Anda di halaman 1dari 8

PENGELOLAAN LAHAN MIRING

PERTANIAN BERKELANJUTAN

OLEH

ALBERTUS MAGNUS BRIANDRO KETTE

(2203542110014)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................3

1.1 Latar belakang.................................................................................................................3


1.2 Tujuan..............................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4

2.1 Karakteristik Tanah Lahan Miring..................................................................................4


2.2 Permasalahan Lahan Miring...........................................................................................4
2.3 Upaya Mengatasi Permalahan Lahan Miring..................................................................5
2.4 Varietas Tanaman yang Dapat Dibudidayakan Di Lahan Miring...................................6

BAB III PENUTUP....................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................9
3.2 Saran................................................................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pertanian di Indonesia termasuk sumber penghasilan terbesar yang utama untuk


memenuhi kebutuhan pangan. Subsektor pertanian berperan penting dalam perkembangan
perekonomiansecara nasional. Salah satu cara dalam mewujudkan pertanian yang bersinergi
dengan cara penyediaan bahan pangan, pembentukan modal, penyediaan bahan baku industri,
sumber tenaga kerja,sumber devisa negara, sumber daya alam, sumber pendapatan dan
lingkungan yang terjaga kelestariannya dengan proses budidaya yang bersifat berkelanjutan
dan ramah lingkungan. Pembangunan dilakukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat masih menyisaHkan berbagai macam persoalan lingkungan. Penerapan kebijakan

2
pembangunan pertanian konvensional melalui penerapan revolusi hijau yang bersifat
industrial, tidak ramah lingkungan, tidak menjaga sumber daya alam, serta lebih berorientasi
pada peningkatan produksi. Konsep pembangunan berkelanjutan diharapkan dapat menjadi
jembatan antarakepentingan ekonomi, lingkungan, dan sosial sehingga terwujud
suatukeseimbangan (Martina dan Praza, 2018).Pertanian berkelanjutan merupakan salah satu
upaya dalam proses pengelolaannya untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai nilai
sosial,ekologi, dan ekonomi tanpa mengorbankan kepentingan orang lain. Salah satu tujuan
diterapkannya pertanian berkelanjutan untuk menjaga kelestarian alam, meningkatkan
pendapatan petani, serta dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di pedesaan.
Untuk membangun pertanian berkelanjutan membutuhkan lahan yang produktif, namun
sekarang ketersediaan lahan produktif sudah semakin menipis dikarenakan adanya alif fungsi
lahan. Oleh perlu adanya pemanfaatan lahan marginal sebagai lahan untuk membangun lahan
pertanian. Salah satu contoh lahan marginal yaitu lahan miring, di Indonesia lahan tersebut
memiliki kemiringan diatas 15 % dan biasanya lahan tersebut berada disekitar perbukitan dan
dataran tinggi.
1.2 Tujuan
1. Memahami karakteristik lahan miring
2. Memahami permasalahan pengelolaan lahan miring dan upaya untuk mengatasinya
3. Mengetahui cara pengelolaan lahan miring untuk pertanian berkelanjutan
4. Mengetahui varietas atau tanaman yang cocok dilahan miring

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Tanah Lahan Miring
Tanah di Indonesia tergolong peka terhadap erosi, karena terbentuk dari bahan-bahan yang
mudah lapuk. Erosi yang terjadi akan memperburuk kondisi tanah tersebut dan menurunkan
produktivitasnya. Oleh karena itu penerapan teknik konservasi memperbaiki dan meningkatkan
kualitas tanah yang telah degradasi (Kurnia dkk, 2004).Lahan dengan kemiringan lebih dari 15%
tidak baik ditujukan sebagai lahan pertanian, melainkan sebagai lahan konservasi, Karena
samakin besar kemirigan lahan maka laju aliran permukaan akan semakin cepat, daya kikis dan
daya angkut aliran permukaan makin cepat dan kuat. Oleh karena itu strategir konservasi tanah

3
dan air pada lahan berlereng adalah memperlambat laju aliran permukaan dan memperpendek
panjang lereng untuk memberikan kesempatan lebih lama pada air untuk meresap kedalam tanah
(Kurnia dkk, 2004).Tanah kritis dapat berupa kerusakan fisik, kimia, atau biologi yang
akhirnyamembahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi kimia, pemukiman dan kehidupan
sosial ekonomi dari daerah dari lingkungan pengaruhnya. Hal ini disebabkan oleh ketidak
sesuaian antara penggunaan tanah dan kemampuannya (Setiawan, 2003).

2.2 Permasalahan Pertanian Lahan miring


A. Erosi tanah
Di Indonesia, yang telah berlangsung sejak awal abad ke-XX dan masih berlanjut hingga saat ini,
jelas menimbulkan dampak negatif pada produktivitas pertanian khususnya dan kehidupan
masyarakat pada umumnya. Sebagai gambaran yang mengkhawatirkan, di P. Jawa saja, kerugian
akibat erosi tanah mencapai US $ 341-406 juta/tahun (Margrath dan Arens, 1989). Laju erosi
tanah pada lahan pertanian berlereng 3-15 %, berkisar antara 97,5-423,6 t/ha/tahun. Beberapa
data dapat dikemukakan, sbb: (a) Pada Ultisols di Citayam, Jawa Barat, yang berlereng 14 % dan
ditanami tanaman pangan semusim, laju erosi mencapai 25 mm/tahun (Suwardjo, 1981), (b) di
Putat, Jawa Tengah, laju erosi 15 mm/tahun, dan di Punung, Jawa Timur, sekitar 14 mm/tahun;
keduanya pada Alfisols berlereng 9-10 %, ditanami tanaman pangan, (c) Di Pekalongan,
Lampung, laju erosi sebesar 3 mm/tahun pada Ultisols berlereng 3,5 %, yang ditanami tanaman
pangan semusim; dan pada Ultisols di Baturaja berlereng 14 %, laju erosi mencapai 4,6
mm/tahun (Abdurachman et al., 1985).
Erosi tanah oleh air (water erosion) menurunkan produktivitas melalui penurunan
kesuburan fisika, kimia, dan biologi tanah. Menurut Langdale et al. (1979) dan Lal (1985) hasil
jagung berkurang 0,07-0,15 t/ha setiap kehilangan tanah setebal 1 cm. Degradasi ini bukan saja
berdampak terhadap daerah yang langsung terkena, tetapi juga daerah hilirnya, antara lain berupa
pendangkalan dam-dam penyimpan cadangan air, saluran-saluran irigasi, dan pendangkalan
sungai. Dengan demikian bukan saja lahan yang menjadi rusak, tetapi juga kondisi sumberdaya
air menjadi lebih buruk.
B. Banjir dan longsor
Akhir-akhir ini banjir dan longsor makin sering terjadi, mengakibatkan makin tingginya
degradasi lahan pertanian. Banjir dan longsor membawa tanah dari puncak atau lereng bukit ke

4
tempat di bawahnya, sehingga menimbulkan kerusakan baik di lokasi kejadian, maupun areal
yang tertimbun longsoran tanah, serta alur di antara kedua tempat tersebut. Di Indonesia,
selama periode 1998-2004 terjadi 402 kali banjir dan 294 kali longsor, yang mengakibatkan
kerugian materiil sebagai tangible product sebanyak Rp 668 M (Kartodihardjo, 2006).

2.3 Upaya Mengatasi Permasalahan Di Lahan Miring Pertanian Berkelanjutan


1. Konservasi Tanah
Konservasi tanah merupakan serangkaian upaya dan strategi untuk mencegah dan
menghambat proses terjadinya pengikisan tanah. Saat melakukan konservasi tanah, pemilihan
jenis vegetasi penutup lahan harus diperhatikan sebab Untuk mengembalikan fungsi tanah yang
terlanjur rusak diperlukan vegetasi yang sifatnya mampu bertahan kondisi tanah yang ekstrim.
2. Membuat Terasering
Terasering termasuk cara yang sering digunakan untuk mencegah erosi. Cara ini adalah
dengan membuat teras demi teras seperti tangga pada lahan yang miring sehingga ketika hujan
turun air tidak langsung mengalir begitu saja sehingga proses terjadinya pengikisan tanah bisa
ditekan seminimal mungkin. Dengan membuat sistem lahan yang berteras seperti ini akan
membuat tanah semakin stabil begitu juga sangat baik untuk tanaman yang tumbuh di atas tanah
tersebut.

3. Countor Farming
Countor Farming adalah sistem penanaman berdasarkan garis kontur suatu tanah sehingga
sistem perakaran tanaman jadi semakin kuat sehingga bisa menahan tanah ketika terjadi hujan
deras. Pembuatan sistem kontur tanah ini seperti membuat perangkap tanah sehingga tidak
mudah hanyut terbawa air, membuat teras bangku atau gundulan.
4. Melakukan Reboisasi
Reboisasi menjadi salah satu cara preventif yang paling signifikan pengaruhnya. Penyebab
erosi bukan hanya karena buruknya sistem bercocok tanam namun juga bisa terjadi karena
dampak kerusakan hutan yang gundul akibat ulah manusia. Sangat baik, jika sudah melakukan
penebangan pohon, lahan harus ditanami pohon kembali atau reboisasi.
5. Lakukan Rotasi Tanam (Crop Rotation)

5
Merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk menjaga kelestarian unsur hara yang
terkadung dalam tanah dengan cara melakukan pengiliran jadwal penanaman jenis tumbuhan
sehingga zat yang berguna bagi kesuburan tanah tidak habis diserap oleh satu jenis tanaman saja.
Jika unsur hara sudah habis maka akan semakin rentan terjadinya pengkisan lapisan tanah paling
atas, tempat humus berada dan tidak akan menjadi penyebab pemanasan global.
6. Optimalkan Drainase atau Saluran Air
Tujuan adanya drainase ini untuk menjadi jalur pelepasan air sehingga sisa air yang tidak
terserap oleh vegetasi penutup lahan atau buffering, dapat segera alirkan ketempat yang lebih
rendah. Namun diperlukan juga upaya memotong panjangnya lereng menjadi lebih pendek
dengan menggunakan teras sehingga memperlambat aliran air. Selain itu perlu juga ditinjau
secara rutin kualitas drainase suatu lahan dengan melakukan pemeriksaan untuk mengecek
apakah ada bagiannya yang mengalami kerusakan, sehingga langkah seperti ini dapat semakin
mengoptimalkan fungsinya suatu drainase. (baca : manfaat sumur resapan)
7. Membuat Tanggul Pasangan
Setiap lahan yang miring wajib dibuatkan semacam tanggul yang searah dan sejajar
dengan kontur tanah, dengan demikian air hujan dapat tertampung dari langsung menyerap
kedalam tanah sehingga mengurangi terjadinya Run Off atau aliran permukaan. Pada daerah
tanggul tersebut lebih bagusnya ditanami oleh tanaman seperti jagung yang memiliki batang
yang tinggi, dengan demikian air tidak akan terlalu lama tergenang di daerah tanggul.

2.4 Varietas Tanaman yang dapat dibudidayakan di lahan Miring


1. Strowberri
Stroberi adalah jenis macam tanaman di dataran tinggi yang berasal dari Amerika Utara.
Buah berwarna merah ini terasa sangat manis apabila dipanen dengan tepat. Di Indonesia sendiri
stroberi sangat cocok ditanam di daerah dataran tinggi. Minimal ketinggian tanahnya berada di
1000 mdpl dengan intensitas curah hujannya yang sekitar 600-800 mm per tahun.Untuk
temperatur sendiri, stroberi sangat cocok ditanam di daerah bersuhu 20 derajat serta kelembaban
yang mencapai 75-90%.
2. Kentang
Kemudian tanaman yang sangat cocok ditanam di dataran tinggi yaitu kentang. Kentang
adalah sebuah jenis sayuran yang mempunyai banyak sekali manfaat, termasuk dalam bahan

6
pokok pangan. Jenis sayuran yang berbentuk padat ini sangat cocok apabila dibudidayakan di
kebun maupun halaman rumah bercuaca dingin. Suhu pada lingkungan yang rendah dapat
membangun pertumbuhan kentang hingga cepat panen dan tentunya yang lebih berkualitas.
3. Selada
Sama persis dengan kentang, sayuran selada ini tumbuh lebih baik di lokasi yang memiliki
suhu dingin. Tanaman yang akan cocok di dataran tinggi ini direkomendasikan tumbuh pada
daerah dengan memiliki ketinggian 500 hingga 2000 mdpl. Supaya daunnya yang lebih hijau
serta segar, dan pada suhunya harus berada disekitar 17- hingga 21 derajat Celcius.
4. Kopi
Kopi merupakan sebuah salah satu komoditas ekspor yang terbilang cukup menjanjikan di
Indonesia. Kopi tentunya memiliki banyak sekali sebuah manfaat, seperti untuk menghaluskan
kulit, dan juga menghilangkan rasa kantuk, serta mencegah terjadinya kanker. Suhu yang
diperlukan tanaman kopi untuk tumbuh yaitu berada pada 16 hingga 20 derajat Celcius
5. Kakao
Apabila dibanding dengan jenis tanaman yang sudah disebutkan sebelumnya, Kakao
memang tentunya kalah populer. Padahal, tanaman ini adalah bahan dasar dari pembuatan
cokelat. Tanaman yang dianggap berasal dari Amerika Selatan ini akan tumbuh baik di
ketinggian sekitar 1200 mdpl. Selain itu pun, temperatur maksimal yang cocok untuk Kakao
yaitu berada di 30 derajat celcius serta minimalnya di 18 derajat celcius.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lahan berlereng memiliki kemiringan diatas 15 % dan biasanya lahan tersebut berada
disekitar perbukitan dan dataran tinggi. Kemiringan lahan tersebut yang menyebabkan lahan
miring mudah terjadi erosi maupun longsor. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu ada
penanganan tanah yaitu dengan membuat terasering, membuat tanggul, melakukan rebosiasi, dan
koservasi tanah. Pemanfaatan lahan miring perlu dilakukan karena lahan produktif di Indonesia
sudah sangat menipis.

3.1 Saran
Berdasarkan uraian diatas penulis menyarankan agar lahan miring di kelola secara optimal
dengan melakukan pengolahan tanah seperti terasering,membuat tanggul, melakuakan rebosiasi
dan konservasi tanah. Adapun tanaman yang disarankan untuk dibudidayakan di lahan miring
yaitu, strowberi, kentang, selada, kopi, dan kakao.

Anda mungkin juga menyukai