PEDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu dari Negara terluas di dunia dan menduduki peringkat
15 (Lima Belas) dengan jumlah penduduk sebanyak 275.122.131 jiwa. Luas yang dimiliki
oleh Indonesia didukung oleh ribuan pulau yang membentang dari sabang hingga merauke.
Indonesia juga memiliki lahan dan hutan yang lebat sebagai paru-paru dunia dan memiliki
kekayaan alam yang berlimpah, sehingga menjadikan pemerintah Indonesia memikirkan cara
lain untuk tetap mengikuti perkembangan zaman dan menciptakan rasa aman dan nyaman
bagi penduduk di lingkungannya, salah satu caranya adalah dengan membangun pemukiman
dan memenuhi kebutuhan yang sudah seharusnya diterima oleh masyarakat diikuti dengan
syarat dan ketentuan yang berlaku. Akibat dari kewajiban pemenuhan tersebut, mendorong
pemerintah melakukan alih fungsi lahan dalam berbagai bidang guna menunjang dan
menyejajarkan laju pertumbuhan penduduk
Alih fungsi lahan hutan adalah perubahan fungsi pokok hutan menjadi kawasan non
hutan seperti, permukiman, areal pertanian dan perkebunan kelapa sawit. Masalah ini
bertambah berat dari waktu kewaktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang
dialihfungsikan menjadi lahan usaha lain ( Widianto etal, 2003). Akibat dari alih fungsi lahan
yang paling utama adalah bahwa lahan tersebut menjadi lahan yang tidak dapat digunakan
lagi dan bahkan bisa menjadi lahan tidur. Lahan tidur sendiri merupakan istilah yang
digunakan oleh lahan pertanian atau perkebunan yang disebabkan salah perhitungannya
seseorang, saat pemberlakuan alih fungsi lahan dan tidak menghasilkan tumbuhan selama 2
tahun. Akibat dari lahan tidur tersebut, daerah penyerapan air hilang, degradasi
tanah ,perubahan iklim local,keanekaragaman hayati hilang dan dampak social ekonomi.
Alih fungsi lahan dengan mengambil lahan pertanian atau hutan yang baru sampai
tanah dari lahan tersebut sudah tidak digunakan, lalu mencari tempat baru untuk membangun
kebutuhan yang sebelumnya bermukim di lahan sebelumnya. Namun, apabila alih fungsi
lahan dilakukan dengan benar dan tidak menyebabkan dampak negatif, justru akan
bermanfaat bagi lingkungan. Semakin maju zaman dan teknologi maka semakin pesat pula
pertumbuhan penduduk mendorong pemerintah untuk mengalih fungsikan lahan ekosistem
darat untuk meningkatkan pembangunan.
Hutan memiliki manfaat yang baik bagi kehidupan makhluk hidup, hutan sebagai pemberi
oksigen dan juga penyerap karbon dioksida sudah memberikan manfaat bagi kelangsungan
hidup manusia dan juga lingkungan. Namun saat ini, sudah tidak dipungkiri lagi, kerusakan
hutan menjadi suatu permasalahan yang sangat memprihatinkan, bagaimana tidak, hutan saat
ini sudah banyak yang beralih fungsi sehingga akan mengancam kelangsungan manusia dan
juga lingkungan. Banyak hutan yang kini menjadi gundul akibat ulah manusia egois dengan
melakukan penebangan liar dan juga alih fungsi lahan, tanpa disadari hal ini akan menjadi
sumber bencana bagi kehidupan. Bukan hanya manusia yang terancam, namun juga
ekosistem makhluk hidup lain akan terancam hal tersebut karena Hutan merupakan ekosistem
kompleks yang berpengaruh pada hampir setiap spesies yang ada di bumi.
Saat ini Kerusakan hutan atau deforestasi terjadi hampir diseluruh dunia, dimana kerusakan
tersebut sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. Menurut Organisasi Pangan dan
Pertanian PBB (FAO), hampir 7,3 juta hektar hutan diseluruh dunia hilang setiap tahunnya.
Hal ini tentu akan semakin mengancam kehidupan manusia, Pemicu kegiatan deforestasi
hutan adalah kegiatan industri, terutama industri kayu. Faktor lainnya adalah karena adanya
alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan atau bisa juga dijadikan sebagai lahan
pemukiman bagi warga. Tentu hal ini harus bisa di atasi sebab setiap harinya semakin banyak
hutan yang gundul dan ini tentu akan memberikan dampak buruk bagi kehidupan terutama
akan menjadi sumber bencana alam yang besar. Dampak kerusakan lingkungan karena alih
fungsi hutan yang tidak sesuai antara lain :
Kehilangan habitat menduduki ranking tertinggi sebagai ancaman serius bagi kematian spesies
dan keanekaragaman hayati di dalam hutan, kehilangan habitat memiliki kontribusi 85% atas
hilangnya berbagai jenis spesies. .Salah satu dampak dari alih fungsi hutan adalah hilangnya
suatu habitat alami bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan. Hutan yang menjadi rumah
bagi spesies- spesies langka dan terancam punah karena penebangan hutan liar yang tidak
diimbangi penanaman Kembali.
2. PENCEMARAN AIR
Penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya dalam perkebunan kelapa sawit dapat
mencemari air tanah dan sungai di sekitarnya, berdampak pada kualitas air dan organisme
perairan
3. PENYEBAB BANJIR DAN TANAH LONGSOR
Semakin maraknya penebangan liar yang digunakan untuk lahan perkebuanan maupun
pertanian akan membuat hutan semakin gundul, hal ini tentu akan menjadi pemici terjadinya
banjir besar dan juga banjir bandang. karena sedikitnya pohon yang terdapat dihutan tidak akan
mampu menyerap air hujan. Sehingga saat hujan datang, air akan meluap karena tidak bisa
diserap oleh akar pohon.bukan hanya banjir yang dampak dari penebangan liar namun
dibarengi dengan longsor karena tidak adanya lahan untuk penyerapan air saat hujan deras.
4. EROSI TANAH
Hutan berfungsi dalam mencegah erosi tanah dengan akar pohon yang kuat dan vegetasi. Alih
fungsi hutan dapat mengakibatkan degradasi tanah dan erosi yang serius.
5. PERUBAHAN IKLIM
Hutan berperan dalam menyimpan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer, dan alih fungsi hutan
dapat mengakibatkan pelepasan besar-besaran karbon ke atmosfer. Ini berkontribusi pada
perubahan iklim global dan pemanasan global. dimana terjadi peningkatan gas rumah kaca
pada lapisan atmosfer dan berlangsung untuk jangka waktu tertentu. Penyebab perubahan iklim
dan pemanasan global terdiri dari berbagai faktor yang berbeda serta menimbulkan dampak
bagi kehidupan manusia.Dampak akibat perubahan iklim bagi kehidupan Masyarakat seperti
KESIMPULAN
Kesimpulan dari kerusakan akibat alih fungsi hutan adalah bahwa alih fungsi hutan dapat
memiliki dampak serius dan luas pada lingkungan, masyarakat, dan ekosistem. Dampak-
dampak ini termasuk hilangnya habitat alami, perubahan iklim, bencana kekeringan,
penyebab banjir dan tanah longsor ,menurun kualitas oksigen serta hilangnya habita alami
suatu spesies .Pentingnya menjaga hutan alam dan mengelola alih fungsi hutan dengan
bijaksana untuk meminimalkan dampak negatif menjadi semakin jelas.
Untuk mengurangi dampak kerusakan akibat alih fungsi hutan, diperlukan tindakan yang
berkelanjutan, regulasi yang ketat, serta keterlibatan dan kesadaran masyarakat yang tinggi.
Perlindungan hutan, pembentukan kawasan lindung, pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan, dan upaya pelestarian lingkungan harus menjadi prioritas dalam mengatasi alih
fungsi hutan.
Dalam mengelola alih fungsi hutan, penting untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan
pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Upaya ini harus melibatkan kerja sama
antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal untuk
mencapai tujuan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan dan menjaga keberlanjutan
ekonomi serta kesejahteraan sosial.
Sumber Bacaan:
1. Wilcove, D. S., Giam, X., Edwards, D. P., Fisher, B., & Koh, L. P. (2013). Navjot's
nightmare revisited: logging, agriculture, and biodiversity in Southeast Asia.
Trends in Ecology & Evolution, 28(9), 531-540.
2. Koh, L. P., & Wilcove, D. S. (2008). Is oil palm agriculture really destroying
tropical biodiversity? Conservation Letters, 1(2), 60-64.
3. Carlson, K. M., Curran, L. M., Asner, G. P., Pittman, A. M., Trigg, S. N., & Adeney,
J. M. (2013). Carbon emissions from forest conversion by Kalimantan oil palm
plantations. Nature Climate Change, 3(3), 283-287.
4. Fitzherbert, E. B., Struebig, M. J., Morel, A., Danielsen, F., Bruhl, C. A., Donald, P.
F., & Phalan, B. (2008). How will oil palm expansion affect biodiversity? Trends in
Ecology & Evolution, 23(10), 538-545.
2. Sebagai penggiat yang peduli terhadap permasalahan lingkungan yang terjadi akibat alih
fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, langkah-langkah yang dapat diambil untuk
menanggulangi permasalahan tersebut meliputi:
Penting untuk mencatat bahwa perencanaan ini harus didasarkan pada penilaian dampak
lingkungan yang komprehensif dan memperhitungkan kebutuhan masyarakat serta
perkembangan ekonomi. Dalam jangka pendek, upaya dapat difokuskan pada perbaikan kecil
yang dapat segera dilakukan, sementara dalam jangka panjang, transformasi besar dalam
infrastruktur dan kebijakan mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan pelestarian
lingkungan yang berkelanjutan.