HARIYANA
O 121 18 019
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
Pembangunan Padang Penggembalaan dan Padang Rumput (pasture-
establishment)
2. Hambatan yang berasal dari sifat tanah Sifat tanah dapat mempengaruhi
intensitas pemanfaatan dan membatasi upaya perbaikan yang dapat
dilakukan. Sifat tanah dapat berupa hambatan tidak utama sesuai dengan
kondisi tanah ybs.Mis.nya sifat tanah yang berkadar unsur hara rendah pada
tanah-tanah bertekstur lempung merupakan hambatan tidak utama, tetapi
pada tanah bertekstur pasir atau ringan dapat merupakan hambatan utama
karena tingkat pencucian pupuk atau unsur hara cukup tinggi.
Beberapa sifat tanah yang dipakai dalam menentukan klasifikasi lahan,
antara lain adalah :
1) Kandungan unsur hara
2) Drainase
3) Sifat fisik (pH, tekstur)
4) Kepekaan terhadap erosi
5) Keadaan berbatu-batu
6) Kemungkinan adanya unsur-unsur yangdapat membahayakan ternak
Besar kecilnya hambatan yang berasal dari sifat-sifat tanah tersebut
merupakan kofaktor dalam klasifikasi kemampuan tanah.
Deskripsi kelas kemampuan tanah(Kelas-1).Lapisan tanah dalam, pada
topografi datar sampai berombak(0°–5°). Faktor penghambat utama
hanya kadar unsur hara yang rendah (hambatan ringan). Alternatif
pengelolaan tanah lebih banyak dan pemanfaatannya mampu intensif
dengan potensi 0.8 – 1.0 ST per ha.(Kelas-2).Lapisan tanah agak dalam,
dengan hambatan ringan berupa drainase, unsur hara, keadaan fisik
tanah, kepekaan terhadap erosi atau kombinasi faktor-faktor tersebut.
Kondisi topografi berombak (0°– 5°) atau bergelombang (5°– 12°) .
Pemanfaatannya semi-intensif denganpotensi 0.6 – 0.8 ST per ha.
Deskripsi kelas kemampuan tanah(Kelas-3).Tanah dengan hambatan
utama (berat) dalam halkandungan unsur hara atau sifat fisik serta satu
atau dua hambatan ringan. Dapat terjadi di daerah bergelombang(5°–
12°) dan berbukit (12°– 23°) . Alternatif pengelolaan sangat terbatas dan
pemanfaatannya ekstensif dengan potensi 0.4 – 0.6 ST per ha.(Kelas-
4).Tanah-tanah dengan lebih dari satu hambatan berat, umumnya
kombinasi antara keadaan lapang berbukit-bukit(> 23°) dengan
kemungkinan erosi sangat besar terjadi . Pemanfaatannya sangat-eksensif
denganpotensi hanya sebanyak 0.1 – 0.2 ST per ha.
Kapasitas penampungan ternak
Untuk menilai kapasitas tampung ternak, dilakukan inventarisasi
keadaan fisik lahan meliputi : keadaan topografi, drainase, tekstur tanah,
kepekaanatau tingkat erosi, kedaan berbatu-batu, dananalisis kandungan
hara tanah.
Hasil analisis kandungan hara dijadikan patokan untuk rekomendasi
pengelolaan dan menentukan klasifikasi kelas kemampuan tanah untuk
menampung sejumlah ternak.
Jumlah Penampungan Ternak (ST)
Pemilihan jenis HMT
Jenis HMT yang dipilih disesuaikan dengan alam setempat misalnya:
faktor iklim seperti : Curah hujan, jenis tanah dan ketinggian dari
permukaan laut. Pertimbangan lain adalah kontur, ketersediaan bibit, sifat
fisik dan kimia lahan, meski juga dengan memperhatikan pola usaha yang
dikehendaki peternak.
Pengolahan tanah
Tujuannya adalah untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimum
bagi HMT.Pengolahan tanah menyangkut pengertian: membersihkan tanah dari
tumbuhan pengganggu (weeds), menjamin perkembangan sistim perakaran
tanaman yang sempurna, memperhatikan kelestarian kesuburan tanah dan
persediaan air.
Tahapan pengolahan tanah :
a. Pembersihan (land-clearing)Yaitu pembersihan areal dari pepohonan,
semak belukar atau alang-alang.Pohon-pohon di sekitar sungai dan sumber
air dan tempat-tempat kritis sebaiknyatidak diganggu (usaha
konservasi)Cara termudah untuk land-clearing adalah dengan melakukan
pembakaran yang terkontrol.
b. Pembajakan (ploughing) bertujuan untuk memecahkan lapisan tanah
menjadi bongkah-bongkah untuk mempermudah penggemburan
selanjutnya.Pembajakan ini juga akan memutus perakaran weeds seperti
akar alang-alang yang umumnya kusut di dalam tanah, kemudian
membalik vegetasi itu (akar ke atas)
c. Penggaruan (harrowing) Penggaruan adalah penggemburan tanah yang
dilakukan melalui penghancuran bongkahan-bongkahan besar tanah
menjadi struktur yang lemah dan sekaligus membebaskan tanah dari sisa-
sisa perakartan tumbuh-tumbuhan liar.
d. Penanaman
Penanaman dapat dimulai setelah jatuh hujan pertama apabila telah
tersedia bibit jenis HMT yang akan ditanam.
Cara penanaman yang paling praktisuntuk tanah yang luas adalah
dengan penyebaran biji. Atau dengan stek, sobekan rumpun (pols), atau
potongan-potongan stolon dan rhizoma.
Untuk daerah berlereng/miring, dilakukan dengan penanaman jalur
sepanjang(sesuai kontur lahan)
e. Pemupukan
Pemberian pupuk kandang atau kompos akan sangat bermanfaat bagi
kondisi fisik tanah melalui perbaikan struktur tanah.
Pemupukan dapat dilakukan setelah selesai penanaman dengan cara :
(a). Disebar di atas permukaan tanah (b). Di tanam dalam baris-baris
selokan (larikan) lalu ditimbun tanah, atau (c). Ditanam dalam lubang
di sekitar rumpun tanaman rumput atau legum
f. Jadwal panen atau penggembalaan
Penggembalaan dapat mulai dilakukan pada saat tanaman telah
menutup tanah dengan baik dan cukup tahan terhadap injakan dan
renggutan.
Lamanya tergantung dari jenis HMT yang ditanam, namun umumnya ±
5-6 bulan.
± 1 bulan sebelum penggembalaan, dilakukan pemangkasan terhadap
HMT agar ternak yang digembalakan mendapat HMT dari
pertumbuhan baru yang masih muda dan bergizi tinggi, selain perlunya
dilakukan pendangiran untuk membasmi tumbuhan pengganggu
(weeds).
C. Sarana Pendukung Padang Pengembalaan
1. Pagar
Pagar berfungsi sebagai alat pengaman yang membatasi ruang gerak
ternak agar tidak keluar dari areal penggembalaan.
Dapat berupa pagar keliling atau pagar sekat „paddock‟ di dalam areal
penggembalaan.Konstruksi pagar harus kuat dab tahan terhadap
gangguan gerakan ternak.
Pada umumnya bagian pagar terdiri atas kaitan kawat berduri dengan
tonggak-tonggak kayu gergaji atau tonggak dari pohon hidup seperti
Gamal.
Jarak antara tiang pagar satu dengan yang lainnya tergantung pada
keadaan medan areal,untuk kawasan yang relatif rata diperlukan 5
batangper 100 m panjang pagar.
Supaya pagar dapat tegang, perlu tiang semu dari kayu atau kawat.
Tinggi pagar 1.35 – 1.5 m dengan jumlah kawat 4 -5 susun.
Pada daerah yang sering dilalui ternak secara bergerombol atau
berdesakan, misalnya pada belokan yang tajam, pintu pagar, pintu
menuju ke sungai dsb.nya, sebaiknya dibuat dengan konstruksi yang
lebih kuat dan dihindarkan pakai kawat berduri.
2. Sumber air
Sumber Air
Sumber air merupakan kebutuhan utama dalam pembuatan padang
penggembalaan ataupadang rumput.
Ada bermacam sumber air, antara lain sungai yang mengalir, sumur
biasa, sumur bor atau waduk.
Agar lahan kering mampu menahan air (mengurangi aliran permukaan =
run off), umumnya dibuat lubang-lubang kecil di dalam tanah dengan
menggunakan bor penggali tanah „eccentric disk‟ (cakram khusus)
kemudian ditutup dengan dedaunan kering atau pupuk kompos.