strategis dalam pembangunan. Dengan peran yang cukup strategis tersebut, konsep pengelolaan
hutan di Indonesia bersifat dinamis, sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan yang ingin
dicapai. Pada masa orde baru, pengelolaan hutan lebih bersifat sentralistik. Pengelolaan hutan
lebih bertujuan ekonomi sebagai modal pembangunan pada saat itu. Seiring dengan
perubahan peta perpolitikan pada masa reformasi, pengelolaan hutan bergeser ke arah
desentralistik. Pemerintah daerah diberikan kewenangan dalam pengelolaan hutan dengan
harapan terwujudnya pengelolaan hutan yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya, kebijakan
pengelolaan hutan yang dilakukan pemerintah daerah lebih cenderung memanfaatkan
Sumberdaya hutan dengan tujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Konsep
pengelolaan hutan masa lalu seperti disebutkan di atas cenderung mengejar aspek ekonomi
tanpa memperhatikan aspek ekologis dan keberlanjutan pengelolaan hutan. Perwujudan
pembangunan kehutanan yang berkelanjutan tidak akan dapat terwujud jika konsep
pengelolaan hutan yang dilakukan cenderung atau hanya bertujuan ekonomi. Melihat kondisi
demikian, Kementerian Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan sejak
tahun 2006. Mengembangkan sebuah konsep pengelolaan hutan yang menjadi faktor
pemungkin terwujudnya keberkelanjutan hutan. Konsep yang dikembangkan tersebut yakni
dengan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam kegiatan pengelolaan
hutandengan memandang kawasan hutansebagai sebuah ruang atau wilayah bagi sumber
daya yang harus dijaga keberlanjutannya. Untuk mencapai keberlanjutan tersebut kawasan
hutan harus dapat memberikan kontribusi bagi daerah (PAD) dengan tetap mempertimbangkan
kondisi ekologidan sosial budaya masyarakat.
Dengan konsep pengelolaan tersebut, diharapkan terwujud pengelolaan hutan yang lebih
memberikan kesempatan kepada para pihak terkait untuk mengelola sumberdayahutan sesuai
dengan karakteristik sumber daya hutannya. Konsep pengelolaan hutan yang dimaksud yakni
melalui pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), sebagaimana telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, serta Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.
Pembangunan tersebut diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan hutan yang lebih baik
dengan mendorong tercapainya kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat, serta dapat
mengakomodir tuntutan dan kepentingan ekonomi daerah (PAD). Dalam pelaksanaan
pembangunan KPH, dibentuk suatu organisasi dengan tujuan untuk melaksanakan proses
kegiatan pengelolaan hutan lestari. Kegiatan tersebut meliputi tata hutan, rencana pengelolaan,
pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan, perlindungan hutan dan
konservasi (PP No.44 tahun 2004). Pengelolaan hutan dalam bentuk KPH merupakan suatu
bentuk organisasi teritory (wilayah) yang langsung berada di tingkat tapak. Organisasi
tersebut diharapkan dapat menjalankan fungsi manajemen/pengelolaan di wilayahnya karena
langsung berhubungan dengan kondisi lingkungan yang ada.
Sektor kehutanan pernah menjadi primadona dan merupakan salah satu sektor yang
memiliki kontribusi cukup besar bagi perekonomian nasional. Namun seiring berjalannya waktu,
sektor kehutanan mulai kehilangan daya tariknya. Memudarnya kejayaan sektor kehutanan tidak
mungkin dipisahkan dari realitas kerusakan hutan sebagai refleksi dari kegagalan pengelolaan
sumber daya hutan. Laju deforestasi yang cenderung tinggi adalah dampak dari tata kelola
kehutanan yang tak kunjung membaik. Lemahnya tata kelola hutan di Indonesia menyebabkan
hampir separuh (46,5%) dari 120,3 juta hektar kawasan hutan negara tidak dikelola secara
intensif (Kartodihardjo, 2011).
Permasalahan kehutanan yang timbul akibat kegiatan konversi dan alih fungsi, penurunan
kinerja usaha kehutanan, maupun konflik-konflik hutan dan lahan, terus terjadi di Indonesia.
Oleh karena itu sangat diperlukan kehadiran pengelola hutan di tingkat tapak yang akan lebih
fokus dalam penyelesaian masalah. KPH atau Kesatuan Pengelolaan Hutan adalah organisasi
yang berkerja di tingkat tapak dan diharapkan menjadi prasyarat dari terlaksananya sistem
pengelolaan hutan yang lestari dan berkeadilan. Dengan adanya konsep KPH, maka seluruh
kawasan hutan di Indonesia dapat di kelola secara efisien dan lestari. KPH sendiri terdiri dari
KPH Konservasi (KPHK), KPH Lindung (KPHL), dan KPH Produksi (KPHP). Sebagai unit
terkecil pengelola hutan di tingkat tapak, KPH dibentuk dengan mempertimbangkan karakteristik
lahan, tipe dan fungsi hutan, kondisi DAS, kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat,
kelembagaan masyarakat setempat termasuk masyarakat hukum adat, serta batas administrasi
pemerintahan. Keberadaan KPH akan mempermudah pengawasan terhadap kinerja pengelolaan
hutan para pemegang ijin dan berbagai aktivitas lainnya yang berpotensi menimbulkan
kerusakan didalam kawasan hutan. Keberadaan KPH akan menghasilkan sistem pengelolalan
hutan yang lebih efektif karena kebijakan yang diambil didasarkan pada kondisi nyata di
lapangan.
UPT KPH pada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Gubernur yaitu sejumlah 18 (delapan belas) UPT KPH, yang terdiri dari
16 (enam belas) UPT KPHP dan (dua) UPT KPHL (Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah
Nomor 10 Tahun 2017). Adapun UPT KPHP yang berada dekat dengan Kota Palangka Raya
yaitu UPT KPHP Kahayan Tengah dan UPT KPHP Barito Hulu Unit V
TUGAS TERSTRUKTUR
1.Apa yang dimaksud dengan KPH serta apa tugas dan fungsinya
Kawasan hutan dan penataan Kawasan hutan dalam rangka pemanfaatan Kawasan
hutan;
7. Melaksanakan fasilitasi kegiatan dalam rangka ketahanan pangan (food estate) dan
energi;
hutan;
10. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan pengelolaan hutan, dan
11. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di wilayah kerjanya.
2. Jelaskan yang dimaksud pengukuhan kawasan hutan beserta tahapan tahapan nya
Tahapan
3.Pembagian wilayah KPH dalam blok dan petak merupakan salah satu tahapan dalam
proses tata hutan wilayah KPH. Jelaskan pengaturan pembagian blok dalam wilayah KPH
baik untuk hutan lindung dan hutan produksi.
4.Sebutkan dan jelaskan kendala dan tantangan KPHP kahayan tengah dalam pengandalian
kahutla?
Jawab: Kendala dan tantangan KPHP kahayan tengah antara lain:
Kepedulian masyarakat perlu ditingkatkan (pembakaran lahan,pembiaran karhutla)
Di dominasi oleh Lahan Gambut dan Lahan tidak produktif
Wilayah kerja sangat luas
Ketersediaan anggaran dan SDM
Sumber air sulit didapat
Titik api jauh dari jangkauan
5.Jelaskan strategi apa saja yang dilakukan oleh KPHP kahayan tengah dalam pengendalian
kahutla?
Jawab: