian, dipompa menuju proses
pemurnian.
c.Tahap Pemurnian Nira
Tahap pemurnian nira terjadi di pabrik tengah yang bertujuan untuk menentukan
kualitas gula karena akan memisahkan gula dan non gula. Dalam proses pemurnian nira
terdapat 3 hal penting yang akan mempengaruhikualitas gula:
a) pH
Pemisahan zat bukan gula diatur pada pH berkisar 7,4-7,8. Namun, bila pH
yangdihasilkan terlalu tinggi akan merusak gula sehingga warna nira menjadi gelap.
b) Temperatur
Temperatur menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi proses
produksi gula. Apabila temperatur terlalu tinggi akan menyebabkan rusaknya
molekulsakarosa yang membuat zat warna menjadi gelap.
c) Waktu Tinggal
Waktu tinggal merupakan lamanya waktu untuk melakukan reaksi di dalam
evaporator.
Pada proses pemurnian nira, dibagi menjadi beberapa proses dari nira mentahhingga
pengendapan akhir. Berikut ini merupakan proses pemurnian nira:

1. Penimbangan Nira
Nira mentah yang mengandung senyawa pengotor dari stasiun penggilingan masuk ke
dalam timbangan bolougne. Kemudian nira akan turun menuju timbangan yang
kapasitasnya 5 ton,apabila sudah memenuhi kapasitas maka klep masukannya akan
menutup otomatis.Penggunaan timbangan inimemberikan informasi mengenai jumlah nira
yang masuk per jamnya dan memberikan kemudahan bagi operator untuk menyesuaikan
jumlah penambahan bahan lain ke dalam proses. Kemudian, nira mentah dialirkan ke bawah
menuju bak nira (bak RWS) yang terdapat larutan asam fosfat 85% yang ditambahkan
secara kontinu sebanyak 35kg setiap 4 jam agar mempercepat proses pengendapan senyawa
pengotor. Selain itu, penambahan asam fosfat juga menyebabkan perubahan nilai pH nira
menjadi 6-6,5.

1. Pemanasan Pendahuluan (Voorwarmer I)


Nira mentah yang ditampung dalam bak RWS kemudian dipompa menuju Voorwarmer I.
Nira yang dipompa akan mengalir dalam pipa yang dikontakkan dengan panas dengan suhu
70OC. Pemanasan pendahuluan ini berfungsi sebagai berikut:
a) Mempercepat reaksi susu kapur dan gas belerang
b) Membunuh mikroorganisme yang terdapat dalam kandungan nira.
c) Inversi senyawa sukrosa dapat terhambat.
d) Sifat koloid dalam nira mentah dapat dihilangkan.
d. Defekasi
Setelah dari pemasan 1, nira akan dialirkan ke flash tank untuk membuang gas kemudian
dilanjutkan ke proses defekasi. Defekasi merupakan proses penambahan susu kapur pada
nira mentah yang mengandun asam fosfat. Proses defekasi dilakukan dengan mengalirkan
niea mentah dari pemanas 1 menuju kalkdoozer apparat. Pada kalkdoozer apparat terdapat
dua sekat yang memisahkan tangki antara nira mentah dan susu kapur. Nira mentah
memiliki tangki yang lebih besar dibandingkan dengan susu kapur. Susu kapur yang
terdapat pada kalkdoozer apparat akan teralirkan secara otomatis ke contactor yang akan
dialirkan ke defekator 1 dan 2. Susu kapu berfungsi untuk menaikkan pH dari nira mentah
dan membentuk endapan. Endapan tersebut dapat mengabsorbsi senyawa pengotor lain
sehingga membentuk endapan yang ukurannya lebih besar.Susu kapur yang dicampurkan
bertujuan untuk membantu proses homogeniasi campuran nira mentah dan susu kapur serta
menaikkan pH menjadi 7,2.Pengadukan terjadi pada defekator membantu mempercepat
proses reaksi danpengendapan. Defekator 1 memiliki waktu tinggal 2,5-3 menit. Di dalam
defecator 1 akan mulai terbentuk endapan garam fosfat yang kemudian akan dianalisa
sampelnya menggunakan BTB (Brom Thymol Blue).
Selanjutnya, nira akan dialirkan ke defekator 2 untuk menaikkan pH menjadi 9
dengan waktu tinggal 25-45 detik. Waktu tinggal yang lebih kecil, bertujuan untuk
menghindari terjadinya dekomposisi gula reduksi pada nira mentah. Dalam defekator 2,
sampel dianlisis menggunakan indikator PP (Phenolphthalein). Akibat peningkatan kadar
kapur dalam defekator akan menimbulkan kerak dalampipa pemanas, kerak tersebut dapat
menyebabkan:
a) Proses penguapan nira encer menjadi tahan lama.
b) Terjadi karamelisasi gula saat pemanasan.
c) Steam yang diperlukan untuk pemanasan menjadi banyak.

e. Sulfitasi Alkalis
Proses sulfitasi ini bertujuan untuk meminimalisir peningkatan kadar kapur yang
terjadi dalam proses defekasi dengan cara menetralkan pH. Setelah penambahan gas
belerang maka pH nira akan turun menjadi 7,2. Kemudian akan dinalisis menggunakan
BTB (Brom Thymol Blue) atau PAN (Phenol Alpha Naphto). Penurunan pH berfungsi untuk
mengurangi terbentunya gula dan gas belerang dan dapat berfungsi sebagai pemucatan
(bleaching) pada nira.Kemudian nira akan dipompa ke atas dan dilakukan pemanasan
menggunakan pemanas 2 dengan suhu 75OC. Pemanasan ini berfungsi untuk:
a) Menyempurnakan reaksi sulfitasi dan juga menghilangkan gas-gas dalam nira encer
agar CaSO3 dapat mengendap lebih cepat.
b) Mematikan mikroorganisme dalam nira.
c) Mengubah fasa komponen-komponen pengotor dalam nira encer menjadi fasa gas
sehingga akan lebih mudah dipisahkan dalam flash drum.
Kemudian nira dialirkan ke expandeur agar gas-gas dapat terdorong keluar sehingga proses
pengendapan tidak terhambat.
f. Pengendapan Akhir
Proses pengendapan akhir ini bertujuan untuk mengendapkan kotoran-kotoran
yang menggumpal selama proses sulfitasi. Proses ini menggunakan door clarifier dengan
penambahan senyawa floculant yang akan membantu pengendapan dengan cara
mengumpulkan flok-flok kecil menjadi satu hingga menjadi flok besar hingga mempercepat
turun ke dasar door clarifier. Door clarifier merupakan bejana pengendapan yang bekerja
secara kontinu yang terdiri dari empat tray di mana dipisahkan oleh inclined. Nira jernih
masuk dan mengisi tray paling atas kemudian dibawahnya. Di tengah tray terdapat celah
yang dipasangi pipa yang memiliki scrapper. Fungsi dari scrapper adalah menapiskan
endapan yang berada pada dasar tray. Nira berada dalam door clarifier selama 2 jam 30
menit hingga 2 jam 45 menit. Nira jernih dibagian atas tiap tray akan dipompa ke pipa
pengeluaran nira menuju bak nira jernih dan disaring pada DSM screen untuk memisahkan
kotoran yang masih tersisa. Kemudian, nira yang kotor akan difilter (proses ulang)
sedangkan yang kotor akan menjadi blotong.
g. Tahap Penguapan
Nira yang masuk ke DSM screen maka akan turun menuju bak DNS yang
menampung nira jernih. Kemudian dipompa menuju pemanas 3 dengan suhu 105OC.
Selanjutnya menuju evaporator untuk dilakukan tahap penguapan yang bertujuan untuk
memisahkan kandungan air sehingga dapat diambil sakarosa yang terdapat pada nira.
Evaporator yang terdapat pada PG. Madukismo berjumlah 5 buah yang mana hanya 3
buah saja yang akan digunakan, karena 2 evaporator lain akan dibersihkan. Kelima
evaporator disusun secara seri dan tekanan operasi evaporator diturunkan secara
bertahap untuk tiap evaporator.Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan titik didih dari
nira karena setiap nira yang keluar dari evaporator memiliki konsentrasi yang lebih
tinggi sehingga titik didih meningkat. Proses awal dilakukan di evaporator 1 yang
mendapatkan uap bekas dari proses penggilingan, kemudian ketika mendidih uap
evaporator 1 digunakan untuk pan evaporator 2, begitu seterusnya sampai evaporator 3.
Setelah itu, nira akan turun ke bak DKS yang menampung nira kental. Kemudian
dipompa menuju bejana sulfitir diksap dan masuk ke peti-peti nira kental.
h. Tahap Masakan

Pada tahap masakan, dilakukan penguapan kembali karena kadar air dalam nira
kental masih cukup banyak yaitu sebesar 40%. Proses kristalisasi yang dilakukan dalam
keadaan vakum dan secara bertahap. Peoses tersebut meminimumkan kehilangan gula
dan waktu proses yang singkat dengan biaya yang rendah agar hasil kristal gula
memenuhi syarat. Bejana vakum berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses
kristalisasi, yaitu membentuk dan menumbuhkan kristal dari sukrosa dalam nira kental.
Larutan yang terdapat dalam pan-pan masakan (massecuite) pada proses pembentukan
kristal terdiri dari campuran kristal gula dan stroop.

Tabel 3.3. Pan Masakan yang Digunakan PG. Madukismo

Pan no Suhu (OC) Jenis Masakan Pan no Suhu (OC) Jenis Masakan

1 60 Bibit A 7 62 C

2 60 Bibit A 8 63 Bibit D

3 62 A 9 63 D

4 62 A 10 63 D

5 62 A 11 63 D

6 62 C 12 63 D

Madukismo menggunakan sistem masakan tipe A-C-D atau biasa dikenal dengan Triple
Boilinh System.

a) Masakan
A Bahan masakan A terdiri dari nira kental, klare SHS, gula leburan, gula C,
dan gula D2. Secara bertahap nira kental dari bejana tunggu, masuk ke dalam pan
masakan dan dimasak hingga lewat jenuh. Gula C dan gula D2 sebagai bibit kristal
ditambahkan ke dalam nira kental, penamnahan tersebut bertujuan untuk
mempercepat pembentukan dan pembesaran intik kristal dengan melekatnya
sukrosa. Pengamatan kristal dilakukan dengan cara mengoleskan masakan A pada
sekeping kaca bersih dan dilihat apakah jarak antar kristal telah rapat dan ukurannya
rata. Bila sudah memenuhi syarat, maka masakan A dapat diturunkan ke palung
pendingin, namun bila terlalu kental akan ditambahkan paranaid yang bertujuan
untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga masakan lebih encer. Masakan A
menghasilkan campuran kristal gula A dan stroop A yang mengandung gula larut di
dalamnya, dan stroop A akan dimasak ke masakan C.
b. Masakan C
Bahan masakan C terdiri dari nira kental, stroop A, dan gula D2. Pertama,
nira kental dimasak hingga lewat jenuh dan menghasilkan kristal halus. Kemudian
ditambahkan stroop A dan dilakukan pemanasan hingga terbentuk kristal yang
diinginkan (0,5-0,6mm). Jika kristal yang terbentuk sudah memenuhi syarat, maka
campuran kristal dan larutannya akan diturunkan ke palung pendingin.
c. Masakan D
Bahan masakan D terdiri dari nira kental, stroop C, dan klare D2. Pertama,
nira kental dimasak hingga lewat jenuh dan menghasilkan kristal halus. Kemudian
ditambahkan stroop c dan dilakukan pemanasan hingga terbentuk kristal yang
diinginkan. Jika kristal yang terbentuk sudah memenuhi syarat, maka campuran
kristal dan larutannya akan diturunkan ke palung pendingin.

Setelah semua proses pemasakan selesai, maka dilanjutkan dengan proses pendinginan.
Pembesaran kristal terjadi pada proses pengkristalan lebih lanjut dengan cara menyerap
sukrosa yang masih ada dalam stroop. Di dalam palung pendinginan, terdapat pengaduk
yang berfungsi menghomogenkan campuran masakan, tidak menggumpal, terjadi
pembesaran kristal, dan viskositas masakan akan berkurang. Bila terjadi penurunan suhu,
jumlah kristal yang dihasilkan akan lebih banyak karena terjadi penurunan kadar gula
karena sukrosa yang berada dalam larutan jenuh akan menempel pada kristal yang
terbentuk.

i. Tahap Putaran

Kristal gula hasil dari masakan atau kristalisasi akan dialirkan menuju putaran.
Dalam proses putaran, kristal gula akan dipisahkan dengan larutannya atau stroop dengan
mengggunakan gaya sentrifugal. Kristal gula yang masih tercampur dengan stroop dari
palung pendingin pompa dengan rotary pump ke dalam tromol berputar. Karena adanya
putaran, kristal dan stroop akan terlempar ke dinding tromol. Kristal yang telah berpisah
dengan stroop masih terdapat kotoran yang melekat dan mengering pada permukaannya.
Untuk menghilangkannya, maka kristal gula dibilas dengan air panas dan penyemprotan
uap.

a. Pemisahan Kristal Masakan A

Pemisahan kristal pada masakan A dialirkan menuju alat putar. Saat kecepatan
putar maksimum, maka dilakukan pencucian terhadap kristal gula menggunakan air panas
dan uap bertekanan 2,5-3 kg/cm2 secara bergantian. Kemudian dilakukan scrapping
menggunakan pisau dan menghasilkan gula A dan stroop A.

b. Pemisahan Kristal Gula A (Putaran SHS)

Kristal gula dari pemutaran masakan A dicampur dengan air kemudian diputar
kembali. Proses kedua ini bertujuan untuk menyempurnakan proses pembersihan kristal
gula sehingga menghasilkan kristal gula yang bersih. Proses putaran kedua menghasilakn
gula SHS dan klare SHS. Klare SHS akan dikembalikan menuju pan masak A, sedangkan
gula SHS diturunkan ke talang getar untuk penyelesaian akhir kristal gula.

c. Pemisahan Kristal Masakan C

Gula hasil masakan C dialirkan menuju alat putar, yang akan ditambahkan air
bersuhu 50-70OC. Proses putaran dengan kecepatan 1600 rpm ini menghasilan gula C dan
stroop C. Stroop C akan dialirkan menuju pan masak D, sedangkan gula C akan dialirkan
menuju pan masak A yang sebelumnya diencerkan terlebih dahulu.

d. Pemisahan Kristal Masakan D

Gula hasil masakan D memiliki tingkat kekentalan yang tinggi sehingga saat dilakukan
putaran menggunakan putaran 1900-2175 rpm yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses
putaran lain. Hasil putaran menghasilkan gula D1 dan tetes. Tetes tersebut dijadikan bahan dasar
pembuatan alkohol oleh pabrik spiritus. Gula D1 akan dilakukan putaran kedua dengan penambahan
air bersuhu 60-70O dengan kecepatan 2210 rpm yang menghasilan gula D2 sebagau padat dan klare
D sebagai cair. Klare D ditampung kemudian dipompa menuju pan masak D, sedangkan gula D2
akan diencerkan terlebih dahulu dan dipompa menuju pan masak A dan pan masak C untuk
dijadikan bibit kristal.

j. Tahap Penyelesaian

Gula SHS yang menuju tahap penyelesaian harus melalui beberapa prosesproses sebagai
berikut:

a) Proses Pengeringan dan Pemisahan


Dari stasiun putaran, kristal gula SHS turun menuju talang getar yang
memungkinkan kontak dengan udara luar sehingga terjadi pengeringan secara alami.
Kemudian, masuk ke elevator 1 yang akan membawa gula naik dan menjatuhkan ke
talan getar selanjutnya. Ketika gula jatuh, uap panas kering akan dihembuskan dari
bawah untuk menghilangkan kadar air dalam gula. Dari talang getar 2, gula akan
disaring menggunakan saringan dengan ukuran 4x4 inch. Selanjutnya, gula menuju
elevator 2 untuk dikeringkan lagi dan dijatuhkan ke talang getar 3. Talang getar 3
memiliki 2 buah saringan yang pertama berukuran 10x10 inch dan saringan kedua
berukuran 23x23 inch. Gula yang tidak lolos saringan akan tertahan dan
dikumpulkan untuk dilebur kembali. Gula yang lolos saringan kedua akan
dikumpulkan dan dilebur dengan gula yang tidak standar. Kristal gula yang tertahan
pada saringan kedua akan dibawa ke elevator 3 untuk dibawa menuju talang getar 4
yang memiliki saringan 22x22 inch. Kristal gula yang lolos saringan merupakan
gula yang lolos standar dan menuju ke suatu silo dan akan dikemas. Sedangkan yang
tidak memenuhi standar, akan dibawa menuju bak leburan dan dilebur kembali.
b) Proses Pengemasan

Pada bagian dasar silo terdapat timbangan otomatis, sehingga gula yang
dikeluarkan dapat langsung dikemas per 50kg menggunakan karung. Gula yang
dikemas beratnya tidak selalu sesuai, sehingga diperlukan karyawan yang akan
mengurangi atau menambah isi gula. Setelah ditimbang ulang, maka gula akan
dijahit dan disimpan ke dalam gudang. Gula yang diproduksi PG. Madukismo juga
mempunyai kemasan 1kg dan 500gr. Namun, tempat pengemasan gula tersebut beda
gedung dan menggunakan mesin Filvo Vertical Fill and Seal Machine with Double
Head Weighing System dan plastik jenis OPP.

d. Proses Penyimpanan
Setelah melalui proses pengemasan, maka gula akan disimpan dalam
gudang. Gudang gula kemasan 50kg berjumlah 1 gudang dengan kapasitas 15.000
ton.
B. Diagram Alir Proses
BAB V. MESIN DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Dalam proses produksi suatu perusahaan dibutuhkan alat ataupun mesin yang
digunakan untuk menunjang kelancaran produksi. Berbagai mesin dan peralatan yang
digunakan pada setiap stasiun pada PG. Madukismo adalah sebagai berikut:

a. Proses Penggilingan

i. Cane Unloading Crane Cane Crane merupakan alat yang digunakan pada proses
penggilingan yang berfungsi untuk mengangkut tebu dari lori ke meja tebu. Cane Crane
bergerak secara maju mundur dan naik turun dengan digerakkan oleh motor listrik.

ii. Meja Tebu Meja tebu berfungsi untuk meratakan tebu agar tebu yang digunakan dapat
dengan mudah diolah ke proses selanjutnya.

iii. Cane Carrier Cane Carrier yang terdapat pada penggilingan berjumlah tiga pasang yang
berfungsi untuk mengantarkan tebu yang berasal dari meja tebu dan dibawa ke unigrator.

iv. Unigrator Unigrator berfungsi untuk membuka sel-sel pada tebu. Proses pembukaan sel-
sel tebu tersebut dengan cara memukul dan juga memotong tebu. Hal tersebut dilakukan
agar proses pemerahan nira dapat dilakukan dengan maksimal.

v. Rolling Gilingan Tebu Roll gilingan tebu berfungsi untuk memerah nira yang terkandung
dalam tebu. Jumlah roll gilingan yang terdapat pada stasiun gilingan berjumlah 5 unit.

b. Proses Pemurnian

i. Timbangan Nira Timbangan nira merupakan alat yang digunakan saat nira mentah datang
dari stasiun gilingan. Cara penggunaan timbangan nira ini ketika waktu zero (timbangan
kosong) tutup bagian bawah akan tertutup kemudian nira mentah masuk hingga mencapai
berat 5 ton. Kemudian, bagian tutup bawah akan membuka dan nira akan keluar. Berikut
merupakan spesifikasi timbangan nira yang digunakan:

1. Jumlah : 1 unit

2. Siklus` : 2,1 menit

3. NM% tebu : 90

4. Jam operasi : 24 jam

5. Kapasitas/ siklus : 5 ton

ii. Voor Warmer/ Juice Heater/ Pemanas Proses pemurnian nira menggunakan pemanas
dengan cara menutup kran untuk keluaran nira dan membuka kran pembuangan gas, serta
menjalankan pengeluarkan air embun. Kemudian, katup pemanas dibuka perlahan-lahan,
serta pipa amonik dijalankan. Lalu, katup gula ganda dibuka dan nira masuk ke
kompartemen untuk melakukan pengisian nira pada seluruh ruang yang ditandai dengan
adanya percikan nira yang berasal dari pembuangan gas yang menyebabkan kran harus
segera ditutup dan alat akan beroperasi. Sistem pengendali proses pengerjaan pemanas
dilihat dari suhu nira yang keluar. Berikut ini merupakan spesifikasi dari pemanas yang
digunakan:

1. Jumlah : 4 unit 2. Luas penampang : 120 m2 3. Diameter pipa : 32/35 m 4. Panjang


pipa pemanas : 3600mm 5. Jumlah pipa : 336

iii. Defecator Defecator merupakan reaktor dimana proses defekasi terjadi. Pada defecator,
nira masuk kemudian ditambahkan susu kapur serta asam fosfat untuk proses pengikatan
kotoran. Berikut ini merupakan spesifikasi dari defecator:

1. Defecator 1

a) Jumlah : 1 unit

b) Diamter : 1570 mm

c) Tinggi : 800mm

d) Volume efektif: 962 m3

2. Defecator 2

a) Jumlah : 1 unit

b) Diamter : 670 mm

c) Tinggi : 860mm

d) Volume efektif: 1296 m3

iv. Door Clarifier Door Clarifier merupakan bak pengendapan yang memuliki 4 tray
digunakan saat proses pengendapan kotoran yang terdapat dalam nira. Pusat tray dalam
door clarifier terdapat lubang untuk memasukkan pipa silindris yang memiliki tangan-
tangan berserok untuk mengumpulkan endapan yang ada pada tray agar dapat mengalir ke
pusat dan tertampung pada cekungan di pusat tray tersebut. Berikut ini merupakan
spesifikasi dari door clarifier:

1. Jumlah : 1 unit

2. Tipe bejana : Door Clarifier 444

3. Diameter : 8,540 m

4. Tinggi : 5,490 m

5. Volume : 314,31 m3
6. Putaran pengaduk: 0,14 rpm

v. Rotary Vacuum Filter Rotary vacuum filter digunakan ketika proses pemisahan nira
kotor yang keluar dari bak pengendap agar nira tapis yang masih dapat digunakan dapat
diperoleh. Berikut ini merupakan spesifikasi dari rotary vacuum filter:

1. Jumlah : 2 unit

2. Diameter silinder : 10ft

3. Panjang : 14 ft

4. Putaran : 0,4-1,25 rpm

5. Mesh saringan : 22 x 24

6. Tebal lapisan blotong: 0,5-1,0 cm

7. Suhu air siraman : 70-80OC

c. Proses Penguapan

i. Evaporator Evaporator merupakan alat yang digunakan untuk menghilangkan kadar air
dalam nira sehingga dapat diperoleh nira kental. Evaporator bekerja dengan adanya
penambahan kalor atau panas dimana untuk memekatkan larutan dengan konsentrasi tinggi
yang larut seperti nira yang memiliki titik didih tinggi serta zat pelarut yaitu air yang
memiliki titik didih lebih rendah. Berikut ini merupakan spesifikasi dari evaporator yang
digunakan:

1. Evaporator 1

a) Luas penampang : 1500m2

b) Jumlah pipa : 4982 buah

c) Diameter pipa : 42/44 mm

d) Panjang pipa : 2400 mm

e) Bahan pemanas : uap bekas

2. Evaporator 2

a) Luas penampang : 1500m2

b) Jumlah pipa : 4982 buah

c) Diameter pipa : 42/44 mm

d) Panjang pipa : 2400 mm

e) Bahan pemanas : uap bekas


3. Evaporator 3

a) Luas penampang : 1100m2

b) Jumlah pipa : 3331 buah

c) Diameter pipa : 42/44 mm

d) Panjang pipa : 2400 mm

e) Bahan pemanas : uap murni

4. Evaporator 4

a) Luas penampang : 1100m2

b) Jumlah pipa : 3331 buah

c) Diameter pipa : 42/44 mm

d) Panjang pipa : 2400 mm

e) Bahan pemanas : uap murni

5. Evaporator 5

a) Luas penampang : 1190m2

b) Jumlah pipa : 4280 buah

c) Diameter pipa : 42/44 mm

d) Panjang pipa : 2400 mm

e) Bahan pemanas : uap murni

ii. Kondensor Kondensor berfungsi untuk membuat badan evaporator menjadi kosong atau
hampa. Uap pada kondensor didinginkan dengan menggunakan air injeksi, yang
menyebabkan adanya pengembunan karena kehilangan panas. Berikut ini merupakan
spesifikasi dari kondensor yang digunakan:

1. Tipe : Barometris

2. Vakum : 50-65

3. Kapasitas : 16m3

d. Proses Pengkristalan

i. Sulfitor Sulfitor merupakan alat yang digunakan untuk membuat warna dari nira menjadi
pucat, yang membuat kualitas produk menjadi naik serta mengurangi viskositas dari nira
serta mempermudah proses kristalisasi. Sulfitor yang dimiliki PG. Madukismo berjumlah 2
unit, dengan 1 unit sebagai cadangan.
ii. Pan Kristalisasi Pan kristalisasi digunakan pada proses pengkristalan molekul-molekul
sukrosa yang ada pada nira kental menjadi butiran-butiran gula dengan volume yang dapat
diatur. Jumlah pan kristalisasi yang terdapat pada PG. Madukismo adalah 12 unit.

e. Proses Putaran

i. Putaran A Putaran A digunakan untuk proses pemisahan kristal dengan larutan hasil
masakan A dengan hasil gula A. Prosesnya yaitu ketika masakan dipompa ke dalam talang
mixer kemudian turun untuk dipisahkan kristal dengan stroop.

ii. Putaran SHS Putaran SHS digunakan untuk proses memisahkan klare dengan hasil
putaran A.

iii. Putaran C Putaran C digunakan untuk proses putaran kontinyu dari masakan C.

iv. Putaran D1 Putaran D1 digunakan untuk pemisahan gula D1 dan tetes dari masakan D.

v. Putaran D2 Putaran D1 digunakan untuk menghasilkan gula D2 dam klare D.

f. Proses Penyelesaian

i. Forced Draf Iron Forced draf iron ini digunakan untuk proses pengeringan gula dengan
memnerikan udara bertekanan 4kg/cm.

ii. Vibrating Screen Vibrating Screen ini digunakan untuk memisahkan gula kasar, gula
halus, dan gula produk dengan menggunakan saringan. Saringan yang digunakan PG.
Madukismo yaitu saringan 64 mesh untuk penyaringan gula kasar dan saringan 180 mesh
untuk gula halus.

g. Pengemasan dan Penyimpanan Gula

i. Belt Conveyor Belt Conveyor digunakan untuk proses pemindahan karung gula dari
penuangan gula ke dalam karung sampai proses penjahitan karung.

ii. Mesin Jahit Mesin jahit digunakan untuk proses menjahit karung yang telah dilakukan
penimbangan sesuai kemasannya.

iii. Crane Crane digunakan untuk mengangkut karung-karung yang ada pada penyimpanan
ke pintu gudang.

iv. Truck Truck digunakan untuk mengangkut karung-karung gula yang akan dikirimkan ke
pelanggan.
BAB VI. LAYOUT & TATA LETAK MESIN

layout fasilitas pabrik merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan


fasilitas-fasilitas yang diperlukan pada peralatan-peralatan, perlengkapan- perlengkapan,
mesin- mesin atau fasilitas-fasilitas produksi yang harus diatur sesuai dengan kebutuhan
proses produksi sehingga hasil produksinya dapat diproduksi dengan jumlah dan kualitas
yang sesuai, dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan dengan biaya yang minimum.

layout merupakan salah satu keputusan yang menentukan efisiensi operasi


perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Penentuan layout peralatan dan
proses produk meliputi pengaturan letak fasilitas- fasilitas operasi termasuk mesin-
mesin, personalia, bahan-bahan, perlengkapan untuk operasi, penanganan bahan (material
handling), dan semua peralatan serta fasilitas untuk terlaksananya proses produksi
dengan lancar dan efisien.

layout yang digunakan oleh PG Madukismo ke dalam layout produk atau layout
garis. Proses produksi yang digunakan oleh PG Madukismo adalah proses produksi
secara terus- menerus, di mana dari bahan baku sampai dengan barang jadi dikerjakan
secara langsung tanpa henti. Fokus dari proses produksi ini pada produk karena biasanya
setiap produk disediakan fasilitas produksi tersendiri d an meletakkan fasilitas
tersebut sesuai dengan urutan proses pembuatan produk itu. Arus barang dalam
proses produksi menyerupai garis. Mesin yang digunakan bersifat khusus, sesuai
dengan fungsinya masing- masing dan disusun sesuai aliran produk. Macam produk yang
dihasilkan standar dan dalam jumlah yang relatif besar. Tenaga kerja yang diperlukan
adalah tenaga kerja khusus, yang sesuai dengan kebutuhan mesin yang dilayani. Kualitas
produk hasil produksi lebih banyak ditentukan oleh mesin daripada keahlian karyawan..
Adapun diagram urutan pekerjaan yang terdapat pada PG Madukismo dapat dilihat pada
gambar 1 sebagai berikut :

Diagram Urutan Pekerjaan pada PG Madukismo


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dari desain tersebut di atas dapat
dikelompokan ke dalam 5 stasiun kerja. Dan desain layout produk dengan
pengelompokan jumlah stasiun kerja dapat kita lihat pada gambar 2 sebagai berikut :

Gambar 5.8 Desain Layout Produk Berdasarkan Jumlah Stasiun Kerja

Tabel 5.1Urutan Pekerjaan dan Hubungan Antar Pekerjaan

Stasiun Pekerjaan Definisi Pekerjaan


Kerja
1 A Mesin Unigrator, membuka sel-sel tebu. Sebelumnya
-
B Mesin Giling, mengambil nira sebanyak- A

2 C Mesin Defekator, mereaksikan nira B


banyak.
D Mesin Juece Heater, memanaskan nira C
mentah dengan susu kapur.
E Mesin Door Clarifier, memisahkan nira D
kemudian diberi gas SO 2 .
F Mesin Rotary Vaccum, menyaring nira E
dari kotoran.
3 G Mesin Pesawat Penguapan, mengentalkan F
dari Door Clarifier.
4 H Mesin Pan Kristalisasi, memanaskan nira G
nira mentah.
I Mesin Palung Pendingin, kristalisasi H
kental.
5 J Mesin Centrifugal, memisahkan gula I
K lanjut gula. Grashopper
Mesin Conveyor, J
dengan larutannya.
TOTAL
mendinginkan gula.
Dari gambar 5.8 tersebut dapat dilihat bahwa desain layout PG Madukismo
sudah sesuai dengan urutan pekerjaan pada tabel 5.1, untuk urutan pekerjaan di mana
antara pekerjaan yang satu dengan yang lain sudah mempunyai urutan pekerjaan yang
pasti. Sehingga pekerjaan selanjutnya tidak dapat dikerjakan sebelum pekerjaan
sebelumnya selesesi. Pada dasarnya layout tersebut sudah sesuai dengan urutan proses
produksi dengan sifatnya yang terus-menerus.
PG Madukismo telah mendesain tata letak pabrik dengan sedemikian rupa sehinga
akan memperlancar aktivitas baik karyawan dan hal hal yang menyangkut proses
produksi misalnya gudang bahan baku dekat dengan ruangan proses produksi. Tujuan
utama dalam desain layout pabrik adalah untuk meminimalkan total biaya yang antara
lain meliputi elemenelemen biaya sebagai berikut, Biaya konstruksi dan instalasi fasilitas
produksi, Biaya pemindahan bahan (material handling costs), biaya produksi
maintenance cost, safety cost, dan biaya penyimpanan produk. Sebuah layout dapat
bekerja dan mencapai tujuannya bila pesan yang akan disampaikan dapat segera
ditangkap dan dipahamin oleh pengguna dengan suatu cara tertentu. Selanjutnya, sebuah
layout harus ditata dan dipetakan secara baik supaya pengguna dapat berpindah dari satu
bagian ke bagian yang lain dengan mudah dan cepat. Akhirnya, sebuah layout harus
menarik untuk mendapatkan perhatian yang cukup dari penggunaanya, misalnya PG
Madukismo pada penempatan ruang kantor, masjid dan pos satpam yang sangat strategis
sehinga mudah untuk dijangkau oleh semua karyawan.
BAB VII. PENGENDALIAN MUTU PRODUK

A. Spesifikasi Produk Akhir

Produk utama Pabrik Gula Madukismo adalah gula dengan jenis sukrosa yaitu gula
yang berasal dari tebu. Produk tersebut berbentuk kristal putih (gula kristal putih). Gula
Kristal Putih (GKP) yang diproduksi oleh PG. Madukismo merupakan jenis Super High
Sugar IA (SHS IA) yang telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar
tersebut telah ditetapkan melalui SNI 3140.3:2001 tentang Gula Kristal – Bagian 3: Putih.
Adapun SNI dari gula kristal putih dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

Produk samping lainya yang dihasilkan oleh PG. Madukismo adalah tetes tebu,
ampas tebu, blotong, dan abu ketel uap. Tetes tebu merupakan hasil dari masakan D
berupa tetes yang mengandung sedikit gula dan pengotor yang umumnya digunakan
untuk Pabrik Spiritus Madukismo (PS. Madukismo) untuk diolah menjadi alkohol.
Ampas tebu yang merupakan hasil dari gilingan tebu dijadikan sebagai bahan baku ketel
uap. Penggunaan ampas tebu ini dapat mengurangi biaya produksi. Blotong merupakan
kotoran dari nira tebu yang berasal dari proses pengendapan pada stasiun pemurnian.
Blotong dapat berupa cake hasil dari Rotary Vacuum Filter (RVF). Blotong yang
dihasilkan diolah menjadi pupuk dengan bekerja sama dengan perusahaan lain. Abu ketel
uap yang didapat dari sisa pembakaran di stasiun ketel uap ditampung dengan lori dan
dimanfaatkan dalam pengurugan lahan dan dapat pula dijadikan sebagai bahan campuran
dalam produksi pupuk.
B. Jenis Produk Akhir

Di PG. Madukismo, produk utama yang dihasilkan merupakan gula pasir berupa gula
kristal putih (Superior High Sugar / SHS). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI),
gula kristal putih diklasifikasikan menjadi dua kelas mutu, yaitu Gula Kristal Putih (GKP) 1
dan GKP 2. Gula kristal putih yang diproduksi oleh PG. Madukismo termasuk dalam mutu
gula kristal putih 1 (GKP 1) SNI. Kualitas gula dibedakan menjadi 4 tipe menurut
penetapan yang dikeluarkan BULOG tahun 1982, yaitu :

a. SHS 1A, nrd diatas 70

b. SHS 1B, nrd 67 – 69,9

c. SHS 1C, nrd 62 – 69,9

d. SHS 11, nrd 56 – 59,9

PG. Madukismo memproduksi gula kristal putih yang termasuk ke dalam kualitas SHS 1A.
Dalam pemasarannya, gula kristal putih dikemas dalam 2 bentuk yang berbeda, yaitu
kemasan curah yang berisi 50 kg dan kemasan eceran yang berisi 1 kg dan 500 gram. Produk
gula yang dihasilkan oleh PG. Madukismo telah disesuaikan dengan standar yang
diberikan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).Standar dari kualitas
gula pasir SHS yang telah ditentukan oleh P3GI dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 4. Perbandingan standar kualitas gula pasir SHS PG. Madukismo P3GI

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa produk gula pasir PG. Madukismomemiliki nilai
yang tidak berbeda nyata dengan standar gula SHS yang ditetapkan oleh P3GI. Diameter
butiran gula PG. Madukismo adalah 0,95-1,02 yang artinya sudah memenuhi standar gula
SHS dari P3GI. Kadar air dan juga % polarisasi dari gula pasir PG. Madukismo meski
belum masuk dalam standar, namun tidak berbeda jauh dari standar yang ditetapkan.
C. Pengawasan Mutu (Quality Control)

Menurut Zendrato et al. (2008) pengawasan mutu dilakukan untuk menjamin suatu
produk memenuhi spesifikasi atau standar yang telah ditetapkan. Pengawasan mutu
menjadi semakin kompleks ketika banyak karakteristik input atau output yang
dipertimbangkan dan masing-masing karakteristik harus memenuhi standar atau
spesifikasi tersebut. Pengawasan mutu dilakukan untuk proses evaluasi produksi terhadap
standar yang telah ditetapkan perusahaan dan selanjutnya dilakukan tindakan-tindakan
perbaikan produksi pada proses produksi selanjutnya. Kegiatan pengawasan mut
dilakukan seacara terus menerus terhadap produk agar kualitas produk yang dihasilkan
dapat dipertahankan dan memenuhi standar kualitas yang telah ditetapakan oleh
pemerintah.

Menurut Ahyari (1996), pengawasan mutu dapat dilakukan melalui tiga pendekatan,
yaitu:

1. Pendekatan Bahan Baku

Pengendalian kualitas bahan baku merupakan tahap awal produksi yang memiliki
peranan penting karena faktor utama yang mempengaruhi kualitas produk terutama
rendemen. Apabila penggunaan bahan baku telah sesuai dengan standar yang
ditetapkan makan kualitas gula yang dihasilkan diharapkan akan semakin baik.
Terdapat dua jenis penilaian kualitas pada penilaian bahan baku yaitu sebagai bahan
baku proses produksi layak giling dan sebagai penentuan harga (Lampiran 3). Kriteria
penilaian mutu tebu layak giling adalah

Bersih memiliki arti bahwa kotoran yang terikut tidak boleh >5%, segar memiliki
arti bahwa waktu dari mulai ditebang hingga digiling <24 jam, dan manis memiliki
arti bahwa tebu berada pada kondisi masak dimana kandungan sukrosa tertinggi

a. Bersih : Kotoran yang terikut tidak boleh >5%

b. Segar : Waktu dari mulai ditebang hingga digiling <24 jam

c. Manis : Tebu berada pada kondisi masak dimana kandungan sukrosa tertinggi

2. Pendekatan Proses Produksi

Proses pengawasan mutu selama proses produksi dilakukan oleh seluruh pihak yang
terlibat dalam proses produksi. Namun, pengujian dan analisa secara ilmiah dilakukan
oleh unit quality control. Untuk pengawasan yang baik, syarat utama analisa harus tepat.
PG. Madukismo telah menerapkan ISO 9001:2008 dalam proses produksinya.
Pemeriksaan dalam proses produksi akan menentukan kepada mutu produk yang
dihasilkan Berikut ini adalah tabel jenis dan jadwal analisa terhadap kualitas di PG.
Madukismo:

Analisis yang dilakukan pengukuran meliputi analisis kadar brix, pol, kadar kapur,
HK, dan pH (Tabel 10). Kadar brix standar yang ditetapkan oleh PG. Madukismo adalah
≥16 artinya bahwa dari 100 gram nira terdapat 17 gram xat padat terlarut dan 83 gram air.
Pengukuran kadar brix dilakukan menggunakan alat hand refractometer (Stasiun
Persiapan) dan hydrometer (Laboratorium QC). Derajat pol atau pol adalah jumlah gula
yang ada dalam setiap 100 gram larutan yang diperoleh dari pengukuran menggunakan
polarimeter. Kadar pol menunjukkan resultance (sukrosa dan gula reduksi) yang terdapat
dalam nira. Harkat kemurnian adalah analisis yang berfungsi untuk mengetahui tingkat
kemurnian nira. Semakin tinggi nilai HK maka semakin banyak kandungan gulanya.
Analisis kadar kapur digunakan untuk mengetahui berapa banyak kandungan zat kapur
terlarut sedangkan analisis pH berguna untuk mengetahui tingkat keasaman suatu larutan.
2. Pendekatan Produk Akhir
Pengawasan terhadap produk akhir dilakukan sebelum tahap pengemasan
dilakukan melalui pemeriksaan gula hasil produksi yang keluar dari vibrating
screener. Pengecekan dilakukan melalui bantuan mesin penyaring untuk
memisahkan gula yang menggumpal sehingga ukurannya tidak memenuhi gula
standar yang telah ditetapkan. Syarat mutu gula pasir menurut SNI 3140.3:2010
dapat dilihat pada Tabel 4. Berikut ini merupakan hasil uji gula kristal putih PG.
Madukismo :
Pengawasan mutu pada proses penyimpanan barang di gudang melalui penggunaan
gelombang infrared untuk mengusir serangga, pencahayaan yang cukup, dan sirkulasi
udara yang baik. Pencahayaan yang terlalu berlebihan akan meningkatkan suhu
penyimpanan dan berdampak buruk pada kondisi gula. Semakin tinggi suhu
penyimpanan maka gula dapat meleleh dan terjadi kerusakan. Selain itu, sistem
penumpukan gula tidak boleh melebihi 65 karung dengan kondisi antar tumpukan serapat
mungkin. Sistem pengeluaran produk dilakukan dengan sistem FIFO Petak (First In First
Out). Mutu dipantau oleh balai penelitian kimia departemen perindustrian dan PT.
Sucoffindo Indonesia.
BAB VIII. TUGAS KHUSUS : PENGOLAHAN LIMBAH & SANITASI

A. Pengolahan Limbah

Anda mungkin juga menyukai