Anda di halaman 1dari 12

RESUME

MANAJAMEN LADANG TERNAK

HARIYANA

O 121 18 019

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2021
Pembangunan Padang Penggembalaan dan Padang Rumput (pasture-
establishment)

A. Pembukaan Lahan atau Perluasan Areal, memerlukan SID yang meliputi


kegiatan :
1. Survey dan Investigasi
Survey dan investigasi bertujuan untuk melihat, memeriksa dan
menyelidiki posisi lahan yang akan dibuka untuk pembangunan baru padang
penggembalaan atau padang rumput maupun perluasan arealnya. Kegiatannya
antara lain terdiri atas : Persiapan Pengumpulan,data Tabulasi dan pengolahan,
data Pembuatan Laporan.
 Persiapan suatu kegiatan yang meliputi pengadaan peta situasi dan peta
rencana pengembangan, pembuatan daftar pertanyaan dan tabel, baik
untuk pelaksanaan lapangan maupun tabulasi dan pengolahan data.
Pengumpulan data ada dua yaitu data primer dan data skunder:
1) Data primer sifat fisik dan kimia tanah, nilai ekonomi investasi alam
dan tanaman di lokasi, daftar nama peternak dan kesediaan peternak,
luas serta jenis vegetasi di areal itu dan pembuatan peta lokasi.
2) Data skunder yang dikumpulkan digunakan untuk menunjang data-
data primer dan memberikan gambaran yang lebih lengkap terhadap
areal lokasi. Data skunder meliputi pola usaha ternak, analisis usaha
peternak, penyediaan sarana produksi ternak (sapronak) serta luas
lahan.

Umumnya diperlukan pula data mengenai Rencana Umum Tata


Ruang Wilayah (RTRW) dari Badan Pertanahan (BPN) setempat atau dari
instansi Badan Perencana (Bappeda) untuk mengetahui peruntukan lahan
saat ini dan di masa yang akan datang.
 Tabulasi dan Pengolahan Data dimaksudkan untuk mempermudah analisis
data primeryang telah dikumpulkan melalui serangkaian metodauntuk
mempermudah pemngambilan keputusan.
 Pembuatan Laporan untuk menyusun dan mengumpulkan hasil kegiatan ini
dalam suatu bentuk laporan yang mudah dibaca dan diketahui oleh semua
pihak yang akan memanfaatkan laporan tersebut.
2. Disain
Pada dasarnya disain adalah kegiatan pengukuran, pemetaan dan
pembuatan rancangan padang penggembalaan atau padang rumput.
Kegiatannya disain meliputi : Pengukuran, Pemetaan, Pembahasan,
Pelaksanaan pengamatan sifat tanah Inventarisasi.
a. Pengukuran
 Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur kawasan berupa
Theodolite seperti T0 , T1 , atau T2 langsung di lapangan oleh juru ukur
yang ahli di bidangnya dan akan menghasilkan „buku ukur‟.
 Pengukuran dilaksanakan untuk mendapatkan minimal luas lokasi
pengembangan, keliling lokasi atau row-meting, ketinggian atau countur
lahan, penggunaan areal dan lainnya sesuai keperluan
b. Pemetaan
 Berdasarkan buku ukur dan tujuan pengukuran dilaksanakan pembuatan
gambar berupa luas kawasan, keliling kawasan, kontur, dantataguna
kawasan.
 Gambar itu mempunyai arah mata angin,skala yang pasti, gambaran letak
sungai / guntungatau kawasan konservasi yang mungkinterdapat di lokasi
itu.
c. Pembahasan
Sebelum lokasi dinyatakan layak untuk pembangunan atau perluasan areal
padang penggembalaan atau padang rumput, perlu dilakukan pembahasan
dengan instansi terkait sehingga ditemukan kesepakatan lokasi pengembangan
d. Pengamatan sifat tanah
Sifat tanah yang diamati di lapanganantara lain jenis tanah, pH
tanah,kandungan bahan organik tanah,tekstur dan strukrtur tanah.

B. Konstruksi Pembukaan Lahan atau Perluasan Areal


Konstruksi pembukaan lahan adalah suatu usaha mengubah fungsi
kawasan dari yang bukan kawasan peternakan menjadi kawasan peternakan.
Dengan kata lain pembukaan kawasan peternakan adalah usaha menciptakan
peternakan dari yang tidak ada menjadi ada, atau merupakan usaha penambahan
luas baku lahan. Komponen kegiatan pembukaan lahan dan perluasan areal
PGPR adalah :Pemilihan lokasi, Penetapan luasan, Pemilihan jenis HMT
Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Pengelolaan (awal penggembalaan atau
awal panen, pemeliharaan, dsb.nya.)
 Pemilihan lokasi
 Berdasarkan survey dan investigasi dapat ditentukanlokasi yang tepat bagi
pembangunan dan pengembangan areal PGPR di suatu daerah.
 Setelah satu atau beberapa lokasi terpilih, diminta kepada aparat terkait
(mis. Pemda atau Pemkab) untuk mengeluarkan Surat Keputusan (SK)
untuk pembukaan lahan tersebut sehingga kedudukan hukumnya lebih
kuat.
 Surat Keputusan (SK) umumnya diterbitkan setelah mendapat
pertimbangan Dinas-dinas terkait, misalnya, Dinas Kehutanan,
Perkebunan, Bappeda, Dinas Pertanian maupun Dinas Peternakan
setempat
 Penetapan luasan
 Setelah „buku ukur‟ selesai dibuat, dapat ditetapkan luas areal pembangunan
atau pembukaan lahan yang sebenarnya.
 Luas areal dihitung dengan menggunakan :Roller Planimeter with Zero Setting
Device, misalnya :merk Mizoguchi PM-1 ; Made in Japan
 Luas areal tanam harus mempertimbangkan pengurangan akibat konservasi
lahan, lembah atau guntung aliran air, jalan, maupun konservasi tumbuhan
(vegetasi) yang mungkin harus dipertahankan keberadaannya.
 Kemudian dibuat rekomendasi teknis pelaksanaan konstruksi pembukaan
lahan secara umum dan khusus
 Klasifikasi kemampuan tanah untuk PGPR didasarkan atas hambatan-
hambatan yang terdapat pada lahan dan kondisi lapangan.
 Gabungan aspek-aspek hambatan pada lahan dan lapangan menentukan kelas
kemampuan wilayah yang bersangkutan untuk menampung sejumlah unit
ternak.
 Hambatan-hambatan kondisi lapangan
1. Kondisi topografi atau bentang wilayah
Kondisi ini merupakan faktor utama yang menentukan tekanan
penggembalaan (stocking-rate). Makin curam lereng, makin banyak
hambatan untuk mengelola suatu PGPR karena kemungkinan kerusakan
tanah oleh erosi makin besar.Lereng yang curam juga membatasi jumlah
satuan ternak (ST) yang mungkin digembalakan untuk menjaga agar
kelestarian penutupan tanaholeh vegetasi dipertahankan. Berdasarkan
keadaan topografi dapat disusun empat kategori, yaitu :
1) Datar sampai berombak ( 0° – 5° )Tidak merupakan hambatan untuk
perbaikan padang rumput terhadap tekanan penggembalaan yang berat.
2) Bergelombang ( 5° – 12° )Merupakan hambatan ringan pada tanah-tanah
kelas 1, sehingga menurunkan tingkatnya menjadi tanah kelas 2.
3) Berbukit ( 12° – 23° )Merupakan hambatan ringan pada tanah dengan
lapisan dalam dan drainase baik, tetapi merupakan hambatan utama pada
tanah-tanah dangkal dan/atau berbatu-batu
4) Curam ( > 23° )Merupakan hambatan utama dan menurunkan klasifikasi
kemampuan tanah menjadi sangat rendah.

2. Hambatan yang berasal dari sifat tanah Sifat tanah dapat mempengaruhi
intensitas pemanfaatan dan membatasi upaya perbaikan yang dapat
dilakukan. Sifat tanah dapat berupa hambatan tidak utama sesuai dengan
kondisi tanah ybs.Mis.nya sifat tanah yang berkadar unsur hara rendah pada
tanah-tanah bertekstur lempung merupakan hambatan tidak utama, tetapi
pada tanah bertekstur pasir atau ringan dapat merupakan hambatan utama
karena tingkat pencucian pupuk atau unsur hara cukup tinggi.
Beberapa sifat tanah yang dipakai dalam menentukan klasifikasi lahan,
antara lain adalah :
1) Kandungan unsur hara
2) Drainase
3) Sifat fisik (pH, tekstur)
4) Kepekaan terhadap erosi
5) Keadaan berbatu-batu
6) Kemungkinan adanya unsur-unsur yangdapat membahayakan ternak
Besar kecilnya hambatan yang berasal dari sifat-sifat tanah tersebut
merupakan kofaktor dalam klasifikasi kemampuan tanah.
 Deskripsi kelas kemampuan tanah(Kelas-1).Lapisan tanah dalam, pada
topografi datar sampai berombak(0°–5°). Faktor penghambat utama
hanya kadar unsur hara yang rendah (hambatan ringan). Alternatif
pengelolaan tanah lebih banyak dan pemanfaatannya mampu intensif
dengan potensi 0.8 – 1.0 ST per ha.(Kelas-2).Lapisan tanah agak dalam,
dengan hambatan ringan berupa drainase, unsur hara, keadaan fisik
tanah, kepekaan terhadap erosi atau kombinasi faktor-faktor tersebut.
Kondisi topografi berombak (0°– 5°) atau bergelombang (5°– 12°) .
Pemanfaatannya semi-intensif denganpotensi 0.6 – 0.8 ST per ha.
Deskripsi kelas kemampuan tanah(Kelas-3).Tanah dengan hambatan
utama (berat) dalam halkandungan unsur hara atau sifat fisik serta satu
atau dua hambatan ringan. Dapat terjadi di daerah bergelombang(5°–
12°) dan berbukit (12°– 23°) . Alternatif pengelolaan sangat terbatas dan
pemanfaatannya ekstensif dengan potensi 0.4 – 0.6 ST per ha.(Kelas-
4).Tanah-tanah dengan lebih dari satu hambatan berat, umumnya
kombinasi antara keadaan lapang berbukit-bukit(> 23°) dengan
kemungkinan erosi sangat besar terjadi . Pemanfaatannya sangat-eksensif
denganpotensi hanya sebanyak 0.1 – 0.2 ST per ha.
 Kapasitas penampungan ternak
Untuk menilai kapasitas tampung ternak, dilakukan inventarisasi
keadaan fisik lahan meliputi : keadaan topografi, drainase, tekstur tanah,
kepekaanatau tingkat erosi, kedaan berbatu-batu, dananalisis kandungan
hara tanah.
 Hasil analisis kandungan hara dijadikan patokan untuk rekomendasi
pengelolaan dan menentukan klasifikasi kelas kemampuan tanah untuk
menampung sejumlah ternak.
 Jumlah Penampungan Ternak (ST)
 Pemilihan jenis HMT
Jenis HMT yang dipilih disesuaikan dengan alam setempat misalnya:
faktor iklim seperti : Curah hujan, jenis tanah dan ketinggian dari
permukaan laut. Pertimbangan lain adalah kontur, ketersediaan bibit, sifat
fisik dan kimia lahan, meski juga dengan memperhatikan pola usaha yang
dikehendaki peternak.
 Pengolahan tanah
Tujuannya adalah untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimum
bagi HMT.Pengolahan tanah menyangkut pengertian: membersihkan tanah dari
tumbuhan pengganggu (weeds), menjamin perkembangan sistim perakaran
tanaman yang sempurna, memperhatikan kelestarian kesuburan tanah dan
persediaan air.
Tahapan pengolahan tanah :
a. Pembersihan (land-clearing)Yaitu pembersihan areal dari pepohonan,
semak belukar atau alang-alang.Pohon-pohon di sekitar sungai dan sumber
air dan tempat-tempat kritis sebaiknyatidak diganggu (usaha
konservasi)Cara termudah untuk land-clearing adalah dengan melakukan
pembakaran yang terkontrol.
b. Pembajakan (ploughing) bertujuan untuk memecahkan lapisan tanah
menjadi bongkah-bongkah untuk mempermudah penggemburan
selanjutnya.Pembajakan ini juga akan memutus perakaran weeds seperti
akar alang-alang yang umumnya kusut di dalam tanah, kemudian
membalik vegetasi itu (akar ke atas)
c. Penggaruan (harrowing) Penggaruan adalah penggemburan tanah yang
dilakukan melalui penghancuran bongkahan-bongkahan besar tanah
menjadi struktur yang lemah dan sekaligus membebaskan tanah dari sisa-
sisa perakartan tumbuh-tumbuhan liar.
d. Penanaman
 Penanaman dapat dimulai setelah jatuh hujan pertama apabila telah
tersedia bibit jenis HMT yang akan ditanam.
 Cara penanaman yang paling praktisuntuk tanah yang luas adalah
dengan penyebaran biji. Atau dengan stek, sobekan rumpun (pols), atau
potongan-potongan stolon dan rhizoma.
 Untuk daerah berlereng/miring, dilakukan dengan penanaman jalur
sepanjang(sesuai kontur lahan)
e. Pemupukan
 Pemberian pupuk kandang atau kompos akan sangat bermanfaat bagi
kondisi fisik tanah melalui perbaikan struktur tanah.
 Pemupukan dapat dilakukan setelah selesai penanaman dengan cara :
(a). Disebar di atas permukaan tanah (b). Di tanam dalam baris-baris
selokan (larikan) lalu ditimbun tanah, atau (c). Ditanam dalam lubang
di sekitar rumpun tanaman rumput atau legum
f. Jadwal panen atau penggembalaan
 Penggembalaan dapat mulai dilakukan pada saat tanaman telah
menutup tanah dengan baik dan cukup tahan terhadap injakan dan
renggutan.
 Lamanya tergantung dari jenis HMT yang ditanam, namun umumnya ±
5-6 bulan.
 ± 1 bulan sebelum penggembalaan, dilakukan pemangkasan terhadap
HMT agar ternak yang digembalakan mendapat HMT dari
pertumbuhan baru yang masih muda dan bergizi tinggi, selain perlunya
dilakukan pendangiran untuk membasmi tumbuhan pengganggu
(weeds).
C. Sarana Pendukung Padang Pengembalaan
1. Pagar
 Pagar berfungsi sebagai alat pengaman yang membatasi ruang gerak
ternak agar tidak keluar dari areal penggembalaan.
 Dapat berupa pagar keliling atau pagar sekat „paddock‟ di dalam areal
penggembalaan.Konstruksi pagar harus kuat dab tahan terhadap
gangguan gerakan ternak.
 Pada umumnya bagian pagar terdiri atas kaitan kawat berduri dengan
tonggak-tonggak kayu gergaji atau tonggak dari pohon hidup seperti
Gamal.
 Jarak antara tiang pagar satu dengan yang lainnya tergantung pada
keadaan medan areal,untuk kawasan yang relatif rata diperlukan 5
batangper 100 m panjang pagar.
 Supaya pagar dapat tegang, perlu tiang semu dari kayu atau kawat.
Tinggi pagar 1.35 – 1.5 m dengan jumlah kawat 4 -5 susun.
 Pada daerah yang sering dilalui ternak secara bergerombol atau
berdesakan, misalnya pada belokan yang tajam, pintu pagar, pintu
menuju ke sungai dsb.nya, sebaiknya dibuat dengan konstruksi yang
lebih kuat dan dihindarkan pakai kawat berduri.
2. Sumber air
 Sumber Air
 Sumber air merupakan kebutuhan utama dalam pembuatan padang
penggembalaan ataupadang rumput.
 Ada bermacam sumber air, antara lain sungai yang mengalir, sumur
biasa, sumur bor atau waduk.
 Agar lahan kering mampu menahan air (mengurangi aliran permukaan =
run off), umumnya dibuat lubang-lubang kecil di dalam tanah dengan
menggunakan bor penggali tanah „eccentric disk‟ (cakram khusus)
kemudian ditutup dengan dedaunan kering atau pupuk kompos.

D. Manajemen Padang Gembala dan Padang Rumput


 Pengelolaan Padang Penggembalaan dan Padang Rumput umumnya
membahas hubungan segitiga antara tanah, hijauan pakan dan ternak.
 Tanah merupakan modal utama untuk berusaha : sebagai sumber hara bagi
hijauan dan sebagai gudang makanan bagi ternak ruminansia selama
hidupnya.
 Hijauan (forages) merupakan makanan utama bagi ruminansia dan
berfungsi tidak saja sebagai “bulk” tetapi juga sebagai sumber gizi yaitu
protein, energi, vitamin dan mineral
 Dua puluh persen permukaan bumi ditumbuhi hijauan makanan ternak,
baik berupa padang penggembalaan atau kebun hijauan.
 Setengah padang penggembalaan dunia beradadi daerah tropik (23º lintang
utara dan lintang selatan) yang mendapat curah hujan250 – 2000 mm
setiap tahun.
 Faktor-faktor ekologi yang mempengaruhi produksi hijauan makanan
ternak.
Definisi – definisi
 Range : Suatu wilayah atau dataran yang luas, ditumbuhi oleh vegetasi
asli umumnya berproduksi rendah,tidak berpagar dan digembalai oleh
ternak atau satwa liar/binatang buruan. Umumnya kesuburan tanah rendah,
curah hujan rendah, drainase jelek, permukaan tanah kasar, terletak di
ketinggian sehingga sulit diberi pengairan atau tidak cocok untuk tanaman
pangan. Sering disebut padang rumput atau padang penggembalaan alam.
 Pasture :Umumnya merupakan suatu wilayah yangtelah dipagari dan
ditanami hijauan unggul dan dikelola untuk tujuan peternakan. » Kebun
rumput.
 Ranch : Suatu bentuk usaha yang diarahkan untuk budidaya ternak,
keadaan padang rumput alami dan menekankan sumber HMT tersebut
sebagai makanan utama. Sering disebut sebagai ladang ternak, sedangkan
„ranching‟ diartikan sebagai perladangan ternak. Range Management :
Ialah ilmu dan seni dalam memproduksi hijauan „range‟ secara maksimal
dan berkesinambungan tanpa merusak sumberdaya alam dan manfaat
lahan.
 Pasture Management : Ialah ilmu dan seni dalam memproduksi hijauan
„pasture‟ secara maksimal dan berkesinambungan tanpa merusak
sumberdaya alamdan manfaat lahan.
 Grazing : dapat berarti suatu cara penyajian makanan dengan cara
digembalakan atau aktivitas ternak memakan rumput.

Tipe Pastura dan Karakteristiknya

1. Permanen (Permanent Pasture)


Pastura yang mempunyai kesuburan dan dikelola dengan baik pada
daerah beriklim baik (jarang kemarau panjang), mungkin tidak diperlukan
peremajaan dan cukup hanya dilakukan pemeliharaan saja.
2. Rotasi Jangka Panjang Padang penggembalaan
umumnya dipertahankan penggunaannya selamatahun kemudian
diganti dan diselingi dengan tanaman pangan.Dengan demikian terjadi
rotasi terhadap tanamannya sampai beberapa musim (misalnya 2 tahun).
Pastura yang terdapatdi negara Inggris misalnya, selalu diseling dengan
tanaman gandum dan anggur.
3. Rotasi Jangka Pendek Waktu peremajaan
pastura ini sekitar 2 – 5 tahun setelah digunakan dan diseling dengan
tanaman pangan. Biasanya dilakukan pada kualitas tanah yang cepat
mengalami kemunduran atau dilakukan „rancher‟ yang suka berspekulasi
menghadapiharga ternak yang turun secara cepat.
4. Temporer (Temporary Pasture)
Pastura dibuat untuk tujuan tertentudan bersifat khusus, misalnya
untuk menyediakan HMT secara cepat pada masa-masa kritis dengan lama
waktu semusim atau setahun.
E. Produksi dan Pemeliharaan Padang Penggembalaan
 Tujuan pemeliharaan padang penggembalaan adalah untuk menjamin
tersedianya pakan ternak bernutrisi tinggi dan mudah dicerna dalam
jumlah maksimum, tersebar merata sepanjang musim serta menjamin
penggunaannya secara efisienuntuk produksi ternak.
 Hal ini dapat ditempuh dengan cara mengawetkan makanan yang
berlimpah pada musim hujan untuk menutupi kekurangan pakan di musim
kemarau.
 Padang penggembalaan dapat diklasifikasikanatas dua jenis, yaitu padang
rumput alam danpadang rumput buatan (pastura

Anda mungkin juga menyukai