Anda di halaman 1dari 4

VITAMIN C

Asam askorbat (vitamin C) adalah suatu turunan heksosa dan


diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida.
Vitamin C dengan rumus molekul C6H8O6 dapat disintesis dari D-g1ukosa dan
D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan schagian besar hewan. Terdapat dalani
dua bentuk di alam, yaitu L-asarn askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asafl) dan L-
asam dehidroaskorbat (bentuk terosidasi). Oksidasi reversible L-asam askorbat
menjadi L-asam dehidroaskorbat bila bersentuhan dengan tembaga, panas atau
alkali. Keduanya aktif secara biologik, tetapi bentuk tereduksi yang paling aktif
(Almatsier, 2002).
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut air dan peka terhadap
panas. Dalam kedaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut
vitamin C mudah rusak oleh cahaya dan dipercepat jika bersentuhan dengan udara
(oksdasi). Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan seng. Vitamin C
tidak stabil dalam larutan alkali, namun cukup stabil dalam larutan asam. Lebih
stabil dalam larutan pekat kondisi aerobik, serta pH mendekati netral (Tejasari,
2005).
Didalam tubuh vitamin C sebagian besar berfungsi sebagai
antioksidan,selain itu masih banyak fungsi dari vitamin C yaitu untuk merawat
jaringan ikat ,pembentukan kolagen , Mekanisme immunitas dalam rangka daya
tahan tubuh terhadap berbagai serangan penyaki dan toksin (Sediaoetama,2004)
Tabel 1. Nama Komponen Bioaktif
Nama Bahan Jenis Bahan Kelompok Sifat Fungsional
Bioaktif Bioaktif Komponen Bioaktif
Vitamin C Gizi Vitamin Meningkatkan
Produksi Hemoglobin
Tabel 2. Struktur Molekul dan Modus Aksi
Struktur Molekul Sifat Fungsional Modus Aksi

Meningkatkan Vitamin C membantu


Hemoglobin penyerapan besi non hem dengan
merubah feri menjadi fero dalam
usus halus sehingga mudah
diabsorbsi. Zat besi nonheme
yang berasal dari sayuran
umumnya berbentuk senyawa
inorganik Ferri (Fe3+). Sebelum
diserap oleh usus, ini harus diubah
dahulu menjadi bentuk Ferro (
Fe2+ ) . Konversi Fe3+ menjadi
Fe2+ dipermudah oleh adanya
faktor - faktor endogenus, seperti
enzim "pepsin-HCl", dan
komponen zat gizi yang berasal
dari makanan seperti vitamin C
dengan gugus SH (sulfidril)
(Derman dkk 1980) . Besi yang
akan di serap bergabung dahulu
dengan protein (apoprotein) yang
terdapat dalam dinding usus,
sehingga terbentuklah feritin dan
masih dalam plasma darah
(Winarno, 1984). Di dalam
plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi
Fe3+ dan berikatan dengan
transferitin. Transferitin
mengangkut Fe2+ ke dalam
sumsum tulang untuk bergabung
membentuk hemoglobin.
Zat besi dengan vitamin C
membentuk askorbat besi
kompleks yang larut dan mudah
diserap oleh organ-organ pada
tubuh manusia. Pengubahan zat
besi nonheme dalam bentuk
senyawa inorganik Ferri ( Fe3+)
menjadi Ferro ( Fe2+ ) akan
semakin besar bila pH di dalam
lambung semakin asam. Vitamin
C membentuk gugus besi-oksalat
yang tetap larut pada pH yang
lebih tinggi seperti di duodenum
sehingga mudah diserap
(Siallagan. et al, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Sediaoetama, A.D. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Dian Rakyat.

Siallagam , D; Swamilaksitan dan Angkasa. 2016. Pengaruh asupan Fe, vitamin


A, vitamin B12, dan vitamin C terhadap kadar hemoglobin pada remaja vegan.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia . Vol 13 No 2 - Oktober 2016 (67-74) ISSN
1693-900X (Print), ISSN 2502-4140 (Online).

Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha ilmu.

Winarno, F.G., 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta :Gramedia

Anda mungkin juga menyukai