Anda di halaman 1dari 12

DEGRADASI DAN DEFORESTASI HUTAN DI DAERAH

KALIMANTAN TIMUR
Defvy Ayuningtyas
e-mail:2110128220001@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak

Hutan memiliki manfaat langsung dan tidak langsung yang sudah dikenal baik untuk kehidupa
n di planet ini. Manfaat langsung dan kasat mata hutan berasal dari hasil kayu dan bukan kayu,
tetapi manfaat tidak langsung selain hutan juga merupakan sumber suplai adalah pengaturan i
klim mikro, masalah air dan kesuburan tanah. dari Peran plasma nutfah dalam kehidupan org
anisme di planet ini sangat penting baik sekarang maupun di masa depan. Hutan juga memaink
an peran yang sangat penting dalam perubahan iklim. Hutan berperan dalam menyerap dan m
enyimpan karbon. Degradasi hutan di Indonesia, khususnya Kalimantan Timur, menjadi fakto
r pendorong berkembangnya masalah sebagai sumber utama emisi karbon dioksida. Apalagi st
atus hutan sebagai sumber daya alam dan pembangunan ekonomi yang statusnya sangat memp
rihatinkan akan mempercepat deforestasi dan degradasi hutan serta meningkatkan emisi gas r
umah kaca di sektor kehutanan.

Keywords: Deforestasi hutan,Degradasi hutan

Abstract

Forests have well-known direct and indirect benefits for life on this planet. The direct and visible
benefits of forests come from wood and non-timber products, but indirect benefits other than forests
are also a source of supply are microclimate regulation, air problems and soil fertility. of
Germplasm's role in the life of organisms on this planet is very important both now and in the future.
Forests also play a very important role in climate change. Forests play a role in absorbing and
storing carbon. Forest degradation in Indonesia, especially East Kalimantan, is a driving factor in
the development of the problem as a major source of carbon dioxide emissions. Moreover, the status
of forests as natural resources and economic development will support deforestation and forest
degradation and increase greenhouse gas emissions in the forestry sector.

Keywords: Forest Deforestation, Forest Degradation

Pendahuluan
Luas hutan Indonesia adalah 134 juta hektar, sekitar 60% dari total luas Indonesia
(Kementerian Kehutanan, 2009). Hutan juga merupakan tempat yang menghasilkan segala
kebutuhan manusia berupa pangan, papan dan sandang. Hutan memiliki banyak fungsi, salah
satunya adalah untuk mengurangi banjir dan kekeringan. Hutan juga bertindak sebagai
penahan angin, mencegah terlalu banyak penguapan dari tanah dan mencegah tanaman hutan
tumbuh terlalu tinggi. Di daerah subtropis, hutan menghalangi angin memasuki zona hujan,

1
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308

menyebabkan angin mengembun dan membentuk tetesan hujan, meningkatkan curah hujan.
Ada faktor positif dalam kualitas air dari kawasan hutan, karena air dapat disaring dan
disaring melalui akar tanaman dan tanah hutan. Aliran permukaan yang sama berupa semak
belukar, aran aran, ladang tanaman semusim, dan hutan tropis lembab yang belum ditebang.
Di antara banyak fungsi hutan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, menyediakan
ketersediaan air, dan menyerap karbon, keberadaan hutan ini sangat penting bagi
keberhasilan usaha pertanian dalam ekspansi dan kesejahteraan manusia. Pendekatan
ekosistem menjadi dasar pengembangan sumber daya hutan, lahan dan air. Kegiatan
pertanian dan keberadaan usaha lain sangat erat kaitannya dengan sumber daya tanah dan air.
Dari pertimbangan-pertimbangan di sana, jelaslah bahwa pendekatan ekosistem merupakan
hal yang mendasar bagi pembangunan sumber daya hutan, lahan, dan air. Kegiatan pertanian
dan keberadaan usaha lain sangat erat kaitannya dengan sumber daya tanah dan air. Oleh
karena itu, ekosistem hutan harus dikelola sebagaimana mestinya. Penyebab utama
deforestasi adalah konversi permanen lahan hutan yang terkait dengan pertanian, perkebunan,
pemukiman, dan tujuan lainnya. Selain itu, pemanfaatan hutan di luar sektor kehutanan
dengan cara menyewakan dan memanen hasil hutan melanggar prinsip-prinsip pengelolaan
hutan lestari. Di sisi lain, degradasi dan penurunan kualitas hutan disebabkan oleh kebakaran
dan kegiatan pemanfaatan hasil hutan (kawasan hutan). Peningkatan jumlah penduduk dan
kebutuhannya mempengaruhi peningkatan konversi di bidang budidaya dan pertanian.
Kerusakan hutan mencapai 1,09 juta ha (Departemen Kehutanan, 2007). Ada banyak faktor
yang mempengaruhi deforestasi, salah satunya adalah penerbangan ilegal. Departemen
Konservasi Hutan (2001) menyebutkan kerugian dari penerbangan ilegal mencapai Rp 30,42
triliun per tahun dalam bentuk 50,7 juta meter kubik kayu ilegal. Akibat dari hal tersebut
tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan
kerugian lainnya seperti degradasi moral dan sosial budaya masyarakat yang disebabkan oleh
kesenjangan produksi dan kelestarian hutan dengan kebutuhan bahan baku yang tinggi, sosial
yang masih sangat rendah. status masyarakat, masalah pengelolaan hutan dan banyak alasan
lainnya. Oleh karena itu, hubungan antara pembuatan makalah ini dan pedagogi IPS adalah
bahwa karakteristik pedagogi IPS sebagai bidang akademik yang komprehensif juga
merupakan tujuan pendidikan, dan pengembangan masalah sosial dalam kehidupan sosial
dipertimbangkan. diketahui. Materi IPS (Jumriani, Syaharuddin, dkk., 2021; Mutiani,
Disman, dkk., 2022).
Metode
Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah metode penelitian dan
observasional dari beberapa referensi jurnal. Melakukan tinjauan pustaka, mencari beberapa
referensi teoritis yang terkait dan relevan dengan konflik dan isu yang ingin digali dalam
artikel ini. Menurut Cresswell John, tinjauan pustaka adalah ringkasan artikel dari beberapa
jurnal, buku, dan dokumen lain, dan dengan mengelompokkan berbagai perpustakaan ke
dalam kelompok subjek dan dokumen, dapat diperoleh informasi yang cukup, baik historis
maupun terkini. sedang dipelajari berdasarkan Anda akan membutuhkan ini nanti. Prosedur-
prosedur yang digunakan dalam survey kepustakaan akan diolah kemudian dan dijadikan
sebagai kesimpulan. Hal ini juga digunakan untuk memvalidasi informasi dari jurnal, artikel
ilmiah, dan hasil dari literatur yang diterima. Tahapannya adalah:

2
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Defvy Ayuningtyas

1. Penelitian kepustakaan: kegiatan mengumpulkan data dan mempelajari bagaimana


menerapkan apa yang telah dikumpulkan dari beberapa jurnal penelitian.
2. Observasi: Observasi yang dilakukan dari hasil review jurnal yang dikumpulkan.
3. Analisis: Mempelajari kegiatan pengembangan media dari hasil data yang terkumpul dan
menarik kesimpulan dari kegiatan review beberapa jurnal atau artikel ilmiah.

Hasil dan Pembahasan


Deforestasi adalah situasi di mana hutan dapat kehilangan struktur dan fungsinya
karena hilangnya perlindungan hutan (Deforestasi tanpa henti 2018). Deforestasi adalah
perubahan permanen suatu kawasan hutan, yang disebabkan oleh aktivitas manusia di dalam
dan di luar kawasan hutan, menjadikannya bukan hutan (Permenhut 2009). Dari tahun 2000
hingga 2015, sekitar 36.000 ha kawasan hutan di wilayah Kalimantan Timur mengalami
deforestasi setiap tahunnya. Wilayah ini memiliki tingkat degradasi rata-rata 56% dan terjadi
di hutan terbatas dan tidak berizin. Penyebab utama degradasi ini adalah akibat dari
pembakaran atau perjalanan udara, baik legal maupun ilegal (Strategi Pembangunan
Kalimantan Timur Berkelanjutan 2018). Penyebab deforestasi dapat dibagi menjadi penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung menurut sifatnya. Penyebab langsung adalah kegiatan
yang mempengaruhi perubahan iklim hutan, seperti deforestasi dan pembukaan hutan alam,
sedangkan penyebab tidak langsung deforestasi adalah dampak nasional atau regional yang
dapat mendorong hilangnya kekuatan hutan (hal. 11). Deforestasi terjadi sebagai akibat dari
aktivitas manusia. Kepemilikan lahan di Kalimantan Timur berdampak signifikan terhadap
laju deforestasi di wilayah tersebut sebagai berikut: B. Kaltim, kehadiran industri ekstraktif di
industri pertambangan dan penggalian, menawarkan izin konsesi terbesar dengan luas lahan
provinsi Kaltim mencapai 8,6 juta hektar atau 7 juta hektar. Di Kalimantan Timur, kawasan
hutan dikelola oleh berbagai sektor seperti Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hutan Tanaman
Industri (HTI), perkebunan kelapa sawit dan pertambangan.
Kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi di sekitar hutan juga dapat
menyebabkan kerusakan dan hilangnya hutan yang ada di Kalimantan Timur. Misalnya,
eksploitasi hutan di lahan industri di mana lahan hutan dikorbankan. Perkebunan kelapa sawit
merupakan penyumbang terbesar peningkatan laju deforestasi di Kalimantan Timur.
Deforestasi di HPH Pemanfaatan hutan menunjukkan kegagalan dalam menerapkan prinsip-
prinsip berkelanjutan. Kalimantan Timur merupakan provinsi terbesar kedua di Indonesia.
Kalimantan Timur memiliki berbagai kekayaan sumber daya alam berupa kawasan hutan
yang luas dengan berbagai hasil hutan serta berbagai kandungan pertambangan seperti
batubara, mineral, gas dan minyak dengan nilai yang melimpah. Kalimantan Timur memiliki
luas daratan 127.267,52 km2, luas laut 25.656 km2 dan jumlah penduduk 3.300.517 (Profil
Kalimantan Timur 2018). Kalimantan Timur memiliki wilayah yang sangat luas dan luas, dan
sumber daya alamnya juga memiliki potensi yang besar, namun oleh karena itu wilayah
Kalimantan Timur menjadi semakin tergantung pada sumber daya alam, terutama di bidang
kehutanan dan pertambangan, yang menyebabkan kerusakan lingkungan. , dan lingkungan
terus berkembang. Peningkatan deforestasi dan degradasi hutan juga akan meningkatkan laju
percepatan menjadi 350.000 Ha per tahun, sehingga wilayah kunci Kalimantan Timur

3
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308

mencapai 6.402,472 Ha, yang dapat menyebabkan kebakaran hutan, kebakaran hutan,
penerbangan ilegal, dan pembukaan hutan. adalah alam. Ini menyebabkan kebakaran dan
digunakan untuk pemukiman dan manfaat lain dari sektor ini (Kalimantan Timur Hijau
2013). Perubahan iklim erat kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya alam. Pada masa
pemerintahan sendiri, daerah diberikan kekuasaan yang besar dalam mengelola sumber daya
alamnya. Di Kalimantan Timur, pembangunan sedang dipertimbangkan dan pemerintah
daerah telah mengeluarkan izin terkait pengelolaan sumber daya alam. Proses desentralisasi
kehutanan di Indonesia sejalan dengan era otonomi daerah, sebuah proses yang memberikan
pendanaan yang signifikan kepada kedua belah pihak di tingkat lokal dengan berperan aktif
dalam mengelola sumber daya yang ada. Berpartisipasi tidak hanya dalam kepentingan, tetapi
juga dalam kepentingan nasional dan global. Jika pemerintah Kaltim kurang dalam
pengelolaan sumber daya alam, sebaiknya memperhatikan masalah lingkungan dan
perubahan iklim yang dapat berdampak buruk seperti banjir, kekeringan, tanah longsor,
penipisan sumber daya mineral dan energi yang tidak terbarukan. Produksi bahan baku
Nutrisi lokal dapat menurun dan ekspor pangan dapat menurun, yang diambil dari program
pembangunan pertanian.
Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang berjanji akan meniadakan Amy
Si dari sektor pertanahannya. Menurut Satgas Iklim dan Kehutanan (GCF) Gubernur
Indonesia (2013), deforestasi di Kalimantan Timur mencapai 880.000 hektar dari tahun 2006
hingga 2011, terutama karena aktivitas terbang dan penambangan ilegal. Karena pemerintah
negara bagian memiliki komitmen untuk mengurangi emisi, semua kabupaten di negara
bagian termasuk di Kalimantan Timur juga diharapkan untuk membangun inisiatif
pengurangan emisi. Menurut program pemerintah, konversi dan degradasi hutan yang terjadi
di kawasan hutan produksi atau kawasan penggunaan lainnya juga terjadi di kawasan hutan
lindung yang tidak boleh terjadi penerbangan ilegal. Hasil dari hutan biasanya dipanen dan
lahannya dapat digunakan untuk pembangunan ekonomi dan sebagai mata pencaharian bagi
masyarakat dan penduduk lainnya. Di hutan produksi, kayu aktif penerbangan ini memiliki
izin administratif untuk melakukan penerbangan, dan lembaran yang digunakan sebagai hasil
pertanian yang tidak dalam kondisi lahan di kawasan hutan diubah menjadi tuss. Produksi
terjadi secara berurutan dan menyumbang 46% dari total 45,48,ri berdasarkan durasi tiga
periode tarif terbuka. Degradasi hutan tertinggi terjadi pada kawasan hutan produksi terbatas,
terjadi berturut-turut, dan berjumlah 46% dari 45 n 48 ri. Meskipun penerbangan penebangan
tidak diperbolehkan di kawasan hutan lindung, deforestasi di kawasan ini rata-rata 6.611
ha/tahun, 5.961 ha/tahun (2000-2005) dan 11.555 ha/tahun selama periode 1990-2000 adalah
ha/tahun (2005-2010). ). Degradasi hutan biasanya terjadi di tepi hutan dan di daerah yang
luas dari tepi hutan lindung di daerah kontrol lalu lintas udara atau desa. Meskipun ini
dilakukan dalam skala yang kurang akurat, namun sengaja diterbangkan secara ilegal.
Hilangnya hutan dari tahun 1990 hingga 2000, sebagian besar didorong oleh perubahan
konservasi hutan menuju agroforestri dan semangat gosok, menyumbang 44n23ri dari total.
Selain itu, 21% dari kawasan hutan telah dikonversi menjadi perkebunan. Antara tahun 2000
dan 2005, penyebab utama hilangnya hutan adalah konversi menjadi agroforestri dan
perkebunan, yang kemudian dibayar 40% hingga 41%. Pada periode 2005-2010, perubahan
besar di hutan dan perkebunan menyumbang 36%, dan perkebunan yang lebih tua dari 3-10

4
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Defvy Ayuningtyas

tahun menyumbang 40-41%. Selama periode 2005-2010, perubahan besar hutan dan
perkebunan masing-masing menyumbang 36% dan 30-15%.

Deforestasi di Kalimantan Timur semakin parah. Berbagai faktor yang muncul di


perusahaan tersebut terlihat dari sangat seriusnya masalah keselamatan dan kenyamanan
hidup sebagai warga Kaltim khususnya Indonesia. Konsekuensi logis yang terjadi di hutan
dieksekusi secara sewenang-wenang dan faktor dari kebijakan transportasi yang diterapkan
juga merupakan bagian dari deforestasi di Indonesia. Hutan tropis Indonesia saat ini
diperkirakan mencapai 90-100 juta hektar. dan menurun dari 40 juta menjadi 50 juta hektar.
Padahal, kepunahan adalah proses alami seperti evolusi kehidupan di Bumi. Namun,
perkebunan tersebut tidak terjadi secara alami, tetapi terjadi dengan sangat cepat akibat ulah
manusia yang mengelola alam secara sembarangan (Abrianto Amin, 2001). Kerusakan itu
berubah menjadi bencana, Taman Indonesia. Padahal, banyak sekali bencana alam yang sulit
ditanggulangi ketika kesadaran masyarakat akan kelestarian masih sangat rendah. Padahal
hutan tropis Kalimantan Timur merupakan kawasan hutan terluas di dunia. Saat itu,
keberadaan hutan di Kalimantan Timur sangat penting tidak hanya untuk kepentingan lokal,
tetapi juga untuk kepentingan nasional dan internasional, yang terancam oleh kegiatan lain
yang berpotensi merusak. Kerusakan yang ditimbulkan menyebabkan efek anomali, banyak
di antaranya berdampak buruk terhadap lingkungan dan satwa liar yang menghuninya.
Populasi spesies hewan seperti orangutan, rusa sambar, ikan buntal, dan honeyrooms juga
menurun. Satuan ini tidak termasuk berbagai jenis burung dan unggas yang terdapat di hutan.
Perusakan hutan hujan juga menyebabkan erosi pada banyak sungai besar di Kalimantan
Timur. Selain hewan-hewan tersebut di atas, hewan-hewan langka lainnya berkembang pesat.
Seperti Anda, diperkirakan hanya 50 (Info Anda, 2006). Meningkatnya deforestasi hutan
hujan Kalimantan Timur membuat hutan lindung di setiap waduk tidak berfungsi lagi.
Berbagai serangan pembakaran dan penerbangan ilegal ke dalam hutan juga telah dilakukan
oleh masyarakat sekitar. Ini mengarah ke kawasan hutan Kalimantan Timur, tempat Nduru
menunggu. Adanya proyek “flood cup” yang sudah ada sejak tahun 1097 ini mendapat
dukungan dari pemerintah untuk menambah devisa negara. Dalam hal ini juga berperan
dalam memfasilitasi pembangunan hutan secara besar-besaran. Adanya proyek tersebut juga
menyebabkan kedatangan para pendatang yang menambang "emas hijau" di hutan
Kalimantan Timur. Karena lahan hutan digunakan sebagai ruang hidup dan sudah dibagi dan
dimiliki oleh investor, saat ini sulit untuk menerapkan pengelolaan konvensional yang dapat
mendukung masyarakat lokal.
Kerusakan hutan dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang negatif tidak
hanya bagi kawasan sekitar, tetapi juga bagi kelompok masyarakat yang tinggal di kawasan
hutan yang masyarakatnya bertempat tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan.
Kerusakan hutan disebabkan oleh aktivitas HPH skala kecil. Kegiatannya menyebabkan
menipisnya hasil hutan di masyarakat sekitar dan kawasan hutan. Hal ini disebabkan
munculnya kawasan hutan terbuka dan kebisingan dari mesin dan manusia. Satwa liar dari
reaksi yang mengganggu masyarakat hutan sekitar (Johan Iskandar 2018). Tindakan yang
diambil mungkin tidak hanya mengarah pada pengurangan hasil hutan, tetapi juga berdampak

5
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308

pada perubahan ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat lokal. Perubahan tersebut didorong
oleh perkembangan sosial ekonomi yang terjadi di kawasan hutan, dan masyarakat adat di
kawasan hutan tersebut cenderung berubah, yang awalnya tidak mengerti apa-apa tentang
transaksi ekonomi dan beralih ke mereka yang mencari keuntungan ekonomi. Kalimantan Di
bagian timur yang tinggal di kawasan hutan, pasti ada perubahan cara bercocok tanam.
Kegiatan ekonomi di kawasan hutan penting, seperti penebangan, pertambangan dan
penggalian. Meskipun hutan telah dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, namun juga
dapat menimbulkan kerusakan yang merugikan masyarakat. Dari tahun 1969 hingga 1974,
sekitar 11 juta hektar hutan dialokasikan di wilayah Kalimantan Timur, Indonesia menjadi
penghasil kayu hutan tropis terbesar. Indonesia menyumbang sekitar 41% pasar dunia,
sehingga pertumbuhan ekonomi Kaltim berubah menjadi 7,42% per tahun hingga awal 1970-
an, hingga 1000 SMA 191 adalah penemuan gas dan minyak terbesar, setelah itu minyak dan
gas menjadi sumber utama . Situasi perekonomian Kaltim saat itu (Rusma Wongso 2017).
Salah satu dari sekian banyak kegiatan masyarakat yang memiliki berbagai dampak negatif
adalah membantu terjadinya kebakaran hutan. Kebakaran hutan memang sangat berbahaya
karena menebang banyak kayu dan menciptakan hutan yang bernilai ekonomi tinggi. Rowell
dan Moore (1999) menyatakan bahwa kerugian dari kebakaran 1000 SMA 197 atau 1998
adalah $9,7 miliar.
Dampak lain dari kebakaran hutan adalah meningkatnya kawasan kritis, kerusakan flora
dan fauna, dan kerugian lainnya akibat penurunan kualitas lingkungan. Curah hujan yang
rendah di Kalimantan Timur juga berarti bahan bakar dengan kadar air rendah mengeringkan
kelembaban di udara sekitar, membuat kebakaran hutan dan lahan lebih mungkin terjadi.
Naiknya suhu laut juga memperpanjang musim kemarau, membunuh vegetasi. Hal ini terkait
dengan potensi bahan bakar yang dapat secara sengaja atau tidak sengaja muncul ke
permukaan atau menimbulkan makanan lain jika terkena percikan api dari batubara, faktor
lain penyebab kebakaran adalah aktivitas manusia sebesar 54,5% dan faktor biofisik sebesar
45,5%. Tingkat kerentanan adalah desa, jalan ke jalan, telepon pedesaan, dan keberadaan
gambut dan curah hujan. Salah satu penyebab terbesar kebakaran hutan di darat adalah
deforestasi skala besar. Deforestasi adalah hilangnya hutan secara bertahap karena sebagian
besar hutan alam diubah menjadi hutan produksi, pertanian, perkebunan dan pemukiman.
Menurut data FWI (Forest Watch Indonesia), Kalimantan Timur terkena dampak deforestasi
dan degradasi hutan paling parah pada 2018. Pergerakan cepat deforestasi dan degradasi
hutan di Kaltim sangat signifikan, dari 89 ha/tahun, yang dikatakan dua kali lipat data
sebelumnya, menjadi 157 ha/tahun. Deforestasi yang cepat mendorong kepunahan banyak
spesies potensial, mengganggu ekosistem, dan berkontribusi pada pemanasan global seperti
Kesma Kaka, yang bahkan berdampak pada rendahnya standar hidup manusia. . Seperti
dilansir Indarut dkk. (2013) Faktor-faktor berikut mempercepat deforestasi dan degradasi
hutan (1). kepentingan pembangunan ekonomi; (2). Orang-orang bergantung pada sumber
daya alam. (3). pertumbuhan penduduk dan dampaknya; (4). Meningkatnya permintaan akan
pasokan dan produksi kayu. (Lima). Harga dan jumlah permintaan bahan baku dari
perkebunan dan tambang. (6). Jumlah pemilik tanah dengan tanggal yang tidak jelas (7).
Kepentingan politik (8) Pengelolaan sumber daya hutan yang buruk; Oleh karena itu,
langkah-langkah strategis perlu dilakukan oleh pemerintah provinsi dan pusat untuk

6
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Defvy Ayuningtyas

mencegah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, khususnya di wilayah Kalimantan Timur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan di Kalimantan Timur antara lain jenis
bahan bakar, topografi lahan, hidrologi, cuaca, iklim dan kurangnya perhatian masyarakat.
Konsekuensi negatif lain dari kebakaran hutan adalah terciptanya polusi udara, yang sangat
mengurangi jarak pandang. Aktivitas masyarakat juga terganggu karena pencemaran yang
sudah berbahaya. Orang-orang juga menderita penyakit pernapasan, mata dan kulit.
Kebakaran hutan adalah kebalikan dari fotosintesis dalam hal pemanasan global. Kebakaran
hutan menghasilkan karbon yang disimpan dalam vegetasi terkait dalam bentuk selulosa,
yang dibakar dan dipecah menjadi karbon dioksida. Oleh karena itu, kadar karbon dioksida
dari kebakaran hutan meningkat. Peningkatan karbon dioksida dari polusi kebakaran hutan
menyebabkan peningkatan suhu rata-rata, atau pemanasan global. Hooijer et al., (2006)
menyatakan bahwa lahan gambut yang terbakar memiliki emisi GRK sebesar 3-5 GtC.
Fungsi hutan di Kalimantan Timur ini adalah menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi
apa yang terjadi pasca bencana ekologi global. Oleh karena itu, pemerintah diperkirakan tidak
akan mengambil tindakan serius di tengah kekhawatiran bahwa penjarahan akan
menghancurkan hutan Kalimantan Timur dalam satu dekade ke depan. Seluruh pemangku
kepentingan mulai dari masyarakat, pengusaha dan pemerintah untuk menangani masalah-
masalah yang berkaitan dengan pengelolaan hutan yaitu hutan Kalimantan Timur karena
hutan dan alam merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia
terdiri dari pendampingan. Oleh karena itu, terjadi keseimbangan antara manfaat eksploitasi
dan manfaat menjaga kelestarian. Dampak sampah dapat kita rasakan karena dampaknya
terhadap pemanfaatan sumber daya alam, namun kita mengimplikasikannya dan meremehkan
dampaknya (Abrianto Amin, 2001). Adanya kebijakan pemerintah kabupaten yang secara
ketat mengizinkan pemanfaatan hasil hutan yang tidak dikelola juga memperparah deforestasi
di Kalimantan Timur. Kawasan hutan lindung dan hutan konservasi juga mengalami
degradasi akibat rendahnya kesadaran masyarakat setempat dan pemerintah daerah tentang
fungsi hutan lindung dan pengelolaan air setempat. Masih butuh waktu lama bagi pemerintah
untuk menerapkan UU Cagar Hutan, terutama tentang perusakan dan perusakan lingkungan
secara ilegal, eksploitasi sumber daya hutan, dll. Adanya emisi karbon akibat alih fungsi
lahan di Kalimantan Timur disebabkan oleh deforestasi dan degradasi hutan baik di tanah
mineral maupun gambut. Deforestasi adalah transformasi penggunaan hutan alam menjadi
penggunaan lahan dan eksploitasi pelindung hutan non-alam. Degradasi adalah penurunan
kemampuan hutan untuk menciptakan lingkungan, termasuk penyimpanan karbon. Perbedaan
antara deforestasi dan degradasi adalah bahwa degradasi tidak menjadikan hutan sebagai
tempat berlindung dari zat lain yang dapat mengubah cadangan karbon yang dapat habis.
Ketika pohon hutan berada di dalam hutan dan bagian lain dari tumbuhan tersebut membusuk
dan terbakar, keberadaannya melepaskan karbondioksida ke atmosfer. Penyebab utama
deforestasi di Kalimantan Timur adalah pembakaran dan , akibat dari penerbangan ilegal,
baik legal maupun ilegal . Aturan yang semula mengacu pada satu sumber kini telah diubah
untuk melakukannya. Tidak konsisten dan kontradiktif. Kurangnya demarkasi yang jelas
antara hutan nasional dan hutan rakyat membuat penegakan aturan ini sulit, membingungkan
tanggung jawab pemerintah dan menyebabkan beberapa pihak hanya mencari kepentingan
kelompok, sementara yang lain untuk tujuan mengelola kepentingan mereka Hal ini
menyebabkan konflik dan kerjasama di antara mereka. . Hutan. Kebijakan pemanfaatan dan

7
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308

pengelolaan hutan memiliki kepentingannya masing-masing, dan individualitas setiap


pengguna hutan semakin berkembang. Pemanfaatan hutan yang semula hanya untuk produksi
kayu dan bukan kayu, telah digunakan sebagai kekuatan politik untuk membangun
pemukiman, membangun infrastruktur, menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan
usaha, serta memperluas wilayah administrasi. Hak untuk menggunakan hasil hutan ketika
kebijakan ditentukan oleh pemerintah untuk memecahkan masalah yang dikembangkan
dengan menggunakan pengetahuan, teknologi dan kemampuan keuangan, atau karena posisi
masyarakat dalam pengelolaan hutan. Situasi antara politik dan bisnis dapat mempengaruhi
berkembangnya konflik kepentingan antara kelompok sosial dan kepentingan sektor negara.
Utilitas utama hutan adalah penghasil kayu, sehingga potensinya sebagai sumber daya
bersama dimana hutan dapat menyediakan produk jasa lingkungan, air, dan hasil hutan
lainnya, yaitu produk non-kayu yang nantinya tidak berguna.
Pembukaan lahan skala besar mengurangi daerah pengairan sehingga pada saat hujan,
air hujan langsung jatuh dan hanya membawa partikel tanah yang tidak berbekas. Hasilnya
adalah penggundulan hutan dan aliran air lebih cepat (Abrianto Amin. 2001). Deforestasi
memiliki banyak dampak dan kita harus dapat bersatu sebagai sebuah komunitas dan
mengambil langkah-langkah untuk memulihkan dan menggunakan sumber daya alam di
hutan kita dengan benar dan tidak secara ilegal. Kegiatan ini membutuhkan energi kita,
sehingga hutan juga menyediakan apa yang kita butuhkan dan saling menguntungkan bagi
manusia. Namun, kita harus senantiasa meningkatkan kesadaran untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas. Seperti kita ketahui, hutan erat kaitannya dengan
peningkatan kesuburan tanah, dan dapat menyerap air dalam jumlah besar saat banjir,
menyimpan air, dan menjernihkan udara. Hutan Tumbuhan di dalamnya berperan penting
dalam meningkatkan jumlah air yang masuk ke dalam tanah untuk mencegah banjir saat
hujan dan menyediakan air sebagai sumber air pada musim kemarau. Jika ada deforestasi, itu
akan sangat berkurang atau mata pencaharian kita akan menjadi tidak stabil. Hal ini karena
hutan merupakan paru-paru dunia, yang memenuhi berbagai macam kebutuhan dari hutan
(ABBAS, 2020). Pengembangan Paris di kawasan ini juga dapat disesuaikan dengan
pemerintah dengan mempertimbangkan potensi dan keunikan masing-masing wilayah di
dalam kawasan (Lestari & Abbas, 2021). Salah satu faktor kunci dalam pengelolaan dan
pemanfaatan potensi hutan adalah pelaksanaan kegiatan penebangan. Salah satu faktor kunci
dalam pengelolaan dan pemanfaatan potensi hutan adalah pelaksanaan kegiatan penebangan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memanen dan, sebagai hasil dari pengelolaan hutan,
untuk membuat kayu tersedia untuk kepentingan manusia dan industri sekunder (Mulyono,
1986) Mengingat sifat, penggunaan dan pengelolaan harus mengadopsi sistem yang sesuai
dan rasional yang ekonomis atau efisien. Kepemilikan hutan sebagai sumber daya alam di
bawah penguasaan negara. Selain itu, untuk mengurangi konversi hutan yang berlebihan,
pemerintah daerah harus segera melakukan penguasaan atas sumber daya hutan yang tersisa
untuk kepentingan masyarakat dan industri sekunder (Mulyono, 1986). Mengingat potensi
hutan alam produksi yang besar, pemanfaatan dan pengelolaannya harus mengadopsi sistem
yang tepat dan rasional yang ekonomis atau efisien. Kepemilikan hutan sebagai sumber daya
alam di bawah penguasaan negara. Selain itu, untuk mengurangi konversi hutan yang

8
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Defvy Ayuningtyas

berlebihan, pemerintah daerah perlu segera mengambil alih kepemilikan sumber daya hutan
yang tersisa. Tujuan pembahasan dalam artikel ini adalah untuk:
Pembahasan dalam artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberikan pengetahuan
tentang faktor-faktor pendorong deforestasi dan degradasi hutan di wilayah Kalimantan
Timur, ibu kota baru Indonesia. Hasil penelitian dari ref juga mereview beberapa jurnal yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam mengatasi beberapa bencana yang
diakibatkan oleh deforestasi dan degradasi hutan. Selain itu, artikel ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih luas kepada pembaca, khususnya penulis, tentang
dampak deforestasi dan degradasi hutan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pelestarian kawasan hutan, karena di dalam kawasan hutan terdapat ekosistem yang harus
dijaga dan terlindungi.

Tabel 1

Keadaan Indikasi Lahan Yang Perlu Direhabilitasi Didaerah Kalimantan


Timur
Kawasan Luas Total Luas areal yang perlu direhabilitasi &
Hutan Presentase
Hutan 4.650.663 423.189 (9,1%)
Lindung
dan
Konservasi
Kawasan 9.888.563 2.010.217 (20,3%)
Hutan
Produksi
keseluruhan 14.539.226 2.433.406 (16,7%)

Kesimpulan
Hutan memiliki manfaat langsung dan tidak langsung dan dikenal baik oleh manusia
di muka bumi. Manfaat langsung hutan adalah penghasil kayu dan bukan kayu, dan manfaat
tidak langsungnya adalah pengaturan iklim mikro, pengaturan air dan kesuburan tanah, dan
penyediaan plasma nutfah. Kelestarian kawasan hutan terutama terancam oleh gangguan
yang disebabkan oleh deforestasi dan degradasi. Deforestasi terutama disebabkan oleh alih
fungsi hutan untuk penggunaan lain, sedangkan degradasi disebabkan oleh pengelolaan hutan
yang tidak sesuai dengan prinsip dan kebutuhan manusia yang rasional, gangguan seperti
kebakaran, pembakaran, penerbangan ilegal, dan deforestasi yang disebabkan oleh gangguan
lain yang dapat mengganggu penggunaan Ekosistem hutan. Banyak upaya yang telah
dilakukan untuk memelihara dan memulihkan ekosistem tempat sampah ini, namun hal
tersebut belumlah cukup dan perlu perhatian yang lebih besar baik dari pemerintah maupun
masyarakat itu sendiri. Upaya tersebut hanya akan berhasil jika semua pihak menunjukkan
integritas dan komitmen yang tinggi. Meskipun ada beberapa kegiatan legal seperti
transportasi udara dan pembakaran kayu bakar yang memerlukan persetujuan peraturan di
kawasan hutan produktif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penerbangan penebangan

9
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308

dan hutan tanpa persetujuan peraturan tidak diperbolehkan, ada juga beberapa kegiatan ilegal
seperti agresi. Pembakaran kayu yang disetujui pemerintah di kawasan hutan komersial yang
diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi juga diperlukan, tetapi masih ada
beberapa kegiatan ilegal seperti penerbangan penebangan yang disetujui pemerintah di
kawasan hutan tanpa persetujuan pemerintah.

Daftar Pustaka

ABBAS, E. W. (2020). Menulis Mudah, Menulis Ala Ersis Writing Theory. Program Studi Pe
ndidikan IPS FKIP Universitas Lambung Mangkurat. https://repo-dosen.ulm.ac.id//ha
ndle/123456789/17292
Abbas, E. W., Jumriani, J., Handy, M. R. N., Syaharuddin, S., & Izmi, N. (2021).
Actualization of Religious Values through Religious Tourism on the River as a
Source of Social Studies Learning. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 13(3), 1663–166
9. https://doi.org/10.35445/alishlah.v13i3.1013
Abbas, E. W., Jumriani, J.,Syaharuddin, S., Subiyakto, B., & Rusmaniah, R. (2021). Portrait
of Tourism Based on River Tourism in Banjarmasin . The Kalimantan Studies Journa
l, 3(1), 18–26. https://doi.org/10.20527/kss.v3i1.4145
Abrianto Amin. 2001. Pernyataan Keprihatinan Terhadap Fenomena Banjir, Kalimantan Tim
ur.http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id/msg01949.html (diakses 17 Juni
2009)
Deforestasi Tanpa Henti Potret Deforestasi di Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Maluk
u Utara, Op. Cit, hal 11.
Deforestasi Tanpa Henti Potret Deforestasi di Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Maluk
u Utara, Forest Watch Indonesia, diakses dalam http://fwi.or.id/wp-content/uploads/2
018/03/deforestasi_tanpa_henti_2013-2016_lowress.pdf (15/03/2018, 19:05 WIB).
Departemen Kehutanan. 2007. Statistik Kehutanan Indonesia 2006. Departemen Kehutanan, J
akarta.
Departemen Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2008. Departemen Kehutanan, J
akarta.
GCF Task Force of Indonesia. 2013. Final report of Database Completion Governors Climate
and Forest (GCF) Indonesia Province Member. Jakarta, Indonesia. http://www.gcftask
force.org/documents/final_ report_ID_content_king_2013.PDF
Info Anda. 2006. Hutan Kalimantan Timur Terancam Rusak. http://www.infoanda.com/linksf
ollow.php?li=www.kompas.co.id//teknologi/news/0603/29/133652.htm(diakses 17 Ju
ni 2009)

10
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Defvy Ayuningtyas

Johan Iskandar dan Azhar Ginanjar, Perubahan Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat Dayak A
kibat Kegiatan HPH/HPPHH di Kutai Barat Kalimantan Timur, Jurnal Sosiohumanior
a, Vol, 4, No. 3, Bandung, hal,8 diakses dalam http://jurnal.unpad.ac.id/sosiohumanio
ra/article/view/5268 (20/05/2018, 16:00 WIB)
Jumriani, J., Syaharuddin, S., Abbas, E. W., Mutiani, M., & Handy, M. R. N. (2021). The tra
ditional clothing industry of Banjarmasin Sasirangan: A portrait of a local business
becoming an industry. Journal of Socioeconomics and Development, 4(2), 236–244. h
ttps://doi.org/10.31328/jsed.v4i2.1597
Kaltim Hijau Tahun 2013, Dewan Kehutanan Daerah Kalimantan Timur, diakses dalam https:
//anzdoc.com/kaltim-hijau-tahun-2013.html (15/03/2018, 19:08 WIB)
Lestari, J. A., & Abbas, E. W. (2021, February). Efforts to Improve Community Economy
Through Making Hand Crafts Based on Purun Plants. In The 2nd International
Conference on Social Sciences Education(ICSSE 2020) (pp 403-406) . Atlantis Press
Mulyono, S. 1986. Diktat Analisa Biaya Pemanenan Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas
Mulawarman. Samarinda.
Mutiani, M., Disman, D., Wiyanarti, E., Abbas, E. W., Hadi, S., & Subiyakto, B. (2022).
Overview of Rationalism and Empiricism Philosophy in Social Studies Education.
The Innovation of Social Studies Journal, 3(2), 148–156 https://doi.org/10.2052
7/iis.v3i2.4671
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P30/Menhut-II/2009 Tentang Tata Car
a Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degraasi Hutan (REDD), diakses dalam htt
ps://www.elaw.org/system/files/REDD_PERMENHUT_P-30-2009_BILINGUAL.pdf
(15/03/2018, 19:10 WIB).
Profil Daerah Provinsi Kalmantan Timur, diakses dalamhttp://www.bappedakaltim.com/profi
l-daerah-provinsi-kalimantan-timur (15/04/ 2018, 19:00 WIB)
Rowell, A dan P.F. Moore. 1999. Global Review of Forest Fore. WWF-IUCN.
Rusma Wongso, Transformasi Ekonomi Kalimantan Timur, Dinamika dan Dampak Terhadap
Kesejahteraan Rakyat. Samarinda, hal.3 diakes dalam http://untag-smd.ac.id/files/OR
ASI_ILMIAH_SEKDA_WISUDA_2017.pdf (17/05/2018, 18:30 WIB)
Rusmaniah, R., Mardiani, F., Handy, M. R. N., Putra, M. A. H., & Jumriani, J. (2021). Social
Services Based on Institutional for Youth Discontinued School. The Innovation of So
cial Studies Journal, 2(2), 151–158. https://doi.org/10.20527/IIS.V2I2.3082
Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan- Peme
rintah Provinsi Kalimantan Timur, Dewan Nasional Perubahan Iklim diakses dalam ht
tps://anzdoc.com/queue/strategi-pembangunan-kalimantan-timur-yang-berkelanjutan-
dan.html (15/03/2018, 20:00 WIB).

11
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308

12
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM

Anda mungkin juga menyukai