Anda di halaman 1dari 4

STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 2 No.

2, Maret 2023

STANDARDISASI LHK

STANDARDISASI PEMANFAATAN HUTAN DESA


UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Dalam UU no. 41 Tahun 1999,“tujuan dari penyelenggaraan kehutanan


adalah sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan
berkelanjutan dengan mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi
fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk menjangkau
manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang seimbang dan
berkelanjutan”.

Hamdan Adma Adinugraha


Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Kehutanan Yogyakarta
Email: hamdan_adma@gmail.com

S
eiring dengan tingginya intensitas kegiatan Salah satu upaya yang ditempuh oleh KLHK
pemanfaatan hutan, menyisakan banyaknya untuk menekan deforestasi adalah dengan cara
kerusakan hutan alam Indonesia. Penerapan meningkatkan peran serta masyarakat di sekitar
berbagai sistem silvikultur dalam pengelolaan hutan dalam mengelola hutan melalui skema
hutan alam Indonesia tidak berhasil secara perhutanan sosial. Data Badan Pusat Statistik
signifikan membendung laju kerusakan hutan (2020) melaporkan bahwa terdapat 83.809
Indonesia. Sebagai salah satu negara tropis yang desa di Indonesia, dengan sebaran 41.286 desa
memiliki luas hutan terbesar, Indonesia selalu terletak di luar kawasan hutan (49,26%), 39.183
menjadi sorotan internasional. Oleh karena itu desa di tepi kawasan hutan (46,75%) dan
pemerintah Indonesia melalui Kementerian sisanya sebanyak 3.340 desa (3,99%) terletak di
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus dalam kawasan hutan. Tujuan program tersebut
berupaya melakukan rehabilitasi dan restorasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
hutan Indonesia. Hal tersebut dilakukan dalam keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial
rangka mitigasi perubahan iklim global sebagai budaya. Bentuk dari skema perhutanan sosial
dampak negatif akibat tingginya emisi gas rumah tersebut yaitu melalui program Hutan Desa (HD),
kaca di atmosfir, yang menyebabkan terjadinya Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman
peningkatan suhu global, cuaca ekstrim serta Rakyat (HTR), Hutan Rakyat (HR), Hutan Adat dan
maraknya bencana alam banjir dan longsor. Kemitraan Kehutanan.

Pemerintah RI telah menargetkan untuk Hutan Desa


menurunkan emisi gas rumah kaca dari semua Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
sektor sebesar 31,89% dengan kemampuan 89/ 2014, definisi hutan desa adalah hutan
nasional dan 43,20% dengan dukungan negara yang belum dibebani izin/hak, yang
kerjasama luar negeri pada tahun 2030 (Menteri dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk
LHK, 2023). Langkah-langkah strategis yang kesejahteraan desa. Oprasional hutan desa
ditempuh untuk sektor kehutanan oleh KLHK dilakukan Lembaga Pengelolaan Hutan Desa
untuk mencapai target tersebut dengan cara (LPHD) yang dibentuk dan secara struktural
mengurangi dan mencegah kerusakan hutan, berada dibawah pimpinan desa. Selanjutnya
pengelolaan hutan secara lestari, peningkatan lembaga desa tersebut akan mendapatkan
cadangan karbon melalui kegiatan penanaman Hak pengelolaan hutan desa (HPHD) untuk
pohon, peningkatan keanekaragaman hayati mengelola hutan negara dalam batas waktu dan
dan pengelolaan ekosistem gambut. Dengan luasan tertentu. Persetujuan pengelolaan hutan
upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan desa diberikan dalam bentuk Surat Keputusan
luas tutupan hutan baik pada kawasan hutan Menteri LHK untuk jangka waktu 35 tahun
produksi, lindung maupun kawasan konservasi.

5
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 2 No. 2, Maret 2023

dan dapat diperpanjang. Dengan demikian kawasan, pemanfaatan dan pemungutan HHBK,
masyarakat desa melalui lembaga desa dapat pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan dan
menjadi pelaku utama dalam mengelola dan pemungutan hasil hutan kayu (HHK).
mengambil manfaat dari hutan negara serta turut
bertanggung jawab atas kelestarian fungsinya Prinsip Pengelolaan Hutan Desa
sebagai penyangga kehidupan (Hapsari et al., Pemanfaatan sumber daya hutan merupakan
2014). salah satu hal yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang
Dalam Peraturan Menteri LHK no. 9/2021 menyatakan, “bumi dan air dan kekayaan alam
tengtang pengelolaan perhutanan sosial, yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
adanya kebijakan pengelolaan hutan desa negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai kemakmuran rakyat”. Hutan alam Indonesia
berikut (Direktorat Jenderal Pehutanan Sosial merupakan salah satu kekayaan negara yang
dan Kemitraan, 2021) : harus dikelola dengan baik untuk kemakmuran
1. Mendapatkan pengakuan dan perlindungan rakyat. Lebih detil dijelaskan dalam UU no.
secara hukum sebagai legalitas bagi 41 Tahun 1999,“tujuan dari penyelenggaraan
masyarakat desa untuk mengelola kawasan kehutanan adalah sebesar-besarnya untuk
hutan. kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan
2. Menciptakan lapangan usaha baru bagi berkelanjutan dengan mengoptimalkan aneka
masyarakat di sekitar hutan. fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi,
3. Meningkatkan pendapatan ekonomi fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk
masyarakat di sekitar hutan. menjangkau manfaat lingkungan, sosial, budaya,
dan ekonomi yang seimbang dan berkelanjutan”.
4. Menjaga kelestarian hutan dan ekosistem Oleh karena itu apabila pengelolaannya tidak
sekitarnya. terkoordinasi dengan baik, maka sumber daya
5. Menyelesaikan konflik dan/atau sengketa alam yang terbatas tersebut akan menjadi suatu
dalam pengelolaan sumber daya hutan masalah yang besar dan menimbulkan konflik
baik antara masyarakat dengan investor/ antara pemerintah, masyarakat dan swasta
pengelola atau pemerintah yang (Simon, 2010).
menyebabkan tekanan terhadap kawasan
hutan. Dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan
6. Mendapatkan peluang masuknya Program hutan untuk meningkatkan kesejahteraan
Pemerintah, dana Corporate Social masyarakat di desa sekitar hutan dengan
Responsibility (CSR) dan lain-lain yang tetap menjaga kelstarian hutannya, maka
berguna untuk pembangunan desa tersebut. terdapat 3 prinsip yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan hutan desa yaitu 1)
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa jenis- prinsip tata kelola hutan lebih baik, 2) prinsip
jenis kegiatan berusaha yang diizinkan kesejahteraan masyarakat meningkat dan 3)
dalam pengelolaan hutan desa yang status prinsip lingkungan yang berkelanjutan (Rahayu
kawasaannya adalah hutan lindung yaitu et al., 2016). Implementasi dari prinsip-prinsip
pemanfaatan kawasan untuk budidaya tanaman pengelolaan hutan desa tersebut akan bisa
obat, budidaya tanaman hias, budidaya jamur, dilakukan dengan model pengelolaan yang
budidaya lebah, silvofishery, silvopastura, berbeda-beda antara daerah yang satu dengan
agroforestry, agrosilvopastura, penangkaran daerah lainnya. Hal tersebut tergantung pada
satwa liar, rehabilitasi satwa dan lain sebagainya. banyak faktor diantaranya status kawasan hutan
Usaha lain yang diperbolehkan adalah (produksi/konservasi), tipe dan potensi hutan,
pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan bukan kondisi lahan di kawasan serta kondisi sosial,
kayu (HHBK) seperti rotan, bambu, madu, buah- ekonomi dan budaya masyarakat desa sekitar
buahan, getahgetahan, tanaman obat-obatan, hutan. Dengan demikian dalam pengelolaan
sutera alam, tanaman hias, dan lain-lain, serta hutan desa harus dikembangkan pola kerjasama
usaha pemanfaatan jasa lingkungan seperti jasa para pihak dari pemerintah pusat dan daerah,
wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan tata pemerintah desa, perguruan tinggi, swasta dan
air/hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian lembaga swadaya masyarakat (Muliono et al.,
erosi dan banjir, keindahan dan keunikan 2015).
keanekaragaman hayati, penyerapan dan
penyimpanan karbon. Adapun untuk kawasan Secara umum model pengelolaan hutan desa
hutan produksi meliputi usaha pemanfaatan sangat ditentukan oleh status kawasannya

6
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 2 No. 2, Maret 2023

sebagai hutan produksi, hutan lindung dan suatu standar/instrumen yang dapat dijadikan
hutan konservasi. Adapun jenis kegiatan yang pedoman oleh para pemilik izin usaha sektor
diizinkan dalam setiap kawasan hutan tersebut kehutanan, merupakan sebuah keniscayaan.
telah diatur dalam Permen LHK No. 89/2014. Dengan menerapkan standar/instrumen dapat
Beberapa model pengelolaan hutan yang meningkatkan perlindungan bagi konsumen,
dilakukan dan dilaporkan memberikan manfaat pelaku usaha, tenaga kerja, masyarakat dan
bagi masyarakat desa sekitar hutan, sebagai negara dalam aspek keselamatan, kemanan,
berikut; (Irawati et al., 2019: Laksemi et al., 2019; kesehatan maupaun pelestarian lingkungan
Nurhaedah & Hafsari, 2014). hidup (Suseno, 2022). Terkait dengan
1. Pengelolaan hutan desa dengan penanaman perizinan berusaha berbasis resiko pada sektor
campuran tanaman kayu dengan tanaman lingkungan hidup dan kehutanan telah diatur
semusim seperti nanas, empon-empon, dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
palawija (agroforestri). dan Kehutanan Nomor 3, tahun 2021. Terdapat
2. Pengelolaan hutan desa untuk konservasi 6 bidang usaha yang diatur yaitu pemanfaatan
hutan berbasis adat/kearifan lokal seperti hutan, pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
hutan larangan, hutan untuk melindungi baeracun, pengelolaan air limbah, pemanfaatan
sumbr mata air. jasa lingkungan pada kawasan konservasi,
pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar serta
3. Pengelolaan hutan desa dengan
bidang perbenihan tanaman hutan.
memanfaatkan secara maksimal hasil hutan
bukan kayu.
Terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan
4. Pengelolaan hutan dengan penanaman hutan desa, terdapat beberapa standar/
tanaman serbaguna (MPTS) seperti pala, instrumen yang dapat digunakan sebagai
kemiri, cengkeh, tanaman penghasil buah pedoman oleh para pemilik izin usaha dalam
dan lain-lain. pelaksanaan kegiatan usahanya baik yang
5. Pengelolaan hutan untuk jasa lingkungan berupa standar khusus maupun Standar
dan wisata alam pada kawasan hutan yang Nasional Indonesia (SNI), diantaranya:
memiliki potensi wisata seperti adanya air
1. Standar Khusus Pengelolaan Hutan Oleh
terjun, bentang lahan yang unik, memiliki
Masyarakat yang ditetapkan tahun 2020.
keanekaragaman flora dan fauna yang relatif
tinggi. 2. Standar Khusus Pengelolaan Hutan dengan
Sistem Agroforestri yang ditetapkan tahun
2021.
Standardisasi Pemanfaatan Hutan Desa
3. Standar Nasional Indonesia (SNI) 7896-2013
Pengusahan sektor kehutanan pasca disahkannya tentang Pengelolaan Hutan Lindung Lestari
Undang-Undang Cipta Keja (UUCK) tahun 2020
4. Standar dari Perkumpulan Kerjasama
memberikan dampak positif peningkatan
Sertifikasi Kehutanan Indonesia nomor: IFCC
investasi dengan penyederhaan perizinan
ST 1001:2021 tentang Pengelolan Hutan
berusaha. Namun demikian terdapat resiko
Lestari – Persyaratan.
dampak negatif terhadap pengelolaan sumber
daya alam yang dapat menambah kerusakan 5. Standar Nasional Indonesia (SNI) 8013:2014
hutan dan menurunkaan kualitas lingkungan tentang Pengelolaan Pariwisata Alam.
dengan memperparah tingkat emisi karbon 6. Standar Nasional Indonesia (SNI) 9006:
ke atmosfir (Nugroho, 2021). Adanya resiko 2021 tentang Wisata Hutan untuk Terapi
dampak negatif yang bisa timbul mendorong Kesehatan.
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) 7. Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait
no. 5 tahun 2021 tentang penyelenggaraan produk-produk hasil hutan kayu (HHK) dan
Perizinan Berusaha Berbasis Resiko. Peraturan bukan kayu (HHBK).
tersebut mengatur bahwa kegiatan usaha yang
8. Buku Pedoman Pemantauan dan Evaluasi
dilaksanakan tidak cukup mementingkan aspek
Pengelolaan Hutan Desa Berbasis Masyarakat.
ekonomi, tetapi juga melakukan tata kelola yang
World Agroforestry Centre (ICRAF).
tepat dan perlindungan lingkungan hidup.

Dalam melaksanakan izin usaha pemanfaatan Daftar Pustaka


kawasan hutan secara optimal, pihak pengelola
juga harus sekaligus ikut berperan secara aktif Badan Pusat Statistik. 2020. Identifikasi dan Analisis
dalam menjaga kelestarian hutan dan kualitas Desa Di Sekitar Kawasan Hutan Berbasis
lingkungan hidup. Oleh karena itu kehadiran Spasial Tahun 2019. Jakarta.

7
Direktorat Jenderal Pehutanan Sosial dan Kemitraan. Nugroho, AW. 2021. Membaca Arah Perubahan Tata
2021. Buku Saku Fasilitasi Permohonan Hutan Kelola Kehutanan Pasca Terbitnya Undang-
Desa. Kementerian Lingkungan Hidup dan Undang Cipta Kerja. Jurnal Hukum Lingkungan
Kehutanan. Jakarta. Indonesia vol. 7, no. 2: 275-296.
Hapsari, Evita. M, Nurhaedah. 2014. Hutan Desa Hurhaedah & Hapsari. 2014. Hutan Desa Kabupaten
Kabupaten Bantaeng Dan Manfaatnya Bagi Banteing Dan Manfaatnya Bagi Masyarakat.
Masyarakat. Balai Penelitian Kehutanan Info Teknis EBONI Vol. 11 No. 1: 27 - 36.
Masyarakat. Makasar. Vol. 11 No 1 :27-36 Rahayu S, Khususiyah N, Galudra G, Sofyuddin M.
Irawati., Jusuf, Y., & Dassir, M. 2019. Model 2016. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan
Pembangunan Hutan Desa di Kelurahan Hutan Desa Berbasis Masyarakat. Buku
Latuppa Kecamatan Munkajang Kota Palopo. Pedoman. World Agroforestry Centre (ICRAF) -
Jurnal Penelitian Kehutanan Bonita vol 1 Southeast Asia Regional Program. 34p.
no.1:16-23. Simon, H. 2010. Dinamika Hutan Rakyat. Yogyakarta
Laksemi, NPST., Sulistyawati & Mulyaningrum. 2019. (ID): Pustaka Pelajar.
Perhutanan Sosial Berkelanjutan di Provinsi Suseno, DPY. 2022. Peran Balai Besar Pengujian
Bali (Studi Kasus di Hutan Desa Wanagiri). Standar Instrumen Kehutanan (BBPSIK)
Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. 2: 150-163. Yogyakarta Dalam Standardisasi Bidang
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2023. Kehutanan. Komunikasi Pribadi.
Sambutan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan pada Peringatan Hari Bhakti
Rimbawan ke-40 Tahun 2023. Jakarta.
Moeliono M, Mulyana A, Adnan H, Yuliani EL, Manalu
P, Balang. 2015. Hutan Desa: Pemberdayaan,
Bisnis, atau Beban?. Brief 52. Bogor,Indonesia.
World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast
Asia Regional Program.

Anda mungkin juga menyukai