Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PERENCANAAN SUMBERDAYA HUTAN BERKELANJUTAN

...

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut UU Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat (1), hutan merupakan
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan aset negara yang
memiliki peran penting dalam pembangunan nasional serta keberlangsungan
hidup bangsa. Hutan memberikan manfaat yang mencakup berbagai hal
diantaranya aspek ekologi, sosial budaya, dan ekonomi yang seimbang dan
dinamis. Oleh karena itu, keberadaan hutan harus dijaga, dikelola, dan
dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan masyarakat Indonesia saat
ini hingga masa mendatang. Kerusakan hutan di Indonesia menjadi tantangan
dalam melakukan pengelolaan hutan lestari.
Sejak era reformasi kasus kerusakan hutan terus berlanjut karena
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kebijakan yang mempermudah kegiatan
alih fungsi lahan hutan, penegakan hukum yang lemah, birokrasi yang korup,
persoalan kemiskinan, serta adanya permasalahan hak kelola dengan masyarakat
lokal. Oleh karena itu perlu dilakukan perlindungan hutan untuk memastikan
status, fungsi, dan kondisi hutan sehingga dapat terjaga kelestariannya. Hal ini
bertujuan untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan yang disebabkan oleh
aktivitas manusia dan ternak, kebakaran, bencana alam, hama dan penyakit.
Perlindungan hutan juga mencakup menjaga hak negara, masyarakat, dan individu
terhadap hutan, kawasan hutan, hasil hutan, serta investasi dan perangkat yang
terkait dengan pengelolaan hutan (Marthin dkk, 2014).
Salah satu cara dalam melakukan perlindungan hutan, dilakukan
pengukuhan pada suatu kawasan hutan sehingga dapat mencegah konflik dengan
masyarakat serta kerusakan hutan. Menurut Undang-Undang No.41 Tahun 1999
Pasal 15, dalam proses pengukuhan suatu kawasan perlu dilakukan beberapa hal
yaitu penunjukkan kawasan hutan, penataan batas kawasan hutan, pemetaan
kawasan hutan, dan penetapan kawasan hutan. Pada praktikum ini dilakukan
penataan batas pada Kawasan KHDTK UB Forest. Kawasan hutan UB Forest
merupakan salah satu kawasan KHDTK yang terletak di wilayah utara Kabupaten
Malang dan terdiri dari hutan produksi dan hutan lindung (Vitasari, 2019).
Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: 676/MenLHK-Setjen/2015 tentang Penetapan Kawasan Hutan
dengan Tujuan Kusus (KHDTK), UB Forest memiliki luas areal seluas ±514
hektar yang digunakan sebagai hutan pendidikan dan pelatihan.

1.2 Tujuan
Tujuan umum dari pembuatan dokumen perencanaan pengelolaan
KHDTK UB Forest yaitu untuk menjabarkan dan menjelaskan secara tertulis
terkait informasi, kegiatan, dan strategi perencanaan pengelolaan KHDTK UB
Forest. Tujuan khusus dalam pembuatan dokumen perencanaan KHDTK ini
antara lain:
1. Mendeskripsikan kawasan KHDTK UB Forest mulai dari risalah wilayah,
sejarah kawasan, potensi wilayah, data informasi masyarakat, kondisi
wilayah, dan isu, strategi serta permasalahan wilayah.
2. Menjelaskan visi dan misi terkait pengelolaan KHDTK UB Forest.
3. Menjelaskan startegi pengelolaan dan pengembangan KHDTK UB Forest,
perencanaan program dan kegiatan diklat kehutanan, program dan kegiatan
pokok, serta rencana pemanfaatan hutan dan pembangunan sarana
prasarana.
4. Menguraikan strategi alokasi pembiayaan serta sumber pembiayaan
pengelolaan KHDTK.
5. Memaparkan struktur dan fungsi kelembagaan yang terdapat di dalam
manajemen pengelolaan KHDTK UB Forest.
6. Menjelaskan strategi pembinaan, pengawasan, dan pengendalian dalam
rangka optimalisasi pengelolaan KHDTK UB Forest.

1.3 Sasaran
Dalam kegiatan penelitian pengelolaan hutan, terdapat 2 jenis sasaran
kegiatan yaitu sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang. Sasaran jangka
pendek merupakan sasaran yang akan dicapai dengan target 1 tahun mendatang
sedangkan sasaran jangka panjang merupakan sasaran yang direncanakan akan
dicapai dalam kurun waktu 10 tahun. Sasaran dari proposal ini diantaranya :
1. Sasaran jangka pendek, meliputi:
a. Tercapainya produktifitas dari UB Forest sebagai penunjang
kebutuhan pokok bagi masyarakat terutama dalam bidang pangan,
rempah, obat-obatan dan energi.
b. Tercapainya pengelolahan UB Forest berbasis PHBM (Pengelolahan
Hutan Bersama Masyarakat) dan sistem Agroforestri
c. Tercapainya pengelolahan hutan berbasis pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang kehutanan
2. Sasaran jangka panjang, meliputi:
a. Terlaksanakannya pengelolaan kawasan hutan yang mampu menjadi
penunjang kebutuhan pokok masyarakat secara berkelanjutan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan terkait pelaksanaan
Pengelolahan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK).
b. Terlaksanakannya pelestarian dan perlindungan terhadap kekayaan
hutan meliputi flora, fauna maupun kekayaan lain di dalamnya sesuai
dalam peraturan perundang-undangan terkait.
c. Terciptanya kelestarian pada kawasan UB Forest sehingga mampu
menjadi sumberdaya dan fasilitas bagi kehidupan masyarakat sekitar
secara berkelanjutan.

1.4 Ruang Lingkup


Penyusunan rencana pengelolaan KHDTK UB Forest dilakukan
berdasarkan peninjauan aspek ekologi, aspek ekonomi, dan aspek budaya dengan
memperhatikan partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat, dan rencana
pembangunan wilayah. Rencana pengelolaan hutan KHDTK UB Forest
menjadikan dasar pembuatan rencana pengelolaan hutan untuk jangka panjang
dan jangka pendek yang selanjutnya diimplementasikan ke dalam bentuk strategi
pengelolaan dengan fungsi wilayah: 
1. Pendidikan
KHDTK UB Forest berfungsi sebagai sarana pendidikan dan edukasi
berdasarkan ilmu kehutanan serta lingkungan hidup.
2. Sumber Penghidupan Masyarakat
KHDTK UB Forest berfungsi sebagai tempat pengelolaan hasil hutan,
seperti memanfaatkan lahan dibawah pohon pinus untuk ditanami kopi dan
talas.
3. Penelitian
KHDTK UB Forest berfungsi sebagai sarana penelitian serta laboratorium
yang berlandaskan pada kehutanan dan lingkungan hidup.
4. Pengabdian Masyarakat
KHDTK UB Forest berfungsi sebagai sarana tempat kegiatan masyarakat,
seperti kegiatan sekolah lapang yang dapat dilaksanakan di alam bebas
dengan kegiatan bermain sambil belajar.

1.5 Batasan Pengertian


Dalam penyusunan dokumen rencana pengelolaan KHDTK UB Forest, perlu
dipahami bahwa terdapat beberapa istilah yang perlu didefinisikan dengan jelas
agar tidak terjadi kebingungan atau multitafsir. Oleh karena itu, untuk
memudahkan pemahaman, diberikan penjelasan tentang daftar istilah yang
merujuk pada definisi yang telah ditetapkan dalam (UU No. 41 Tahun 1999; UU
No. 18 Tahun 2013; Permen LHK No. 10 Tahun 2022; Permen LHK No. P.15
Tahun 2018)
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Pohon adalah tumbuhan yang batangnya berkayu dan dapat mencapai ukuran
diameter 10 (sepuluh) sentimeter atau lebih yang diukur pada ketinggian 1,50
(satu koma lima puluh) meter di atas permukaan tanah.
3. Hutan produksi adalah kawasan hidup yang mempunyai fungsi pokok
memperoduksi hasil hutan.
4. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
5. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
6. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus yang selanjutnya disingkat KHDTK
adalah kawasan hutan yang secara khusus diperuntukkan untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan kehutanan, pendidikan dan pelatihan kehutanan
serta religi dan budaya.
7. Pengelolaan KHDTK adalah sistem pengelolaan hutan lestari, komprehensif,
mandiri dan terpadu yang melibatkan berbagai disiplin keilmuan untuk tujuan
penelitian dan pengembangan kehutanan, pendidikan dan pelatihan kehutanan,
serta religi dan budaya.
8. Agroforestri adalah optimalisasi pemanfaatan lahan dengan sistem kombinasi
tanaman berkayu, buah-buahan, atau tanaman semusim sehingga terbentuk
interaksi ekologis dan ekonomis di antara komponen penyusunnya.
9. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan wujud struktur ruang dan pola
ruang.
BAB II DESKRIPSI WILAYAH
2.1 Risalah Wilayah KHDTK
UB Forest merupakan kawasan hutan yang dimiliki oleh Universitas
Brawijaya yang difungsikan sebagai hutan pendidikan dan pelatihan yang
bertujuan untuk menjadi ladang inovasi bagi semua kalangan pendidikan, serta
sebagai pembinaan masyarakat sekitar dan menghasilkan publikasi. UB Forest
terletak di kaki gunung Arjuna yang berbatasan dengan Kota Batu dan Kabupaten
Malang (Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso) yang meliputi tiga
desa di wilayah tersebut, yakni Desa Donowarih, Ngenep, dan Tawangargo.
Kawasan UB Forest terletak pada ketinggian 1000-1200 MDPL dengan
luas kawasan sebesar 544,74 ha yang dibagi menjadi dua berdasarkan tujuan
penggunaan lahan, yakni terdapat bagian hutan lindung dan hutan produksi yang
sebagian besar ditanami dengan pohon pinus. Dijelaskan bahwa kondisi
kemiringan lereng pada kawasan KHDTK UB Forest terbagi menjadi tiga, yakni
kelas 0-8% seluas 40,97; >9-15% seluas 484,89 ha; dan > 15% seluas 23,81ha.
Adapun tindakan untuk memaksimalkan pengolahan dan pengembangan lahan
yakni dengan dibagi menjadi 16 plot dalam satu kawasan.

2.2 Sejarah Kawasan


KHDTK UB forest merupakan hutan yang digunakan untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan multi disiplin di lingkungan UB. Hutan ini
dirancang untuk proses belajar mengajar yang berorientasi pada alam dan
masyarakat. Sama halnya dengan Hutan Pendidikan dan Pelatihan Universitas
Gadjah Mada di Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Ngawi,
Provinsi Jawa Timur yang ditetapkan oleh keputusan menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia No. SK.632/ Menlhk/ Setjen/ PLA.0/ 8/ 2016
sebagai KHDTK atau Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (Wahyuni, et.al,
2019). Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang berkaitan dengan asas
pengasuhan, keberdayaan dan keberdayaan, yang bertujuan menjadikan siswa
aktif dan menyatu dengan alam. Pembelajaran merupakan proses pengembangan
kreatif yang meningkatkan kemampuan berpikir dan merancang pengetahuan baru
berkat pengelolaan dan pengembangan materi perkuliahan sesuai dengan visi dan
misi Universitas Brawijaya. Hutan pengajaran merupakan bagian penting dalam
mempromosikan pembelajaran yang selaras dengan alam. Aspek lain untuk
meningkatkan efisiensi pembelajaran adalah metode pelatihan yang inovatif, guru
yang berkualitas dan tersedianya fasilitas dengan sarana pengajaran yang
memadai. Selain itu, penilaian dan pemantauan harus cermat dan
berkesinambungan untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.
Upaya peningkatannya harus diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana
penunjang pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini, ini adalah hutan pendidikan
multidisiplin.
Perkembangan kampus Universitas Brawijaya membutuhkan ketersediaan
lahan yang luas. Pada 31 Desember 2015, Universitas Brawijaya mendapatkan
hak pengelolaan hutan seluas 544,74 hektar dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. Hutan tersebut terdiri dari hutan produksi dan hutan lindung alam.
KHDTK UB Forest terdiri dari tanaman pinus dan mahoni yang terletak di lereng
Gunung Arjuna. Kawasan ini merupakan ruang belajar langsung dimana kegiatan
penelitian dan pembelajaran dapat dilakukan di program studi terkait, didukung
dengan ruang laboratorium lapangan. Pengembangan penawaran dan infrastruktur
pendidikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sangat penting untuk
memberikan layanan pendidikan berkualitas yang menghasilkan lulusan yang
berkualitas dan kompetitif di pasar tenaga kerja. Secara khusus, untuk
meningkatkan akreditasi dan menarik mahasiswa baru, harus diperhatikan
kecukupan lembaga pendidikan dan infrastruktur serta prioritas
pengembangannya. Berkaitan dengan pengembangan kampus, sasarannya adalah
untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dengan
cara menciptakan suasana akademik yang mendorong kesinambungan kegiatan
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Ketersediaan hutan pendidikan yang diperoleh Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (LHK) sangat penting bagi UB. Tahun 2017 merupakan
tahun penting yaitu penyelenggaraan acara HMPI (Hari Menanam Pohon
Indonesia) dan BMN (Bulan Menanam Nasional). Selain itu, pada tanggal 5
Januari 2017, UB Forest menyelenggarakan acara untuk memeriahkan Dies
Natalis UB Forest yang kedua. Pada acara tersebut, UB Forest menanam akar
wangi dan memberikan penyuluhan kesehatan kepada warga sekitar. 
2.3 Potensi Wilayah KHDTK
KHDTK Universitas Brawijaya (KHDTK UB FOREST) secara
administratif terletak di Desa Tawangargo, Desa Donowarih, dan Desa Ngenep;
Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Kondisi topografi atau kelerengan
di KHDTK UB FOREST dibagi menjadi tiga kelas lereng yaitu 0-8% seluas 40,97
ha; > 8-15% seluas 484,89 ha; dan > 15% seluas 23,81 ha. Curah hujan rata-rata
per tahun : 250 mm dan keadaan suhu rata-rata : 27OC. Luas areal kawasan hutan
KHDTK UB Forest sesuai Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor: 676/MenLHK-Setjen/2015 tentang
Penetapan Kawasan Hutan dengan tujuan khusus pada kawasan hutan lindung dan
hutan produksi yang terletak di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur seluas ± 514 ha (Lima Ratus Empat Belas) Hektar sebagai
hutan pendidikan dan pelatihan (hutan diklat). 
KHDTK pada UB Forest memiliki potensi baik pada hasil kayu atau hasil
tanaman juga memiliki potensi pada jasa lingkungannya. KHDTK yang berada
pada UB Forest dirawat oleh masyarakat yang tinggal disekitar hutan. Para
masyarakat atau stakeholder yang berada di sana menggunakan sistem
agroforestri dalam menanam tanaman pertanian mereka dengan tanaman hutan
yang sudah sejak awal sudah ada. Agroforestri adalah sistem pengelolaan lahan
secara intensif dengan mengkombinasikan berbagai tanaman kehutanan dan
tanaman pertanian dengan tujuan agar hasil yang diperoleh maksimal dari
kegiatan pengelolaan hutan dengan tidak mengesampingkan aspek lingkungan
hidup serta budaya praktis masyarakat lokal (Aruan dan Irwantoro 2020).
Tanaman sekunder yang ditanam oleh masyarakat disana disesuaikan fungsinya
dalam membantu mengkonservasi tanah yang berada disana, biasanya seperti
potensi tanaman berupa pohon, semak, dan perdu yang meliputi: gintungan
(Bischofia javanica), dadap (Erythrina lithosperma), anggrung (Trema orientalis),
beringin (Ficus benjamina), kesek (Muntingia calabura), gondang (Ficus
variegata), bamboo (Bambusa spp.), tepus (Etlingera solaris), pakis (Cycas spp.),
puspa (Schima wallichii), eukaliptus (Eucalyptus spp.), kaliandra (Calliandra
calothyrsus), dan lain-lain . Tanaman kopi sebagai tanaman produksi, mampu
memberi keuntungan finansial serta dapat menjaga lahan dari bahaya longsor
dengan perakarannya yang kuat. 
UB Forest memiliki jasa lingkungan yang dapat memberikan manfaat
timbal balik kepada masyarakat disekitarnya. Jasa lingkunga ini terjadi di dalam
lingkungan hidup, antara tumbuhan, binatang, dan jasad renik dan lingkungan
non-hayati yang ada di UB Forest. Contoh jasa lingkungan antara lain jasa wisata
alam/rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian
erosi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, penyerapan dan
penyimpanan karbon. Hutan pada dasarnya memiliki jasa lingkungan yang tidak
hanya berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan, namun juga dapat
dioptimalkan manfaatnya dalam menyokong perekonomian Indonesia. Jasa
lingkungan hutan sebagai provisioning (penyediaan), regulating (regulasi iklim,
air, dan tanah), cultural (pendidikan dan rekreasi), maupun supporting (produksi
primer dan siklus hara) dapat dimanfaatkan secara ekonomi dengan pengelolaan
secara berkelanjutan. Dapat diketahui pada potensi jasa lingkungan yang pertama,
yaitu UB Forest sebagai provisioning (penyediaan) yang mana dibuktikan dengan
adanya penyediaan pangan, penyediaan air, penyediaan bahan bakar dan material
lain serta penyediaan sumberdaya genetik. Kedua, yaitu UB Forest sebagai
regulating yang dibuktikan dengan adanya pengaturan kualitas udara, pengaturan
iklim, pengaturan penyakit, pencegahan dan perlindungan terhadap bencana alam
(banjir, longsor, kebakaran, dan tsunami), pengaturan air, pemurnian air dan
pengolahan limbah, pengaturan penyerbukan alami pengendalian hama. Ketiga
adalah UB Forest sebagai cultural (pendidikan dan rekreasi) yang dibuktikan
dengan adanya mahasiswa atau siswa-siswi yang sering berkunjung ke UB Forest
untuk melakukan praktikum ataupun penelitian. Potensi rekreasi juga dapat
dikembangkan di UB Forest, seperti pada era modern ini banyak anak-anak muda
yang membutuhkan tempat untuk bersantai (healing) apabila UB Forest ini dapat
dikelola dan disetujui dengan baik antar semua pihak maka dapat dijadikan tempat
rekreasi. Keempat adalah UB Forest sebagai supporting yang dibuktikan dengan
adanya layanan yang diperlukan untuk mendukung produksi semua produk utama,
misalnya oksigen, ketersediaan habitat dan keanekaragaman hayati, pembentukan
dan regenerasi tanah, penyerbukan, dan siklus hara (Azzahra, 2018).
Pengelolaan hutan mempunyai potensi besar untuk mendapatkan manfaat
secara ekonomis, nilai ekonomi yang besar akan meningkatkan kemampuan
dalam memelihara dan mempertahankan keberadaan pelestarian alam. UB Forest
sebagai KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) dapat menjadikan
hutan pendidikan guna menjaga kualitas, keutuhan, dan kelestarian alam dengan
menjamin keterpihakan kepada masyarakat di sekitar UB Forest (Meliala, 2018).
Wisata alam yang dapat dikembangkan di UB Forest adalah terkait dengan kopi.
Dapat diketahui Banyak tanaman kopi yang dibudidayakan oleh masyarakat
setempat. Biji kopi yang merupakan hasil panen tersebut diolah oleh masyarakat
setempat. Pada era modern ini banyak anak-anak muda hingga tua yang
membutuhkan tempat untuk bersantai. UB Forest merupakan tempat yang cocok
untuk fikembangkan sebagai wisata alam dengan cara membangun kafe dengan
menu utama kopi dari hasil panen para petani di UB Forest. Diharapkan dengan
adanya hal tersebut dapat mengenalkan UB Forest ke kancah yang lebih luas lagi.
2.4 Data Informasi Sosial Budaya Masyarakat di Sekitar Hutan
Kawasan UB Forest merupakan kawasan hutan yang berdekatan langsung
dengan masyarakat, sehingga terjadi interaksi yang terjalin antara masyarakat
dengan keberadaan hutan. Masyarakat UB Forest yang dominan bekerja sebagai
petani menggunakan lahan hutan sebagai sumber perekonomian untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan tersebut dilakukan menggunakan sistem
agroforestri dengan memadukan tanaman tahunan yaitu pohon pinus dan mahoni
dengan tanaman semusim yaitu kopi, mbothe, jahe, kunir, wortel, buncis, sawi,
kubis, cabai, terong, pisang, dan jagung. Sebelumnya, kawasan UB Forest
merupakan kawasan hutan yang dikelola oleh Perhutani, sehingga masyarakat
tidak hanya fokus pada tanaman yang ditanam saja, namun masyarakat juga
melakukan penyadapan pada pohon pinus. Hasil penyadapan getah pinus tersebut
disetorkan kepada pihak Perhutani. Sebagian masyarakat mengatakan kegiatan
penyadapan pohon pinus dapat menambah penghasilan dan mengisi kekosongan
sambil menunggu tanaman yang mereka tanam masuk ke dalam fase panen. Akan
tetapi, UB Forest sudah berpindah tangan dari Perhutani ke Universitas Brawijaya
yang menyebabkan tidak adanya kegiatan penyadapan getah pinus. Masyarakat
difokuskan untuk menanam tanaman kopi, sehingga tanaman kopi menjadi
tanaman yang diharapkan dapat berproduksi secara terus-menerus dan dapat
dipasarkan serta dapat dikenal oleh masyarakat luas.
2.5 Kondisi Posisi KHDTK
Hutan adalah anugerah yang harus dipelihara dan dimiliki oleh masyarakat
yang memiliki konsekuensi dari tanggung jawab manusia. Hutan dengan berbagai
berbagai vegetasi alami terdiri dari jenis tumbuhan yang berbeda dan dengan
karakteristik ekosistem di dalamnya. Sesuai dengan Undang-Undang No. 41
Tahun 1999, hutan memainkan peran penting bagi kehidupan manusia dan
makhluk lain dalam aspek ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya. Hutan memiliki
fungsi utama, yakni fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi. Hutan
sebagai fungsi lindung berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mencegah banjir, mencegah intrusi air laut, memelihara
kesuburan tanah, mengatur tata air, dan mengendalikan erosi. Hutan sebagai
fungsi konservasi berfungsi sebagai tempat untuk mengawetkan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Sedangkan hutan sebagai fungsi
produksi berfungsi sebagai tempat untuk memproduksi hasil hutan. Hutan juga
menyediakan oksigen yang sangat penting bagi kehidupan makhluk lainnya.
Kemampuan hutan sebagai hutan lindung dalam menunjang keberadaan sumber
air juga sangat dibutuhkan masyarakat sekitar (Fibrianingtyas, 2020).
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia
memberikan amanah kepada Universitas Brawijaya (UB) untuk mengelola hutan
produksi yang sebelumnya dikelola oleh Perum Perhutani sebagai Kawasan Hutan
dengan Tujuan Khusus untuk Pendidikan (KHDTK) yang diberi nama UB Forest.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : 676/MenLHK-Setjen/2015 tentang Penetapan
Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK), luas area pada Kawasan hutan
lindung, hutan konservasi, dan hutan produksi UB Forest seluas 544 hektar
(Vitasari, 2019). UB Forest terletak pada ketinggian 1200 mdpl dan berada di
lereng Gunung Arjuno yang dengan ketinggian 3339 meter yang berbatasan
dengan Kabupaten Malang (Kecamatan Karangploso dan Kecamatan Singosari)
dan Kota Batu. Tanaman utama yang ditemukan di UB Forest yaitu mahoni dan
pinus dengan kondisi penggunaan lahan yang bervariasi mulai dari jarang hingga
sangat rapat (Putri et al., 2019). Hal tersebut ditandai dengan adanya perbedaan
sistem pola tanam yang dilakukan oleh petani di UB Forest.
Pengelolaan KHDTK UB Forest menjadi pengelolaan hutan lestari dan
komprehensif. Pengelolaan tersebut memerlukan pendekatan yang dapat
memadukan berbagai kepentingan seperti aspek pengelolaan hutan produksi dan
hutan lindung, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, rehabilitasi hutan,
pemberdayaan ekonomi masyarakat,pengembangan IPTEK, regulasi dan
kelembagaan. Pengelolaan KHDTK UB Forest bertujuan untuk menghasilkan
hutan yang memenuhi persyaratan sebagai laboratorium alam (Fibrianingtyas,
2020).
2.6 Isu Strategis, Kendala, Permasalahan
Analisis isu-isu strategis merupakan proses dalam manajemen strategis
yang melibatkan identifikasi, evaluasi, dan penyelesaian isu-isu kunci yang dapat
mempengaruhi keberhasilan suatu proyek. Analisis isu-isu strategis dapat
membantu dalam memahami kondisi lingkungan kerja, mengidentifikasi peluang
dan ancaman, serta merencanakan langkah-langkah strategis yang tepat. Oleh
karena itu, dalam melakukan pengembangan suatu kawasan seperti
pengembangan UB Forest, perlu dilakukan analisis isu-isu strategis terlebih
dahulu guna meningkatkan keberhasilan pengembangan kawasan. Menurut
Johnson, Whittington, and Scholes (2019), analisis isu-isu strategis melibatkan
tiga langkah utama:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat


mempengaruhi kinerja dan keberhasilan pengembangan kawasan UB
Forest, yaitu dengan melakukan pengumpulan informasi, analisis tren, dan
pemantauan kawasan secara keseluruhan.
2. Mengukur dampak dan signifikansi setiap isu strategis yang diidentifikasi,
yaitu dengan melakukan penilaian risiko dan analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) terkait kegiatan pengembangan
kawasan UB Forest.
3. Menentukan prioritas isu-isu strategis berdasarkan urgensi dan
dampaknya. Setelah itu, merencanakan tindakan yang relevan untuk
menghadapi isu-isu tersebut, termasuk mengembangkan strategi,
mengalokasikan sumber daya, dan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan.

Dari hasil survey yang kami lakukan, terdapat beberapa permasalahan


yang muncul antara masyarakat dan kebijakan pengelolaan hutan UB Forest.
Masalah-masalah tersebut menjadi tantangan untuk masyarakat di sekitar hutan.
Kemudian, kami menggali beberapa informasi mengenai akar permasalahan yang
muncul. Dari hal inilah muncul sebuah gagasan untuk meregenerasi adanya
Kelompok Tani Hutan sebagai wadah bagi masyarakat untuk membantu
memberikan solusi dari permasalahan tersebut.
BAB III VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN
3.1 Visi
Mewujudkan pengelolaan hutan yang berkelanjutan untuk menjaga
keanekaragaman hayati, melindungi ekosistem, dan memberikan manfaat jangka
panjang bagi masyarakat serta generasi mendatang. Hutan menjadi sumber
inspirasi dan pemahaman tentang pentingnya konservasi alam, pendidikan
lingkungan, dan keberlanjutan.

3.2 Misi
1. Menerapkan praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan:
 Melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap aktivitas ilegal
seperti penebangan liar dan perburuan hewan langka.
 Mengimplementasikan strategi restorasi hutan untuk memulihkan
ekosistem yang terdegradasi.
 Menggalakkan kebijakan perlindungan dan pelestarian hutan
berdasarkan pengetahuan ilmiah terkini.
2. Mengembangkan program pendidikan dan kesadaran lingkungan:
 Menyediakan program pendidikan tentang pentingnya konservasi hutan,
keanekaragaman hayati, dan dampak perubahan iklim kepada
masyarakat, pelajar, dan pemangku kepentingan.
 Mengintegrasikan materi lingkungan dalam kurikulum pendidikan
formal untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang
perlindungan hutan.
 Mengadakan kampanye dan kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlanjutan hutan.
3. Membangun kemitraan dengan pemangku kepentingan:
 Melakukan kolaborasi dengan pemerintah, organisasi non-pemerintah,
dan sektor swasta untuk mengembangkan program pengelolaan hutan
yang berkelanjutan.
 Membentuk forum partisipatif yang melibatkan masyarakat lokal, suku
adat, dan kelompok pemangku kepentingan dalam pengambilan
keputusan terkait pengelolaan hutan.
 Mengadakan dialog dan pertemuan rutin dengan pihak terkait untuk
menyampaikan informasi, saling bertukar pengalaman, dan
mengoordinasikan upaya perlindungan hutan.
4. Mendorong pengembangan ekonomi berkelanjutan:
 Memfasilitasi pengembangan usaha berbasis hutan yang ramah
lingkungan, seperti agrowisata, atau pengembangan produk non-kayu
dari hasil hutan.
 Memberikan pelatihan dan akses ke pasar bagi masyarakat lokal agar
dapat mengembangkan usaha yang berkelanjutan dan mengurangi
tekanan terhadap hutan.
 Mendorong praktik ekonomi sirkular dan penggunaan sumber daya
hutan secara bijaksana untuk mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan
5. Memperkuat pengawasan dan penegakan hukum:
 Meningkatkan kapasitas pengawasan terhadap kegiatan ilegal di hutan,
termasuk penebangan liar dan perdagangan satwa liar.
 Memperkuat kerjasama dengan lembaga penegak hukum untuk
menindak pelanggaran hukum terkait hutan.
 Melakukan patroli rutin dan pengawasan yang intensif di area hutan
untuk mencegah dan mengurangi aktivitas ilegal.
 Mengembangkan sistem pelaporan dan pemantauan berbasis teknologi,
seperti penggunaan satelit dan penginderaan jauh, untuk mendeteksi
potensi pelanggaran hukum.
 Mendorong partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pelaporan
kegiatan yang mencurigakan di hutan.
 Mengadvokasi kebijakan yang mendukung penegakan hukum yang
tegas terhadap pelanggaran terhadap hutan dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

Azzahra, R. M. 2018. Analisis morfofisiologia mahoni (swietenia macrophylla


king.). Makassar: universitas hasanuddin. BUA UB Forest. 2017. Ub
forest. Malang: BUA ub forest.

Aruan, N., & Irwantoro, I. (2020). Implementasi Model Pengelolaan Hutan


Rakyat Dengan Pola Agroforestry Berbasis Kemitraan. Develop, 4(2), 23-
52. 

Fibrianingtyas, A. (2020). Sinergitas Stakeholder Dalam Pengelolaan Kelestarian


Hutan Kawasan Ub Forest. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis,
4(4), 973-984.

Marthin. (2014). Problematika Penetapan Kawasan Hutan di Wilayah Masyarakat


Adat dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan di Kota Tarakan.
Pandecta.

Meliala, D. P. 2018. Partisipasi kelompok tani dalam pengelolaan kawasan hutan


dengan tujuan khusus (khdtk) ub forest. Malang: sarjana thesis, universitas
brawijaya.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor


10 Tahun 2022 Tentang Penyusunan Rencana Umum Rehabilitasi Hutan
Dan Lahan Daerah Aliran Sungai Dan Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan
Dan Lahan.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor


P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2018 Tentang Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus.

Putri, O. H., Utami, S. R., & Kurniawan, S. (2019). Sifat kimia tanah pada berbagai
penggunaan lahan di UB Forest. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan,
6(1), 1075-1081.

Surat Keputusan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia


Nomor: 676/MenLHK-Setjen/2015.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan


Dan Pemberantasan Perusakan Hutan.

Vitasari, V. L. (2019). Perencanaan Pengembangan Potensi Ekowisata di Kawasan


Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) UB FOREST. Universitas
Brawijaya.
Wahyuni, P., Maulana Zamzami, Z., Rizkyana, R., & Dewi, B. S. (2019). Studi
Pengaruh Keberadaan KHDTK Getas Terhadap Ekonomi Masyarakat
Sekitar Hutan.

Anda mungkin juga menyukai