Oleh :
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan
( PKL ) Pada Program Studi Peternakan Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan dan
Perikanan Universitas Tadulako
Oleh:
Jurusan : Peternakan
Universitas : Tadulako
Menyetujui
Disahkan Oleh;
Koordinator Program Studi
Peternakan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Praktek Kerja Lapangan bagi para Mahasiswa dari Fakultas Peternakan dan Perikanan
Universitas Tadulako.
Penulis dapat meyelesaikan penulisan dan penyusunan laporan ini berkat dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih yang sebesar-besar kepada:
1. Ibu dan Saudara saya yang telah memberikan dukungan berupa semangat dan materi
2. Bapak Dr. Ir. Rusdin, M.P. IPU Selaku Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan.
3. Bapak Dr. Ir. Yohan Rusiayantono, M.Si selaku panitia Praktek Kerja Lapangan
(PKL).
4. Bapak Dr. Ir. Mirajuddin, M.Kes.,IPM selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja
Lapangan (PKL).
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan dari Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini. Penulis berharap laporan ini
HALAMAN SAMPUL....................................................................................................l
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................ll
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................lll
DAFTAR ISI.................................................................................................................VI
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
4.2 Hasil................................................................................................................17
4.3 Pembahasan....................................................................................................18
BAB V PENUTUP......................................................................................................19
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................20
5.2 Saran...............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22
LAMPIRAN.................................................................................................................23
RIWAYAT HIDUP.....................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
Peternakan adalah sub sektor pertanian yang mencakup tentang ternak. Hasil
produk peternakan dapat berupa daging, susu dan telur maupun hasil ikutan lainnya seperti
kulit dan kotoran. Daging menjadi kebutuhan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan
protein hewani. Kebutuhan daging yang tinggi di Indonesia tidak diimbangi dengan
produksi daging yang mencukupi yang membuat Indonesia masih banyak mengimpor
daging dari luar negeri. Keadaan ini membuat pemerintah mencanangkan swasembada
tergantung dari tiga aspek yaitu bibit ternak, pakan serta manajemen. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk memperoleh bibit yang unggul, salah satunya melalui program kawin
Teknik inseminasi buatan dilakukan dengan maksud agar diperoleh efesiensi dan
melalui saluran reproduksi, atau untuk mengatasi bila terjadi kendala dalam proses
perkawinan alam antara jantan dan betina. Melalui kawin alam seekor ternak atau hewan
biasanya hanya mampu mengawini beberapa puluh ekor betina, sementara teknologi IB
memungkinkan seekor pejantan mengawini ratusan ribu ekor ternak yang berada pada lokasi
reproduksi ternak dengan adanya kawin suntik atau sering di kenal dengan inseminasi
buatan dengan alasan untuk dapat meningkatkan mutu genetik suatu ternak dibandingkan
dengan kawin alam. IB juga dapat meningkatkan presentase kelahiran anak sapi, sangat
membantu 2 peningkatan populasi ternak karena bibit air mani beku jantan yang digunakan
untuk menghadirkan bibit-bibit sapi yang unggul. Untuk peningkatan populasi dan mutu
genetik ternak Melalui kegiatan IB. Maka dilakukan tata cara pelaksanaan ib yang baik dan
benar untuk mencapai peningkatan populasi yang berkualitas tinggi seperti yang di
inginkan. Sebelum masuk ke program inseminasi buatan ada baik nya harus mengenal
terlebih dahulu bagaimana langkah langkah atau tata cara pelaksanaan inseminasi buatan
yang baik dan benar. Agar tidak terjadi kesalahan dan kegagalan dalam melakukan kegiatan
inseminasi buatan yang menyebabkan kerugian yang besar, berdasarkan hal tersebut penulis
Kabupaten Donggala. Fokus penulis dalam melakukan kegiatan PKL di Puskeswan adalah
untuk melihat tata cara yang dilakukan dalam pelaksanaan inseminasi buatan yang baik dan
benar.
Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah untuk mengetahui proses
pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) yang dilakukan oleh petugas inseminator puskeswan
buatan.
Manfaat yang diperoleh dari praktek kerja lapangan yaitu mahasiswa mampu
memahami tatalaksana inseminasi buatan dengan benar sesuai dengan teori yang diajarkan
dalam perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
antara ternak jantan dan betina. Inseminasi buatan tidak hanya proses deposisi semen dalam
organ reproduki betina namun juga meliputi kegiatan pemilihan pejantan unggul,
semen, pwnyimpanan, pengenceran (thawing), sampai deposisi semen pada organ reproduksi
betina dan evaluasi hasil inseminasi buatan. Perkawinan dengan inseminasi buatan
merupakan metode yang dimodifikasi sedemikian rupa sehigga diharapkan dapat berperan
penting dan mampu meningkatkan angka kebuntingan pada ternak (Rudiah, 2008).
Keberhasilan program IB dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ternak betina itu
sendiri keterampilan inseminator dalam mendeposisikan semen, ketepatan waktu IB, deteksi
c) Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka
3. Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat disimpan dalam jangka
4. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan
telah mati
5. Menghindari kecelakaan yang sering tejadi pada saat perkawinan karena fisik
Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak
akan trjadi kebuntingan, akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang
digunakan berasal dari pejantan dengan breed/turunan yang besar dan diinseminasikan pada
sapi betina keturunan/breed kecil bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila
menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama dapat
Metode Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu teknologi yang diaplikasikan
secara luas untuk mendorong swasembada daging sapi. Teknologi IB yang digunakan untuk
program peningkatan mutu genetik terutama pada ruminansia besar (sapi) merupakan
teknologi unggulan yang masih akan digunakan dalam upaya peningkatan produktivitasnya.
Pengertian IB adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan
tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa adanya proses perkawinan alami. Konsep
dasar dari teknologi ini adalah seekor pejantan yang secara alamiah memproduksi puluhan
milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari, hanya digunakan untuk membuahi satu sel
telur pada hewan betina yang seharusnya diperlukan hanya satu sel spermatozoa.
Potensi terpendam yang dimiliki seekor pejantan unggul sebagai sumber informasi
genetik, dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina. Dalam
perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya mencakup pemasukan semen ke dalam
saluran reproduksi betina, tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan pejantan,
pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi
pada hewan/ternak betina, serta bimbingan dan penyuluhan pada peternak. Dengan demikian,
pengertian IB menjadi lebih luas yang mencakup aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga
istilahnya menjadi perkawinan buatan atau artificial breeding. Tujuan dari IB itu sendiri
adalah sebagai satu alat yang ampuh yang diciptakan manusia untuk meningkatkan populasi
yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, yaitu pemilihan
sapi akseptor, pengujian kualitas semen, akurasi deteksi birahi oleh peternak dan
METODE PELAKSANAAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 30 hari. Kegiatan Praktek Kerja
Sulawesi Tengah. Kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) dilaksanakan setiap hari kerja
dengan pembagian jadwal sesuai kelompok dengan waktu pelaksanaan ada yang mulai pukul
08.30-11.30 dan ada juga praktek untuk menyuntik sapi ada yang mulai 04.00-18.00 WITA.
Metode yang digunakan dalam praktik kerja lapangan di Puskeswan yaitu dengan
cara pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara ikut
dan melaksanakan serta mengamati secara langsung kegiatan yang ada di puskeswan,
diskusi serta wawancara langsung dengan pekerjanya. Data sekunder diperoleh dengan
Puskeswan didirikan pada tahun 2015 yang bertempat 33 kilo dari kampus
peternakan yang sering digunakan untuk praktikum maupun penelitian (S1, S2, S3) oleh para
Mahasiswa dan juga dosen Jurusan Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako.
Gambar 1. Puskeswan
Lokasi kandang Puskeswan ini terletak di desa Labuan Panimba, Kecamatan Labuan,
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah untuk menuju lokasi kandang dapat
Vaksinator dan Inseminator, Petugas epidemiologi dan informasi, petugas perbibitan ternak.
KOORDINATOR
HUSEN, S.Pt.,MP
NIP: 19710718 200701 1 014
8. AHMAD DJOUNAL
9. MUJIARMAN
10. SUBHAN
Persiapan betina
Sapi betina yang akan di insiminasi harus lah memiliki postur tubuh yang baik, tidak
dalam keadaan bunting atau tidak dan biasanya dilakukan untuk mengetahui usia
Pemantauan birahi
Pemantauan birahi biasa di lakukan dengan cara melihat tingkah laku seperti gelisah
berteriak, suka menaiki dan di naiki jantan, ekor di angkat ke atas, vulva membesar
dan membengkak bila di raba terasa hangat dan mengeluarkan lendir yang bening,
Persiapan semen
Semen yang di gunakan merupakan semen beku sapi LOKAL yang berasal dari Dinas
Thawing / pencairan semen beku dilakukan dengan cara memasukan semen beku
dalam air hangat atau meletakannya di bawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing
yang baik adalah 37oC selama 7-18 detik setelah di thawing straw di keluarkan dari
air kemudian di keringkan dengan tisue atau kain bersih kemudian straw di masukan
kedalam gun, dan ujung yang mencuat di potong dengan menggunakan gunting bersih
setelah itu plastic sheateh di masukan pada gun yang suda berisi semen beku atau
straw.
Pelaksanaan IB, meliputi :
2. Petugas IB memakai sarung tangan plastik pada tangan yang akan di masukan ke
dalam rektum
memegang Serviks
5. Lalu semen di suntikan atau di semprotkan pada bagian uterus yaitu pada daerah
6. Setelah semua prosedur di laksanakan maka keluarkan lah gun dari uterus dan
4.3 Pembahasan
jadwal yang sangat ketat. Kegiatan tersebut meliputi pemilihan ternak betina, sinkronisasi
berahi, deteksi berahi, pelaksanaan puasa dari pakan dan air pada ternak betina, serta
Pemilihan ternak tentunya merupakan hal yang terpenting tidak saja bagi suksesnya
program inseminasi buatan, tetapi juga program pemuliabiakan. Ternak yang dipilih adalah
betina yang sehat, siklus berahi normal dan tidak bunting. Ternak terpilih ini akan merespon
secara positif terhadap program sinkronisasi berahi dan tentunya disertai ovulasi yang
memungkinkan terjadinya fertilisasi. Penelitian terhadap dua kondisi tubuh (skala 1-5) yang
berbeda terhadap sinkronisasi berahi membuktikan bahwa pada betina-betina dengan kondisi
tubuh yang kurus lebih rendah responnya dibanding pada betina dengan kondisi tubuh sedang
Teknik atau metode Inseminasi Buatan ada 2 macam yaitu Rektovaginal dan transservikal.
Pada sapi adalah dengan metode rektovaginal yaitu tangan dimasukkan kedalam rektum
kemudian memegang bagian servik yang paling mudah diidentifikasi karena mempunyai
anatomi keras, kemudian insemination gun dimasukkan melalui vulva, ke vagina hingga ke
bagian servik. Sedangkan pada Babi, kambing dan domba adalah dengan metode transervikal.
Pada kambing dan domba dapat menggunakan spikulum untuk melihat posisi servik,
kemudian insemination gun dimasukkan hingga mencapai servik, sedangkan pada babi
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kab.Donggala adalah teknologi yang secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel
kelamin jantan (spermatozoa) per hari, hanya digunakan untuk membuahi satu sel
telur pada hewan betina yang seharusnya diperlukan hanya satu sel spermatozoa.
belumlah terbilang maksimal dikarenakan Seperti keadaan sapi betina sebagian besar
5.2 Saran
2) Penambahan insiminator agar tidak kualahan ketika mengajari mahasiswa atau siswa
Penulis bernama lengkap Siti Syahida Emudyastuti, lahir di Palu, Provinsi Sulawesi
Tengah pada tanggal 30 April 2000. Anak pertama dari pasangan suami-istri, Agus dan
Ramlah. Penyusun beragama Islam. Penyusun memulai pendidikan dari tingkat sekolah dasar
SDN Impres 2 Ogotumubu, pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2012. Lalu melanjutkan
pendidikan ke tingkat sekolah menengah pertama di SMP NEGERI 1 TOMINI pada 2012
tahun dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penyusun melanjutkan pendidikan ke
tingkat sekolah menengah atas MAN 2 MODEL PALU dan selesai pada tahun 2018 dan
tahun yang sama penyusun melanjutkan ke perguruan tinggi Universitas Tadulako (Untad),