Anda di halaman 1dari 24

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu tempat dimana tersimpan kekayaan sumber


daya alam yang merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Oleh karena
itu hutan mempunyai sejuta manfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat hutan
selain sumber bahan baku kayu, juga mengatur tata air, habitat berbagai tumbuhan
dan satwa liar. Indonesia merupakan negara kepulauan terletak diantara dua benua
yaitu Asia dan Australia, yang memiliki iklim tropis. Karena letaknya dan
termasuk kawasan tropika, maka Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi.
Oleh karena itu Indonesia disebut sebagai Negara Megabiodiversity yang berarti
mempunyai keanekaragaman hayati sangat tinggi. Dengan alasan tersebut banyak
sektor yang dibentuk dalam pemanfaatannya.

Sektor kehutanan pernah menjadi primadona dan merupakan salah satu


sektor yang memiliki kontribusi cukup besar bagi perekonomian nasional. Namun
laju deforestasi yang cenderung tinggi adalah dampak dari tata kelola kehutanan
yang tak kunjung membaik. Gagalnya pengelolaan hutan berimplikasi terhadap
terdegradasinya sumber daya hutan. Hasil analisis Forest Watch Indonesia / FWI
(2014) menunjukkan bahwa laju deforestasi di Indonesia pada periode 2009-2013
masih cukup tinggi dengan angka sekitar 1,13 juta Ha/tahun Lemahnya tata kelola
hutan di Indonesia menyebabkan hampir separuh (46,5%) dari 120,3 juta hektar
kawasan hutan negara tidak dikelola secara intensif (Kartodihardjo et al, 2011).
Ketiadaan pengelola hutan di tingkat tapak disinyalir menjadi penyebab utama
kegagalan dalam pelaksanaan program pembangunan hutan (pengelolaan hutan).
Berkaca dari kegagalan tersebut, maka pemerintah menerapkan konsep
pengelolaan hutan di tingkat tapak dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) sebagai upaya memperbaiki tata kelola hutan di Indonesia.

Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di tingkat lokal sebagai


entitas manajemen baru dan permanen secara langsung menangani permasalahan
yang ada dan memberikan dasar untuk tata kelola hutan yang lebih baik. KPH
2

memiliki tujuan pengelolaan ekonomi, sosial dan ekologi yang jelas yang
ditetapkan melalui rencana pengelolaan jangka panjang, rencana kerja tahunan
dan rencana usaha yang terkait erat dengan fungsi hutan utama (misalnya hutan
produksi, hutan lindung). Tugas operasional dan administrasi ditentukan oleh
tujuan pengelolaan jangka panjang dan oleh pengelola hutan (perusahaan
komersial, masyarakat, perusahaan hutan negara) yang beroperasi di wilayah
tersebut. Dengan demikian perlu dipertimbangkan dalam cara pengelolaan perlu
direncanakan secara baik dan matang. Dalam hal ini perlu diketahui kegiatan yang
dilakukan dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuannya adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui atau memahami berbagai konsep dan strategi
dasar tentang manajemen KPH.
2. Mahasiswa dapat mengetahui atau memahami cara penyusunan rencana kerja
kelola kawasan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui atau memahami cara menginventarisasi serta
menilai potensi di kawasan kelola KPH.
4. Mahasiswa dapat mengetahui atau memahami pelaksanaan monitoring dan
evaluasi dalam melaksanakan rencana kerja.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) unit terkecil pengelola kawasan hutan


di tingkat tapak. Menurut FAO (2000), mendefinisikan Kesatuan Pengelolaan
Hutan sebagai sebuah wilayah yang tutupan lahannya didominasi oleh hutan dan
mempunyai batas yang jelas, dan dikelola untuk memenuhi serangkaian tujuan
yang ditetapkan secara eksplisit sesuai dengan rencana pengelolaan hutan jangka
panjang. Suatu Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah :

1. Suatu penyedia layanan publik di bawah tanggung jawab pemerintah pusat,


daerah dan kabupaten.
2. Suatu unit operasional yang dikelola dan dikendalikan utamanya tertutup
oleh hutan.
3. Suatu entitas permanen yang didirikan secara legal dengan tata batas hutan
yang jelas.

KPH memiliki tujuan pengelolaan ekonomi, sosial dan ekologi yang jelas
yang ditetapkan melalui rencana pengelolaan jangka panjang, rencana kerja
tahunan dan rencana usaha yang terkait erat dengan fungsi hutan utama (misalnya
hutan produksi, hutan lindung). Tugas operasional dan administrasi ditentukan
oleh tujuan pengelolaan jangka panjang dan oleh pengelola hutan (perusahaan
komersial, masyarakat, perusahaan hutan negara) yang beroperasi di wilayah
tersebut. (Dephut. 2010)

2.2 Jenis-Jenis KPH

Jenis-jenis dalam KPH umunya terdiri dari berbagai kawasan hutan yaitu :

1. Kawasan dengan ijin pengusahaan berjangka waktu panjang yang


meliputi areal hutan alam dan hutan tanaman (HPH, HTI, HTR);
2. Area yang lebih kecil dari desa, masyarakat, budaya hutan, area yang
lebih kecil hutan kemasyarakat (HKM); dan
4

3. Kawasan dengan berbagai luasan tanpa izin pengusahaan (wilayah


tertentu) (sebagian besar wilayah bekas konsesi tanpa cukup stok kayu
yang tersisa). Semua wilayah ini, meskipun menjadi bagian dari KPH
yang sama, dikelola atau harus dikelola secara berbeda dan memerlukan
pendekatan yang berbeda. (Ekawati,S. 2014)

Berdasarkan fungsinya KPH dapat dibedakan menjadi :

1. KPH Lindung (KPHL) adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau
sebagian besar terdiri dari kawasan hutan lindung.
2. KPH Produksi (KPHP) adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau
sebagian besar terdiri dari kawasan hutan produksi.
3. KPH konservasi (KPHK) adalah KPH yang luas wilayahnya seluruhnya
atau didominasi oleh kawasan hutan konservasi

Apabila KPH terdiri atas lebih dari satu fungsi pokok hutan, maka
penetapan KPH didasarkan kepada fungsi pokok hutan yang luasannya dominan.

Berdasarkan jangkauan wilayah kerjanya, KPH dibedakan menjadi:

1. KPH Pusat. KPH Pusat berupa KPH yang luas wilayahnya seluruhnya
atau didominasi oleh kawasan hutan konservasi atau KPH yang wilayah
kerjanya lintas provinsi.
2. KPH Provinsi adalah KPHL dan KPHP yang wilayah kerjanya lintas
kabupaten/kota.
3. KPH Kabupaten/Kota adalah KPHL dan KPHP yang wilayah kerjanya
dalam satu wilayah kabupaten/kota.

Berdasarkan pengelolanya, KPH dibedakan menjadi :

1. KPH dikelola oleh pemerintah pusat, misalnya untuk KPHK


2. KPH dikelola oleh pemerintah provinsi, misalnya untuk KPH yang
wilayahnya lintas kabupaten/kota.
3. KPH dikelola oleh pemerintah kabupaten (contoh KPH yang luas
wilayahnya dalam satu kabupaten)
5

4. KPH dikelola oleh BUMN (contoh Perum Perhutani)


5. KPH dikelola oleh masyarakat dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan
Hutan Kemasyarakatan (KPHKm), Kesatuan Pengelolaan Hutan Adat
(KPHA). (Suprianto T. 2012)
6

III. KEADAAN UMUM.

KPHP Barito Hulu dan KPHP Kahayan Tengah adalah KPH yang memiliki
prosen jumlah SDM yang berlebih jika dibandingkan dengan luas wilayah KPH.
KPH yang memiliki jumlah SDM paling banyak adalah KPHP Kahayan Tengah
dengan jumlah SDM total sebanyak 114 orang sedangkan KPHP Barito Hulu
jumlah SDM nya sebanyak 29 orang. KPHP Kahayan Tengah sudah menempati
kantor akan tetapi status kantornya masih menyewa. Sedangkan untuk KPHP
Barito Hulu masih belum menempati kantor. Fasilitas yang terdapat pada KPHP
Kahayan Tengah dan KPHP Barito Hulu yaitu, KPHP Kahayan Tengah memiliki
1 buah boat, 4 unit mobil, 7 unit motor, 1 unit mobil damkar, 1 buah drone, laptop
1 buah, 2 buah GPS dan 2 buah mesin pompa air. Sedangkan KPHP Barito Hulu
tidak memiliki boat, memiliki 3 unit mobil, 10 unit motor, 2 unit laptop, 1 buah
drone, 4 buah GPS, 1 unit mobil damkar dan 3 buah mesin pompa air.
Potensi HHBK dan jasa di KPHP Kahayan Tengah yaitu rotan, anggrek,
tanaman obat-obatan, madu, jamur, getah damar, karamunting, kantong semar,
perdagangan karbon, jasa air, dan ekowisata. Sedangkan untuk KPHP Barito Hulu
potensi yang dimiliki yaitu rotan, tanaman anggrek, tanaman obat-obatan, bambu,
madu, jamur, gaharu, getah damar, perdagangan karbon, jasa air, ekowisata.
KPHP Kahayan Tengah merupakan salah satu KPH yang memiliki ijin
Perhutanan Sosial dalam wilayah KPH di Provinsi Kalimantan Tengah, sementara
untuk KPHP Barito Hulu masih belum ada. Terdapat 98 IPPKH di dalam wilayah
KPH di Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas total 134.988,03 Ha. Ke-98
IPPKH tersebut tersebar di 13 KPH di Provinsi Kalimantan Tengah. Ke-13 KPH
tersebut adalah KPHL Gerbang Barito, KPHL Kapuas-Kahayan, KPHP Barito
Hilir, KPHP Barito Hulu, KPHP Barito Tengah, KPHP Kahayan Hulu, KPHP
Kahayan Tengah, KPHP Kapuas Hulu, KPHP Kapuas Tengah, KPHP Katingan
Hilir, KPHP Mentaya Hulu - Seruyan Tengah, KPHP Murung Raya dan KPHP
Sukamara-Lamandau. KPHP Barito Hulu dan KPHP Kahayan Tengah merupakan
IPPKH Tambang.
7

Tutupan lahan hutan sekunder KPHP Kahayan Tengah dan Barito Hulu
terus mengalami penurunan luas mulai tahun 2009, 2014, sampai 2017 sedangkan
KPH lannya mengalami dinamika perubahan luas.

1.
8

IV. MATERI

4.1 KPHP Kahayan Tengah

Organisasi KPH bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan


hutan, meliputi : Perencanaan pengelolaan, Pengoiganisasian, Pelaksanaan
pengelolaan, Pengendalian dan pengawasan. Pembentukan organisasi KPH dan
wllayah pengelolaan KPH pd Hutan Konservasi ditetapkan oleh menteni.
Sedangkan pembentukan organisasi KPH dan wllayah pengelolaan KPH pd
Hutan Produksi dan Hutan Lindung ditetapkan oleh gubernur. Wilayah KPH
dapat terdiri dan satu atau Iebih Unit Pengelolaan Hutan, dan gubernur dapat
mengusulkan Ice menteni utk perubahan penetapan wilayah KPH. Wilayah
pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dikelola secara
efisien, efektif dan lestari. Dibentuk pada setap Unit Pengelola Hutan yg menjadi
bagian dan penguatan sistem pengurusan hutan nasionial dan pemda provinsi.
Organisasi KPH mempunyai tugas dan fungsi:
a. Menyusun rencana pengelolaan hutan yang dituangkan dalam dokumen
rencana pengelolaan hutan jangka panjang dan rencana pengelolaan
hutan jangka pendek
b. Melakukan koordinasi perencanaan pengelolaan hutan dengan
pemegang Perizinan Berusaha, pemegang persetujuan penggunaan dan
pelepasan Kawasan hutan serta pengelola Perhutanan Sosial:
c. Melaksanakan fasilitasi implementasi kebijakan di bidang Iingkungan
hidup dan kehutanan yang meliputi:
1. Inventarisasi hutan, pengukuhan Kawasan hutan, penatagunaan
Kawasan hutan dan penyusunan rencana kehutanan;
2. Rehabilitasi hutan dan rekiamasi;
3. Pemanfaatan hutan dan penggunaan Kawasan hutan; dan
4. Perlindungan dan pengamanan hutan, pengendalian kebakaran hutan
dan lahan, mitigasi ketahanan bencana dan perubahan iklim.
9

d. Melaksanakan fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, dan


pembinaan kelompok tani hutan dalam mendukung kegiatan Perhutanan
Sosial;
e. Melaksanakan fasilitasi penataan Kawasan hutan dalam rangka
pengukuhan Kawasan hutan dan penataan Kawasan hutan dalam rangka
pemanfaatan Kawasan hutan;
f. Melaksanakan fasilitasi pertumbuhan investasi, pengembangan
industry, dan pasar untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional;
g. Melaksanakan fasilitasi kegiatan dalam rangka ketahanan pangan (food
estate) dan energi;
h. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia
i. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan
pengelolaan hutan;
j. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan pengelolaan
hutan, dan
k. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di wilayah kerjanya.
Organisasi KPH mempunyai Visi dan Misi:
Terwujudnya pengelolaan hutan lestari melalui pemanfaatan hutan berbasis
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan
daerah. Adapun misi dari KPH adalah sebagai berikut :
1. Membangun kelembagaan KPH yang mantap dan profesional melalui
penyediaan sarana prasarana KPH dan peningkatan kualitas SDM
2. Mewujudkan pemantapan kawasan hutan melalul penataan dan tata
batas kawasan hutan dengan pelibatan para pihak
3. Mewujudkan pemanfaatan wilayah tertentu secara maksimal dan
berkelanjutan
4. Mewujudkan pengelolaan hutan berbasis masyarakat dengan pemberian
akses legal kepada masyarakat terhadap kawasan hutan malalui
Perhutanan Sosial
10

5. Meningkatkan peran serta masyarakat den pare pihak dalam


petaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan, perlindungan hutan dan
konservasi alam
6. Mengembangkan sistem komunikasi dan sistem Informasi pengelolaan
hutan yang Iebih efektif, efisien, dan akurat
Keputusan Menteri Kehutanan No. 02/Menhut-II/2012 Tanggal 09 Januari
2012 Tentang penetapan Wilayah KPH di Provinsi Kalimantan Tengah
Pembentukan Unit Pengelolaan Hutan (KPH). Pembangunan KPH di provinsi
kalimantan tengah memiliki 33 unit (± 8,5 juta Ha). Di dalam Peraturan Gubernur
Nomor 10 Tahun 2017 memiliki pembentukan institusi pengelola yaitu :
1. Tentang pembentukan
2. Susunan organisasi,
3. Tugas, fungsi dan tata kerja unit pelaksanaan teknis KPH pada Dinas
Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah
Kesatuan pengelolaan hutan (KPH) memiliki beberapa unit yaitu :
1. Unit XIII (± 177.710 Ha) Sepang , Mihing Raya, Kurun, Unit
Manuhing, Rungan
2. Unit III (± 57.922 Ha) Kota Palangka Raya : Kec. Bukit Batu, Kec.
Rakumpit
3. Unit XVIII (± 139.705 Ha) Kabupaten Pulang Pisau : Jabiren Raya,
Banama Tingang, Kahayan Tengah, Kahayan Hilir
Pemantapan dalam kawasan KPH secara pengakuan hukum dan pengakuan
pihak terkait. Ada beberapa pengukuhan kawasan hutan yaitu :
1. Kepastian hukum mengenai status, fungsi, letak, batas, dan luas
kawasan hutan
2. Penyelesaian hak-hak pihak ketiga dalam KH dilakukan dengan
Penataan Kawasan Hutan melalui : TORA, pengelolaan PS, perubahan
peruntukan dan fungsi kawasan hutan, dan penggunaan kawasan hutan
3. Penggunaan teknologi penginderaan jauh dengan memanfaatkan
koordinat geografis dan satelit dapat dilakukan
11

Kebijakan Tata Ruang Pemanfaatan Wilayah KPH yang meliputi wilayah


KPH yaitu fungsi lindung dan fungsi produksi. Beberapa macam dari fungsi
lindung yaitu :
1. Blok inti
2. Blok pemanfaatan
3. Blok khusus
4. Blok perlindungan
Beberapa macam dari fungsi produksi yaitu :
1. Blok pemanfaatan kawasan jasling, HHBK
2. Blok pemanfataan HHK-HA
3. Blok pemanfataan HHK-HT
4. Blok pemberdayaan
5. Blok khusus
Tata hutan dari beberapa blok yaitu :
1. Tata hutan unit 3
a. Blok Perlindungan : 7.568 Ha
b. Blok Khusus : 2.913 Ha
c. Blok Pemberdayaan Masyarakat : 3.491 Ha
d. Blok Pemanfaatan HHK-HT : 43.950 Ha
2. Tata hutan unit 13
a. Blok Perlindungan : 1.039 Ha
b. Blok Khusus : 2.557 Ha
c. Blok Pemberdayaan Masyarakat : 35.364 Ha
d. Blok Pemanfaatan HHK-HT : 92.851 Ha 5. Blok Pemanfaatan HHK-
HA : 45.789 Ha
3. Tata hutan unit 18
a. Blok Perlindungan : 4.086 Ha
b. Blok Pemberdayaan Masyarakat : 35.754 Ha
c. Blok Pemanfaatan HHK-HT : 33.185 Ha
d. Blok Pemanfaatan HL: 66.679 Ha
12

4.1.1 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (KAHUTLA)


Kawasan hidrologis gambut UPT KPHP Kahayan Tengah :
a. KHG pada Hutan Produksi Unit 13 seluas ± 2.333 Ha
b. KHG pada Hutan Produksi Unit 3 seluas ± 18.352 Ha
c. KHG pada Hutan Produksi Unit 18 seluas ± 30.479 Ha
d. KHG pada Hutan Lindung Unit 18 seluas ± 66.702 Ha
Kubah gambut UPT KPHP Kahayan Tengah :
a. KG Hutan Produksi Unit 13 seluas ± 242 Ha
b. KG pada Hutan Produksi Unit 3 seluas ± 10.788 Ha
c. KG pada Hutan Produksi Unit 18 seluas ± 17.786 Ha
d. KG pada Hutan Lindung Unit 18 seluas ± 43.186 Ha
Beberapa macam kendala dan tantangan :
1. Kepedulian masyarakat perlu ditingkatkan (pembakaran lahan,
pembiaran karhutla)
2. Di dominasi oleh Lahan Gambut dan Lahan tidak produktif
3. Wilayah kerja sangat luas
4. Ketersediaan anggaran dan SDM
5. Sumber air sulit didapat
6. Titik api jauh dari jangkauan
Penyuluhan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan yaitu untuk
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kehati hatian dalam
rangka pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Dalam sumber daya manusia
pihak KPH peduli dalam masyarakat dengan beberapa macam yaitu :
1. pembinaan dan Pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA)
Mengoptimalkan peran Masyarakat Peduli Api (MPA) merupakan
upaya penting dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan
(karhutla) di wilayah-wilayah rawan karhutla.
2. Patroli Karhutla Bersama Masyarakat Melakukan pengecekan lapangan
dengan mengamati kondisi bahan bakar, kondisi vegetasi, suhu,
pengambilan titik koordinat serta mencatat hal spesifik lainnya yang
ditemui di lapangan
13

3. Pengecekan Sumur Bor Pengecakan sumur bor ini penting dilakukan


sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi bencana Karhutla
4. Melakukan kegiatan pembasahan di daerah rawan kebakaran Di daerah
rawan kebakaran dilakukan pembasahan agar api tidak mudah tersulut
karena lahan tersebut lembab akibat pembasahan tadi
5. Pemberdayaan Masyarakat melalui Skema Perhutanan Sosial Dengan
adanya izin PS masyarakat memiliki tanggung jawab menjaga hutan
dan lingkungan sekitar mereka.
Beberapa tantangan dalam perhutanan sosial :
a. Kelembagaan hutan desa
b. Kesepakatan batas hutan desa antar desa
c. Rencana pembangunan usaha
d. Pemasaran hasil hutan
Beberapa hasil hutan bukan kayu (HHBK) dalam wilayah UPT Kahayn
Tengah memiliki jenis-jenis HHBK yang dapat dikembangkan yaitu :
1. Rotan
2. Getah karet
3. Bambu
4. Damar
5. Daun kayu putih
6. Sagu
7. Madu
8. Aren
9. Gaharu
10. Jamur
11. Jasa lingkungan
Permasalahan & Tantangan HHBK yaitu :
1. Pemetaan potensi HHBK.
2. Implementasi peran KPH ditingkat tapak belum optimal, antara lain
karena SDM yang belum sepenuhnya kompeten serta perencanaan
pengelolaan yang kurang akurat.
14

3. Konsistensi peraturan dan sinergitas dalam pemanfaatan dan


peningkatan produksi HHBK antara pemerintah pusat, provinsi dan
pelaku usaha belum optimal.
4. Izin perhutanan sosial (HKm, HD, Hutan Adat) belum terfasilitasi pasca
izin dalam hal perencanaan pemanfaatan HHBK, Penatausahaan
HHBK, dan Pembayaran PNBP.
5. Pemanfaatan dan pemungutan HHBK masih mengandalkan dari hasil
tumbuh alami (belum menggunakan tanaman dengan bibit unggul) dan
hasil rehabilitasi.
6. Kepastian pasar yang mampu menampung hasil hutan bukan kayu
dengan harga yang menguntungkan.
Hasil hutan bukan kayu binaan UPT KPHP Kahayan Tengah yang
diharapkan dapat menjadi panggung bisnis baru untuk pertumbuhan ekonomi di
Indonesia yang berbasis masyarakat yang pemanfaatannya tetap mengedepankan
pengelolaan hutan secara bertanggung jawab.

4.2 KPHP Barito Hulu


UPT KPHP Barito Hulu masuk dalam KPHP unit V. Wilayah KPHL dan
KPHP Provinsi Kalimantan Tengah dan Pergub Kalteng nomor: 10 Tahun 2017
Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tusi dan Taker UPT KPHP Pada
DISHUT Prov Kalten, bahwa KPHP Unit V. Pada UPT KPHP Barito Hulu seluas
325.220 Ha terdiri dari 5 Kec dan 37 Desa/Kelurahan.
UPT KPHP Barito Hulu memiliki Visi “Mengoptimalkan Pengelolaan Hasil
Hutan dan Jasa Lingkungan Berbasiskan Kearifan Lokal Menuju Kalteng
Berkah”, dengan Misi sebagai berikut :
1. Memantapkan prakondisi dan perencanaan pengelolaan KPHPUnit V
pada UPT. KPHP Barito Hulu.
2. Mewujudkan pemanfaatan kawasan hutan khususnya wilayah tertentu
KPHP Unit V pada UPT. KPHP Barito Hulu secara kolaboratif dan
berkelanjutan berbasiskan kearifan lokal.
15

3. Mengembangkan kelembagaan KPHP Unit V pada UPT. KPHP Barito


Hulu, hingga menjadi KPHP yang profesional dan mandiri.
4. Menyelenggarakan kegiatan perlindungan / pengamanan, rehabilitasi,
konservasi dan revitalisasi kawasan hutan KPHP Unit V pada UPT.
KPHP Barito Hulu.
Tugas Pokok dan Fungsi KPH Era UUCK :
1. Menyusun rencana pengelolaan Hutan
2. Melaksanakan koordinasi perencanaan pngelolaan hutan dengan
pemegang izin berusaha, pemegang persetujuan penggunaan dan
pelepasan.
3. Fasilitas implementasi kebijakan bidang LHK
4. Fasilitas, bintek, pendamping, pembinaan POKTANHUT
5. Fasilitas penataan KH dalam KUH dan pemanfaatan KH
6. Fasilitasi prtumbuhan investasi, pengembangan industri pasar
7. Fsilitasi FOOD ESTATE dan EBT
8. Fasilitasi peningkatan kapasitas SDM
9. Pemantauan dan evaluasi atas giat pengelolaan hutan
10. Melaksanakan tugas lain sesuai peraturan dan UU di wilayah
kerjanya.
Tugas pokok dan fungsi KPH lama sebelum UUCK :
1. Tata Hutan dan Penyusunan RPH
2. Pemanfaatan Hutan
3. Penggunaan kawasan hutan
4. Rehabilitasi Kawasan Hutan
5. Prlindungan hutan dan konservasi alam
Strategi dan teknis penataan (Batas) Kawasan KPHP Barito Hulu :
1. Metode Terestris : Survey lapangan. Penggunaan alat ukur digital dan
konvensional. Penggunaan GPS, Kompas, Teodolit, Software berbasis
Android avenza, Timestamp camera (Geotagging).
16

2. Metode Penginderaan Jauh : Penggunaan Citra Satelit/foto Udara


(Drone). Penggunaan drone citra satelit resolusi tinggi/sedang
(CSRT=/S)
Tipologi konflik tenurial di areal KPHP Barito Hulu Unit V:
1. Desa/dusun/kampung/kebun dalam konsesi (sebelum adanya konsesi)
2. Desa/dusun/kampung/kebun dalam konsesi (setelah adanya konsesi)
3. Tanah ulayat / Tanah adat / Tanah Desa (Aset Komunal)
4. Pemenuhan kebutuhan hidup lokal
5. Jual beli (SKT)
6. Spekulan (Broker)
7. Penggunaan areal konsesi non prosedural (Sawit dan Tambang/Peti)
8. Tumpang tindih izin (Tambang vs IUPHHK-HA/HT, IUP-B)
Untuk tahun 2018 sampai 2021 HKM mulai diprioritaskan dan diberikan
kepada perorangan, kelompok tani atau koperasi. Pengolahan Hutan Produksi
seperti pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasling, pemanfaatan HHBK,
pemungutan HHBK, pemanfaatan HHK, pemungutan HHK, dengan
mengembangkan kualitas produk mulai dari aspek perizinan, pasar dan
permodalan. Sedangkan prioritas untuk tahun 2022-2024 adalah hutan adat di
desa muara mea, benangin, tongka. Untuk hutan desa yaitu lenon besi dan untuk
hutan kemitraan adalah muara wakat.
Setiap Perhutanan sosial (HKM) wajib memiliki satu produk unggulan yang
punya pasar dan bernilai konservasi tinggi. Produk unggulan KTH PS adalah
Uwei/Rotan, Ulin, Madu Kelulut & lebah hutan, serta bawang dayak. Untuk
pengembangan perlebahan Kelompok Tani Hutan dan PS dibantu oleh BPHP Wil
X Palangka Raya, BPSKL Banjarbaru dan Bank Pesona LHK. Produk bawang
dayak untuk pengembangan lewat Koperasi KPH untuk proses Sertifikasi Halal
MUI, BPOM, Kesehatan dll
17

4.3 Tugas Terstruktur


4.3.1 Uraian Tugas
Materi I :

1. Apa yang dimaksud dengan KPH serta apa tugas dan fungsinya?
2. Jelaskan yang dimaksud pengukuhan kawasan hutan beserta tahapan-
tahapannya?
3. Pembagian wilayah KPH dalam blok dan petak merupakan salah satu
tahapan dalam proses tata hutan wilayah KPH. Jelaskan pengaturan
pembagian blok dalam wilayah KPH baik untuk Hutan Lindung dan
Hutan Produksi.
4. Sebutkan dan jelaskan kendala dan tantangan KPHP Kahayan Tengah
dalam Pengendalian Karhutla
5. Jelaskan strategi apa saja yang telah dilakukan oleh KPHP Kahayan
Tengah dalam pengendalian Karhutla ?
6. Apa saja permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam
pengembangan HHBK ?
7. Jelaskan upaya upaya yang telah dilakukan dalam pengembangan HHBK
di wilayah KPHP Kahayan Tengah?
Materi II :

1. Membuat perencanaan rencana anggaran dan biaya program perhutanan


sosial kegiatan pembuatan persemaian jenis kumis kucing yang
dilakukan oleh masyarakat dan mahasiswa sebagai pendamping.
2. Pembuatan poster/pamflet berdasarkan RAB persemaian yang di buat.

4.3.2 Hasil
Materi I :
1. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah unit terkecil pengelola kawasan
hutan di tingkat tapak. Adapun tugas dan fungsi dari KPH adalah :
18

a) Menyusun rencana pengelolaan hutan yang dituangkan dalam dokumen


rencana pengelolaan hutan jangka panjang dan rencana pengelolaan hutan
jangka pendek
b) Melakukan koordinasi perencanaan pengelolaan hutan dengan pemegang
Perizinan Berusaha, pemegang persetujuan penggunaan dan pelepasan
Kawasan hutan serta pengelola Perhutanan Sosial
c) Melaksanakan fasilitasi implementasi kebijakan di bidang lingkungan hidup
dan kehutanan yang meliputi:
- Inventarisasi hutan, pengukuhan Kawasan hutan, penatagunaan Kawasan
hutan dan penyusunan rencana kehutanan;
- Rehabilitasi hutan dan reklamasi;
- Pemanfaatan hutan dan penggunaan Kawasan hutan; dan
- Perlindungan dan pengamanan hutan, pengendalian kebakaran hutan dan
lahan, mitigasi ketahanan bencana dan perubahan iklim.
d) Melaksanakan fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, dan pembinaan
kelompok tani hutan dalam mendukung kegiatan Perhutanan Sosial;
e) Melaksanakan fasilitasi penataan Kawasan hutan dalam rangka pengukuhan
Kawasan hutan dan penataan Kawasan hutan dalam rangka pemanfaatan
Kawasan hutan;
f) Melaksanakan fasilitasi pertumbuhan investasi, pengembangan industry, dan
pasar untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional;
g) Melaksanakan fasilitasi kegiatan dalam rangka ketahanan pangan (food
estate) dan energi;
h) Melaksanakan fasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia
i) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan
pengelolaan hutan;
j) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan pengelolaan
hutan, dan
k) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di wilayah kerjanya.
2. Pengukuhan kawasan hutan adalah adanya :
19

a) Kepastian hukum mengenai status, fungsi, letak, batas, dan luas kawasan
hutan
b) Penyelesaian hak-hak pihak ketiga dalam KPH dilakukan dengan Penataan
Kawasan Hutan melalui : TORA, pengelolaan PS, perubahan peruntukan
dan fungsi kawasan hutan, dan penggunaan kawasan hutan
c) Penggunaan teknologi penginderaan jauh dengan memanfaatkan koordinat
geografis dan satelit dapat dilakukan.
Tahapan pengukuhan kawasan hutan yaitu
• Penunjukan kawasan hutan
• Penataan batas kawasan hutan
• Pemetaan kawasan hutan
• Penetrapan kawasan hutan
• Pengukuhan kawasan hutan
3. Pada pembagian blok dalam wilayah KPH Hutan Lindung :
a) Blok inti (Sebagai perlindungan tata air dan lainnya)
b) Blok pemanfaatan (untuk pemanfaatan terbatas sesuai ketentuan
pemanfaatan hutan pada kawasan HL
c) Blok khusus (untuk menampung kepentingan-kepentingan khusus yang ada
di wilayah KPH)
d) Blok perlindungan (Perlindungan tata air dan perlindungan lainnya)
Pada pembagian blok dalam wilayah KPH Hutan Produksi :
a) Blok pemanfaatan kawasan jasling, HHBK (Telah ada ijin atau akan
direncanakan untuk pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK
sesuai dengan potensi kawasan)
b) Blok pemanfataan HHK-HA (Telah ada ijin pemanfaatan HHK-HA dan
yang direncanakan untuk pemanfaatan HHK-HA)
c) Blok pemanfataan HHK-HT (Telah ada ijin pemanfaatan HHK-HT dan
yang direncanakan untuk pemanfaatan HHK-HT)
d) Blok pemberdayaan (Ada HD, HKm, HTR dan direncanakan untuk upaya
pemberdayaan masyarakat)
20

e) Blok khusus (untuk menampung kepentingan-kepentingan khusus yang ada


di wilayah KPH)
4. Kendala dan tantangan KPHP kahayan tengah antara lain:
- Kepedulian masyarakat perlu ditingkatkan (pembakaran lahan, pembiaran
karhutla)
- Di dominasi oleh Lahan Gambut dan Lahan tidak produktif
- Wilayah kerja sangat luas
- Ketersediaan anggaran dan SDM
- Sumber air sulit didapat
- Titik api jauh dari jangkauan
5. Strategi yang dilakukan yaitu :
a) Pembinaan dan Pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA)
Mengoptimalkan peran Masyarakat Peduli Api (MPA) merupakan upaya
penting dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di
wilayah-wilayah rawan karhutla
b) Patroli Karhutla bersama masyarakat melakukan pengecekan lapangan
dengan mengamati kondisi bahan bakar, kondisi vegetasi, suhu,
pengambilan titik koordinat serta mencatat hal spesifik lainnya yang ditemui
di lapangan
c) Pengecekan sumur bor. Hal ini penting dilakukan sebagai bentuk
kesiapsiagaan menghadapi bencana Karhutla
d) Melakukan kegiatan pembasahan di daerah rawan kebakaran Di daerah
rawan kebakaran dilakukan pembasahan agar api tidak mudah tersulut
karena lahan tersebut lembab akibat pembasahan tadi
e) Pemberdayaan masyarakat melalui skema Perhutanan Sosial dengan adanya
izin PS masyarakat memiliki tanggung jawab menjaga hutan dan lingkungan
sekitar mereka.
6. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi adalah :
a) Pemetaan potensi HHBK.
21

b) Implementasi peran KPH ditingkat tapak belum optimal, antara lain karena
SDM yang belum sepenuhnya kompeten serta perencanaan pengelolaan
yang kurang akurat.
c) Konsistensi peraturan dan sinergitas dalam pemanfaatan dan peningkatan
produksi HHBK antara pemerintah pusat, provinsi dan pelaku usaha belum
optimal.
d) Izin perhutanan sosial (HKm, HD, Hutan Adat) belum terfasilitasi pasca izin
dalam hal perencanaan pemanfaatan HHBK, Penatausahaan HHBK, dan
Pembayaran PNBP.
e) Pemanfaatan dan pemungutan HHBK masih mengandalkan dari hasil
tumbuh alami (belum menggunakan tanaman dengan bibit unggul) dan hasil
rehabilitasi.
f) Kepastian pasar yang mampu menampung hasil hutan bukan kayu dengan
harga yang menguntungkan.
7. Hasil hutan bukan kayu binaan UPT KPHP Kahayan Tengah yang diharapkan
dapat menjadi panggung bisnis baru untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia
yang berbasis masyarakat yang pemanfaatannya tetap mengedepankan
pengelolaan hutan secara bertanggung jawab.

Materi II :
1. perencanaan rencana anggaran dan biaya program perhutanan sosial kegiatan
pembuatan persemaian jenis kumis kucing yang dilakukan oleh masyarakat dan
mahasiswa sebagai pendamping adalah sebagai berikut :
NO KOMPONEN BIAYA VOLUME SATUAN HARGA JUMLAH
SATUAN BIAYA

1 2       3

A. BELANJA BAHAN       60.361.050

1 Pengadaan Papan Nama 1 Buah 650.000 650.000


Kegiatan

2 Pengadaan Papan Mutasi 1 Buah 300.000 300.000

3 Pengadaan Bahan Bedeng 18 buah 250.000 4.500.000


Tabur/kecambah
22

4 Pengadaan Bahan Bedeng 110 buah 55.000 6.050.000


Sapih

5 Pengadaan Naungan 1 kegiatan 1.500.000 1.500.000

6 Pengadaan Bahan 800 batang 15.000 12.000.000


Penyangga Naungan
(Bambu)

7 Pengadaan Peralatan Kerja 3 kegiatan 1.000.000 3.000.000

8 Pengadaan Sarana dan 1 unit 2.500.000 2.500.000


Instalasi Pengairan

9 Pengadaan Bahan Pondok 1 unit 2.000.000 2.000.000


Kerja

10 Pengadaan ATK 1 unit 200.000 200.000

11 Pengadaan Kantong 500 kg 30.000 15.000.000


plastik/polybag

12 Pengadaan Tanah top soil 65 m3 170.000 11.050.000

13 Pengadaan Kompos/pupuk 65 kg 170,000 11.050.000


organik lainnya

14 Pengadaan pupuk an- 150 kg 10000 1.500.000


organik

15 Pengadaan benih 1 kegiatan 10.500,00 10,500.000

16 Pengadaan obat-obatan 1 kegiatan 100.000 100.000

           

B. HONOR OUTPUT       133.500.000


KEGIATAN

1 Upah pembersihan 50 HOK 75.000 3.750.000


lapangan

2 Upah pembuatan dan 30 HOK 75.000 2.250.000


pemasangan papan nama,
mutasi

3 Upah pembuatan bedeng 50 HOK 75.000 3.750.000


tabur dan bedeng sapih

4 Upah pemasangan instalasi 55 HOK 75.000 4.125.000


air dan bak penampungan

5 Upah pemasangan 100 HOK 75.000 7.500.000


naungan

6 Upah pembuatan pondok 55 HOK 75.000 4.125.000


kerja

7 Upah 120 HOK 75.000 9.000.000


23

pembuatan/pencapuran
media

8 Upah pengisian kantong 120 HOK 75.000 9.000.000


bibit

9 Upah Penaburan bibit, 900 HOK 100.000 90.000.000


penyiraman, penyiangan
dll

Jumlah A + B RP.193.861.050

2. Berikut adalah poster/pamflet berdasarkan RAB persemaian yang di buat.


24

DAFTAR PUSTAKA

Dephut. 2010. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan Upaya MitigasiTerhadap


Perubahan Iklim. KPH .www.dephut.go.id. (Diakses 9 Juni 2021).

Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan


Hutan. 2011. Gambaran Umum Pembangunan KPH. Jakarta.

FAO. 2000. Definition and Basic Principles of Sustainable ForestManagement in


Relation to Criteria and Indicators.http://www. fao.org.id . (Diakses tanggal
9 Juni 2021).

Hernowo, Basah dan Ekawati,S. 2014. Operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan


Hutan (KPH): Langkah Awal Menuju Kemandirian. PT
KANISIUS(Anggota IKAPI): Yogyakarta.

Julian and Katherine Dunster. 1996. Dictionary of Natural ResourceManagement.


The Comprehensive, Single Source Guide to NaturalResources
Management Terms. UBC Press: Canada.

Karsudi, Rinekso S dan Kartodihardjo. 2010.Model Pengembangan Kelembagaan


Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan di Provinsi Papua.
JMHT Vol. XVI, (2): 92-100, Agustus 2010:Bogor

.Kementerian Kehutanan. 2013. Konsepsi KPH. Media Informasi


KPH.www.kph.dephut.go.id . (Diakses 28 September 2016).

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.6/Menhut-


Ii/2010Tentang Norma, Standar, Prosedur Dan Kriteria Pengelolaan Hutan
PadaKesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (Kphl) Dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (Kphp).

Suprianto T. 2012.Kesatuan Pengelolaan Hutan Menuju Pemanfaatan Hutan


Lestari. UNREDD: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai