1. Desertifikasi
Desertifikasi adalah jenis degradasi lahan di lahan kering di mana produktivitas biologis
hilang karena proses alam atau disebabkan oleh aktivitas manusia dimana daerah subur menjadi
semakin gersang. Penyebaran daerah gersang yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
perubahan iklim dan eksploitasi tanah yang berlebihan akibat aktivitas manusia. Sepanjang
sejarah geologis, perkembangan gurun telah terjadi secara alami. Baru-baru ini, potensi pengaruh
aktivitas manusia, pengelolaan lahan yang tidak tepat, penggundulan hutan dan perubahan iklim
pada penggurunan menjadi subyek dari banyak penyelidikan ilmiah.
Ketahanan pangan
Ketahanan pangan global sedang terancam oleh penggurunan. Semakin banyak populasi
tumbuh , semakin banyak makanan yang harus ditanam. Bisnis pertanian dipindahkan dari satu
negara ke negara lain. Misalnya, Eropa rata-rata mengimpor lebih dari 50% makanannya.
Sementara itu, 44% lahan pertanian terletak di lahan kering dan menyuplai 60% produksi pangan
dunia. Desertifikasi mengurangi jumlah lahan berkelanjutan untuk penggunaan pertanian tetapi
permintaan terus meningkat.
Penyebab langsungnya adalah hilangnya sebagian besar vegetasi. Hal ini didorong oleh
sejumlah faktor, sendiri atau bersama-sama, seperti kekeringan, perubahan iklim, pengolahan
tanah untuk pertanian, penggembalaan berlebihan, dan penggundulan hutan untuk bahan bakar
atau bahan bangunan. Padahal Vegetasi berperan besar dalam menentukan komposisi biologi
tanah . Studi telah menunjukkan bahwa, di banyak lingkungan, tingkat erosi dan limpasan
menurun secara eksponensial dengan meningkatnya tutupan vegetasi. Permukaan tanah yang
kering dan tidak terlindungi tertiup angin atau tersapu oleh banjir bandang, meninggalkan lapisan
tanah bawah yang tidak subur yang terpanggang matahari dan menjadi hardpan yang tidak
produktif. Setidaknya 90% penduduk lahan kering tinggal di negara berkembang , di mana
mereka juga menderita kondisi ekonomi dan sosial yang buruk. Situasi ini diperburuk oleh
degradasi lahan karena penurunan produktivitas, kondisi kehidupan yang genting dan sulitnya
akses ke sumber daya dan peluang. Banyak negara terbelakang terpengaruh oleh penggembalaan
yang berlebihan, penipisan lahan dan pengambilan air tanah yang berlebihan karena tekanan
untuk mengeksploitasi lahan kering marjinal untuk pertanian.
Pertanian adalah sumber pendapatan utama bagi banyak komunitas gurun.Meningkatnya
penggurunan di wilayah-wilayah ini telah mendegradasi lahan sedemikian rupa sehingga orang
tidak dapat lagi bercocok tanam secara produktif dan menghasilkan keuntungan. Hal ini
berdampak negatif terhadap perekonomian dan meningkatnya angka kemiskinan. Kegiatan
utama manusia yang mendorong penggurunan di antaranya:Penggunaan air yang berlebihan atau
tidak efisien, Penggembalaan berlebihan dan penggundulan hutan, Pengabaian tanah,
Penggunaan air yang berlebihan atau tidak efisien, Penggembalaan berlebihan dan penggundulan
hutan, Pengabaian tanah.
2. Deforestasi
Deforestasi dapat diartikan secara kuantitatif yaitu pengurangan tutupan tajuk pohon
menjadi kurang dari ambang minimum sebesar 10% untuk jangka panjang dengan tinggi pohon
minimum 5 m pada areal seluas minimum 0,5 ha.
Secara sederhana deforestasi juga didefinisikan sebagai perubahan tutupan suatu wilayah
dari berhutan menjadi tidak berhutan, dari suatu wilayah yang sebelumnya memilki bertajuk
berupa hutan (vegetasi pohon dengan kerapatan tertentu) menjadi bukan hutan (bukan vegetasi
pohon atau bahkan tidak bervegetasi). Definisi tersebut diperkuat dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari
Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) yang menyatakan secara tegas bahwa deforestasi
adalah perubahan secara permanen areal hutan menjadi tidak berhutan yang disebabkan oleh
kegiatan manusia.
Penyebab-penyebab Deforestasi
Hilangnya tutupan lahan atau pengurangan secara kuantitatif sangat berhubungan erat
dengan aktivitas manusia atau adanya gangguan alam. Diantara bentuk yang sering terjadi yaitu
pembukaan area lahan kehutanan yang dikonversi untuk lahan pertanian, penggembalaan,
transmigrasi, dan sebagainya. Angka deforestasi yang tinggi setiap tahunnya akan menyebabkan
hilangnya lahan hutan secara besar-besaran. Akibat dari kehilangan lahan hutan yang berdampak
negatif pada keberlanjutan lingkungan maupun kehidupan sosial.
Beberapa penyebab deforestasi yang umum dijumpai di Indonesia antara lain yaitu:
1. Kebakaran Hutan
Hampir setiap tahunnya Indonesia dihadapkan dengan bencana kebakaran hutan, pada
tahun 2015 tercatat 1,7 juta hektar yang terbakar dan menyebabkan bencana asap yang
menimbulkan dampak serius pada pendidikan, transportasi udara, kesehatan, ekonomi, dan
tentunya kerusakan lingkungan. Kebakaran membuat angka deforestasi menjadi semakin parah
dibandingkan kehilangan lahan yang disebabkan oleh kegiatan konversi lainnya. Kerugian akibat
kebakaran hutan juga berpotensi menghilangkan plasma nutfah.Fenomena kebakaran hutan di
Indonesia telah menjadi tradisi yang terus-menerus terjadi.
2. Pembukaan Lahan Perkebunan
Pembukaan lahan perkebunan seperti kelapa sawit secara ekologis berdampak langsung
terhadap angka penyusutan hutan. Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu
faktor dominan penyebab kehilangan tutupan dan lahan hutan di Indonesia. Kondisi ini
disebabkan karena perkebunan kelapa sawit dan tanaman perkebunan lainnya umumnya
diperoleh dengan dua metode, yaitu pengalihan fungsi lahan hutan dan pengalihan fungsi lahan
perkebunan. Pengalihan fungsi lahan perkebunan adalah metode yang dilakukan dengan
mengganti tanaman pokok perkebunan dengan tanaman baru (kelapa sawit).
4.Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan bencana pengikisan tanah oleh air hujan. Hal tersebut karena
kurangnya penyerapan air oleh pohon sehingga mengakibatkan terjadinya erosi. Penyebab utama
dari tanah longsor adalah penebangan liar tanpa diiringi reboisasi yang tepat.
5. Terkurasnya Sumber Daya Alam
Minyak bumi pada saat ini masih merupakan sumber daya alam yang paling utama untuk
memenuhi kebutuhan energi dunia. Hal ini dapat disaksikan bahwa segala mesin, kereta api, kapal laut,
pesawat terbang, mobil, semua alat tran- sportasi, merupakan sarana tran- sportasi yang menggunakan
bahan bakar minyak bumi, sedangkan minyak bumi adalah sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui (unrenewable) jika ini terus dikuras habis, maka lingkungan yang ideal yang tak kan pernah
dirasakan oleh generasi yang akan datang.
6. Polusi
Dengan perkembangan teknologi, perubahan alam menjadi tidak estetis, misalnya: asap
kendaraan bermotor yang bercampur dengan debu akan membentuk oksidasi nitrogen di udara
sehingga akan terbentuk awan kecoklatan, hal ini sangat mengganggu pada waktu menikmat keindahan
alam. Adanya kapal pengangkutan minyak yang bocor atau meledak dilautan dapat mengganggu
keindahan taman laut.
Pencemaran udara adalah hadirnya di dalam atmosfer / udara luar, satu atau lebih kontaminan
(bahan pencemar) udara, atau kombinasinya dalam jumlah dan waktu sedemikian yang cenderung
melukai / menyakiti manusia, tanaman, hewan, atau benda milik manusia. Pencemaran udara akibat
transportasi terutama terpusat di sekitar daerah perkotaan dan pada prinsipnya disebabkan oleh lalu
lintas di perkotaan. Kendaraan bermotor yang berhenti dan mulai berjalan (di kebanyakan jalan-jalan
arteri kota) pengaruh yang sangat besar dalam emisi gas-gas hidrokarbon dan karbon monoksida dari
kendaraan. Dispersi pencemaran udara tergantung pada beberapa kondisi, seperti meteorologi,
topografi, dan aerografi dari daerah perkotaan. Polutan (bahan pencemar) yang dominan adalah CO,
SOx, NOx, THC (Total Hydro Carbon), dan TSP (Total Suspended Particulate) atau debu partikulat,
dengan kontribusi CO, NOx, dan hidrokarbon berasal dari transportasi, SOx dari kegiatan industri, dan
TSP umumnya dari kegiatan permukiman. Pencemaran udara di banyak kota- kota besar pada umumnya
ber- hubungan dengan pembangunan dari kegiatan-kegiatan di sektor tran- sportasi dan industri,
meskipun sektor perdagangan dan permukiman tetap memberikan kontribusi yang cukup besar pula.
Dampak memberi- kan pengaruh yang merugikan bagi kesehatan manusia, bukan saja dengan terhisap
langsung, tetapi juga dengan cara-cara pemaparan lainnya seperti: meminum air yang terkontaminasi
dan melalui kuli. Pengaruh-pengaruh langsung dari polusi udara terhadap kesehatan manusia
tergantung pada; intensitas dan lamanya pemaparan, juga status kesehatan penduduk yang terpapar.