Anda di halaman 1dari 6

AGROVIGOR VOLUME 5 NO.

2 SEPTEMBER 2012 ISSN 1979 5777 113

PROSPEK PENGEMBANGAN PENATAAN LAHAN SISTEM SURJAN


DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

Dakhyar Nazemi dan A. Hairani dan L. Indrayati


Zemi_58@yahoo.com
08125001517; 082153397815

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra)


Jl. Kebun Karet Loktabat Utara Banjarbaru 70712
Telp/Faks (0511) 4772534

ABSTRAK PENDAHULUAN

Salah satu upaya peningkatan Pengembangkan pertanian lahan


produktivitas lahan dan diversifikasi pasang surut di masa yang akan datang
komoditas di lahan rawa dapat dilakukan
merupakan pilihan strategis dalam menghadapi
dengan cara menerapkan teknologi penataan
lahan sistem surjan. Di lahan pasang surut tantangan peningkatan produksi pertanian yang
tipe luapan B dan C dapat dikembangkan semakin komplek terutama untuk
penataan lahan sistem surjan, dengan dimensi mengimbangi penciutan lahan subur maupun
lebar surjan 3-5 m, dan tinggi 0,5-0,6 m, pelestarian swasembada pangan khususnya
sedangkan tabukan dibuat dengan lebar 15 m. padi, jagung dan kedelai. Berdasarkan hasil
Setiap hektar lahan dapat dibuat 6-10 surjan, penelitian dan pengalaman terlihat bahwa
dan 5-9 tabukan. Penataan lahan sistem
dengan pengelolaan yang tepat sesuai dengan
surjan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sifat kimia tanah. Hal ini karakteristiknya melalui penerapan iptek yang
disebabkan adanya pengambilan tanah yang benar, maka lahan pasang surut yang tergolong
digunakan untuk membuat surjan berasal dari marjinal dengan tingkat kesuburan alami
tanah disekitarnya yang menyebabkan tanah rendah dapat dijadikan areal pertanian
terangkat ke atas. Untuk tanah sulfat masam produktif, baik untuk program transmigrasi
potensial pengolahan tanah dan pembuatan maupun pengembangan agribisnis. Namun
guludan/surjan sebaiknya dilakukan secara
demikian, untuk pelestarian sumberdaya alam
hati-hati dan bertahap. Hal ini dilakukukan
untuk menghindari terjadinya oksidasi pirit, dan keberlanjutan pemanfaatannya,
membentuk asam sulfat, ion hidrogen dan Fe pengembangan pertanian di lahan pasang surut
3+..
Berdasarkan hasil analisis biaya dan pada suatu kawasan luas memerlukan
pendapatan dengan memasukkan nilai perencanaan serta penanganan yang cermat
penyusutan surjan dan alat-alat , penataan dan hati-hati. Kekeliruan dalam mereklamasi
lahan sistem surjan memberikan prosfek yang
dan mengelola lahan ini membutuhkan biaya
cukup baik untuk dikembangkan di lahan
pasang surut tipe B dan C karena dapat besar untuk merehabilitasinya dan sulit untuk
memberikan keuntungan dari usaha tani padi memulihkan seperti kondisi semula.
pada tabukannya dan palawija/hotikultura Dari sekitar 20,1 juta hektar lahan
pada guludannya. pasang surut yang ada di Indonesia,
diperkirakan lebih dari satu juta hektar telah
Kata kunci : Sistem surjan, Sifat kimia tanah, direklamasi untuk berbagai penggunaan
Keuntungan
terutama sebagai daerah transmigrasi.
114 Dakhyar N, A. Hairani, L. Indrayati : Prospek Pengembangan Penataan Lahan ….

Pengembangan lahan pasang surut untuk masam aktual, yaitu apabila lapisan piritnya
pertanian selain memiliki prospek yang baik sudah teroksidasi dicirikan oleh adanya
juga menghadapi berbagai kendala, baik horizon sulfurik dan pH tanah < 3,5. Lahan
bersifat biofisik maupun sosial ekonomi dan gambut adalah lahan yang terbentuk dari
kelembagaan. Berbagai penelitian khususnya bahan organik yang dapat berupa bahan jenuh
aspek pengelolaan lahan dan tata air pada air dengan kandungan karbon organik
lahan pasang surut sudah dilakukan dan sebanyak 12-18% atau bahan tidak pernah
hasilnya bisa digunakan untuk mendukung jenuh air dengan kandungan karbon organik
pengembangan pertanian pada lahan ini. sebanyak 20%. Secara lebih rinci, lahan
gambut ini dibagi lagi menjadi lahan
KARAKTERISTIK LAHAN RAWA bergambut, gambut dangkal, gambut sedang,
PASANG SURUT gambut dalam dan gambut sangat dalam.
Pengelompokan Lahan Lahan salin adalah lahan pasang surut yang
Karakteristik tanah-tanah di lahan mendapat pengaruh atau intrusi air asin lebih
pasang surut sangat spesifik terkait dengan dari 3 bulan dalam setahun dan kandungan Na
sifat fisik lingkungannya, seperti kondisi dalam larutan tanah sebesar > 8%, sedangkan
hidrotopografinya yang datar atau berupa lahannya dapat berupa lahan potensial, sulfat
cekungan (depresi), curah hujan tinggi, suhu masam dan gambut.
tinggi, kelembaban tinggi, serta pengatusan Selain dikelompokkan berdasarkan
(drainase) dan tata airnya yang jelek. tipologinya, lahan pasang surut juga
Agroekologi lahan pasang surut termasuk dikelompokkan berdasarkan jangkauan air
lahan basah (wetland) yaitu selalu basah atau pasang yang dikenal dengan tipe luapan air.
berair karena curah hujan yang tinggi (> 2.000 Badan Litbang Pertanian membagi tipe luapan
mm/tahun) atau pengaruh luapan pasang surut air lahan pasang surut berdasarkan pasang
dari laut atau sungai-sungai sekitarnya yang siklus bulanan menjadi tipe luapan A, B, C dan
berlangsung secara berkala. D ( Ismail, et al, 1993). Pengelompokan ini
Berdasarkan macam dan tingkat penting terutama untuk arahan penataan dan
kendala yang diperkirakan dapat ditimbulkan pemanfaatan lahan maupun penentuan sistem
oleh faktor fisiko-kimia tanahnya, Widjaja pengelolaan air dan pola tanamnya. Lahan
Adhi et al.,. (1992) membagi lahan pasang bertipe luapan A selalu terluapi air pasang,
surut ke dalam empat tipologi utama, yaitu : baik pada musim hujan maupun musim
lahan potensial, lahan sulfat masam, lahan kemarau, sedangkan lahan bertipe luapan B
gambut dan lahan salin. Lahan potensial hanya terluapi air pasang pada musim hujan
yaitu lahan pasang surut yang tanahnya saja. Lahan bertipe luapan C tidak terluapi air
termasuk tanah sulfat masam potensial dengan pasang tetapi kedalaman muka air tanahnya
lapisan pirit berkadar 2% terletak pada kurang dari 50 cm, sedangkan lahan bertipe
kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan luapan D adalah seperti tipe C hanya
tanah, sedangkan lahan sulfat masam adalah kedalaman air tanahnya lebih dari 50 cm.
lahan pasang surut yang tanahnya mempunyai Tipologi lahan dan tipe luapan air dapat
lapisan pirit atau sulfidik berkadar > 2% pada digunakan sebagai arahan pemanfaatan dan
kedalaman kurang dari 50 cm. Lahan sulfat pengembangan maupun penentuan teknologi
masam ini dibedakan lagi menjadi (a) lahan pengelolaan lahannya dengan mengantisipasi
sulfat masam potensial, yaitu apabila lapisan masalah yang mungkin timbul atas dasar
piritnya belum teroksidasi dan (b) lahan sulfat karakteristik lahannya.
Dakhyar N, A. Hairani, L. Indrayati : Prospek Pengembangan Penataan Lahan …. 115

Luas Lahan dan Penyebarannya dijadikan lahan pertanian, sedangkan yang


Berdasarkan hasil delineasi berpotensi untuk areal tanaman pangan sekitar
menggunakan peta satuan lahan skala 1 : 6 juta hektar. Areal yang sudah direklamasi
250.000 yang tersedia, Nugroho et al., (1992) sekitar 4,186 juta hektar, sehingga masih
memperkirakan luas lahan rawa di Indonesia, tersedia lahan sekitar 5,344 juta hektar yang
khususnya Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dapat dikembangkan sebagai areal pertanian.
dan Irian Jaya mencapai 33,4 juta ha. Dari lahan yang direklamasi, seluas 3.005.194
Sedangkan sebelumnya, Driessen dan ha dilakukan oleh penduduk lokal dan seluas
Soepraptohardjo (1974) memperkirakan luas 1.180.876 ha dilakukan oleh pemerintah yang
lahan rawa diseluruh Indonesia mencapai 39,4 utamanya untuk daerah transmigrasi dan
juta ha. Dari luasan tersebut, lahan pasang perkebunan (Tabel 1). Pemanfaatan lahan
surut diperkirakan hanya seluas 20.06 juta ha, yang direklamasi oleh pemerintah adalah
yang terdiri dari 2,07 juta ha lahan potensial, 688.741 ha sebagai sawah dan 231.044 ha
6,7 juta ha lahan sulfat masam, 10,89 juta ha sebagai tegalan atau kebun, sedangkan 261.091
lahan gambut dan 0,44 juta ha lahan salin. ha untuk keperluan lainnya.
Dari luas lahan pasang surut tersebut,
sekitar 9,53 juta hektar berpotensi untuk

Tabel 1. Penyebaran luas lahan pasang surut yang direklamasi dan penggunaannya di
Indonesia
Direklamasi penduduk Direklamasi pemerintah (ha)
Propinsi lokal Sawah Tegalan/ Lainnya Jumlah
(ha) kebun
Riau 987.665 93.566 30.163 30.026 153.755
Jambi 546.116 52.280 6.859 6.995 66.134
Sumatera Selatan 565.620 195.790 105.656 334 301.780
Lampung 86.960 32.450 3.807 39.783 76.040
Kalimantan Barat 240.186 49.800 20.836 68.114 138.750
Kalimantan Tengah 553.598 153.645 55.104 35.617 244.366
Kalimantan Selatan 25.049 111.210 8.619 80.222 200.051
Jumlah 3.005.194 688.741 231.044 261.091 1.180.876
Sumber : Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan (1995).

Penataan Lahan Sistem Surjan pembuatan yaitu (1) yang dibuat sekaligus, dan
(2) yang dibuat secara bertahap (tukungan).
Penataan lahan perlu dilakukan untuk Karena dalam pembuatan surjan sekaligus
membuat lahan tersebut sesuai dengan diperlukan tenaga kerja sekitar 500 HOK/ha
kebutuhan tanaman yang akan dikembangkan. yang tentunya memerlukan biaya yang besar,
Dalam melakukan penataan lahan perlu maka petani tradisional di Kalimantan banyak
diperhatikan hubungan antara tipologi lahan, memilih cara bertahap dengan membuat
tipe luapan, dan pola pemanfaatannya. Sistem tukungan/gundukan. Dengan dimensi awal
surjan adalah salah satu contoh usaha penataan lebar bawah 2-3 m, tinggi 0,5-0,6 m dan setiap
lahan untuk melakukan diversifikasi tanaman musim panen dilebarkan dan ditinggikan.
di lahan rawa. Berdasarkan sistem pembuatan, Tukungan ini dibuat berjajar dengan jarak
surjan dapat dibagi menjadi dua cara tertentu dan apabila tanaman yang
116 Dakhyar N, A. Hairani, L. Indrayati : Prospek Pengembangan Penataan Lahan ….

dibudidayakan cukup besar maka tukungan ini lebar 15 m. Setiap ha lahan dapat dibuat 6-10
dihubungkan atau tersambung memanjang satu surjan, dan 5-9 tabukan. Untuk tipe luapan D
sama lain membentuk surjan. Untuk tanah lebih baik untuk sistem pertanian lahan kering
sulfat masam potensial pengolahan tanah dan dan untuk tanah gambut tekstur lapisan tanah
pembuatan surjan sebaiknya dilakukan secara di bawahnya sangat menentukan dalam pola
hati-hati dan bertahap. Guludan dibuat secara pemanfaatan lahannya.
bertahap dan tanahnya diambil dari lapisan Arah surjan disarankan memanjang
atas dimaksudkan untuk menghindari oksidasi timur-barat agar tanaman (padi) pada bagian
pirit. tabukan mendapat penyinaran matahari yang
Sistem surjan adalah salah satu contoh cukup. Untuk mempertahankan bentuk dan
usaha penataan lahan untuk melakukan produktivitasnya, surjan setiap musim atau
diversifikasi tanaman di lahan rawa. Di lahan setiap tahun "dilibur" (disiram lumpur) yang
pasang surut tipe luapan B dan C dapat diambil dari sekitarnya. Pada Tabel 2 dapat
dikembangkan penataan lahan sistem surjan, dilihat arahan penataan lahan pada reklamasi
dengan dimensi lebar surjan 3-5 m, dan tinggi dan pengembangan lahan pasang surut.
0,5-0,6 m, sedangkan tabukan dibuat dengan

Tabel 2. Anjuran penataan lahan pada reklamasi dan pengembangan lahan pasang surut
Tipe luapan air
Tipologi lahan
A B C D
Potensial Sawah Sawah/surjan Sawah/surjan/tegalan Sawah/tegalan/kebun

Sulfat masam Sawah Sawah/surjan Sawah/surjan/tegalan Sawah/tegalan/kebun

Bergambut Sawah Sawah/surjan Sawah/tegalan Sawah/tegalan/kebun

Gambut dangkal Sawah Sawah Tegalan/kebun Tegalan/kebun

Gambut sedang - Konservasi Tegalan/perkebunan Perkebunan/HTI

Gambut dalam - Konservasi Perkebunan/HTI Perkebunan/HTI


Salin Sawah/Tambak Sawah/Tambak - -

Sumber : Widjaya Adhi (1995) dan Alihamsyah et al. (2000).

Sistem Surjan Ditinjau Dari Aspek Kimia terangkat ke atas. Untuk tanah sulfat masam
Tanah potensial, pengolahan tanah dan pembuatan
Sistem surjan dapat digunakan untuk guludan sebaiknya dilakukan secara hati-hati
tanaman padi, palawija, hortikultura dan dan bertahap. Surjan dapat dibuat secara
tanaman industri. Penataan lahan sistem surjan bertahap dan tanahnya diambil dari lapisan
dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat atas untuk menghindari terjadinya oksidasi
kimia tanah yang disebabkan oleh adanya pirit. Oksidasi pirit akan membentuk asam
pengambilan tanah yang digunakan untuk sulfat, ion hidrogen dan Fe 3+. Apabila oksidasi
membuat surjan yang berasal dari tanah pirit berlangsung cepat maka akan terbentuk
disekitarnya sehingga menyebabkan tanah
Dakhyar N, A. Hairani, L. Indrayati : Prospek Pengembangan Penataan Lahan …. 117

mineral jarosit berupa bercak-bercak karatan dimungkinkan karena pengembangan sistem


berwarna kuning jerami (Dent, 1986). usahatani terpadu berbasis padi dengan
Kecepatan oksidasi pirit cenderung berbagai komoditas pertanian lain secara serasi
bertambah dengan menurunnya pH tanah, pH dapat menghasilkan beragam hasil pertanian
di bawah 4 menyebabkan proses oksidasi dan produk olahan. Beragam tanaman
terhambat oleh suplai O2. Kecepatan hortikultura seperti jeruk, nenas dan aneka
penurunan pH akibat oksidasi pirit tergantung sayuran maupun tanaman industri seperti
pada : (1) jumlah pirit; (2) kecepatan oksidasi; kelapa, kopi, lada, dan jahe dapat tumbuh baik
(3) kecepatan perubahan bahan hasil oksidasi; dan memberikan hasil tinggi (Ismail et al.,
dan (4) kapasitas netralisasi. Kalsium karbonat 1993 dan Alihamsyah et al., 2001). Pemilihan
dan basa dapat ditukar merupakan bahan komoditas pertanian perlu disesuaikan dengan
penetralisir kemasaman dimana reaksinya pola pemanfaatan lahan dan prospek
dengan asam sulfat berjalan cepat . pemasarannya.
Hasil analisis usahatani eks-ante pada Ekspose
Keuntungan Penataan Lahan Sistem Surjan Teknologi Pertanian Lahan Pasang Surut di
Penataan lahan sistem surjan selain Barito Kuala tahun 2003 menunjukkan bahwa
dapat meningkatkan produksi juga untuk melalui penerapan teknologi penataan lahan
diversifikasi produksi, baik bersifat horizontal sistem surjan di lahan pasang surut sulfat
berupa hasil primer beragam komoditas masam cukup layak secara ekonomi untuk
pertanian maupun bersifat vertikal berupa dikembangkan (Tabel 3).
aneka hasil olahan. Hal ini sangat

Tabel 3. Hasil analisis usahatani sistem surjan di lahan sulfat masam di Barito Kuala pada tahun
2003
Jenis tanaman Biaya (Rp/ha) Penerimaan (Rp/ha) Keuntungan (Rp/ha) R/C
Pola Padi lokal pada Tabukan dan Jeruk + Cabai pada Guludan
Padi lokal 856.000 2.910.000 2.054.000 3,40
Jeruk 1.162.000 10.070.000 8.908.000 8,67
Cabai 810.000 1.500.000 690.000 1,85
Jumlah 2.828.000 14.480.000 11.652.000 4,93
Pola padi - padi unggul pada Tabukan dan Jeruk + Cabai pada Guludan
Padi unggul 3.794.000 6.984.000 3.190.000 1,84
Jeruk 1.162.000 10.070.000 8.908.000 8,67
Cabai 810.000 1.500.000 690.000 1,85
Jumlah 5.766.000 18.554.000 12.788.000 3,21
Sumber : Badan Litbang Pertanian (2003).

Menurut Rina et al. (2006) usahatani pengembangan sistem surjan dengan tanaman
padi + jeruk di lahan pasang surut cukup layak jeruk akan memberikan keuntungan yang
dikembangkan karena dengan tingkat bunga 12 cukup besar bagi petani.
%, 15 %, dan 40 % , diperoleh nilai B/C >1,
Net Present Value Positive atau masa KESIMPULAN
pengembalian investasi lebih kecil dari umur 1. Sistem surjan merupakan contoh usaha
pengusahaan dan Internal Rate Of Return lebih penataan lahan untuk meningkatkan
besar dari tingkat bunga. Oleh karena itu produksi dan untuk diversifikasi produksi,
118 Dakhyar N, A. Hairani, L. Indrayati : Prospek Pengembangan Penataan Lahan ….

baik bersifat horizontal berupa hasil propinsi. Dirjen Tanaman Pangan dan
primer beragam komoditas pertanian Hortikultura. Departemen Pertanian.
maupun bersifat vertikal berupa aneka Jakarta.
hasil olahan. Drisen,PM., dan Soepraptoharjo. 1974. Soil for
2. Penataan lahan sistem surjan memberikan Agriculture:expansion in Indonesia.
prospek yang cukup baik untuk Soil Res.Inst.Bogor.
dikembangkan di lahan pasang surut tipe Ismail, I.G., T. Alihamsyah, IPG Widjaja
B dan C karena dapat memberikan Adhi, Suwarno, T.Herawati, R. Thahir,
keuntungan dari usaha tani padi pada dan DE, Sianturi. 1993. Sewindu
tabukannya dan palawija/hotikultura pada Penelitian Pertanian di Lahan Rawa :
guludannya Kontribusi dan Prospek
3. Di lahan pasang surut tipe luapan B dan Pengembangan. Proyek Swamps II.
C dapat dikembangkan penataan lahan Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.
sistem surjan, dengan dimensi lebar surjan Nugroho, K., Alkusuma, Paidi, Wahdini, W.,
3-5 m, dan tinggi 0,5-0,6 m, sedangkan Abdurachman, A., Suwarjo, H., dan
tabukan dibuat dengan lebar 15 m, setiap Widjaya Adhi, I.P.G. 1992. Peta
hektar lahan dapat dibuat 6-10 surjan, Areal Potensial Untuk Pengembangan
dan 5-9 tabukan Pertanian Lahan Pasang Surut, Rawa
dan Pantai. Laporan Hasil Proyek
DAFTAR PUSTAKA penelitian Sumberdaya lahan,
Alihamsyah, T., E. E. Ananto, H. Supriadi, I. Puslitanak. Bogor.
G. Ismail, dan DE. Sianturi. 2000. Rina, Y, Noorginayuwati dan S.S.Antarlina.
Dwi Windu Penelitian Lahan Rawa : 2006. Analisis Finansial Usahatani
Mendukung Pertanian Masa Depan. Jeruk pada Sistem Surjan di Lahan
Proyek Penelitian Pengembangan Pasang Surut. Dalam Setiadjit, Sulusi
Pertanian Rawa Terpadu - ISDP. Prabawati, Yulianingsih dan
Badan Litbang Pertanian. Bogor. T.M.Ibrahim (Penyunting). Prosiding
Alihamsyah, T., D. Nazemi, Mukhlis, I. Ekspose Nasional Agribisnis Jeruk
Khairullah, H.D. Noor, M. Sarwani, H. Siam. Kerjasama BPTP KalBar, Balai
Sutikno, Y. Rina, F.N. Saleh dan S. Besar Penelitian dan Pengembangan
Abdussamad. 2001. Empat Puluh Pascapanen Pertanian, Pemerintah
Tahun Balittra : Perkembangan dan Provinsi Kalimantan Barat dan
Program Penelitian Ke Depan. Balai Pemerintah Kabupaten Sambas.
Penelitian Tanaman Pangan Lahan Pontianak
Rawa. Badan Litbang Pertanian. Widjaya Adhi, I.P.G., Nugroho, K.Ardi,D.S.
Banjarbaru. Dan Karama, S.A. 1992. Sumberdaya
Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan lahan rawa : potensi, keterbatasan dan
Ekspose Nasional Pertanian Lahan pemanfaatan. Dalam S. Portohardjono
Rawa Pasang Surut. Barito Kuala, dan M. Syam (eds.) : Pengembangan
Kalimantan Selatan, 30-31 Juli 2003. Terpadu Pertanian Lahan Rawa
Dent, D. 1986. Acid Sulphate Soils. A Pasang Surut dan Lebak. SWAMPS II-
baseline for research and development. Puslitbangtan. Bogor.
International Institute for Land Widjaja Adhi, IPG. 1995. Potensi, peluang
reclamation and Improvement dan kendala perluasan areal pertanian
Publication No. 39 Wageneningen, the di lahan rawa di Kalimantan dan Irian
Netherland. Jaya. Makalah disajikan pada Seminar
Direktorat Bina Rehabilitasi dan Perluasan Pertanian di Kawasan
Pengembangan Lahan. 1995. Luas Indonesia Timur. Tanggal 7-8
penggunaan lahan rawa pasang surut, November 1995, Serpong.
lebak, polder dan rawa lainnya di tujuh

Anda mungkin juga menyukai