Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ROIHAN FADHIL

NIM : 20011014008

PENGELOLAAN LAHAN KERING

Pengertian manajemen secara umum adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien. Manajemen lahan kering merupakan seni pengelolaan lahan kering untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk
Indonesia yang jumlahnya semakin meningkat 270,20 juta jiwa berdasar SP-2020
sekaligus mendukung pemantapan ketahanan pangan.

Menurut Notohadiprawiro 2006 dalam penggunaan istilah lahan kering telah


membedakan kering sebagai berikut

1. Keadaan iklim yang kering arid land, dicirikan a. daerah dengan curah hujan
tahunan kurang dari 250 mm b. daerah yang jumlah hujannya tidak mencukupi untuk
menghidupi vegetasi sedikitpun c. daerah yang jumlah hujannya tidak mencukupi untuk
memapankan establish pertanian tanpa irigasi atau d. daerah yang jumlah evaporasi
potensialnya melebihi jumlah curahan precipitation aktualnya. Kondisi ini dapat
digunakan istilah daerah kering atau kawasan iklim kering.

2. Keadaan lahan yang berkaitan dengan pengatusan alamiah lancar bukan rawa,
dataran banjir, lahan dengan air tanah dangkal, dan lahan basah alamiah lain. Kondisi ini
dapat digunakan istilah lahan atasan 34 Pengelolaan Lahan Kering upland yang
dicirikan a. pengelolaan lahan yang berkaitan dengan adanya risiko erosi, pelongsoran
dan pelindian b. tanah yang mengalami pelapukan lebih jauh yang mengakibatkan
penurunan kapasitas produksi dan daya tanggap terhadap perbaikan tanah c. adanya
iklim yang meningkatkan risiko kerentanan lahan terhadap erosi, pelongsoran dan
pelindian yang pada gilirannya mempersyaratkan system pengelolaan tanah yang makin
cermat.

3. Lahan pertanaman yang diusahakan tanpa penggenangan. Kondisi ini dapat


diterapkan istilah lahan kering. Jadi pertanian lahan kering adalah kegiatan pertanian
yang diusahakan tanpa penggenangan lahan garapan. Hal ini dapat dicontohkan pada
budidaya padi gogo, palawijo, rerumputan pakan ternak, perkebunan, pekarangan
termasuk pertanian lahan kering berarti bahwa irigasi tetap dapat diberikan asal tidak
dimaksudkan untuk menggenangi lahan. Dalam suatu pergiliran tanaman, lahan yang
sama yang disebut lahan kering pada waktu ditanami palawijo namun pada suatu waktu
yang memungkinkan iklim dapat menjadi lahan basah pada waktu ditanami padi sawah.
Dengan demikian satu lahan yang sama pada satu waktu disebut lowland saat ditanami
padi sawah dan pula waktu berikutnya disebut upland saat ditanami tanaman palawijo.

3. 1 Identifikasi Potensial Lahan Kering

Berdasarkan Rencana Induk yakni Master Plan Percepatan dan Perluasan


Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dari tahun 2011 hingga tahun 2025
merupakan Visi pertumbuhan ekonomi Indonesia berkelanjutan. Rencana induk terdiri
dari atas 6 koridor pertumbuhan utama dan 22 aktivitas ekonomi utama yang
terintegrasi dalam delapan program. Program tersebut adalah Pertanian, pertambangan,
energi, industri, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, dan pengembangan wilayah
strategis MP3EI, 2011. Percepatan pembangunan di sektor pertanian, tidak bisa
terlepas dari pengelolaan sumberdaya lahan, karena sumberdaya lahan merupakan
faktor yang memengaruhi produksi pertanian.

Lahan kering merupakan salah satu sumberdaya yang mempunyai potensi besar
untuk pembangunan pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
peternakan. Pengembangan pertanian di lahan kering untuk tanaman pangan perlu
didorong dengan berbagai inovasi teknologi. Mengingat potensinya yang besar
sehingga cukup potensial untuk mendukung usaha pemantapan ketahanan pangan di
Indonesia. Mengembangkan pertanian lahan kering dataran rendah untuk pangan saat
ini dan yang akan datang merupakan pilihan strategis dalam menghadapi tantangan
peningkatan produksi pangan untuk mendukung program ketahanan pangan nasional.
Peningkatan produksi bahan pangan nasional adalah dengan mengoptimalkan
pemanfaatan lahan kering melalui a peningkatan produktivitas lahan pertanian yang
sudah ada saat ini, dan b perluasan lahan pertanian tanaman pangan dengan
memanfaatkan lahan kering terlantar (Abdurachman et al. , 2008).
Lahan kering di Indonesia masih sangat berpotensi untuk diusahakan lebih intensif,
terutama di luar Pulau Jawa, menunjukan kecenderungan bahwa lahan yang tersedia
belum dikelola dengan baik. Dengan terus berupaya mencegah degradasi lahan karena
erosi tanah yang mengakibatkan kesuburan tanah menjadi rendah, maka optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya lahan kering dengan melakukan inovasi teknologi baru
termasuk pengendalian erosi tanah, dan pendekatan pengelolaan tanaman serta
sumberdaya lahan terpadu akan meningkatkan kapasitas produksi pangan Prasetyo
Suriadikarta, 2006.

3. 2 Implementasi Konservasi Lahan Kering

Lahan kering di bagian hulu dari suatu daerah aliran sungai (D)AS merupakan satu
kesatuan kawasan agroekosistem dari satu atau beberapa aliran sungai yang
dimanfaatkan bagi budidaya pertanian dalam kondisi keterbatasan air. Kondisi topografi
pada umumnya bergelombang sampai berbukit dengan keragaman lereng di beberapa
bagian lahannya. Kondisi semacam ini, secara umum lahannya rentan terhadap erosi
dan tanah longsor. Proses ini juga mengakibatkan timbulnya keragaman kedalaman
solum tanahnya, dan selanjutnya berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah yang ada
di tempat tersebut (Syam, 2003).

Kendala utama produktivitas lahan kering adalah ketersediaan unsur hara yang
rendah, tingginya kandungan hara Fe, Al, Mn dan peka peka terhadap erosi serta
terjadinya degradasi lahan akibat bekas penambangan. Kondisi ekstrim yang terjadi di
daerah lahan kering tersebut menyebabkan beberapa hambatan untuk
membudidayakan tanaman pertanian, beberapa hambatan tersebut adalah a. Air
pertanian terbatas b. Musim tanam yang sangat pendek dan hanya beberapa tanaman
yang dapat dibudidayakan, c. salinitas tinggi, d. Daya kapilaritas tanaman yang sangat
tinggi.

Menurut Subagyono et al. , 2003, pada dasarnya teknik konservasi tanah dibedakan
menjadi tiga cara yaitu

a.Teknik konservasi tanah secara mekanik


Adalah upaya menciptakan fisik lahan atau bidang lahan pertanian sehingga
sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan air. Teknik ini meliputi pembuatan
teras bangku, individu, kredit, guludan dan pematang searah kontur dan
sebagainya Agus et al. , 1999.

b. Teknik konservasi tanah secara vegetatif

Adalah penggunaan tanaman maupun sisa-sisa tanaman sebagai media


pelindung tanah dari erosi, penghambat laju aliran limpas permukaan run off,
peningkatan kadar lengas tanah, serta perbaikan sifat-sifat fisik, kimia dan
biologi tanah.

c. Teknik konservasi tanah secara kimiawi

Adalah penggunaan bahan kimia, baik organik maupun an-organik yang


bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dalam menekan laju erosi. Teknik
ini jarang digunakan karena tergolong mahal dan hasilnya hampir sama dengan
penggunaan bahan bahan alami.

Penggunaan teknologi sumberdaya lahan untuk mengendalikan erosi dan


meningkatkan produktivitas lahan kering yang relatif mudah dilakukan petani adalah
penggunaan bahan organik. Peranan mulsa, limbah organik, kompos dan pupuk
kandang bahan organik dapat mengendalikan erosi tanah, memperbaiki sifat fisik dan
kimia tanah dan meningkatkan produksi tanaman.

Pengaruh pupuk kandang, sampah organik dan kompos terhadap perbaikan


kesuburan tanah dan peningkatan hasil tanaman telah lama diketahui. Peranan pupuk
kandang dalam perbaikan sifat-sifat tanah antara lain karena pupuk kandang
mengandung kadar C-organik, N, P, K, dan mempunyai nilai kapasitas tukar kation KTK
tinggi. Peningkatan perbaikan sifat-sifat tanah ini berdampak positif terhadap hasil
tanaman.

Pengolahan tanah berdampak terhadap keseimbangan kandungan unsur hara dalam


tanah, maka digunakan mulsa untuk mengurangi dampak tersebut. Penggunaan mulsa
berpengaruh tidak nyata terhadap unsur hara C, N,S sedangkan terhadap unsur hara P, K,
Ca dan Mg berpengaruh nyata sampai sangat nyata. Mulsa memiliki peranan yang
sangat penting dalam menjaga kondisi tanah terhadap erosi, sehingga keberadaan
unsur hara dalam tanah tetap terjaga. Sistem pengolahan tanah ini disebut olah tanah
konservasi. Olah tanah konservasi OTK adalah suatu cara pengolahan yang bertujuan
untuk menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimum, namun
tetap memperhatikan aspek konservasi tanah dan air.

3.3. Peningkatan Manfaat Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Ketahanan


Pangan

Program jangka pendek adalah upaya-upaya yang terkoordinasi untuk membangun


pertanian lahan kering yang produktif dengan memasyarakatkan teknologi dan inovasi
baru melalui pendekatan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya lahan
secara terpadu. Pendekatan yang dilakukan bertujuan untuk menetapkan koordinasi
dan sinkronisasi dalam Upaya peningkatan produksi tanaman pangan di tingkat
nasional sampai pedesaan dan sekaligus memaanfaatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani.

Program jangka Panjang adalah upaya untuk membangun dan mengembangkan


pertanian yang berswasembada secara berkelanjutan, terimplementasikannya kebijakan
-kebijakan yang dapat memacu peningkatan produksi pangan, antaralain intensifikasi,
ekstensifikasi, dan perbaikan sumber daya lahan dan air seperti pengembangan dan
pencetakan sawah baru, Pembangunan infrastruktur seperti penataan jaringan air,
dukungan tata kelola pemodalan atau perkreditan, pendampinagn teknis budidaya
dalam pengelolaan lahan kering termasuk inovasi teknologi hasil penelitian dan
pengembangan yang memungkinkan menghasilkan output produk pangan yang
akhirnya mampu mensejahterakan petani.

Teknologi pengelolaan lahan kering yang umum dilakukan meliputi: (1) Tindakan
konservasi tanah dan air, (2) Pengelolaan kesuburan tanah (pengapuran/pemberian
kapur, pemupukan dan penambahan bahan organic), dan (3) Pemilihan jenis tanaman
pangan (tanaman berumur pendek tahan kekeringan merupakan pilihan yang tepat
untuk dilakukan pada wilayah yang beriklim kering).

Anda mungkin juga menyukai