Anda di halaman 1dari 7

KEBIJAKAN KEHUTANAN DENGAN ASPEK PERHUTANAN SOSIAL

Untuk Memenuhi Salah SatuTugas

Mata Kuliah Pengantar EkonomiKehutanan


Dosen Pengampu:Hari Kaskoyo,S.Hut.,M.P.,Ph.D

DisusunOleh:
Kelompok6
1. Dewi Yulianti Syah Putri 2214151073
2.Ary Irwanda 2214151084
3.Farras Naufal damai 2214151094
4.Farhad Maryam Saputra 2214151020

FAKULTAS
PERTANIANUNIVERSITA
SLAMPUNGBANDARLA
MPUNG
2023
I. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Hutan merupakan salah satu faktor krusial di dalam mata rantai


permasalahan lingkungan hidup sosial. Terlepas dari bagaimana implementasi
pengelolaan hutan di lapangan, sebenarnya pemerintah Indonesia telah
menyatakan concern terhadap masalah degradasi lingkungan global diantaranya
dengan komitmen untuk mengelola hutan secara lestari (sustainable forest
management). Disamping berbasis pada prinsip-prinsip kelestarian, pemanfaatan
sumber daya hutan dituntut juga untuk memperhatikan juga prinsip multiguna
mencakup konservasi tanah dan air, sumber kayu dan non kayu untuk masyarakat
lokal, konservasi flora dan fauna, serta fungsi support untuk
programpembangunan lainnya seperti transmigrasi, pertanian, dan sarana umum
lainnya.
Pengelolaan hutan di Indonesia memiliki kebijakan yang berbeda-beda
tiap jenis hutannya. Pengelolaan hutan lindung berbeda dengan pengelolaan
hutan produksi, begitu juga yang lainnya. Bentuk pemanfaatan hutan lindung
terbatas pada pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan
pemungutan hasil hutan bukan kayu(HHBK). Pemanfaatan kawasan pada hutan
lindung dapat berupa budidaya tanaman obat, perlebahan, penangkaran.
Sedangkan pemanfaatan jasa lingkungan adalah bentuk usaha yang dimanfaatkan
potensi hutan lindung dengan tidak merusak lingkungan seperti ekowisata atau
wisata, olahraga menantang, pemanfaatan udara, dan Perdagangan karbon.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan
kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan
hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku ( misalnya
suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan
hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang
diinginkan. Secara garis besar, kebijakan dalam penguasaan lahan dibagi atas
yang berada di dalam ruang lingkup Kehutanan dan yang di luar kehutanan.
Khusus untuk yang di luar Kehutanan adalah undang-undang pokok Agraria.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Memahami skema perhutanan sosial
2. Mengetahui pihak-pihak yang terkait dalam skema perhutanan sosial
II. PEMBAHASAN

2.1 Skema Perhutanan Sosial

Hutan adalah salah satu kunci dalam rantai masalah lingkungan


sosial. Terlepas dari metode implementasinya sektor kehutanan sebenarnya
sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia menyatakan keprihatinan, antara
lain, tentang masalah global pencemaran lingkungan berkomitmen untuk
pengelolaan hutan lestari. Terlepas dari kenyataan bahwa itu didasarkan pada
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, penggunaannya. Prinsip
pemanfaatan ganda juga harus diperhatikan dalam hal sumber daya hutan
meliputi konservasi tanah dan air, sumber daya kayu dan non kayu untuk
kepentingan masyarakat konservasi lokal, flora dan fauna dan kegiatan
pendukung program.
Hal ini sesuai dengan Pasal 33(3).Konstitusi (1945) menyatakan
bahwa negara memiliki hak dalam pengelolaan hutangunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Itu menjadi jelasdalam Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 4.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,bahwa seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia mengandung kekayaan alamnyaNegara
mengontrol mereka sehingga mereka sepenuhnya dieksploitasiuntuk
kepentingan rakyat, namun pengelolaan dan pemanfaatan hutan hasil hutan
harus dibuat secara proporsional agar tidak merusak kondisi danfungsi hutan
secara keseluruhan, ingat, hutan adalah salah satu penentu sistem penyangga
kehidupan dan sumber kesejahteraan manusia, jika kita tidak
menginginkannya.Kondisi terus memburuk akibat penebangan liar,
perambahan dankebakaran hutan yang meluas. Selain UU Kehutanan No. 41
Tahun 1999, UU NoPertanyaan tentang penghindaran dan perusakan hutan
juga diperiksadengan UU No. 18 Tahun 2013, yang meliputi segala
sesuatuPenghapusan perusakan hutan, pemanfaatan hutan dan hasil
hutanPemerintah mengelola kawasan hutan untuk mempertahankan
keberadaannyaseperti hutan permanen.
2.2 Peraturan Perhutanan Sosial
Pada pasal 5 ayat 2 dan pasal 33 ayat 3 UUD 1945 peraturan
pemerintahan tentang Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
serta pemanfaatan hutan yaitu wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok
dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Tata hutan
adalah kegiatan rencang bangun unit pengelolaan hutan mencakup kegiatan
pengelolaan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang
terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat secara Lestari.
2.4 Implementasi Perhutanan Sosial
Implementasi program perhutanan sosial dikaitkan dengan ketentuan
konstitusional Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengamanatkan hutan sebagai sumber daya
kekayaan alam di Negara Indonesia pada tingkatan yang tertinggi dikuasai oleh negara
sebagai organisasi kekuasaan dan harus di pergunakan untuk mencapai kemakmuran
rakyat dalam arti kesejahteraan dalam masyarakat. Berdasarkan Pasal 2 UU No 41
Tahun 1999 penyelenggaraan kehutanan harus dilakukan dengan beroegang oada asas
manfaat dan lestari, asas kerakyatan, asas keadilan, asas kebersamaan, asas
keterbukaan, dan asas keterpaduan
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan diskusi yang telah kami lakukan,dapat kami simpulkan bahwa:
1. Skema perhutanan memiliki lima bentuk yaitu Hutan Desa (HD) adalah
hutan negara yang dalam pengelolaannya dilakukan oleh lembaga desa
dengan tujuan untuk mensejahterakan suatu desa. Hutan Kemasyarakatan
(HKm) adalah hutan negara yang pengelolaannya dilakukan oleh
masyarakat dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar agar
terciptanya kesejahteraan. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat
untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan
menerapkan sistem silvikultur untuk menjamin kelestarian hutan.Hutan
adat adalah hutan yang dimiliki oleh masyarakat adat yang sebelumnya
merupakan hutan negara ataupun bukan hutan negara.Kemitraan
Kehutanan adalah kerja sama antara masyarakat setempat dengan
pengelola hutan, pemegang izin usaha pemanfaatan hutan/jasa hutan, izin
pinjam pakai usaha kawasan hutan, atau pemegang izin industri primer
hasil hutan.
2. Adapun pelaku perhutanan sosial ialah kesatuan masyarakat secara sosial
yang terdiri dari warga negara indonesia yang tinggal di kawasan
hutan,atau bahkan didalam kawasan hutan negara, yang ke absahannya
dapatdibuktikan dengan KTP dan memiliki komunitas sosial berupa
riwayatpenggarapan kawasan hutan dan tergantung pada hutan, serta
aktivitas nyadapatberpengaruh terhadap ekosistem hutan.
DAFTARPUSTAKA

Agusti,Moedy,Tasya. 2019. Implementasi Regulasi Perhutanan Sosial yang Bermanfaat


Bagi Masyarakat Sekitar Hutan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Vol 4(2):300-309

Ardiansyahtomi. 2023. Kebijakankehutanan. Gramedia. Jakarta

DitWP3H. 2012. Modul PelatihanInventarisasiHutan. Depatemen Kehutanan, Jakarta

Muliyati. 2012. Modul kebijakankehutananterkait tenurial. Global eksekutif teknologi.


Tangerang

Anda mungkin juga menyukai