KALIMANTAN TIMUR
Defvy Ayuningtyas
e-mail:2110128220001@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
Abstrak
Hutan memiliki manfaat langsung dan tidak langsung yang sudah dikenal baik untuk kehidupa
n di planet ini. Manfaat langsung dan kasat mata hutan berasal dari hasil kayu dan bukan kayu,
tetapi manfaat tidak langsung selain hutan juga merupakan sumber suplai adalah pengaturan i
klim mikro, masalah air dan kesuburan tanah. dari Peran plasma nutfah dalam kehidupan org
anisme di planet ini sangat penting baik sekarang maupun di masa depan. Hutan juga memaink
an peran yang sangat penting dalam perubahan iklim. Hutan berperan dalam menyerap dan m
enyimpan karbon. Degradasi hutan di Indonesia, khususnya Kalimantan Timur, menjadi fakto
r pendorong berkembangnya masalah sebagai sumber utama emisi karbon dioksida. Apalagi st
atus hutan sebagai sumber daya alam dan pembangunan ekonomi yang statusnya sangat memp
rihatinkan akan mempercepat deforestasi dan degradasi hutan serta meningkatkan emisi gas r
umah kaca di sektor kehutanan.
Abstract
Forests have well-known direct and indirect benefits for life on this planet. The direct and visible
benefits of forests come from wood and non-timber products, but indirect benefits other than forests
are also a source of supply are microclimate regulation, air problems and soil fertility. of
Germplasm's role in the life of organisms on this planet is very important both now and in the future.
Forests also play a very important role in climate change. Forests play a role in absorbing and
storing carbon. Forest degradation in Indonesia, especially East Kalimantan, is a driving factor in
the development of the problem as a major source of carbon dioxide emissions. Moreover, the status
of forests as natural resources and economic development will support deforestation and forest
degradation and increase greenhouse gas emissions in the forestry sector.
Pendahuluan
Luas hutan Indonesia adalah 134 juta hektar, sekitar 60% dari total luas Indonesia
(Kementerian Kehutanan, 2009). Hutan juga merupakan tempat yang menghasilkan segala
kebutuhan manusia berupa pangan, papan dan sandang. Hutan memiliki banyak fungsi, salah
satunya adalah untuk mengurangi banjir dan kekeringan. Hutan juga bertindak sebagai
penahan angin, mencegah terlalu banyak penguapan dari tanah dan mencegah tanaman hutan
tumbuh terlalu tinggi. Di daerah subtropis, hutan menghalangi angin memasuki zona hujan,
1
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308
menyebabkan angin mengembun dan membentuk tetesan hujan, meningkatkan curah hujan.
Ada faktor positif dalam kualitas air dari kawasan hutan, karena air dapat disaring dan
disaring melalui akar tanaman dan tanah hutan. Aliran permukaan yang sama berupa semak
belukar, aran aran, ladang tanaman semusim, dan hutan tropis lembab yang belum ditebang.
Di antara banyak fungsi hutan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, menyediakan
ketersediaan air, dan menyerap karbon, keberadaan hutan ini sangat penting bagi
keberhasilan usaha pertanian dalam ekspansi dan kesejahteraan manusia. Pendekatan
ekosistem menjadi dasar pengembangan sumber daya hutan, lahan dan air. Kegiatan
pertanian dan keberadaan usaha lain sangat erat kaitannya dengan sumber daya tanah dan air.
Dari pertimbangan-pertimbangan di sana, jelaslah bahwa pendekatan ekosistem merupakan
hal yang mendasar bagi pembangunan sumber daya hutan, lahan, dan air. Kegiatan pertanian
dan keberadaan usaha lain sangat erat kaitannya dengan sumber daya tanah dan air. Oleh
karena itu, ekosistem hutan harus dikelola sebagaimana mestinya. Penyebab utama
deforestasi adalah konversi permanen lahan hutan yang terkait dengan pertanian, perkebunan,
pemukiman, dan tujuan lainnya. Selain itu, pemanfaatan hutan di luar sektor kehutanan
dengan cara menyewakan dan memanen hasil hutan melanggar prinsip-prinsip pengelolaan
hutan lestari. Di sisi lain, degradasi dan penurunan kualitas hutan disebabkan oleh kebakaran
dan kegiatan pemanfaatan hasil hutan (kawasan hutan). Peningkatan jumlah penduduk dan
kebutuhannya mempengaruhi peningkatan konversi di bidang budidaya dan pertanian.
Kerusakan hutan mencapai 1,09 juta ha (Departemen Kehutanan, 2007). Ada banyak faktor
yang mempengaruhi deforestasi, salah satunya adalah penerbangan ilegal. Departemen
Konservasi Hutan (2001) menyebutkan kerugian dari penerbangan ilegal mencapai Rp 30,42
triliun per tahun dalam bentuk 50,7 juta meter kubik kayu ilegal. Akibat dari hal tersebut
tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan
kerugian lainnya seperti degradasi moral dan sosial budaya masyarakat yang disebabkan oleh
kesenjangan produksi dan kelestarian hutan dengan kebutuhan bahan baku yang tinggi, sosial
yang masih sangat rendah. status masyarakat, masalah pengelolaan hutan dan banyak alasan
lainnya. Oleh karena itu, hubungan antara pembuatan makalah ini dan pedagogi IPS adalah
bahwa karakteristik pedagogi IPS sebagai bidang akademik yang komprehensif juga
merupakan tujuan pendidikan, dan pengembangan masalah sosial dalam kehidupan sosial
dipertimbangkan. diketahui. Materi IPS (Jumriani, Syaharuddin, dkk., 2021; Mutiani,
Disman, dkk., 2022).
Metode
Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah metode penelitian dan
observasional dari beberapa referensi jurnal. Melakukan tinjauan pustaka, mencari beberapa
referensi teoritis yang terkait dan relevan dengan konflik dan isu yang ingin digali dalam
artikel ini. Menurut Cresswell John, tinjauan pustaka adalah ringkasan artikel dari beberapa
jurnal, buku, dan dokumen lain, dan dengan mengelompokkan berbagai perpustakaan ke
dalam kelompok subjek dan dokumen, dapat diperoleh informasi yang cukup, baik historis
maupun terkini. sedang dipelajari berdasarkan Anda akan membutuhkan ini nanti. Prosedur-
prosedur yang digunakan dalam survey kepustakaan akan diolah kemudian dan dijadikan
sebagai kesimpulan. Hal ini juga digunakan untuk memvalidasi informasi dari jurnal, artikel
ilmiah, dan hasil dari literatur yang diterima. Tahapannya adalah:
2
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Defvy Ayuningtyas
3
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308
mencapai 6.402,472 Ha, yang dapat menyebabkan kebakaran hutan, kebakaran hutan,
penerbangan ilegal, dan pembukaan hutan. adalah alam. Ini menyebabkan kebakaran dan
digunakan untuk pemukiman dan manfaat lain dari sektor ini (Kalimantan Timur Hijau
2013). Perubahan iklim erat kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya alam. Pada masa
pemerintahan sendiri, daerah diberikan kekuasaan yang besar dalam mengelola sumber daya
alamnya. Di Kalimantan Timur, pembangunan sedang dipertimbangkan dan pemerintah
daerah telah mengeluarkan izin terkait pengelolaan sumber daya alam. Proses desentralisasi
kehutanan di Indonesia sejalan dengan era otonomi daerah, sebuah proses yang memberikan
pendanaan yang signifikan kepada kedua belah pihak di tingkat lokal dengan berperan aktif
dalam mengelola sumber daya yang ada. Berpartisipasi tidak hanya dalam kepentingan, tetapi
juga dalam kepentingan nasional dan global. Jika pemerintah Kaltim kurang dalam
pengelolaan sumber daya alam, sebaiknya memperhatikan masalah lingkungan dan
perubahan iklim yang dapat berdampak buruk seperti banjir, kekeringan, tanah longsor,
penipisan sumber daya mineral dan energi yang tidak terbarukan. Produksi bahan baku
Nutrisi lokal dapat menurun dan ekspor pangan dapat menurun, yang diambil dari program
pembangunan pertanian.
Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang berjanji akan meniadakan Amy
Si dari sektor pertanahannya. Menurut Satgas Iklim dan Kehutanan (GCF) Gubernur
Indonesia (2013), deforestasi di Kalimantan Timur mencapai 880.000 hektar dari tahun 2006
hingga 2011, terutama karena aktivitas terbang dan penambangan ilegal. Karena pemerintah
negara bagian memiliki komitmen untuk mengurangi emisi, semua kabupaten di negara
bagian termasuk di Kalimantan Timur juga diharapkan untuk membangun inisiatif
pengurangan emisi. Menurut program pemerintah, konversi dan degradasi hutan yang terjadi
di kawasan hutan produksi atau kawasan penggunaan lainnya juga terjadi di kawasan hutan
lindung yang tidak boleh terjadi penerbangan ilegal. Hasil dari hutan biasanya dipanen dan
lahannya dapat digunakan untuk pembangunan ekonomi dan sebagai mata pencaharian bagi
masyarakat dan penduduk lainnya. Di hutan produksi, kayu aktif penerbangan ini memiliki
izin administratif untuk melakukan penerbangan, dan lembaran yang digunakan sebagai hasil
pertanian yang tidak dalam kondisi lahan di kawasan hutan diubah menjadi tuss. Produksi
terjadi secara berurutan dan menyumbang 46% dari total 45,48,ri berdasarkan durasi tiga
periode tarif terbuka. Degradasi hutan tertinggi terjadi pada kawasan hutan produksi terbatas,
terjadi berturut-turut, dan berjumlah 46% dari 45 n 48 ri. Meskipun penerbangan penebangan
tidak diperbolehkan di kawasan hutan lindung, deforestasi di kawasan ini rata-rata 6.611
ha/tahun, 5.961 ha/tahun (2000-2005) dan 11.555 ha/tahun selama periode 1990-2000 adalah
ha/tahun (2005-2010). ). Degradasi hutan biasanya terjadi di tepi hutan dan di daerah yang
luas dari tepi hutan lindung di daerah kontrol lalu lintas udara atau desa. Meskipun ini
dilakukan dalam skala yang kurang akurat, namun sengaja diterbangkan secara ilegal.
Hilangnya hutan dari tahun 1990 hingga 2000, sebagian besar didorong oleh perubahan
konservasi hutan menuju agroforestri dan semangat gosok, menyumbang 44n23ri dari total.
Selain itu, 21% dari kawasan hutan telah dikonversi menjadi perkebunan. Antara tahun 2000
dan 2005, penyebab utama hilangnya hutan adalah konversi menjadi agroforestri dan
perkebunan, yang kemudian dibayar 40% hingga 41%. Pada periode 2005-2010, perubahan
besar di hutan dan perkebunan menyumbang 36%, dan perkebunan yang lebih tua dari 3-10
4
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Defvy Ayuningtyas
tahun menyumbang 40-41%. Selama periode 2005-2010, perubahan besar hutan dan
perkebunan masing-masing menyumbang 36% dan 30-15%.
5
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308
pada perubahan ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat lokal. Perubahan tersebut didorong
oleh perkembangan sosial ekonomi yang terjadi di kawasan hutan, dan masyarakat adat di
kawasan hutan tersebut cenderung berubah, yang awalnya tidak mengerti apa-apa tentang
transaksi ekonomi dan beralih ke mereka yang mencari keuntungan ekonomi. Kalimantan Di
bagian timur yang tinggal di kawasan hutan, pasti ada perubahan cara bercocok tanam.
Kegiatan ekonomi di kawasan hutan penting, seperti penebangan, pertambangan dan
penggalian. Meskipun hutan telah dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, namun juga
dapat menimbulkan kerusakan yang merugikan masyarakat. Dari tahun 1969 hingga 1974,
sekitar 11 juta hektar hutan dialokasikan di wilayah Kalimantan Timur, Indonesia menjadi
penghasil kayu hutan tropis terbesar. Indonesia menyumbang sekitar 41% pasar dunia,
sehingga pertumbuhan ekonomi Kaltim berubah menjadi 7,42% per tahun hingga awal 1970-
an, hingga 1000 SMA 191 adalah penemuan gas dan minyak terbesar, setelah itu minyak dan
gas menjadi sumber utama . Situasi perekonomian Kaltim saat itu (Rusma Wongso 2017).
Salah satu dari sekian banyak kegiatan masyarakat yang memiliki berbagai dampak negatif
adalah membantu terjadinya kebakaran hutan. Kebakaran hutan memang sangat berbahaya
karena menebang banyak kayu dan menciptakan hutan yang bernilai ekonomi tinggi. Rowell
dan Moore (1999) menyatakan bahwa kerugian dari kebakaran 1000 SMA 197 atau 1998
adalah $9,7 miliar.
Dampak lain dari kebakaran hutan adalah meningkatnya kawasan kritis, kerusakan flora
dan fauna, dan kerugian lainnya akibat penurunan kualitas lingkungan. Curah hujan yang
rendah di Kalimantan Timur juga berarti bahan bakar dengan kadar air rendah mengeringkan
kelembaban di udara sekitar, membuat kebakaran hutan dan lahan lebih mungkin terjadi.
Naiknya suhu laut juga memperpanjang musim kemarau, membunuh vegetasi. Hal ini terkait
dengan potensi bahan bakar yang dapat secara sengaja atau tidak sengaja muncul ke
permukaan atau menimbulkan makanan lain jika terkena percikan api dari batubara, faktor
lain penyebab kebakaran adalah aktivitas manusia sebesar 54,5% dan faktor biofisik sebesar
45,5%. Tingkat kerentanan adalah desa, jalan ke jalan, telepon pedesaan, dan keberadaan
gambut dan curah hujan. Salah satu penyebab terbesar kebakaran hutan di darat adalah
deforestasi skala besar. Deforestasi adalah hilangnya hutan secara bertahap karena sebagian
besar hutan alam diubah menjadi hutan produksi, pertanian, perkebunan dan pemukiman.
Menurut data FWI (Forest Watch Indonesia), Kalimantan Timur terkena dampak deforestasi
dan degradasi hutan paling parah pada 2018. Pergerakan cepat deforestasi dan degradasi
hutan di Kaltim sangat signifikan, dari 89 ha/tahun, yang dikatakan dua kali lipat data
sebelumnya, menjadi 157 ha/tahun. Deforestasi yang cepat mendorong kepunahan banyak
spesies potensial, mengganggu ekosistem, dan berkontribusi pada pemanasan global seperti
Kesma Kaka, yang bahkan berdampak pada rendahnya standar hidup manusia. . Seperti
dilansir Indarut dkk. (2013) Faktor-faktor berikut mempercepat deforestasi dan degradasi
hutan (1). kepentingan pembangunan ekonomi; (2). Orang-orang bergantung pada sumber
daya alam. (3). pertumbuhan penduduk dan dampaknya; (4). Meningkatnya permintaan akan
pasokan dan produksi kayu. (Lima). Harga dan jumlah permintaan bahan baku dari
perkebunan dan tambang. (6). Jumlah pemilik tanah dengan tanggal yang tidak jelas (7).
Kepentingan politik (8) Pengelolaan sumber daya hutan yang buruk; Oleh karena itu,
langkah-langkah strategis perlu dilakukan oleh pemerintah provinsi dan pusat untuk
6
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Defvy Ayuningtyas
mencegah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, khususnya di wilayah Kalimantan Timur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan di Kalimantan Timur antara lain jenis
bahan bakar, topografi lahan, hidrologi, cuaca, iklim dan kurangnya perhatian masyarakat.
Konsekuensi negatif lain dari kebakaran hutan adalah terciptanya polusi udara, yang sangat
mengurangi jarak pandang. Aktivitas masyarakat juga terganggu karena pencemaran yang
sudah berbahaya. Orang-orang juga menderita penyakit pernapasan, mata dan kulit.
Kebakaran hutan adalah kebalikan dari fotosintesis dalam hal pemanasan global. Kebakaran
hutan menghasilkan karbon yang disimpan dalam vegetasi terkait dalam bentuk selulosa,
yang dibakar dan dipecah menjadi karbon dioksida. Oleh karena itu, kadar karbon dioksida
dari kebakaran hutan meningkat. Peningkatan karbon dioksida dari polusi kebakaran hutan
menyebabkan peningkatan suhu rata-rata, atau pemanasan global. Hooijer et al., (2006)
menyatakan bahwa lahan gambut yang terbakar memiliki emisi GRK sebesar 3-5 GtC.
Fungsi hutan di Kalimantan Timur ini adalah menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi
apa yang terjadi pasca bencana ekologi global. Oleh karena itu, pemerintah diperkirakan tidak
akan mengambil tindakan serius di tengah kekhawatiran bahwa penjarahan akan
menghancurkan hutan Kalimantan Timur dalam satu dekade ke depan. Seluruh pemangku
kepentingan mulai dari masyarakat, pengusaha dan pemerintah untuk menangani masalah-
masalah yang berkaitan dengan pengelolaan hutan yaitu hutan Kalimantan Timur karena
hutan dan alam merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia
terdiri dari pendampingan. Oleh karena itu, terjadi keseimbangan antara manfaat eksploitasi
dan manfaat menjaga kelestarian. Dampak sampah dapat kita rasakan karena dampaknya
terhadap pemanfaatan sumber daya alam, namun kita mengimplikasikannya dan meremehkan
dampaknya (Abrianto Amin, 2001). Adanya kebijakan pemerintah kabupaten yang secara
ketat mengizinkan pemanfaatan hasil hutan yang tidak dikelola juga memperparah deforestasi
di Kalimantan Timur. Kawasan hutan lindung dan hutan konservasi juga mengalami
degradasi akibat rendahnya kesadaran masyarakat setempat dan pemerintah daerah tentang
fungsi hutan lindung dan pengelolaan air setempat. Masih butuh waktu lama bagi pemerintah
untuk menerapkan UU Cagar Hutan, terutama tentang perusakan dan perusakan lingkungan
secara ilegal, eksploitasi sumber daya hutan, dll. Adanya emisi karbon akibat alih fungsi
lahan di Kalimantan Timur disebabkan oleh deforestasi dan degradasi hutan baik di tanah
mineral maupun gambut. Deforestasi adalah transformasi penggunaan hutan alam menjadi
penggunaan lahan dan eksploitasi pelindung hutan non-alam. Degradasi adalah penurunan
kemampuan hutan untuk menciptakan lingkungan, termasuk penyimpanan karbon. Perbedaan
antara deforestasi dan degradasi adalah bahwa degradasi tidak menjadikan hutan sebagai
tempat berlindung dari zat lain yang dapat mengubah cadangan karbon yang dapat habis.
Ketika pohon hutan berada di dalam hutan dan bagian lain dari tumbuhan tersebut membusuk
dan terbakar, keberadaannya melepaskan karbondioksida ke atmosfer. Penyebab utama
deforestasi di Kalimantan Timur adalah pembakaran dan , akibat dari penerbangan ilegal,
baik legal maupun ilegal . Aturan yang semula mengacu pada satu sumber kini telah diubah
untuk melakukannya. Tidak konsisten dan kontradiktif. Kurangnya demarkasi yang jelas
antara hutan nasional dan hutan rakyat membuat penegakan aturan ini sulit, membingungkan
tanggung jawab pemerintah dan menyebabkan beberapa pihak hanya mencari kepentingan
kelompok, sementara yang lain untuk tujuan mengelola kepentingan mereka Hal ini
menyebabkan konflik dan kerjasama di antara mereka. . Hutan. Kebijakan pemanfaatan dan
7
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308
8
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Defvy Ayuningtyas
berlebihan, pemerintah daerah perlu segera mengambil alih kepemilikan sumber daya hutan
yang tersisa. Tujuan pembahasan dalam artikel ini adalah untuk:
Pembahasan dalam artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberikan pengetahuan
tentang faktor-faktor pendorong deforestasi dan degradasi hutan di wilayah Kalimantan
Timur, ibu kota baru Indonesia. Hasil penelitian dari ref juga mereview beberapa jurnal yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam mengatasi beberapa bencana yang
diakibatkan oleh deforestasi dan degradasi hutan. Selain itu, artikel ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih luas kepada pembaca, khususnya penulis, tentang
dampak deforestasi dan degradasi hutan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pelestarian kawasan hutan, karena di dalam kawasan hutan terdapat ekosistem yang harus
dijaga dan terlindungi.
Tabel 1
Kesimpulan
Hutan memiliki manfaat langsung dan tidak langsung dan dikenal baik oleh manusia
di muka bumi. Manfaat langsung hutan adalah penghasil kayu dan bukan kayu, dan manfaat
tidak langsungnya adalah pengaturan iklim mikro, pengaturan air dan kesuburan tanah, dan
penyediaan plasma nutfah. Kelestarian kawasan hutan terutama terancam oleh gangguan
yang disebabkan oleh deforestasi dan degradasi. Deforestasi terutama disebabkan oleh alih
fungsi hutan untuk penggunaan lain, sedangkan degradasi disebabkan oleh pengelolaan hutan
yang tidak sesuai dengan prinsip dan kebutuhan manusia yang rasional, gangguan seperti
kebakaran, pembakaran, penerbangan ilegal, dan deforestasi yang disebabkan oleh gangguan
lain yang dapat mengganggu penggunaan Ekosistem hutan. Banyak upaya yang telah
dilakukan untuk memelihara dan memulihkan ekosistem tempat sampah ini, namun hal
tersebut belumlah cukup dan perlu perhatian yang lebih besar baik dari pemerintah maupun
masyarakat itu sendiri. Upaya tersebut hanya akan berhasil jika semua pihak menunjukkan
integritas dan komitmen yang tinggi. Meskipun ada beberapa kegiatan legal seperti
transportasi udara dan pembakaran kayu bakar yang memerlukan persetujuan peraturan di
kawasan hutan produktif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penerbangan penebangan
9
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308
dan hutan tanpa persetujuan peraturan tidak diperbolehkan, ada juga beberapa kegiatan ilegal
seperti agresi. Pembakaran kayu yang disetujui pemerintah di kawasan hutan komersial yang
diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi juga diperlukan, tetapi masih ada
beberapa kegiatan ilegal seperti penerbangan penebangan yang disetujui pemerintah di
kawasan hutan tanpa persetujuan pemerintah.
Daftar Pustaka
ABBAS, E. W. (2020). Menulis Mudah, Menulis Ala Ersis Writing Theory. Program Studi Pe
ndidikan IPS FKIP Universitas Lambung Mangkurat. https://repo-dosen.ulm.ac.id//ha
ndle/123456789/17292
Abbas, E. W., Jumriani, J., Handy, M. R. N., Syaharuddin, S., & Izmi, N. (2021).
Actualization of Religious Values through Religious Tourism on the River as a
Source of Social Studies Learning. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 13(3), 1663–166
9. https://doi.org/10.35445/alishlah.v13i3.1013
Abbas, E. W., Jumriani, J.,Syaharuddin, S., Subiyakto, B., & Rusmaniah, R. (2021). Portrait
of Tourism Based on River Tourism in Banjarmasin . The Kalimantan Studies Journa
l, 3(1), 18–26. https://doi.org/10.20527/kss.v3i1.4145
Abrianto Amin. 2001. Pernyataan Keprihatinan Terhadap Fenomena Banjir, Kalimantan Tim
ur.http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id/msg01949.html (diakses 17 Juni
2009)
Deforestasi Tanpa Henti Potret Deforestasi di Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Maluk
u Utara, Op. Cit, hal 11.
Deforestasi Tanpa Henti Potret Deforestasi di Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Maluk
u Utara, Forest Watch Indonesia, diakses dalam http://fwi.or.id/wp-content/uploads/2
018/03/deforestasi_tanpa_henti_2013-2016_lowress.pdf (15/03/2018, 19:05 WIB).
Departemen Kehutanan. 2007. Statistik Kehutanan Indonesia 2006. Departemen Kehutanan, J
akarta.
Departemen Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2008. Departemen Kehutanan, J
akarta.
GCF Task Force of Indonesia. 2013. Final report of Database Completion Governors Climate
and Forest (GCF) Indonesia Province Member. Jakarta, Indonesia. http://www.gcftask
force.org/documents/final_ report_ID_content_king_2013.PDF
Info Anda. 2006. Hutan Kalimantan Timur Terancam Rusak. http://www.infoanda.com/linksf
ollow.php?li=www.kompas.co.id//teknologi/news/0603/29/133652.htm(diakses 17 Ju
ni 2009)
10
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Defvy Ayuningtyas
Johan Iskandar dan Azhar Ginanjar, Perubahan Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat Dayak A
kibat Kegiatan HPH/HPPHH di Kutai Barat Kalimantan Timur, Jurnal Sosiohumanior
a, Vol, 4, No. 3, Bandung, hal,8 diakses dalam http://jurnal.unpad.ac.id/sosiohumanio
ra/article/view/5268 (20/05/2018, 16:00 WIB)
Jumriani, J., Syaharuddin, S., Abbas, E. W., Mutiani, M., & Handy, M. R. N. (2021). The tra
ditional clothing industry of Banjarmasin Sasirangan: A portrait of a local business
becoming an industry. Journal of Socioeconomics and Development, 4(2), 236–244. h
ttps://doi.org/10.31328/jsed.v4i2.1597
Kaltim Hijau Tahun 2013, Dewan Kehutanan Daerah Kalimantan Timur, diakses dalam https:
//anzdoc.com/kaltim-hijau-tahun-2013.html (15/03/2018, 19:08 WIB)
Lestari, J. A., & Abbas, E. W. (2021, February). Efforts to Improve Community Economy
Through Making Hand Crafts Based on Purun Plants. In The 2nd International
Conference on Social Sciences Education(ICSSE 2020) (pp 403-406) . Atlantis Press
Mulyono, S. 1986. Diktat Analisa Biaya Pemanenan Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas
Mulawarman. Samarinda.
Mutiani, M., Disman, D., Wiyanarti, E., Abbas, E. W., Hadi, S., & Subiyakto, B. (2022).
Overview of Rationalism and Empiricism Philosophy in Social Studies Education.
The Innovation of Social Studies Journal, 3(2), 148–156 https://doi.org/10.2052
7/iis.v3i2.4671
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P30/Menhut-II/2009 Tentang Tata Car
a Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degraasi Hutan (REDD), diakses dalam htt
ps://www.elaw.org/system/files/REDD_PERMENHUT_P-30-2009_BILINGUAL.pdf
(15/03/2018, 19:10 WIB).
Profil Daerah Provinsi Kalmantan Timur, diakses dalamhttp://www.bappedakaltim.com/profi
l-daerah-provinsi-kalimantan-timur (15/04/ 2018, 19:00 WIB)
Rowell, A dan P.F. Moore. 1999. Global Review of Forest Fore. WWF-IUCN.
Rusma Wongso, Transformasi Ekonomi Kalimantan Timur, Dinamika dan Dampak Terhadap
Kesejahteraan Rakyat. Samarinda, hal.3 diakes dalam http://untag-smd.ac.id/files/OR
ASI_ILMIAH_SEKDA_WISUDA_2017.pdf (17/05/2018, 18:30 WIB)
Rusmaniah, R., Mardiani, F., Handy, M. R. N., Putra, M. A. H., & Jumriani, J. (2021). Social
Services Based on Institutional for Youth Discontinued School. The Innovation of So
cial Studies Journal, 2(2), 151–158. https://doi.org/10.20527/IIS.V2I2.3082
Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan- Peme
rintah Provinsi Kalimantan Timur, Dewan Nasional Perubahan Iklim diakses dalam ht
tps://anzdoc.com/queue/strategi-pembangunan-kalimantan-timur-yang-berkelanjutan-
dan.html (15/03/2018, 20:00 WIB).
11
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308
12
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM