Disusun Oleh :
Dhinar Rahmawati
NIM 223010404024
Hutan adalah sebutan bagi sebuah kawasan luas yang dipadati dengan tumbuh
tumbuhan. Keberadaan hutan sangat penting mengingat kawasan hutan yang memilik
banyak manfaat, mulai dari manfaat ekologis, sosial budaya, dan juga manfaat
ekonomis. Manfaat ekologis hutan dapat dilihat dari fungsi hutan yang menjadi
habitat bagi kehidupan liar, pengatur tata air bagi kawasan sekitarnya, pengendali
iklim mikro, dan juga penghasil oksigen. (Kadarisman, 2018) Sedangkan masalah
sosial budaya dapat dilihat bahwa banyak suku asli Indonesia yang menggantungkan
kehidupannya pada hutan. Mulai tinggal berdampingan dengan kawasan hutan hingga
menjadikan hutan sebagai pusat dan sumber kehidupan mereka, seperti suku Dayak
bahau Talivaq yang menjadikan hutan sebagai sumber kehidupan mereka, mulai dari
pemenuhan pangan, papan, obat-obatan, dan areal kuburan. Dari segi ekonomis hutan
juga memiliki manfaat dalam menghasilkan buah-buahan, obat-obatan, binatang
buruan, kayu-kayuan, dan lainnya
Pembakaran hutan merupakan salah satu kasus dari ekologi yang sedang
hangat diperbincangkan di negara Indonesia. Salah satu daerah yang mengalami kasus
pembakaran hutan yang sering terjadi dan dalam jumlah yang besar ialah Provinsi
Kalimantan. Pembakaran hutan di Kalimantan dilakukan sebagai cara untuk
pembukaan lahan baru untuk dijadikan lahan perkebunan sawit.
Dengan adanya fenomena pembakaran hutan tersebut, maka perlu sekali untuk
dilakukan penyelesaian terhadap masalah-masalah pembakaran hutan secara
progresif. Mengingat dampaknya sangat merugikan baik secara materil,sosial,
maupun lingkunan. Maka perlu utuk mendapatkan perhatian dan penanganan serius
dari pemerintah Pusat maupun pemerinntah Daerah. Maka berdasarkan pemaparan
tersebut menjadi alasan bagi penulis untuk menganalisis bagaimana dampa
permasalahan pembakaran hutan untuk perkebunan sawit khususnya di Provinsi
Kalimantan
I.2 Tujuan Penulisan
Paper ini akan menganalisa bagaimana dampak dari kasus pembakaran hutan
oleh para pemilik lahan perkebunan sawit baik dari masyarakat maupun pemilik
modal di Provinsi Kalimantan. Selain itu juga ingin mengetahui upaya yang dilakukan
pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan tersebut.
II. PEMBAHASAN
III. KESIMPULAN
Kebakaran hutan dan lahan sudah menjadi bencana nasional sehari-hari, khususnya di
provinsi Kalimantan. Kebakaran hutan di provinsi Kalimantan biasanya disebabkan oleh
pengembangan lahan baru untuk perkebunan kelapa sawit dan pemodal ventura.
Eksploitasi kebakaran hutan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab disebabkan biaya
rendah dan kurangnya teknologi dalam pengelolaan hutan hijau.
Pemerintah telah mengambil berbagai langkah untuk memerangi kebakaran hutan
dengan mengeluarkan beberapa keputusan dan undang-undang tentang pengelolaan
hutan. Namun upaya pengendalian tersebut masih lebih bersifat represif daripada
preventif, sehingga upaya tersebut kurang efektif dalam menangani kejadian kebakaran
hutan yang terjadi selama ini. Rezim pemberantasan pembakaran yang lemah juga
menyebabkan kebakaran hutan yang berkelanjutan hingga hari ini.
Kebijakan pencegahan kebakaran hutan harus dievaluasi dan diperbaiki. Hal-hal yang
harus dilakukan pemerintah dalam menangani kasus Kebakaran Hutan dengan Menilai
Kebijakan Pengelolaan Hutan.Kebijakan atau peraturan pemerintah memberdayakan
negara untuk melindungi hutan dan sumber daya alam negara, dan juga menjadi pengikut
ketika terjadi kerusakan hutan. Investigasi kemudian dilakukan untuk mengklarifikasi izin
budidaya sehingga lebih terorganisir dan mengurangi dampak budidaya ilegal. Langkah
selanjutnya adalah menciptakan inovasi baru berdasarkan perkembangan teknologi untuk
mengalihkan lahan dan hutan menjadi perkebunan dengan cara yang lebih efisien dan
ramah lingkungan. Dengan perbaikan tersebut diharapkan kebakaran hutan di Indonesia
khususnya di Kalimantan dapat teratasi dan masyarakat terhindar dari berbagai dampak
buruk kebakaran hutan.
DAFTAR PUSTAKA
Acin, U., Roslinda, E., & Muin, S. (2021). Perspesi Masyarakat terhadap Perubahan
Pemanfaatan Lahan Hutan menjadi Perkebunan Sawit di Desa Paku Raya Kecamatan
Kuala Behe Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari, 9(3).
Juniyanti, L., Prasetyo, L. B., Aprianto, D. P., Purnomo, H., & Kartodihardjo, H. (2020).
Perubahan Penggunaan dan Tutupan Lahan, Serta Faktor Penyebabnya di Pulau
Bengkalis, Provinsi Riau (periode 1990-2019). Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam
Dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management),
10(3). https://doi.org/10.29244/jpsl.10.3.419-435
Kadarisman, M. I. (2018). Studi Tentang Definisi Hutan Dan Diskursusnya Serta Kegiatan
Pengurusan Dan Pengelolaan Hutan Di Indonesia. E-Conversion - Proposal for a
Cluster of Excellence, 1–10.
Praba Nugraha, R. (2019). Analisis Kerugian Ekonomi Pada Lahan Gambut di Kecamatan
Pusako, dan Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Journal of Agriculture,
Resource and Environmental Economics, 2(2).
https://doi.org/10.29244/jaree.v2i2.26072
Pratama, S. M., Mutiara Putri, M., & Hafiz, M. (2022). Pembakaran Hutan Sebagai Tindak
Pidana Lingkungan: Analisis Dalam Prespektif Hak Asasi. Jurnal Analisis Hukum, 5(1).
https://doi.org/10.38043/jah.v5i1.3157
Qodriyatun, S. N. (2014). Kebijakan Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia.
Political Ecology, VI(Maret).
Riswanda, N. (2022). Dampak Dari Kebakaran Hutan Dan Lahan Serta Penanganan-nya.
Publikasi, 1(1).
Sabiham, S. (2000). Kadar air kritis gambut Kalimantan Tengah dalam kaitannya dengan
kejadian kering tidak balik. J. Tanah Tropika, 11.
Septianingrum, R. (2018). Dampak Kebakaran Hutan di Indonesia Tahun 2015 dalam
Kehidupan Masyarakat. Agric Ecosyst Environ, 1(82).
Wahyuni, P. (2021). Eskalasi Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Masyarakat Suku
Pedalaman di Suku Sakai Riau. Jurnal Sosial Sains, 1(7).
https://doi.org/10.36418/sosains.v1i7.149
Wibowo, A. (2009). Peran Lahan Gambut dalam Perubahan Iklim Global. Tekno Hutan
Tanaman, 2(1).