Anda di halaman 1dari 100

DRAFT TATA HUTAN

Kesatuan Pengelolaan Hutan


Lindung (KPHL) X Bukit Dingin

Provinsi Sumatera Selatan

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah II


2019
1
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit
pengelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan sumber
daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung
didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat secara lestari. Pasca pengelolaan hutan di era
orde baru, setelah dilaksanakan era otonomi daerah menunjukkan
penurunan kelestarian kawasan hutan diindikasikan dari adanya
penurunan luas kawasan maupun luas tutupan hutan.
Kondisi kawasan hutan Sumatera Selatan mengalami penurunan
baik dari aspek luasan maupun dari aspek kualitas ekosistem hutan.
Penyebabnya adalah pengelolaan yang tidak optimal, perambahan,
pembalakan liar (illegal logging), alih fungsi hutan menjadi kebun kelapa
sawit dan karet serta kebakaran hutan dan lahan.
Sejak tahun 2004, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
telah melancarkan gerakan pemberantasan illegal logging diseluruh
Indonesia. Selain itu, kementerian kehutanan RI juga berusaha secara
serius mencari format yang ideal untuk mewujudkan pengelolaan hutan
yang lestari, efisien dan efektif.
Salah satu format yang direformasi dalam sistem pengelolaan
hutan adalah sistem kelembagaan. Kelembagaan pengelolaan hutan saat
ini belum mampu mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari.
Lemahnya kelembagaan kehutanan pada gilirannya merapuhkan sistem
pengamanan asset sumberdaya hutan. Dalam skala nasional, luasnya
kawasan hutan di Indonesia menjadi salah satu penyebab belum
maksimalnya lembaga yang ada untuk mengelola hutan dengan efisien
dan efektif.
Salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam hal ini
Kementerian Kehutanan untuk menciptakan model pengelolaan hutan
yang optimal, efisien dan lestari adalah pembentukan kelembagaan
pengelolaan hutan di tingkat tapak yaitu dengan pembentukan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) pada setiap fungsi kawasan hutan.
Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin
I- 1
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 dan PP No. 3


tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan serta Pemanfaatan Hutan menjelaskan bahwa Kesatuan
Pengelolaan Hutan selanjutnya disingkat (KPH) adalah wilayah unit
terkecil pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya,
yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
Peningkatan kinerja tata kelola kehutanan dilaksanakan melalui
pembentukan dan operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
Pembentukan wilayah KPH dibagi atas Kesatuan Hutan Konservasi
(KPHK), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Hingga akhir tahun 2018, di
Provinsi Sumatera Selatan telah beroperasi 29 KPH, meliputi 5 unit
KPHK, 10 unit KPHP, 14 unit KPHL. Kehadiran KPH sangat penting
untuk mengatasi berbagai permasalahan pengelolaan hutan di tingkat
tapak, yaitu aktivitas illegal (logging, hunting, encroaching), pencurian
plasma nutfah, kebakaran hutan dan lahan masih terus berlangsung di
dalam kawasan hutan yang berdampak pada rusaknya ekosistem hutan.
Upaya lainnya untuk peningkatan kinerja tata kelola kehutanan adalah
dengan peningkatan asset kehutanan melalui upaya restorasi dan
rehabilitasi untuk meningkatkan proporsi tutupan hutan terhadap luas
lahan keseluruhan.
Setiap fungsi pokok kawasan hutan yang terdiri dari fungsi hutan
konservasi, hutan lindung dan hutan produksi terbagi dalam Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) yang menjadi bagian dari penguatan sistem
pengurusan hutan nasional, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten atau kota. Selanjutnya setiap KPH dipimpin oleh Kepala KPH
sebagai pimpinan, pemegang kewenangan dan penanggung jawab
pengelolaan hutan dalam wilayah yang dikelolanya.
Untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari dan berkelanjutan,
Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 17
mengamanahkan pembentukan unit pengelolaan pada seluruh kawasan.
Pembangunan KPH mencakup tiga aspek, yakni: aspek wilayah, aspek
lembaga, dan aspek rencana. Untuk menyusun Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPHJP) yang baik dan operasional maka perlu

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I- 2
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

dilakukan penyusunan dokumen yang mengatur dan membagi ruang


kelola kawasan dalam blok dan petak yang disebut dengan dokumen
tata hutan. Dokumen Tata Hutan ini merupakan dokumen tata hutan
untuk KPHL Unit X Bukit Dingin Provinsi Sumsel yang merupakan salah
satu KPH di Provinsi Sumsel yang diharapkan dapat mulai operasional di
tahun 2019 ini.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Tata Hutan KPHL Unit X Bukit Dingin
adalah untuk menyusun dokumen tata hutan yang membagi wilayah
kelola kawasan hutan ke dalam blok dan petak berdasarkan fungsi
ekologi, fungsi produksi dan fungsi sosial ekonomi dan budaya
masyarakat sekitar. Tujuan dari penyusunan tata hutan Kesatuan
pengelolaan hutan lindung (KPHL) Unit X antara lain :

1. mewujudkan ruang kelola KPHL Unit X yang sesuai dengan


aturan atau kebijakan yang berlaku dengan memperhatikan
kondisi ekologi, potensi biologi dan geofisik, sosial budaya dan
ekonomi serta kelembagaan.
2. membagi wilayah kelola ke dalam blok dan petak pengelolaan
sesuai karakteristik ekologi, potensi biologi dan geofisik, sosial
budaya dan ekonomi serta kelembagaan

1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup kegiatan penyusunan Tata Hutan KPHL adalah
dibatasi hanya pada wilayah KPHL X Bukit Dingin seluas 38.957,51 Ha.

1.4. Batasan dan Pengertian


1) Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak
dapat dipisahkan
2) Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya
sebagai hutan tetap

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I- 3
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

3) Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut


dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang
diselenggarakan secara terpadu.
4) Kawasan hutan memiliki fungsi pokok sebagai hutan produksi,
hutan konservasi dan hutan Lindung.
5) Kesatuan pengelolaan hutan selanjutnya disingkat KPH adalah
wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan
peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
6) Kesatuan pengelolaan hutan (KPH) meliputi KPH konservasi (KPHK),
KPH Produksi (KPHP) dan KPH Lindung (KPHL).
7) Kepala KPH adalah pimpinan, pemegang kewenangan dan
penangggung jawab pengelolaan hutan dalam wilayah yang
dikelolanya.
8) Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok memproduksi hasil hutan.
9) Hutan konservasi adalah adalah kawasan hutan dengan ciri khas
tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnnya.
10) Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok sebagi perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
11) Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan
hutan, mencakup kegiatan pengelompokan sumberdaya hutan
sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di
dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat secara lestari.
12) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) adalah unit
pengelolaan hutan produksi terkecil yang dapat dikelola secara
efisien dan lestari.
13) Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) adalah kesatuan
pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau
didominasi oleh kawasan hutan konservasi.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I- 4
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

14) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) adalah kesatuan


pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau
didominasi oleh kawasan hutan lindung.
15) Rancang bangun KPH adalah rancangan wilayah KPH yang memuat
hasil identifikasi dan deliniasi awal areal yang akan dibentuk
menjadi wilayah KPH dalam peta dan deskripsinya.
16) Arahan pencadangan KPH adalah surat dan peta arahan
pencadangan KPH yang merupakan hasil penelaahan rancang
bangun KPH terhadap kriteria yang ditetapkan.
17) Usulan penetapan KPH adalah hasil pembentukan KPH oleh
Gubernur yang berupa hasil pencermatan rancang bangun
berdasarkan arahan pencadangan KPH.
18) Penetapan wilayah KPH adalah pengesahan wilayah KPH pada
kawasan hutan oleh menteri.
19) Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan,
izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan
hasil hutan kayu dan atau bukan kayu pada areal hutan yang telah
ditentukan.
20) Izin usaha pemanfaatan kawasan yang selanjutnya disingkat IUPK
adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan kawasan
pada hutan lindung atau hutan produksi.
21) Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan yang selanjutnya disingkat
IUPJL adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa
lingkungan pada hutan lindung atau hutan produksi.
22) Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu yang selanjutnya
disingkat IUPHHK dan Izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu yang selanjutnya disingkat IUPHBK adalahb izin usaha yang
diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan beruapa kayu dan atau
bukan kayu dalam kawasan hutan alam pada hutan produksi
melalui kelagitan pemanenan atau penebangan, pengayaan,
pemeliharaan dan pemasaran.
23) Perencanaan hutan adalah prosen penetapan tujuan, penentuan
kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I- 5
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

lestari untuk memberikan pedoman arah guna menjamin


tercapainya penyeleggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan .
24) Tata hutan adalah pembagian wilayah kelola kawasan hutan ke
dalam blok dan petak berdasarkan fungsi ekologi, produksi dan
sosial ekonomi dan budaya.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I- 6
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

BAB II DASAR DAN METODE

2.1. Dasar Pelaksanaan


Dasar pelaksananaan penyusunan dokumen Tata Hutan KPHL
Unit X Bukit Dingin adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Kehutanan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Jo Nomor 3 tahun 2008
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Serta Pemanfaatan Hutan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
6. Permenhut P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH,
7. Permenhut P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur
dan Kriteria (NSPK) Pengelolaan Hutan pada KPH Lindung (KPHL)
dan KPH Produksi (KPHP).
8. Permenhut P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan
Kehutanan.
9. PermenLHK No. P.39/MenLHK-Setjen/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun
2015 - 2019
10. Permendagri No. 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan
Tata Kerja KPHL dan KPHP.
11. Permenhut No. P.41/Menhut-II/2011 jo. P.54.Menhut-II/2011
tentang Standar Fasilitasi Sarpras pada KPHL dan KPHP Model.
12. Permenhut No. P.42/Menhut-II/2011 tentang Kompetensi Teknik
Bidang Kehutanan pada KPHL dan KPHP.
13. Permenhut No. P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan
Tingkat Nasional Tahun 2011-2030.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I I- 1
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

14. Permenhut No. P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria dan


Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu pada KPHL dan
KPHP
15. Permenhut No. P.64/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara
Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi
16. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 76/Menhut-II/2010
tanggal 10 Februari 2010 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi (KPHP) Provinsi Sumatera Selatan.
17. Peraturan Direktur Jenderal Planologi KehutananNomor: P.5/VII-
WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).

2.2. Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan tata hutan dilakukan melalui beberapa
tahapan yaitu meliputi:

2.2.1. Pembentukan Tim Pelaksana


Tim pelaksana kegiatan tata hutan merupakan tim yang
difasilitasi oleh Kepala BPKH Wilayah II Palembang. Tim pelaksana tata
hutan di KPHL Unit X Bukit Dingin terdiri atas personil KPHL Unit X
Bukit Dingin dan Staf BPKH Wilayah II Palembang dan dinas yang
membidangi urusan kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan. Dalam
pelaksanaanya kegiatan tata hutan dibantu oleh tenaga ahli kehutanan
dari Fakultas Kehutanan Universitas Jambi.

2.2.2. Penyusunan Rencana Kerja Kegiatan


Rencana kegiatan tata hutan disusun dan disepakati bersama
oleh anggota tim dengan memperhatikan keluaran yang harus
dihasilkan dan kemampuan tim baik dari aspek pembiayaan,
sumberdaya manusia, waktu serta aksesibilitas kawasan. Kegiatan tata
hutan dimulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Agustus 2018.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I I- 2
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

2.2.3. Pelaksanaan Inventarisasi Hutan dan Sosial Ekonomi


Masyarakat
2.2.3.1. Inventarisasi Biogeofisik
Kegiatan inventarisasi di wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin,
Provinsi Sumatera Selatan dilakukan untuk memenuhi data-data
penunjang penyusunan dan pembagian blok atau petak. Data yang
diambil diantaranya, 1. tutupan lahan, 2. jenis tanah, 3. iklim, 4.
hidrologi, 5. SDM dan demografi, 6. jenis, potensi dan sebaran flora, 7.
jenis, populasi dan habitat fauna dan 8. kondisi sosekbud.
Inventarisasi biogeofisik ini dilakukan dengan 2 cara. Cara
pertama pengumpulan data primer melalui pengamatan atau
pengukuran langsung di lapangan dengan membuat plot-plot
pengukuran dengan metode sampling. Cara kedua berupa
pengumpulan data sekunder yang dilakukan melalui desk analysis serta
pengumpulan data dan peta mengenai kondisi penutupan atau
penggunaan lahan, jenis tanah, topografi, kelerengan, kondisi iklim, dan
lain-lain yang tidak mungkin dilakukan secara langsung di lapangan
mengingat keterbatasan waktu, sumber daya manusia dan anggaran.
Data primer berupa data kondisi dan potensi flora, data
perjumpaan satwa yang ditemui secara langsung serta data kondisi
bentang alam tertentu dari wilayah KPH. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan melakukan inventarisasi hutan langsung di lapangan.
Tim pelaksana dari BPKH Wilayah II Palembang bersama-sama
dengan pegawai dari KPHL Unit X Bukit Dingin telah melaksanakan
kegiatan inventarisasi hutan di lapangan. Pengumpulan data telah
dilakukan dengan benar sesuai dengan petunjuk teknis yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan Nomor : P1/PKTL/IPSDH/PLA.1/1/2017 Tanggal 26
Januari 2017, Petunjuk Pelaksanaan Nomor : S.02/BPKH
II/ISDHL/PLA.1/1/2018 Tanggal 16 Januari 2018 dan Instruksi Kerja
Nomor : Ins. 12/BPKH II/ISDHL/ PLA.0.3/3/2019 tanggal, 27 Maret

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I I- 3
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

2019 yang dikeluarkan oleh Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan


Wlayah II Palembang.
Tutupan lahan berhutan di KPHL Unit X Bukit Dingin adalah
Hutan Lahan Kering Primer (Hp) seluas 11.965,44 Ha, dan Hutan Lahan
Kering Sekunder (Hs) seluas 55,60 Ha. Inventarisasi hutan di KPHL Unit
X Bukit Dingin dilakukan dengan membuat plot pengamatan berupa
klaster sebanyak 6 (Enam) Plot di Hutan Lahan Kering Primer. Masing-
masing plot terdiri dari 5 (lima) Sub Plot dengan jarak antar klaster (plot
pengamatan) adalah 3 (tiga) Km. Jumlah regu (Tim pelaksana) yang
melaksanakan inventarisasi hutan adalah 2 regu dengan rincian di
Hutan Lahan Kering Primer (Hp) dengan jumlah klaster adalah 6 (enam)
klaster
Dari terbatasnya jumlah klaster yang diamati atau rendahnya
intensitas sampling, maka dapat dikatakan bahwa inventarisasi
biogeofisik ini masih belum memenuhi syarat, meskipun secara teknis
belum dapat menggambarkan secara optimal potensi dan kondisi KPHL
Unit X Bukit Dingin sehingga perlu didukung oleh data lain atau KPHL
Unit X Bukit Dingin sebagai pengelola melaksanakan inventarisasi yang
lebih detail untuk mendukung pengelolaan di wilayahnya.

2.2.3.2. Inventarisasi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat


2.2.3.2.1. Pemilihan Desa Sampel
Idealnya seluruh desa yang berada di dalam atau sekitar kawasan
hutan atau KPH menjadi obyek kegiatan inventarisasi, hal ini karena
desa atau pemukiman tersebut akan berpengaruh terhadap kelestarian
hutan di wilayah KPH, atau bahkan KPH akan mempengaruhi eksistensi
desa yang ada. Selain itu, pada umumnya desa tersebut biasanya
memiliki adat istiadat, tradisi, kebiasaan dan cara memenuhi kebutuhan
hidup yang berbeda yang akan mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan
KPH di masa yang akan datang..
Inventarisasi sosial budaya masyarakat di dalam dan di sekitar
Kawasan Hutan KPHL Unit X Bukit Dingin dilaksanakan di 8 (delapan)
desa yang dibagi menjadi 4 (empat) Regu kerja sehingga masing-masing
regu melakukan inventarisasi di dua desa. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja (purposive sampling), yaitu desa yang terletak di dalam

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I I- 4
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

dan di sekitar kawasan hutan KPHL Unit X Bukit Dingin yang


diharapkan dapat mewakili beberapa desa di sekitarnya yang memiliki
karakteristik hampir sama
Pemilihan lokasi tetap dilakukan secara purposive sampling,
dengan dasar pertimbangan yaitu desa yang terletak di dalam atau
sekitar kawasan hutan atau KPHL yang diharapkan dapat mewakili
beberapa desa di sekitarnya, serta memiliki karakteristik hampir sama
dan atau lokasi desa tersebut berdasarkan penutupan lahannya
berdekatan dengan areal atau wilayah KPH yang berupa hutan primer
atau sekunder.
Beberapa pertimbangan dalam penetuan desa sasaran kegiatan
inventarisasi adalah fungsi hutan, sosial budaya, adminsitrasi dan
kondisi hutan, sebagai berikut :
1) Pertimbangan kompleksitas interaksi antara masyarakat desa dan
KPHL yang telah ditetapkan. Bisa dimungkinkan bahwa jumlah
desa di sekitar KPHL sedikit namun memiliki kompleksitas yang
lebih rumit dibandingkan suatu KPHL yang disekitarnya terdapat
jumlah desa yang lebih banyak. Kompleksitas tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kepercayaan masyarakat
(agama), tradisi, politik lokal, tingkat kepercayaan masyarakat
pada struktur pemerintah mulai pada tingkat lokal sampai
dengan nasional, sejarah desa, ekonomi mikro, serta peluang
kerja.
2) Pertimbangan sosial budaya, yaitu sampel desa yang didasarkan
pada asal usul etnis sebagai masyarakat pendatang (minoritas)
atau masyarakat lokal (mayoritas). Disamping itu perlu
dipertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas
masyarakat yaitu tingginya intensitas interaksi masyarakat
dengan kawasan hutan, jarak desa atau pemukiman dengan
kawasan hutan dan aksebilitas dari desa menuju kawasan hutan.
3) Pertimbangan administratif, yaitu sampel desa yang didasarkan
pada letak administratif provinsi, kabupaten atau kota dan
kecamatan. Pertimbangan tersebut digunakan untuk memahami

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I I- 5
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

kebijakan pemerintah daerah provinsi atau kabupaten atau kota


atau kecamatan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Kegiatan Inventarisasi Sosial
Budaya Masyarakat meliputi meliputi Desa Lesung Batu dan Desa
Nibung di Kecamatan Lintang Kanan, Desa Tanjung Beringin, Desa
Talang Padang, Desa Muara Rungga dan Desa Talang Randai di
Kecamatan Pasmah Air Keruh, Desa Air Kelinsar dan Desa Air Mayan di
Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumatera
Selatan.

2.2.3.2.2. Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan dalam kegiatan inventarisasi sosial
budaya masyarakat adalah data primer dan data sekunder dengan
penjelasan sebagai berikut:
1) Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui
wawancara terhadap nara sumber dan responden, serta pengisian
kuesioner.
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi literatur yang
tersedia pada instansi pemerintah pada tingkat kabupaten atau
kota, kecamatan dan desa maupun pihak swasta. Untuk
keperluan analisis, data kegiatan inventarisasi sosial budaya
masyarakat dikelompokkan menjadi data kualitatif dan kuantitatif.
1) Data Kualitatif
Penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh data tentang
persepsi, untuk menggali sejarah kepemilikan lahan, kebijakan
pemberdayaan masyarakat, interaksi masyarakat dengan sumber
daya hutan oleh masyarakat maupun pemerintah. Untuk memperoleh
data tersebut diperlukan 4 teknik pengumpulan data yaitu :
a. Studi literatur, dilakukan pada waktu persiapan sebelum ke
lapangan, pada saat di lapangan, dan kembali dari lapangan.
Pengumpulan data pada tahap persiapan sebelum ke lapangan
bertujuan agar tim memahami kondisi umum masyarakat dan
rencana pembangunan oleh pemerintah daerah.
Data literatur pada saat di lapangan, untuk melengkapi data
primer. Data literatur setelah dari lapangan, untuk memperluas
Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin
I I- 6
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

wawasan dalam membuat analisa data lapangan. Data literatur


dikumpulkan pada tingkat provinsi atau kabupaten atau kota
atau kecamatan berupa buku dalam angka, rencana strategis
pemerintah provinsi atau kabupaten atau kota atau kecamatan,
monografi, dan kebijakan pemerintah terhadap pemanfaatan
sumber daya hutan (perundangan, peraturan pemerintah,
peraturan daerah).
b. Observasi, dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata
mengenai mata pencaharian masyarakat, pemukiman,
pemanfatan sumber daya hutan, kondisi sosial ekonomi
masyarakat, kondisi kesehatan masyarakat, kondisi pendidikan
masyarakat, kondisi geografis masyarakat, kondisi kesejahteraan
masyarakat serta kondisi infra struktur.
Untuk mendukung metode observasi perlu dilakukan kegiatan
pemotretan sebagai media dokumentasi, dan pengambilan letak
geografis yaitu titik koordinat dan kawasan hutan
c. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh keterangan tentang
peristiwa yang tidak dapat disaksikan langsung pada saat
pelaksanaan kegiatan. Metode ini digunakan untuk memahami
sejarah kepemilikan lahan, kebijakan pemberdayaan masyarakat,
interaksi masyarakat dengan sumberdaya hutan, konflik
kawasan, serta pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat
maupun pemerintah. Metode wawancara dilakukan dengan
menggunakan 2 (dua) teknik wawancara, yaitu:
1. Wawancara bebas (open interview)
2. Wawancara mendalam (depth interview)
 Teknik wawancara bebas (open interview) dilakukan di
kantor, warung makan, tempat ibadah, kantor desa, terminal
angkutan, ataupun di pasar dengan topik tidak terfokus.
Teknik wawancara bebas ini digunakan sebagai komparasi
atau cross check data dari informan kunci.
 Teknik wawancara mendalam (depth interview) dilakukan
terhadap informan kunci seperti wali desa, kepala adat, dan
tokoh masyarakat yang diwakili oleh guru, tokoh agama atau

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I I- 7
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

tokoh pemuda dengan menggunakan panduan wawancara.


Jumlah informan sebagai sampel sebanyak 6 (enam) orang.
d. Diskusi terbatas, dilakukan di tingkat desa, untuk memahami
interaksi antara masyarakat dengan kawasan hutan, yang
mencakup aspek sejarah pemanfaatan dan prospek pengelolaan
berdasarkan aspirasi masyarakat. Diskusi dilakukan dengan
melibatkan wali desa, perangkat adat dan tokoh masyarakat.

2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan masyarkat berdasarkan sumber mata pencaharian
serta potensi perekonomian masyarakat. Data kuantitatif juga
digunakan untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat
terhadap kawasan hutan. Metode pengumpulan data menggunakan
kuesioner (daftar isian) dengan sumber informasi adalah responden.
Jumlah responden adalah sebanyak 150 (seratus lima puluh) orang.
Pemilihan responden didasarkan pada pertimbangan jenis mata
pencaharian syarakat yaitu petani (tanaman pangan daan
perkebunan), buruh tani, nelayan, pedagang atau wiraswasta, atau
PNS.

2.2.4. Pengolahan dan Analisis Data


2.2.4.1. Inventarisasi Biogeofisik
a. Pengelompokan Jenis Pohon
Jenis pohon yang dijumpai dalam plot sampel dicatat nama
lokanya, selanjutnya ditelusuri nama perdagangan dan nama ilmiahnya
menggunakan daftar nama jenis pohon (list of trees) yang dikeluarkan
oleh Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Kehutanan tahun
1983. Apabila nama dagang dan nama ilmiah pohon tersebut tidak
tercantum pada list of trees tersebut maka dilanjutkan penelusurannya
menggunakan web flora of Malaysia, Flora of Singapore atau web
Agroforestry Centre.
Pengelompokan jenis kayu didasarkan pada Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor. 163/Kpts-II/2003 tanggal 26 Mei 2003, sebagai
dasar pengenaan iuran Kehutanan. Berdasarkan pertimbangan di atas,

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I I- 8
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

maka jenis-jenis kayu dikelompokan menjadi Kelompok Jenis Meranti


atau Kelompok Komersial Satu, Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran
atau Kelompok Komersial Dua, Kelompok Jenis Kayu Eboni atau kelompok
Indah satu dan Kelompok Jenis Kayu Indah atau Kelompok Indah Dua.
Jenis pohon dilindungi didasarkan pada Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 54/Kpts/Um/2/1972 tanggal 5 Februari 1972.

b. Perhitungan Volume Pohon


Volume pohon dihitung dengan rumus:
V = ¼ . π . (d/100)² . t . f
Keterangan:
V : Volume pohon bebas cabang
π : 3,14
d : diameter setinggi dada (cm)
t : tinggi bebas cabang (m)
f : angka bentuk.

Volume pohon rata-rata atau jumlah rata-rata batang untuk pohon,


tiang (poles), pancang (sapling), semai (seedling), rotan anakan dan rotan
dewasa per sub plot atau record unit dihitung dengan rumus :

Keterangan:
X = Rata-rata volume atau jumlah batang per sub plot
atau record unit
 Xi = Jumlah volume atau batang seluruh sub plot
Atau record unit
n = Jumlah seluruh sub plot atau jumlah seluruh
record unit

Menghitung keragaman dari volume atau jumlah batang (S2x) :

∑ (∑ )

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I I- 9
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Menghitung nilai standar error (Galat baku) :

Taksiran volume atau jumlah batang :

Dimana:
X = Taksiran volume pohon atau jumlah batang untuk pohon,
poles, sapling, seedling, rotan anakan atau rotan dewasa
X = Rata-rata volume pohon atau jumlah batang untuk pohon,
poles, sapling, seedling, rotan anakan atau rotan dewasa
t = t tabel pada selang kepercayaan 95%; untuk TSP t = 1,994
sedang untuk PSP t = 2,131
Se = Standar error
Rata-rata per hektar dan taksiran per hektar baik volume
maupun jumlah batang dihitung dengan cara membagi
nilai hasil rata-rata atau taksiran per sub plot atau per RU
dengan luas petak masing-masing tingkat tumbuh.

2.2.4.2. Inventarisasi Sosial Ekonomi Masyarakat


Analisa data dalam kegiatan inventarisasi sosial budaya
masyarakat menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hal-hal yang perlu dianalisis antara lain adalah:
1. Pertambahan penduduk
2. Kebutuhan lahan
3. Tingkat kesejahteraan
4. Tingkat pendidikan
5. Kondisi infrastruktur desa (kesehatan, pendidikan, penerangan, air
bersih, transportasi, perhubungan, dll).
6. Konflik atau perbedaan pendapat antara masyarakat dengan
pemerintah daerah.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I I- 10
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

7. Kondisi politik lokal yang berpengaruh terhadap masyarakat dan


hutan.
8. Peluang atau dukungan terhadap kawasan hutan.

2.2.5. Pembagian Blok Dan Petak


2.2.5.1. Pembagian Blok
Secara teknis pembagian blok pada KPHL Unit X Bukit Dingin
didasarkan pada beberapa aspek yaitu (1) Perijinan pemanfaatan
kawasan, (2) tipe tutupan lahan, (3) adanya pengelolaan dan penguasaan
masyarakat, dan (5) potensi Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Selain itu pembagian blok juga mempertimbangkan peta arahan
pemanfaatan sebagaimana diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat
Nasional (RKTN) dan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP)
Sumatera Selatan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka wilayah
KPHL Unit X Bukit Dingin dibagi dalam 3 blok besar yaitu :
1. Blok Inti
2. Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan
3. Blok Pemanfaatan HHBK

2.2.5.2. Pembagian Petak


Pembagian petak dalam masing-masing blok di KPHL Unit X Bukit
Dingin dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek antara lain:
1. Produktivitas dan potensi areal atau lahan
2. Keberadaan dan penguasaan lahan oleh masyarakat
3. Keberadaan desa dan pemukiman menetap masyarakat
4. Keberadaan fasilitas umum dan jalan
5. Batas-batas fisik lain seperti sungai

2.2.6. Pembahasan dengan Para Pihak Melalui Konsultasi Publik


Kegiatan pembahasan tata hutan dengan para pihak dilakukan
sebanyak ± .. kali, mulai dari pembahasan di Palembang pada tanggal
17 Juni 2018 yang dihadiri oleh para pihak, seperti Pengelola KPHL Unit
X Bukit Dingin, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, BPHP,
BPKH Wilayah II Palembang dan tim pakar pendamping dari Fakultas
Kehutanan Universitas Jambi.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I I- 11
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Selanjutnya pembahasan dengan multi pihak yang lebih luas


dilaksanakan dalam bentuk konsultasi publik yang dilaksanakan di
Kabupaten Empat Lawang pada tanggal 18 September 2019 dengan
melibatkan para pihak sektor kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan,
BPKH Palembang dan Tokoh masyarakat Empat Lawang terutama yang
berada dekat dengan wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin.

2.2.7. Penataan Batas Blok Dan Petak


Tata batas dalam wilayah KPH akan dilaksanakan untuk
kepastian blok dan petak yang dilakukan dengan tahapan:
a) Persiapan peta penataan batas berdasarkan hasil pembagian blok
dan petak yang telah dilaksanakan serta dipetakan;
b) Penyiapan trayek-trayek batas;
c) Pelaksanaan penataan batas berdasarkan trayek batas;
d) Penyajian peta tata batas dalam wilayah KPH berdasarkan hasil
penataan batas.

2.2.8. Pemetaan dan Penyusunan Buku Tata Hutan


Berdasarkan kegiatan inventarisasi hutan, pembagian blok dan
petak serta penataan batas wilayah KPH selanjutnya dilakukan
pemetaan. Cara penyajian peta mengacu pada peraturan perundangan
yang berlaku. Pemetaan harus memuat minimal unsur-unsur:
a) Batas wilayah KPH;
b) Pembagian Blok dan petak;
c) Wilayah tertentu KPHL;
d) Peta disajikan dengan skala minimal 1 : 50.000. Selain itu perlu
disiapkan juga peta-peta tematik lainnya sesuai dengan
kebutuhan untuk Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


I I- 12
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

BAB III Deskripsi Kawasan

3.1. Risalah Wilayah


Berdasarkan Peta Wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin sesuai SK
Menteri Kehutanan Nomor : 76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Pebruari 2010
tentang penetapan KPHL dan KPHP Provinsi Sumatera Selatan dan SK
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SK. 454/MenLHK/
Setjen/PLA.2/6/2016 tanggal 12 Juni 2016, luas wilayah KPHL Unit X Bukit
Dingin adalah ± 38.957,51 Ha, dan secara geografis terletak pada
koordinat 04° 13’ 43” LS sampai dengan 03° 46’ 28” LS sampai dengan
04º 01’ 20” LS dan 102° 37' 25" BT sampai dengan 103º 07’ 30” BT.
Berdasarkan data administrasi pemerintahan, areal KPHL Unit X
Bukit Dingin terletak di Kecamatan Ulu Musi, Pasemah Air Keruh,
Pendopo, dan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera
Selatan. Berdasarkan data administrasi Kehutanan KPHL Unit X Bukit
Dingin berada dalam wilayah kerja UPTD KPHL Wilayah XI Kikim-Pasemah,
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan menurut fungsi
hutan, berada di dalam kawasan Hutan Lindung Bukit Dingin.
Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, desa-desa yang
disurvei meliputi Desa Lesung Batu dan Desa Nibung, Kecamatan Lintang
Kanan, Desa Tanjung Beringin, Desa Talang Padang, Desa Muara Rungga
dan Desa Talang Randai Kecamatan Pasmah Air Keruh, Desa Air Kelinsar
dan Desa Air Mayan Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Empat Lawang,
Provinsi Sumatera Selatan.
Luas kawasan per kecamatan di areal KPHP unit X Bukit Dingin
dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 1
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 3.1. Areal KPHL Unit X Bukit Dingin menurut wilayah kecamatan.
No Kecamatan Luas (Ha) Persentase
1 Kec. Air Keruh 8.277,36 21,25
2 Kec. Muara Pinang 1.442,58 3,70
3 Kec. Pendopo 6.963,23 17,87
4 Kec. Ulu Musi 8.818,26 22,64
5 Kec.Lintang Kanan 13.456,07 34,54
Jumlah 38.957,51 100,00

Tabel. 3.2. Luas Wilayah Desa/Kelurahan Pada Desa Sampel.

No Desa / Kelurahan Luas Wilayah ( Km²)

1 Lesung Batu 6,3


2 Nibung 0,6
3 Tanjung Beringin 11,86
4 Talang Padang 9,86
5 Muara Rungga 9,86
6 Talang Randai 8,86
7 Air Kelinsar 24,31
8 Air Mayan 33,86
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Empat Lawang, 2017

Luas wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin sebagai mana tercantum


dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.76/Menhut-II/2010
tanggal 10 Pebruari 2010 seluas ± 41.497 Ha sedangkan luas berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
SK.454/MenLHK/ Setjen/PLA.2/6/2016 tanggal 2 Juni 2016 tentang
Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Sumatera Selatan,
adalah seluas ± 38.957,51 Ha.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 2
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

3.2. Kondisi Fisik Kawasan KPHL Bukit Dingin


3.2.1. Fungsi kawasan
KPHL Unit X Bukit Dingin berada dalam wilayah kerja UPTD KPHL
Wilayah XI Kikim-Pasemah, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Menurut fungsi hutan, KPHL ini berada di dalam kawasan Hutan Lindung
Bukit Dingin

3.2.2. Kondisi Topografi


Berdasarkan Peta Kelerengan Provinsi Sumatera Selatan Skala 1 :
500.000 dan pengamatan langsung di lapangan diketahui bahwa kawasan
hutan KPHL Unit X Bukit Dingin dan desa contoh mempunyai topografi
datar sampai bergelombang sangat curam dengan kelerengan antara 8%
sampai 100% Sedangkan berdasarkan data ketinggian dari permukaan
laut, kawasan hutan KPHL Unit X Bukit Dingin dan desa contoh berada
pada ketinggian antara 50 sampai dengan 2.000 meter dari permukaan
laut.

Tabel 3.3 Areal KPHL Unit X Bukit Dingin menurut kemiringan lereng
No Kemiringan Lereng Luas (Ha) Persentase
1 Datar 169,03 0,43
2 Landai 914,79 2,35
3 Agak curam 4.571,79 11,74
4 Curam 13.226,70 33,95
5 Sangat curam 20.075,20 51,53
Jumlah 38.957,51 100,00

3.2.3. Jenis Tanah


Berdasarkan peta Tanah Eksplorasi Sumatera Bagian Selatan Skala
1:1.000.000 tahun 1964 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah
di wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin didominasi oleh jenis tanah A.
Podsolik Merah Kuning dan Podsolik seluas 18.985,32 ha (48,722%).
Secara rinci dapat di lihat pada Tabel. 3.4.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 3
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 3.4 Data Jenis Tanah Pada Wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin

No Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase


1 Asosiasi Latosol Coklat & Litosol 5.899,89 15,14
Asosiasi Podzolik merah kuning &
2 Podzolik coklat kuning 1.897,09 4,87
Asosiasi Podosolik merah
3 kuning&Podsolik 18.984,18 48,73
4 Asosiasi Podsolik Coklat & Litosol 11.905,69 30,56
Asosiasi Podsolik Kuning&
5 Podsolik 270,68 0,69
Jumlah 38.957,51 100,00

3.2.4. Formasi Geologi


Berdasarkan Peta Ikhtisar Geologi Sumatera Bagian Selatan skala
1 : 1.000.000 Tahun 1970 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor, geologi
wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin didominasi oleh jenis batuan terdiri dari
jenis batuan Breksi, lava dan tuf, andesit sampai bas seluas 29.980,06 Ha.
Secara rinci dapat di lihat pada Tabel. 3.5.

Tabel. 3.5. Data Formasi Geologi Pada Wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin
No Formasi Geologi Luas (Ha) Persentase
1 Dempo Volcanics 4.843,58 12,43
2 Granite 342,13 0,88
3 Hulusimpang Formation 5.645,44 14,49
4 Quarternary Volcanic 28.126,36 72,20
Jumlah 38.957,51 100,00

3.2.5. Iklim
Berdasarkan klasifikasi Oldemen, dkk (1978) kawasan hutan KPHL
Unit X Bukit Dingin dan desa contoh termasuk tipe iklim C2, yang
mempunyai bulan basah 6 (enam) bulan dan bulan kering 6 (enam) bulan.
Rata-rata curah hujan per bulan pada tahun 2017 adalah 374,75 mm.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 755 mm dan curah
hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 65 mm. Suhu rata-rata
bulanan berkisar antara 25,7o sampai dengan 26,6o Celcius dan rata-rata

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 4
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

kelembaban udara berkisar antara 81% sampai dengan 89%. Tabel 3.6.
menyajikan data curah hujan di Kabupaten Empat Lawang.

Tabel 3.6. Data Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten Empat
lawang Tahun 2017.

Kabupaten Empat Lawang


No Bulan Curah Hujan Hari Hujan Keterangan
(mm) (hari)
1 Januari 755 16
2 Pebruari 644 15
3 Maret 614 22
4 April 327 13
5 Mei 374 14
6 Juni 195 8
7 Juli 233 10
8 Agustus 65 4
9 September 179 13
10 Oktober 516 16
11 Nopember 386 22
12 Desember 119 8
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Empat Lawang, 2017

3.2.6. Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)


Tata air/ Daerah Aliran Sungai (DAS) pada KPHL Unit X Bukit Dingin
adalah DAS Musi dengan Sub DAS Musi Hulu Sungai-sungai yang mengalir
di dalamnya seperti S. Air Lintang, S. Air Banan, S. Air Nibung, S. Air
Hangat, S. Air Betung, S. Air Kelisar, S. Air puaran dan S. Air Luang kirai,
S. Air Keruh dan sungai Air Dingin (Tabel 3.7).
Tabel 3.7 Areal KPHL Unit X Bukit Dingin menurut Derah Aliran Sungai
No Nama DAS/sub DAS Luas (Ha) Persentase
1 Sub sub DAS Deras 19.449,31 49,92
2 Sub sub DAS Kema'ang 4.197,78 10,78
3 Sub sub DAS Keruh 12.957,07 33,26
4 Sub sub DAS Pacing 2.353,36 6,04
Jumlah 38.957,51 100,00

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 5
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

3.2.7. Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju wilayah KPHL Unit X Bukit dapat ditempuh melalui
jalan darat menggunakan mobil dari Palembang ke Kota Empat lawang
selama ± 8 jam kemudian dari Empat Lawang menuju desa-desa yang
berada di sekitar KPHL Unit XI Bukit Dingin dapat menggunakan
kendaraan roda empat maupun roda dua. Seluruh jalan sudah diaspal
meskipun dibeberapa tempat ada yang diperbaiki oleh masyarakat secara
swadaya. Jarak tempuh dari Empat Lawang ke desa-desa sekitar wilayah
KPHL Unit XI Bukit Dingin selama ± 2 s.d 3 jam dengan jarak berkisar
antara 15 sampai dengan 40 km.

3.3. Kondisi dan Potensi Sumberdaya Hutan


3.3.1. Kondisi Penutupan Lahan
Tipe Hutan Wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin adalah tipe hutan
lahan kering dengan ketinggian 50 meter sampai dengan 2.000 meter dpl,
serta kemiringan lapangan mulai dari 8% sampai dengan 100%.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK.454/Menlhk/setjen/PLA.2/6/2016 tanggal 17 Juni
2016, fungsi hutan di KPHL Unit X Bukit Dingin adalah Hutan Lindung
Bukit Nanti-Mekakau dengan luas ± 38.957,51 Ha.
Berdasarkan hasil survey lapangan dan hasil penafsiran Citra
Landsat Tahun 2018, sebagian besar wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin
penutupan lahanya berupa lahan pertanian lahan kering Campur Semak,
Hutan Lahan Kering Primer, dan belukar. Rincian Penutupan lahan,
berdasarkan hasil penafsiran citra landsat skala 1 : 250.000 Tahun 2018
di wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin disajikan pada Tabel 3.8. berikut :

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 6
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 3.8. Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan KPHL Unit X Bukit
Dingin
No Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase
1 Hutan lahan kering primer 11.962,46 30,71
2 Hutan sekunder 69,09 0,18
Pertanian lahan kering campur
3 semak 19.017,87 48,82
4 Sawah 1,41 0,00
5 Semak Belukar 7.785,93 19,99
6 Tanah Terbuka 114,31 0,29
7 Tubuh Air 6,45 0,02
Jumlah 38.957,51 100,00
Sumber : Hasil Penafsiran Citra Landsat Tahun 2017 (Kemen LHK)

Berdasarkan Tabel 3.8., tutupan lahan berhutan di wilayah KPHL Unit X


Bukit Dingin adalah Hutan Lahan Kering Primer seluas ±11.965,44 dan
Hutan Lahan Kering Sekunder seluas ±55,60 ha. Tutupan lahan pertanian
lahan kering campur semak menempati 48,82 % dari total luas kawasan
KHPL Unit X Bukit Dingin.

3.3.2. Kekritisan Lahan


Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.32/Menhut-II/2009
yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.60
/Menhut-II/2014, kekritisan lahan dinilai berdasarkan kerapatan tutupan
lahan. kemiringan lereng. tingkat erosi dan pengelolaan lahan.

3.3.3. Potensi Sumberdaya Hutan KPHP Unit X Bukit Dingin


A. Volume Tegakan
Volume tegakan di KPHL Unit X Bukit Dingin yang berdiameter 20
cm ke atas adalah 112,75 M³/ha dengan jumlah batang sebanyak 72
batang/ha. Taksiran jumlah batang per hektar antara 58 – 91 batang dan
volume per hektar antara 56.87 – 176,63 m³/ha.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 7
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Jumlah jenis pohon yang ditemukan sebanyak 28 (dua puluh


delapan) jenis, diantaranya yaitu Pasang (Quercus spp) sebanyak 47
batang atau 21,76%, Gelam Tikus (S. retinodes V.SI.) sebanyak 43
batang atau 19,91%, Medang (Cinamomum spp) sebanyak 34 batang
atau 15,74%, Puspa sebanyak 26 batang atau 12,04%. Rekapitulasi
jumlah batang dominan per hektar.
Berdasarkan hasil penghitungan nilai Indeks Nilai Penting (INP),
nilai INP terbesar adalah jenis pohon Pasang (Quercus spp) sebesar
58,49%, Gelam Tikus (S. retinodes V.SI.) sebesar 50,81%, Medang
(Cinamomum spp) sebesar 46.00%, Puspa sebesar 36,97%, dan
Rasamalo sebesar 12,46%. Pada penutupan lahan berupa hutan primer
jenis pasang merupakan jenis yang mempunyai kesesuaian tempat
tumbuh yang baik sehingga dapat mendominasi daripada jenis yang
lainnya.
B. Permudaan
Potensi permudaan di sebagian wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin
untuk seluruh populasi dan tingkat pertumbuhan disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Rekapitulasi Jumlah Anakan, Sapihan dan Tiang masing-


masing Kelompok Jenis pada KPHL Unit X Bukit Dingin
Potensi Permudaan

Anakan Sapihan Tiang


No. Kelompok Jenis
Lbds
N N N
(m²/Ha)

1 Komersil Satu 6.369 425 187 1,73

2 Komersil Dua (KRC) 4.883 425 183 2,15

3 Kayu Indah Satu - - - -

4 Kayu Indah Dua 637 265 - -

5 Lain-Lain 2.123 425 81 0,75

Jumlah 14.013 1.539 450 4,63

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 8
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Dari data Tabel 3.9 diketahui bahwa potensi permudaan untuk seluruh
strata penutupan lahan dan kawasan hutan rata-rata per hektar untuk
masing-masing tingkat tumbuh adalah sebagai berikut :
1. Tingkat Anakan (Semai/Seedling)
Rata-rata potensi permudaan tingkat anakan (semai) per hektar
untuk seluruh jenis adalah 14.013 batang dengan taksiran jumlah batang
per hektar antara 8.838 – 17435 batang. Rata-rata per hektar kelompok
jenis komersil satu adalah 6.369 batang, dengan jenis anakan untuk
kelompok ini adalah Gelam Tikus. Sedangkan rata-rata per hektar pada
kelompok jenis komersil dua (Kayu Rimba Campuran) adalah 4.883
batang dengan jenis anakan untuk kelompok ini adalah Pasang. Untuk
Kelompok Kayu Indah Dua rata-rata per hektar 637 batang dengan jenis
yang mendominasi adalah Lasi, Sementara Kelompok Kayu Indah Satu
tidak ditemukan. Sedangkan untuk kelompok jenis lain-lain adalah 2.123
batang per hektar dengan jenis anakan untuk kelompok ini adalah Kayu
Putih dan Kemenyan. Data selengkapnya potensi permudaan tingkat
anakan (semai) dapat dilihat pada Lampiran 2.
Sementara INP jenis anakan (semai/seedling) terhadap ekosistem
Hutan di KPHL Unit X Bukit Dingin terbesar adalah jenis anakan Gelam
Tikus sebesar 78,79%.

2. Tingkat Sapihan (Pancang/Sapling)


Rata-rata potensi permudaan tingkat sapihan (pancang) per hektar
untuk seluruh jenis adalah 1.539 batang dengan taksiran jumlah batang
per hektar antara 1.535 – 2.480 batang. Rata-rata per hektar kelompok
jenis komersil satu adalah 425 batang dengan jenis sapihan untuk
kelompok ini adalah Gelam Tikus. Sedangkan rata-rata per hektar pada
kelompok jenis komersil dua (Kayu Rimba Campuran) adalah 425 batang
dengan jenis sapihan untuk kelompok ini adalah Medang. Sedangkan
untuk Kelompok Kayu Indah Satu tidak ditemukan. Untuk Kelompok Kayu

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 9
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Indah Dua rata-rata per hektar sebesar 265 batang dengan jenis sapihan
pasang, Sedangkan untuk kelompok jenis lain-lain adalah 425 batang
perhektar dengan jenis sapihan untuk kelompok ini adalah Kayu Putih dan
Kemenyan. Data selengkapnya potensi permudaan tingkat sapihan
(pancang) dapat dilihat pada Lampiran 2.
Sementara INP jenis sapihan (pancang) terhadap ekosistem Hutan
di KPHL Unit X Bukit Dingin terbesar adalah jenis sapihan Medang
sebesar 48,08%, Gelam Tikus sebesar 32,18%, Pasang sebesar 31,13%,
Kayu Putih sebesar 30,46%.

3. Tingkat Tiang (Poles)


Rata-rata potensi permudaan tingkat tiang (poles) per hektar untuk
seluruh jenis adalah 450 batang dan luas bidang dasar 4,63 m2 dengan
taksiran jumlah batang per hektar antara 422 – 702 batang. Rata-rata per
hektar kelompok jenis komersil satu adalah 187 batang dan luas bidang
dasar 1,73 m2 dengan jenis tiang untuk kelompok ini adalah Gelam Tikus.
Sedangkan rata-rata per hektar pada kelompok jenis komersil dua (Kayu
Rimba Campuran) adalah 183 batang dan luas bidang dasar 2,15 m2
dengan jenis tiang untuk kelompok ini adalah Gelam Tikus. Sedangkan
untuk Kelompok Kayu Indah Satu dan dua tidak ditemukan. Untuk
kelompok jenis lain-lain adalah 81 batang perhektar dengan jenis tiang
untuk kelompok ini adalah punai dan Kemenyan. Data selengkapnya
untuk potensi permudaan tingkat tiang (poles) dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Sementara INP jenis tiang (poles) terhadap ekosistem Hutan di
KPHL Unit X Bukit Dingin terbesar adalah jenis Gelam Tikus sebesar
86,37%, Medang sebesar 58,91%, Pasang sebesar 49,05% dan
Kemenyan sebesar 13,72%.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 10
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

D. Indeks Nilai Penting (INP)


Dominasi jenis pohon (trees) terhadap ekosistem yang terdapat di
sebagian wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin ditunjukkan oleh nilai Indeks
Nilai Penting (INP). INP merupakan perjumlahan dari Kerapatan Relatif
(KR). Frekuensi Relatif (FR) dan Dominasi Relatif (DR). Nilai INP tebesar
adalah jenis pohon Pasang (Quercus spp.) sebesar 67,88%. Sedangkan
yang terendah adalah pohon Manggisan Hutan sebesar 2,67%. Nilai INP
ini menjelaskan bahwa jenis pohon Pasang adalah jenis yang paling
dominan di sebagian wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah batang pohon Pasang adalah sebanyak 28 (dua puluh
delapan) batang dengan nilai kerapatan 18,76 dan kerapatan relatif
sebesar 23,73%. Indeks Nilai Penting (INP) yang paling rendah adalah
pohon Manggisan Hutan dengan nilai INP sebesar 2,67%. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah batang pohon Manggisan Hutan adalah sebanyak 1
batang dengan nilai kerapatan 0,67 dan nilai kerapatan relatif yaitu sebear
0,85%.
Dominasi jenis tiang (poles) terhadap ekosistem yang terdapat di
sebagian wilyah KPHL Unit X Bukit Dingin ditunjukkan oleh nilai Indeks
Nilai Penting (INP) terbesar adalah jenis Gelam Tikus sebesar 98,27%,
sedangkan yang terendah adalah jenis Balam sebesar 3,62%. Sedangkan
INP jenis pancang (sapihan/sapling) terhadap ekosistem yang terdapat di
sebagian wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin terbesar adalah jenis Medang
sebesar 48,44%, sedangkan yang terendah adalah jenis Rambutan
sebesar 7,40%. Sementara INP jenis anakan (semai/seedling) terhadap
ekosistem yang terdapat di sebagian Wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin
terbesar adalah jenis anakan Gelam Tikus sebesar 82,62%, sedangkan
yang terendah adalah anakan K. Kulur sebesar 6,59%. Selengkapnya,
data INP pohon , tiang, pancang dan anakan dapat dilihat pada Lampiran
3, Lampiran 4, Lampiran 5 dan Lampiran 6.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 11
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

3.3.3. Potensi Non Kayu


Sumber daya hutan berupa potensi non kayu (rotan, damar dan
bambu) dalam wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin seluas 38.957,51 Ha
hetar tersebut tidak ditemukan. kecuali rotan dapat ditemukan dalam
jumlah yg saangat sedikit (10 batang) sehingga tidak dapat dilakukan
pengolahan data.

3.3.4. Potensi Jasa Lingkungan.


Di wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin khususnya terdapat potensi
jasa lingkungan yaitu berupa air terjun Air panas dan kawasan Hutan
Lindung Bukit Dingin yang berbukit-bukit. Jalur pendakian ke Gunung
Dempo melewati Desa Sawah Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat
Lawang. Jalur pendakian tersebut sering dilewati pada saat malam
pergantian tahun. Jalur ini dapat ditempuh selama 6 jam dari Desa
Sawah, dengan menggunakan sepeda motor selama 1 jam dan berhenti di
kebun kopi terakhir, selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan berjalan
kaki selama ±5 jam.

Gambar 3.1 : Pemandangan jalur trekking pendakian Gunung Dempo


lewat Desa Sawah Kecamatan Muara Pinang

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 12
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Gambar 3.2 : Situasi air terjun yang merupakan sungai aliran lahar
Gunung Dempo

3.3.5. Potensi Fauna


Menurut cerita dari masyarakat sekitarnya dan hasil pengamatan
lapangan, di sebagian wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin masih terdapat
satwa liar berupa macan, harimau, beruang dan rusa di lapangan dapat
ditemukan berupa telapak/jejak kaki sedangkan binatang seperti kambing
hutan siamang, monyet dan beberapa jenis burung dapat ditemukan baik
secara fisik maupun bekas telapak kaki dan suara.

Gambar 3.3 Jejak kaki macan

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 13
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Gambar 3.4 Tempat peninggalan beruang mencari makan

Gambar 3.5 Burung Tledekan Gunung

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 14
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

3.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat


A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk merupakan salah satu sumberdaya manusia yang
sangat penting di dalam pembangunan. Diharapkan dengan jumlah
penduduk yang cukup, terutama penduduk dalam usia produktif atau usia
kerja (15 – 56 tahun), akan dapat meningkatkan pembangunan di suatu
desa. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin di
desa contoh seperti tersaji dalam Table 3.10

Tabel 3.10. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan


Sex Rasio di Desa-Desa yang disurvei.
Desa Jenis Kelamin
No Sex Rasio
Kecamatan Lk % Pr %
1 Lesung Batu, 1.591 50,54 1.557 49,46 102,18
Kec. Lintang Kanan
2 Nibung, 1.200 51,06 1.150 48,94 104,35
Kec. Lintang Kanan
3 Tanjung Beringin, 449 53,90 384 46,10 116,93
Kec. Pasmah Air Keruh
4 Talang Padang, 1698 53,15 1497 46,85 113,43
Kec. Pasmah Air Keruh
5 Muara Rungga, 317 53.37 277 46.63 114.44
Kec. Pasmah Air Keruh
6 Talang Randai, 203 54.28 171 45.72 118.71
Kec. Pasmah Air Keruh
7 Air Kelinsar, 2753 52,13 2528 47,87 108,90
Kec. Ulu Musi
8 Air Mayan, 1.931 54,07 1.742 45,93 110,85
Kec. Ulu Musi
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Empat Lawang, 2017

Berdasarkan data Tabel 3.10, perbandingan antara jumlah laki-laki


dan perempuan (sex rasio) seluruhnya melebihi seratus. Hal itu
menunjukkan bahwa jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan untuk
semua kelompok umur. Selanjutnya data mutasi penduduk yang datang

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 15
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

dan pergi dari dan ke desa contoh sepanjang tahun 2017 dapat dilihat
pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Data Mutasi Penduduk Pada Desa Contoh.

No Desa/Kelurahan Datang Pergi


1 Lesung Batu 0 10
2 Nibung 19 38
3 Tanjung Beringin 0 0
4 Talang Padang 0 0
5 Muara Rungga 0 0
6 Talang Randai 0 0
7 Air Kelinsar 0 0
8 Air Mayan 0 0
Jumlah 19 48

Pada Tabel 3.11 dapat dilihat komposisi penduduk berdasarkan


asal suku. Berdasarkan tabel tersebut, mayoritas penduduk di desa contoh
berasal dari suku Bengkulu (34,13%), sedangkan yang paling rendah
adalah lainnya/Batak dan Timor (0,35%), selanjutnya adalah Suku Padang
(2,04%). Dari jumlah penduduk yang ada di desa-desa contoh tersebut di
atas mempunyai latar belakang suku dan budaya yang berbeda.
Komposisi penduduk berdasarkan asal suku di desa-desa yang disurvei
selengkapnya seperti tersaji pada Table 3.12.

Tabel 3.12. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Asal Suku


Suku D e s a

Lsg. Tlg. Tj. M. Tlg. A. A. Jumlah


(Jiwa) Nibung
Batu Padang Beringin Rungga Randai Kelinsar Mayan
Jawa 277 250 170 1 30 11 169 955 1863
% 8.09 10,05 5,32 0,12 4,83 2,94 3.20 26 9,37
Lintang 2.871 2.000 - - 9 - - - 4.880
% 83,9 80,42 - - 1,45 - - - 24,54
Pasemah 274 134 295 832 582 355 - - 2472
% 8,01 5,39 9,24 99,88 93,72 94,92 - - 12,43

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 16
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Serawai - - 2.683 - - - - - 2.683


% - - 84 - - - - - 13,49
Padang - - - - - - 22 383 405
% - - - - - - 0,42 10,43 2,04
Bengkulu - - - - - - 5.006 1.781 6.787
% - - - - - - 94,79 48,49 34,13
Sunda - 100 - - - 8 75 546 729
% - 4,02 - - - 2,14 1,42 18,47 3,67
Lainya - 3 46 - 3 - 9 8 69
% - 0.12 1,44 - 0,48 - 0,17 0,22 0,35

Sumber : Data Sekunder masing-masing Desa Yang Disurvei, 2017

2. Pendidikan
Tingkat pendidikan dari desa contoh cukup beragam. Di beberapa desa
contoh masih ditemukan penduduk yang tidak tamat sekolah/SD,
meskipun beberapa diantaranya sudah terdapat individu yang telah lulus
sarjana, termasuk D1/D2/D3. Tabel 3.13 menunjukkan tingkat pendidikan
masing-masing desa contoh dan Tabel 3.14 menunjukkan jumlah sekolah
yang terdapat pada masing-masing desa contoh.

Tabel 3.13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa


Contoh.

Tingkat Pendidikan
Tidak
Sekolah/
No Desa SD SLTP SLTA D1/D2/D3 Sarjana
Tdk Tamat
SD
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Lesung Batu 494 28,44 704 40,53 326 18,77 192 11,05 8 0,46 13 0,75
2 Nibung 260 36,01 300 41,55 96 13,30 50 6,93 10 1,39 6 0,83
Tanjung
3 0 0,00 222 20,00 362 32,61 522 47,03 2 0,18 2 0,18
Beringin
4 Talang Padang 4 0,96 112 26,86 208 49,88 80 19,18 4 0,96 9 2,16
5 Muara Rungga 0 0,00 71 59,17 20 16,67 15 12,5 9 7,50 5 4,17
6 Talang Randai 122 40,80 70 23,41 50 16,72 40 13,38 10 3,34 7 2,34
7 Air Kelinsar 539 10,21 2.180 41,28 1.977 37,44 518 9,81 55 1,04 12 0,23
8 Air Mayan 356 9,69 1.817 49,47 1.010 27,50 450 12,25 30 0,82 10 0,27
Sumber : Data Sekunder masing-masing Desa Yang Disurvei, 2017

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 17
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 3.14 Jumlah Sekolah yang terdapat pada masing-masing desa


contoh.

Jumlah Sekolah
No Desa/Kelurahan
TK/KB SD SLTP SLTA
1 Lesung Batu - 2 - -
2 Nibung - 2 - -
Tanjung
3 - 1 -
Beringin -
4 Talang Padang - 1 1 -
5 Muara Rungga - - - -
6 Talang Randai - - - -
7 Air Kelinsar - 2 1 -
8 Air Mayan 1 3 1 1

Inventarisasi sosial ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar


Kawasan Hutan KPHL Unit X Bukit Dingin dilaksanakan di 8 (delapan) desa
yang dibagi menjadi 4 (empat) Regu kerja sehingga masing-masing regu
melakukan inventarisasi di dua desa. Pemilihan lokasi dilakukan secara
sengaja (purposive sampling), yaitu desa yang terletak di dalam dan di
sekitar kawasan hutan KPHL Unit X Bukit Dingin yang diharapkan dapat
mewakili beberapa desa di sekitarnya yang memiliki karakteristik hampir
sama.
Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, desa-desa yang
disurvei meliputi Desa Lesung Batu dan Desa Nibung, Kecamatan Lintang
Kanan, Desa Tanjung Beringin, Desa Talang Padang, Desa Muara Rungga
dan Desa Talang Randai Kecamatan Pasmah Air Keruh, Desa Air Kelinsar
dan Desa Air Mayan Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Empat Lawang,
Provinsi Sumatera Selatan.
Berdasarkan batas wilayah desa, antara desa yang satu dengan
desa yang lain batas-batasnya dapat dilihat pada Tabel 3.15.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 18
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 3.15. Batas Wilayah Desa Contoh Dalam Pelaksanaan Inventarisasi


Sosial Budaya Masyarakat di KPHL Unit X Bukit Dingin.

Batas Administrasi Desa


No Desa/Kelurahan
Utara Selatan Barat Timur
1 2 3 4 5 6
Desa
1 Lesung Batu Desa Sukarami Desa Babatan Desa Babatan
Rantaualih
Desa Muara Desa Batu
2 Nibung HL. Bk. Dingin Desa Umojati
Danau Ampar
Desa Bandar Desa Air Desa Tl.
3 Tanjung Beringin Prov. Bengkulu
Agung Mayan Padang
Desa Lawang Desa Tj.
4 Talang Padang Prov. Bengkulu Kec. Pendopo
Agung Beringin
5 Muara Rungga Muara Sindang Talang Randai Air Mayan Bandar Agung
6 Talang Randai Muara Rungga Nanjungan Air Mayan Keban Jati
Provinsi Desa Talang Provinsi Desa Batu
7 Air Kelinsar
Bengkulu Jara Bengkulu Lintang
Desa Air Desa Air Provinsi Desa Talang
8 Air Mayan
Kelinsar Mayan Bengkulu Raja

Luas wilayah desa berfariasi. Pada Tabel 3.16 disebutkan luas wilayah
desa contoh. Berdasarkan tabel tersebut Desa Air Mayan merupakan desa
yang paling luas wilayahnya yaitu 33,86 Km². Sementara Desa Nibung
yang paling kecil luasnya hanya 0,60 Km².

Tabel. 3.16. Luas Wilayah Desa/Kelurahan Pada Desa Sampel.

No Desa / Kelurahan Luas Wilayah ( Km²)

1 Lesung Batu 6,3


2 Nibung 0,6
3 Tanjung Beringin 11,86
4 Talang Padang 9,86
5 Muara Rungga 9,86
6 Talang Randai 8,86
7 Air Kelinsar 24,31
8 Air Mayan 33,86
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Empat Lawang, 2017

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 19
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

2. Agama dan Kepercayaan


Seluruh penduduk di desa contoh memeluk Agama Islam, sedangkan
penduduk yang beragama Katolik, Protestan, Hindu dan Budha tidak
ada. Tabel 3.17 menunjukkan Agama yang dianut oleh mayoritas
penduduk di desa contoh.
Tabel 3.17. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Contoh.

A g a m a
No Desa
Islam Katolik Protestan Hindu
1 Lesung Batu 334 - - -
2 Nibung 742 - - -
3 Tanjung Beringin 1.010 - - -
4 Talang Padang 972 - - -
5 Muara Rungga 649 - - -
6 Talang Randai 880 - - -
7 Air Kelinsar 5.272 - 9 -
8 Air Mayan 3.665 - 8 -
Jumlah 13.524 - 17 -
Sumber : Kecamatan Dalam Angka 2017, BPS Kabupaten EMPAT
LAWANG

4. Bahasa Mayoritas
Mayoritas bahasa yang digunakan masyarakat di desa contoh adalah
bahasa Indonesia. Namun demikian, di desa Nibung sering juga
menggunakan bahasa Lintang.

B. Struktur dan Pertumbuhan Penduduk


KPHL Unit X Bukit Dingin meliputi empat Kecamatan yaitu
Kecamatan Lintang Kanan, Pasmah Air Keruh, dan Ulu Musi yang terdiri
dari 45 (empat puluh lima) desa definitif dengan ibukota kecamatan
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.17.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 20
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 3.17. Nama Ibukota Kecamatan.

No. Nama Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan Ibukota Kecamatan

1 Lintang Kanan 16 Babatan

2 Pasemah Air Keruh 15 Nanjungan

3 Ulu Musi 14 Pd. Tepong

Sistem dan struktur masyarakat pada saat ini telah mengikuti


sistem yang berlaku secara nasional yaitu Pemerintahan Desa. Desa
adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan,
yang dipimpin oleh Kepala Desa. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Desa adalah wilayah yang ditempati sejumlah penduduk dan
merupakan organisasi pemerintahan terendah. Wilayah desa terdiri atas
beberapa dusun. Dusun terdiri atas beberapa Rukun Warga (RW). RW
sendiri terdiri atas beberapa Rukun Tetangga (RT). Penyelenggaraan
pemerintahan desa dilakukan oleh :
1. Kepala Desa
Kepala Desa adalah Kepala Pemerintahan Desa yang dipilih langsung
oleh peduduk desa untuk masa jabatan 6 tahun melalui pemilihan kepala
desa atau disingkat pilkades. Kepala desa dapat dipilih satu kali lagi untuk
masa jabatan berikutnya. Kepala desa bertanggung jawab dalam bidang
pembangunan dan kemasyarakatan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 Pasal 14 s.d. 15 dengan tegas dijelaskan mengenai tugas,

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 21
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

kewenangan, kewajiban, dan hak kepala desa. Tugas kepala desa antara
lain menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan. Kewenangan kepala desa antara lain memimpin
penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala desa
mempunyai tugas dan tanggung jawab, di antaranya:
a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa;
b. membina perekonomian desa;
c. membina kehidupan masyarakat desa;
d. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;
e. mendamaikan perselisihan yang terjadi pada masyarakat di desa;
f. mewakili desanya baik di dalam dan di luar pengadilan dan dapat
menunjuk kuasa hukumnya.
2. Pamong/Perangkat Desa
Perangkat desa membantu kepala desa di dalam sistem pemerintahan
desa dan dapat terdiri atas unsur staf, unsur pelaksana, dan unsur
wilayah.
a. Unsur staf, yaitu unsur pelayanan seperti sekretariat dan tata
usaha.
b. Unsur pelaksana, yaitu unsur pelaksana teknis lapangan seperti
urusan pamong tani desa dan urusan keamanan.
c. Unsur wilayah, yaitu unsur pembantu kepala desa di wilayah bagian
desa, seperti kepala dusun, yang jumlahnya dan sebutannya sesuai
kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya yang dibantu beberapa staf seperti kepala
urusan (kaur), pelaksana teknis lapangan, dan unsur kewilayahan.
Pamong desa atau perangkat terdiri atas : Sekretaris Desa (Sekdes) atau
Carik, Kepala Urusan (Kaur), Kepala dusun atau kebayan.
a. Sekretaris Desa (Sekdes/Carik)

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 22
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Sekretaris desa merupakan unsur/staf yang membantu kepala desa.


Sekretaris desa bertugas di bidang administrasi, memberikan
pelayanan teknis administrasi kepala seluruh perangkat desa, dan
pelayanan umum. Sekretaris desa diangkat oleh sekretaris daerah
kabupaten/kota atas nama bupati/walikota.
b. Kepala Urusan (Kaur)
Penetapan kepala urusan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya ada
kepala urusan pemerintahan, kepala urusan pembangunan, kepala
urusan keuangan, kepala urusan kemasyarakatan, dan kepala
urusan umum. Tiap-tiap kepala urusan bertugas sesuai dengan
bidang masing-masing. Tugas utama kepala urusan adalah
membantu sekretaris desa.
c. Kepala dusun atau Kebayanan
Kepala dusun adalah pelaksana tugas kepala desa di wilayah dusun.
Kepala dusun melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pembangunan dan kemasyarakatan di wilayah kerjanya.
3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sejajar dan menjadi
mitra kerja pemerintah desa. BPD terdiri atas ketua, wakil ketua, dan
sekretaris serta anggota yang dipilih atas dasar musyawarah. BPD adalah
badan perwakilan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada
di Desa, yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan
desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD
adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan
cara musyawarah dan mufakat, dengan masa jabatan 6 tahun dan dapat
dipilih kembali satu kali masa jabatan berikutnya :
a. menetapkan peraturan desa bersama kepala desa,
b. menyelenggarakan pemilihan kepala desa dan perangkat desa,

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 23
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

c. melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah


desa

Gambar 3.4. Bagan Sistem Pemerintahan Desa

Struktur masyarakat ditandai adanya perbedaan posisi sosial antar


individu di dalam masyarakat. Terdapat tiga dimensi dimana suatu
masyarakat terbagi dalam suatu susunan dan stratifikasi, yaitu kelas,
status dan kekuasaan seperti yang disampaikan oleh ahli sosiologi Max
Weber (Beteille, 1970). Kelas dalam pandangan Weber merupakan
sekelompok orang yang menempati kedudukan sama dalam proses
produksi, distribusi, maupun perdagangan. Menurut Weber dan Marx kelas
tidak hanya didasarkan pada penguasaan modal, namun juga meliputi
kesempatan dalam meraih keuntungan dalam pasar komoditas dan tenaga
kerja.
Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki identitas
sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu, serta
mengembangkan norma-norma yang harus dipatuhi oleh para
anggotanya. Dikatakan sabagai masyarakat tersendiri, jika terdapat
interakasi yang lebih besar di antara anggota dibandingkan interakasi
dengan penduduk luar.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 24
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Struktur masyarakat ditandai oleh dua cirinya yaitu secara


horizontal dan vertikal. Secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan
adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku
bangsa, perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan.
Perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat
dan kedaerahan sering kali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia
yang bersifat majemuk.
Dilihat dari strukturnya, masyarakat desa sekitar kawasan KPHL
Unit X Bukit Dingin secara horisontal adalah homogen karena di dominasi
suku Pasemah meskipun suku lainnya ada tapi dalam jumlah yang sedikit.
Kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, dan adat
istiadat tidak begitu jelas terlihat. Dari data yang ada sekitar 88,60 %
penduduknya adalah Suku Lintang, dengan agama mayoritas adalah
agama Islam, adat istiadatnya merupakan adat Lintang, dan bahasa
sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Indonesia, meskipun bahasa
daerah juga sering digunakan sebagai bahasa pengantar diantara sesama
warga yang sesuku.
Struktur masyarakat yang paling berpengaruh adalah golongan
ulama (ahli agama) dan golongan pegawai/perangkat desa. Mereka ini
yang paling dihormati dan didengar omongannya oleh masyarakat pada
umumnya. Dalam kaitannya dengan program-program kehutanan
hendaknya memanfaatkan mereka agar bisa diterima oleh masyarakat.
Dengan kondisi sosial masyarakat yang relatif heterogen merupakan
modal positif dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat.
Jumlah penduduk secara keseluruhan dari 8 (delapan) desa contoh
tercatat 19.448 jiwa yang terdiri dari 10.142 jiwa laki-laki dan 9.306 jiwa
perempuan.

C. Ketenagakerjaan

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 25
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Mata pencaharian pokok masyarakat yang berada di sekitar dan di


dalam kawasan KPHL Unit X Bukit Dingin adalah berkebun dengan
tanaman utama kopi, karet, dan sebagian bertani padi sawah tadah hujan.
Irigasi sebagai sumber utama pemasok air untuk kebutuhan pencetakan
sawah permanen yang bisa di tanami sepanjang tahun, belum bisa
menjangkau seluruh areal persawahan di daerah ini.
Hasil panen rata-rata kopi per hektarnya ± 1.000 kg per tahun
dengan harga jual berkisar antara Rp.19.500,- (sembilan belas ribu lima
ratus rupiah) – Rp.21.000,- (dua puluh satu ribu rupiah) per kilogram.
Jika rata-rata kepala keluarga memiliki 1,5 (satu koma lima) hektar kebun,
maka pendapatan rata-rata per Kepala Keluarga adalah berkisar antara
Rp. 29.500.000,- (dua puluh sembilan juta lima ratus ribu rupiah) – Rp.
31.500.000 (tiga puluh satu juta lima ratus ribu rupiah) per tahun. Disela
panen raya sekali setahun tanaman kopi juga mengalami panen yang
disebut panen sela dengan hasil ± 10 % dari panen raya. Diluar musim
panen kopi sebagian penduduk ada yang menjadi buruh untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Makanan pokok penduduk adalah beras. Bagi yang memiliki sawah,
maka padi hasil panen akan disimpan untuk kebutuhan hidup selama
setahun. Yang tidak memiliki sawah sendiri maka harus membeli beras.
Harga beras berkisar antara Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) hingga Rp.
11.000,- (sebelas ribu rupiah) per Kilogram. Rata-rata pengeluaran
penduduk untuk keperluan rutin hidup sehari-hari berkisar antara Rp.
2.750.000,- (dua juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan
Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) per bulannya.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat merupakan gambaran dari
kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Hal tersebut dikatakan karena
masyarakat yang sejahtera merupakan hasil dari kondisi sosial ekonomi
yang cukup baik dan mapan.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 26
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Keberhasilan pengelolaan hutan (KPHL Unit X Bukit Dingin) tidak


terlepas dari sikap dan dukungan masyarakat. Pemahaman problem
sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan sangat diperlukan
sebagai salah satu pertimbangan dalam mengelola hutan tersebut.
Inventarisasi sosial, ekonomi dan budaya ini bertujuan untuk
mendapatkan penjelasan mengenai problem sosial ekonomi masyarakat
sekitar kawasan hutan, tingkat ketergantungan masyarakat terhadap
kawasan hutan dan kontribusi pendapatan dari tamanan yang ada atau
dibudidayakan terhadap total pendapatan petani.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey dengan
mewawancarai 80 responden yang dipilih secara acak. Data dianalisis
secara deskriptif kualitatif. Hasil inventarisasi menunjukkan problem sosial
ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan lindung di wilayah KPHL Unit
X Bukit Dingin adalah rendahnya tingkat pendidikan, tingginya jumlah
tanggungan keluarga, keterlibatan masyarakat dalam kelompok masih
rendah, proses capacity building berjalan lambat, dan rendahnya
pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian
besar masyarakat masih hidup dibawah garis kemiskinan dengan tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan masih sangat tinggi,
sementara kontribusi pendapatan dari tanaman yang diusahakan masih
cukup rendah. Diperlukan peningkatan kegiatan pendampingan,
penyuluhan dan pelatihan untuk meningkatkan pola pikir, pengetahuan,
dan keterampilan masyarakat sehingga dapat mengurangi
ketergantungannya terhadap kawasan hutan.
Pengelola KPHL Unit X Bukit Dingin perlu penanganan khusus
dengan menjalin komunikasi, koordinasi dan kerjasama dengan berbagai
pihak dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat serta
merumuskan model pengelolaan KPHL Unit X Bukit Dingin yang efektif dan
efisien.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 27
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Mata pencaharian utama masyarakat di desa contoh sebagian besar


bertani (kebun dan sawah). Sebagian lainnya adalah pegawai, pedagang,
pengrajin, dan buruh. Tabel 3.18 menunjukkan mata pencaharian
penduduk di desa contoh.

Tabel 3.18 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa


Contoh

Mata Pencaria n

Pegawai/Pensiunan (PNS, Swasta)

Jasa (Angkutan, Tukang)


Pengrajin/Industri Kecil
Pemungut Hasil Hutan
Petani (sawah,kebun)

Menangkap Ikan

No Desa
Pedagang

Buruh, dll

1 Lesung Batu 210 - 11 3 10 - 2 30


2 Nibung 173 - - 23 5 2 - -
3 Tanjung Beringin 577 0 4 6 25 2 6 52
4 Talang Padang 430 0 3 5 8 2 5 78
5 Muara Rungga 210 - 11 3 10 - 2 30
6 Talang Randai 200 - - 1 - - - 58
7 Air Kelinsar 1.211 - - 8 30 - 25 4.007
8 Air Mayan 1.320 - - 30 9 2 30 2.282

Sumber : Data Sekunder masing-masing Desa Yang Disurvei, 2017

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 28
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Mata pencaharian pokok sebagian besar penduduk di desa-desa


sekitar kawasan KPHL Unit X Bukit Dingin adalah petani sawah, dan
berkebun kopi. Sedangkan sebagian lainnya adalah bergerak pada sektor
perdagangan, dan buruh. Namun demikian, masih terdapat ketimpangan
data sekunder (data Desa) yang kurang lengkap sehingga terjadi selisih
antara jumlah penduduk usia kerja/produktif dengan mata
pencahariannya.

3.5. Kondisi Sosial Budaya


A. Kecamatan dan Desa
Berikut akan disajikan sejarah desa, permukiman dan tata guna
lahan masing-masing desa contoh.
1. Lesung Batu
Berdasarkan cerita rakyat, asal mula dari desa Lesung Batu berasal
dari Puyang Rio Tabuan yang berpenyakit gondok berkunjung ke desa
Manggilan. Konon disana dia bertemu dengan seorang gadis yang
berparas cantik jelita. Kemudian Puyang Rio Tabuan jatuh cinta
kepadanya, tapi cintanya ditolak karena Puyang Rio Tabuan berpenyakit
gondok. Karena cintanya ditolak maka Puyang Rio Tabuan pergi berguru
ke pulau Jawa. Selesai berguru Puyang Rio Tabuan ini kembali lagi ke
kampungnya dengan membawa sepotong bambu sakti sebagai hasilnya.
Dari kampungnya kemudian bambu sakti itu dihanyutkan oleh Puyang Rio
Tabuan ke sungai dan diambil oleh puteri cantik jelita yang kebetulan
sedang mandi di sungai itu. Setelah memegang bambu sakti itu perasaan
benci sang puteri terhadap Puyang Rio Tabuan langsung berubah jadi
cinta. Singkat cerita akhirnya mereka pun menikah. Setelah menikah
mereka pergi merantau menyusuri sungai menggunakan perahu yang
berasal dari pohon Meranti besar yang dicabut oleh Puyang Rio Tabuan
dengan tangannya sendiri karena kesaktiannya. Dalam pelayarannya itu

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 29
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

mereka mendengar suara panggilan yang setelah dilihat berasal dari


sebuah batu berlubang yang berbentuk lesung. Di daerah inilah kemudia
Puyang Rio Tabuan dan isterinya menetap yang kemudian diberi nama
Lesung Batu.
Luas wilayah Desa Lesung Batu termasuk nomor 2 paling luas
setelah desa Babatan di wilayah kecamatan Lintang Kanan. Desa ini terdiri
dari 4 Dusun. Berdasarkan data kecamatan dalam angka yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Empat Lawang tahun
2017, luasnya 22,52 Km². Mayoritas penduduknya (80 %) adalah petani
kopi dan karet, sisanya pedagang. Sebagian besar penduduknya (91,20%)
adalah Suku Lintang.
Berdasarkan catatan data potensi Desa Lesung Batu, jumlah
penduduk adalah 3.148 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak
1.591 jiwa dan penduduk perempuan 1.557 jiwa. Rumah-rumah penduduk
sebagian besar sudah permanen dengan atap dari seng. Jaringan listrik
PLN sudah dapat dinikmati hampir seluruh masyarakat dan menyala
selama 24 jam.
Berdasarkan data dari buku potensi desa dan keterangan dari
masyarakat, lahan-lahan yang terdapat di Desa Lesung Batu berupa
kebun kopi, sawah tadah hujan, dan permukiman. Topografi wilayahnya
datar sampai bergelombang sedang dengan kemiringan 0 – 75 %. Tabel
3.19 menunjukkan penggunaan lahan di Desa Lesung Batu. Selanjutnya
Gambar 3.5 adalah jalan masuk menuju Desa Lesung Batu, Gambar 3.6
adalah Kantor Kepala Desa Lesung Batu, dan Gambar 3.19 adalah
Sebagian Areal Persawahan Desa Lesung Batu.

Tabel 3.19. Penggunaan Lahan Desa Lesung Batu


No Penggunaan Luas (Ha) Keterangan
Lahan
1. Permukiman 57

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 30
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

2. Persawahan 212
3. Perkebunan Rakyat 981
4. Rawa 38
5. Fasilitas Umum 1 Balai desa, sekolah, poskesdes
Jumlah 1.289
Sumber : Data Potensi Desa Lesung Batu, 2017

Gambar 3.5. Jalan masuk menuju Desa Lesung Batu

Gambar 3.6. Kantor Kepala Desa Lesung Batu

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 31
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Gambar 3.7. Sebagian Areal Persawahan Desa Lesung Batu


2. Nibung
Sekitar tahun 1918 cikal bakal desa Nibung sebelumnya hanya
merupakan talang yang letaknya diseberang sungai Nibung. Disepanjang
tepian sungai Nibung memang dahulunya banyak ditumbuhi pohon
Nibung, yang batangnya sering digunakan untuk bahan membuat rumah.
Berawal dari banyaknya pohon nibung di daerah inilah maka desa ini
akhirnya disebut desa Nibung. Sebagian besar penduduknya adalah suku
Lintang (85,11%). Jumlah total penduduknya 2.350 jiwa yang terdiri dari
1.200 jiwa laki-laki dan 1.150 jiwa perempuan. Jumlah kepala keluarga
(KK) sebanyak 552 KK. Desa Nibung ini terdiri dari 3 dusun, yaitu Dusun I
s/d Dusun III. Kondisi permukiman masyarakatnya cukup tertata rapih
dengan rumah-rumah yang pada umumnya sudah permanen (atap seng).
Mata pencaharian pokok mayoritas penduduknya adalah petani kopi
dan sawah. Luas penggunaan lahan di Desa Nibung dapat dilihat pada
Tabel 3.20. Selanjutnya Gambar 3. 8, Gambar 3.9 dan 3.10 menunjukkan
Kantor Kepala Desa, sarana ibadah (masjid) Desa Nibung, dan Kebun
Kelapa di Desa Nibung.

Tabel 3.20 Penggunaan Lahan di Desa Nibung


No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Keterangan

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 32
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

1. Permukiman 175
2. Persawahan 125
3. Perkebunan 272
4. Semak Belukar 20,2
5. Fasilitas Umum 1,2 Balai desa, sekolah, dan
TPU
Jumlah 493,4
Sumber : Data Potensi Desa Nibung, 2017

Gambar 3.8 Kantor Kepala Desa Nibung

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 33
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Gambar 3.9 Masjid Suhada Desa Nibung

Gambar 3.10 Kebun Kelapa Desa Nibung

3. Tanjung Beringin
Dahulu di desa Tanjung Beringin terdapat pohon beringin besar
yang terletak di beberapa sudut desa, salah satunya di dekat pemandian
air panas. Berawal dari sinilah asal usul nama desa tersebut sehingga desa
ini dinamakan desa Tanjung Beringin. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Kabupaten Empat Lawang tahun 2017, luas Desa Tanjung
beringin yaitu 9,89 Km2 dan terbagi ke dalam masing-masing penggunaan
lahan yang berupa pemukiman, perkebunan, persawahan, fasilitas umum,
dll.
Sebagian besar penduduknya adalah suku Pasemah. Jumlah total
penduduknya 833 jiwa yang terdiri dari 449 jiwa laki-laki dan 384 jiwa
perempuan. Desa Tanjung Beringin ini terdiri dari 3 dusun, yaitu Dusun I
s/d Dusun III. Kondisi permukiman masyarakatnya cukup tertata rapih
dengan rumah-rumah yang pada umumnya sudah permanen (atap seng).
Mata pencaharian pokok mayoritas penduduknya adalah petani
kopi, karet dan padi. Desa Tanjung Beringin merupakan salah satu desa
penghasil padi untuk kabupaten Empat Lawang. Sehingga kepala desa
melarang perkebunan kelapa sawit di wilayahnya, karena menurutnya

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 34
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

kelapa sawit dapat menurunkan kualitas tanah dan tingkat kesuburan


tanah. Luas penggunaan lahan di Desa Tanjung Beringin dapat dilihat
pada Tabel 3.21. Selanjutnya Gambar 3.11 dan Gambar 3.12
menunjukkan Kantor Kepala Desa dan sarana ibadah (masjid) Desa
Tanjung Beringin.

Tabel 3.21. Penggunaan Lahan di Desa Tanjung Beringin


No Penggunaan Luas (Ha) Keterangan
Lahan
1. Permukiman 148
2. Persawahan 683
3. Perkebunan 100
4. Pekarangan
5. Fasilitas Umum 5 TPU dan lain-lain
4. Semak Belukar 15
Jumlah 986,0
Sumber : Data Potensi Desa Tanjung Beringin, 2017

Gambar 3.11 Sarana jalan masuk menuju Desa Talang Padang

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 35
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Gambar 3.12 SD Negeri 08 Paiker di Desa Tanjung Beringin

4. Talang Padang
Asal usul desa Talang Padang adalah desa tua yang sebelumnya
berasal dari sebuah Padang yang kemudian berkembang seiring dengan
pertambahan penduduknya menjadi desa seperti sekarang. Desa Talang
Padang adalah desa lama yang mulai ditempati oleh beberapa orang sejak
tahun ±1930. Seiring berjalannya waktu, desa Talang Padang mulai
bertambah jumlah penduduknya, berangsur-angsur masyarakat luar desa
mulai menetap. Desa Talang Padang terdiri dari 4 (empat) dusun.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Empat Lawang tahun 2016,
hingga saat ini jumlah penduduk desa Talang Padang seluruhnya
berjumlah 3195 jiwa. Daerah Talang Padang ini dahulunya berupa
hamparan padang yang di kelilingi oleh bukit-bukit, sehingga disebut
“Talang Padang”. Desa Talang Padang ini desa terjauh dari ibukota. Saat
ini banyak penduduk setempat merupakan pendatang yang berasal dari
Bengkulu Selatan. Masyarakat setempat menggunakan bahasa bengkulu.
Desa ini terdiri dari 4 Dusun. Di desa ini terdapat danau yang bisa
dijadikan wisata yaitu Danau Sungai Are. Luas wilayah Desa Talang
Padang lebih luas jika dibandingkan dengan desa contoh lainnya.
Berdasarkan data kecamatan dalam angka yang dikeluarkan oleh Badan

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 36
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Pusat Statistik Kabupaten Empat Lawang tahun 2017, luasnya yaitu 11,86
Km². Mayoritas penduduknya (80 %) adalah petani kopi dan karet.
Berdasarkan catatan data potensi Desa Talang Padang, jumlah
penduduk menurut jenis kelaminnya yaitu laki-laki sebanyak 1698 jiwa
dan penduduk perempuan 1497 jiwa. Rumah-rumah penduduk sebagian
besar sudah permanen dengan atap dari seng. Jaringan listrik PLN sudah
dapat dinikmati hampir seluruh masyarakat, namun hingga saat ini
seringkali mengalami mati listrik yang berkepanjangan. Mati listrik juga
mengganggu kelancaran komunikasi, karena jaringan terputus/tidak ada
sinyal saat listrik mati. Sehingga masih belum dapat dimanfaatkan secara
optimal.
Berdasarkan data dari buku potensi desa dan keterangan dari
masyarakat, lahan-lahan yang terdapat di Desa Talang Padang berupa
kebun kopi, kebun karet, sawah tadah hujan, dan permukiman. Topografi
wilayahnya datar sampai bergelombang sedang dengan kemiringan 0 – 75
%. Tabel 3.22 menunjukkan penggunaan lahan di Desa Talang Padang.
Selanjutnya Gambar 3.18 adalah jalan masuk menuju Desa Talang Padang
dan Gambar 3.14 adalah Masjid Darussalam di Desa Talang Padang.

Gambar 3.13. Sarana jalan masuk menuju Desa Talang Padang

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 37
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 3.22. Penggunaan Lahan Desa Talang Padang


No Penggunaan Luas (Ha) Keterangan
Lahan
1. Permukiman 320
2. Persawahan 630
3. Perkebunan 160,5
4. Pekarangan 60
5. Semak Belukar 10 Pemakaman
6. Fasilitas Umum 5,5 Pemakaman
Jumlah 1186,0
Sumber : Data Potensi Desa Talang Padang, 2017

Gambar 3.14. Potensi Obyek Wisata Danau Sungai Are di Desa Talang
Padang

5. Desa Muara Rungga


Desa Muara Rungga adalah salah satu desa tertua di Kecamatan
Pasemah Air Keruh. Awal mula terbentuknya Desa Muara Rungga berawal
dari beberapa orang daerah Tanjung Sakti dan orang Pagar Alam yang
membuka lahan dan mendirikan Talang/kelompok permukiman di atas
lahan perkebunan mereka. Seiring berjalannya waktu meningkatnya
populasi manusia, maka talang tersebut menjadi Dusun. Setelah adanya
pemekaran Kabupaten Empat Lawang dan ditunjuknya Kecamatan
Pasemah Air Keruh sebagai Kecamatan yang tetap, maka Dusun Muara

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 38
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Rungga tersebut berubah menjadi Desa yang di Pimpin seorang Kepala


Desa.

Gambar 3.15. Susunan Organisasi Pemerintah Desa Muara Rungga

Luas wilayah Desa Muara Rungga yaitu 9,86 km2 dengan jumlah
penduduk mencapai 594 jiwa, dengan kepadatan penduduk 60 jiwa/km2.
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, jumlah laki-laki lebih
banyak yaitu 317 jiwa atau 53,37% dibandingkan jumlah perempuan yaitu
sebesar 277 jiwa atau 46,63% maka dari itu sex ratio Desa Muara Rungga
sebesar 114,44.
Wilayah Desa Muara Rungga yang di kelilingi oleh perbukitan
berada pada ketinggian 280 mdpl. Sebagian besar wilayah Desa Muara
Rungga adalah hamparan dengan bentuk permukaan bergelombang
sampai berbukit. Sebagian besar keadaan tanah di Desa Muara Rungga
berasal dari jenis litosol.
Permukiman masyarakat di Desa Muara Rungga awal mulanya
berpola tersebar (dispersed) dikarenakan pembangunannya di kawasan
yang luas dan bertanah kering yang menyebar dan agak renggang satu
sama lain. Dengan berkembangnya pembangunan, maka dewasa ini
permukiman penduduk di Desa Muara Rungga berpola memanjang
(linear). Pola ini memiliki ciri berupa deretan pemukiman memanjang yang

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 39
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

letaknya di kanan-kiri jalan. Jalan raya menjadi sarana yang membantu


gerak pertumbuhan ekonomi penduduk.

Gambar 3.16. Cuplikan pola permukiman Desa Muara Rungga dilihat dari
Google Earth

Mata pencaharian utama penduduk Desa Muara Rungga adalah di


bidang pertanian. Prosentase profesi petani menduduki peringkat tertinggi
yaitu sebesar 89,77% dan terkecil bermatapencaharian di bidang jasa
yaitu sebesar 0,76%. Sebagian besar jenis tanaman pertanian yang
dikembangkan oleh para petani adalah tanaman perkebunan yaitu kopi.
Kopi merupakan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi topografi,
curah hujan, dan suhu udara di Desa Muara Rungga. Selain berkebun
kopi, para penduduk juga bertani sawah dengan hasil pertaniannya
berupa padi yang dengan masa panen sekali per tahun.
Berdasarkan data sekunder hasil survei, penggunaan lahan di Desa
Muara Rungga belum bisa digambarkan secara terperinci di karenakan ada
beberapa ada yang tidak ada datanya.

Tabel 3.23. Penggunaan Lahan Desa Muara Rungga


No Penggunaan Luas (Ha) Keterangan
Lahan
1. Permukiman 19,5

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 40
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

2. Persawahan 94,8
3. Perkebunan - Tidak ada data
4. Pekarangan - Tidak ada data
5. Fasilitas Umum 5,0 TPU dan lain-lain
4. Semak Belukar 15,0
Jumlah 144,3
Sumber: Data Sekunder masing-masing Desa Yang Disurvei, 2018

6. Desa Talang Randai


Desa Talang Randai adalah termasuk desa yang berusia tua, dan
sebagian besar yang mendiami desa tersebut yaitu suku
Pasemah/Basemah sebagai penduduk asli. Nenek moyang berasal dari
daerah Tanjung Sakti yang membuka lahan di daerah tersebut. Awal mula
kelopok permukiman berbentuk Talang, seiring berjalannya waktu serta
meningkatnya populasi maka jadilah sebuah Dusun. Sekarang ini Desa
Talang Randai bersifat Definitif/Tetap yang di kepalai oleh Kepala Desa
sebagai Kepala Administrasi yang bersifat dipilih oleh penduduk desa.
Luas wilayah Desa Talang Randai mencapai 8.86 km2 dengan
jumlah penduduk 374 jiwa dan kepadatan penduduk 42 jiwa/km2.
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 203 jiwa atau 54,28% dan perempuan
sebanyak 171 jiwa atau 45,72% dengan sex ratio sebesar 118,71.
Wilayah Desa Talang Randai yang di kelilingi oleh perbukitan
berada pada ketinggian 278 mdpl. Sebagian besar wilayah Desa Talang
Randai adalah hamparan dengan bentuk permukaan bergelombang
sampai berbukit. Sebagian besar keadaan tanah di Desa Talang Randai
berasal dari jenis litosol.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 41
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Gambar 3.17. Cuplikan pola permukiman dan penutupan lahan Desa


Talang Randai dilihat dari Google Earth

Permukiman masyarakat di Desa Talang Randai awal mulanya


berpola tersebar (dispersed) dikarenakan pembangunannya di kawasan
yang luas dan bertanah kering yang menyebar dan agak renggang satu
sama lain. Dengan berkembangnya pembangunan, maka dewasa ini
permukiman penduduk di Desa Talang Randai berpola memanjang
(linear). Pola ini memiliki ciri berupa deretan pemukiman memanjang yang
letaknya di kanan-kiri jalan. Jalan raya menjadi sarana yang membantu
gerak pertumbuhan ekonomi penduduk.
Mata pencaharian utama penduduk Desa Talang Randai adalah di
bidang pertanian. Prosentase profesi petani menduduki peringkat tertinggi
yaitu sebesar 85,16% dan terkecil berprofesi jasa dan pegawai sebesar
3,8 %. Sebagian besar jenis tanaman pertanian yang dikembangkan oleh
para petani adalah tanaman perkebunan yaitu kopi. Kopi merupakan jenis
tanaman yang sesuai dengan kondisi topografi, curah hujan, dan suhu
udara di Desa Talang Randai.

Tabel 3.24. Penggunaan Lahan Desa Talang Randai


No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Keterangan
1. Permukiman 34,5
2. Persawahan 235,9

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 42
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

3. Perkebunan 160,5
4. Pekarangan 20
5. Semak Belukar 7 Pemakaman
6. Fasilitas Umum 5,5 Pemakaman
Jumlah 473,4
Sumber: Data Sekunder masing-masing Desa Yang Disurvei, 2018

7. Air Kelinsar
Desa Air Kelinsar adalah desa lama yang pada mulanya berupa
talang yang disebut talang Air kelinsar kemudian melebar dan melebar
menadi sebuah desa yang berdiri pada tahun 1952 yang mulanya di huni
sekitar 26 Kepala Keluarga. Mulai tahun 1970 berangsur-angsur
bertambah hingga seperti sekarang. Daerah Air Kelinsar ini mulanya terdiri
dari dua dusun kemudian bertambah lagihingga saat ini menjadi 4 dusun.
Desa Air Kelinsar ini diapit oleh 3 desa yaitu sebalah timur Desa Batu
Lintang dan sebelah Selatan diapit oleh Desa Talang Jara dan Desa Air
Mayan kemudian sebalah Barat dan Timur berbatasan dengan Kabupaten
Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu. Sebagian besar penduduknya adalah
Suku Mana dan suku Jawa . Desa ini terdiri dari 4 Dusun. Luas wilayah
Desa Air kelinsar termasuk paling luas di kecamatan Ulu Musi.
Berdasarkan data kecamatan dalam angka yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik Kabupaten Empat Lawang tahun 2017, luasnya hanya
42,86 Km². Mayoritas penduduknya (80 %) adalah petani kopi dan karet,
sisanya pedagang.
Berdasarkan catatan data potensi Desa Air Kelinsar, jumlah
penduduk adalah 5.281 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak
2.753 jiwa dan penduduk perempuan 2.528 jiwa. Rumah-rumah penduduk
sebagian besar sudah permanen dengan atap dari seng. Jaringan listrik
PLN sudah dapat dinikmati hampir seluruh masyarakat dan menyala
selama 24 jam.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 43
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Berdasarkan data dari buku potensi desa dan keterangan dari


masyarakat, lahan-lahan yang terdapat di Desa Air Kelinsar berupa kebun
kopi, sawah, dan permukiman. Topografi wilayahnya datar, bergelombang
dan curam sedang dengan kemiringan 0 – 95 %. Tabel 4.1 menunjukkan
penggunaan lahan di Desa Air Kelinsar. Selanjutnya Gambar 4.14 adalah
kondisi jalan masuk menuju Desa Air Kelinsar dan Gambar 4.15 adalah
Kantor Kepala Desa Air Kelinsar

Tabel 3.25. Penggunaan Lahan Desa Air Kelinsar


No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Keterangan
1. Lahan Non Pertanian 3.176,0
2. Persawahan 187,0
3. Perkebunan Rakyat 918,0
4. Fasilitas Umum 5,0 Balai desa,
sekolah,
poskesdes
Jumlah 4.286,0
Sumber : Data Potensi Desa Air Kelinsar, 2017

Gambar 3.18 Kondisi jalan masuk menuju Desa Air Kelinsar

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 44
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Gambar 3.19 Kantor Kepala Desa Air Kelinsar

8. Air Mayan
Desa Air Mayan sebelumnya merupakan talang yang disebut Talang
Air Mayan yang dihuni sekitar 10 Kepala Keluarga kemudian seiring waktu
berkembang terus penghuninya hingga mencapai 100 kepala keluarga
pada Tahun 1930 menjadi desa perwakilan. Dan kemudian pada tahun
1950 dikukuhkan menjadi Desa Air Mayan. Sebagian besar penduduknya
adalah suku Pasemah, yang datang dari Tanjung Sakti. Jumlah total
penduduknya mencapai 1750 jiwa yang terdiri dari 886 jiwa laki-laki dan
864 jiwa perempuan. Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 436 KK.
Jumlah total penduduknya pada saat ini mencapai 3.673 jiwa yang
terdiri dari 1.931 jiwa laki-laki dan 1.742 jiwa perempuan. Jumlah kepala
keluarga (KK) sebanyak 918 KK. Desa Air Mayan ini terdiri dari 7 dusun,
yaitu Dusun I s/d Dusun VII. Kondisi permukiman masyarakatnya cukup
tertata rapih dengan rumah-rumah yang pada umumnya sudah permanen
(atap seng).
Mata pencaharian pokok mayoritas penduduknya adalah petani kopi
dan sawah. Luas penggunaan lahan di Desa Air Mayan dapat dilihat pada
Tabel 3.26. Selanjutnya Gambar 3.20 adalah jalan masuk menuju Desa Air
Mayan dan Gambar 3.26 adalah Masjid Baitul Rahman di Desa Air Mayan.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 45
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 3.26. Penggunaan Lahan di Desa Air Mayan


No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Keterangan
1. Lahan Non Pertanian 1058,0
2. Persawahan 1050,0
3. Perkebunan 1250,0
4. Semak Belukar 20,2
5. Balai desa,
Fasilitas Umum 7,8
sekolah, dan TPU
Jumlah 3386,0
Sumber : Data Potensi Desa Sumber Karya, 2017

Gambar 3.20 Jalan Masik Menuju Desa Air Mayan

Gambar 3.21 Gambar Masjid Baitul Rahman di Desa Air Mayan

Seluruh desa dari delapan desa contoh adalah desa lama yang
sudah ada sejak jaman Belanda. Keberadaan desa-desa di sekitar

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 46
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

kawasan KPHL Unit X Bukit Dingin ini tentu membawa dampak terhadap
kelestarian kawasan hutannya. Kebutuhan akan lahan baik untuk
permukiman maupun perkebunan dan pertanian seiring dengan
pertambahan penduduk dapat dipastikan akan merambah kawasan KPHL
Unit X Bukit Dingin ini.
Kawasan Hutan Lindung Bukit Dingin ditata batas pada tahun 1997,
Berita Acara Tata Batasnya tanggal 27 September 1997 yang disahkan
oleh Kepala Badan Planologi Kehutanan a.n. Menteri Kehutanan tanggal
16 Oktober 2001 dan di tetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan nomor SK.3660/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 8 Mei 2014.
Interaksi masyarakat dan ketergantungannya dengan hutan masih
besar. Kebutuhan akan kayu untuk bangunan masih diambil dari dalam
kawasan hutan. Masih banyak ditemui masyarakat yang sehari-harinya
melakukan penebangan hutan dengan cara sembunyi-sembunyi.
Berdasarkan hasil survey lapangan dan hasil penafsiran Citra
Landsat 8 tahun 2017 yang di overlay-kan dengan Peta Kawasan Hutan
dan Konservasi perairan Provinsi Sumatera Selatan (Nomor
SK.454/MENLHK/SETJEN/PLA.2/6 /2016 tanggal 17 Juni 2016), diketahui
bahwa keadaan hutan di wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin hampir lebih
dari setengahnya telah habis dirambah oleh masyarakat. Sebagian besar
dari kawasan hutan tersebut telah berubah menjadi pertanian lahan
kering campur semak, belukar dan tanah terbuka.

B. Kelembagaan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat yang


Berpengaruh terhadap Hutan
Tatanan politik lokal dapat mempengaruhi gaya pengelolaan hutan.
Dengan adanya desentralisasi memungkinkan masyarakat lokal dan
pemerintah bisa berbagi kekuasaan dengan lebih baik, tetapi juga rentan
oleh tidak pastinya kekuasaan. Ketidakpastian tersebut merupakan bagian
dari sifat hubungan masyarakat setempat dengan negara.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 47
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Dengan adanya desentralisasi tersebut memungkinkan


pemerintahan desa memainkan peran yang lebih besar terutama dalam
pengelolaan hutan. Kebijakan-kebijakan baik di tingkat pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah memberikan peluang kepada masyarakat
untuk mengelola hutan. Sebagai contoh dengan adanya kebijakan
pengelolaan Hutan Desa (HD) menyebabkan makin meningkatnya minat
masyarakat untuk masuk ke dalam kawasan hutan, sehingga hal ini
menjadi perhatian khusus dari pemerintah dalam menyikapinya. Jangan
sampai program Hutan Desa dimanfaatkan oleh kepentingan-kepentigan
politik tertentu untuk mencapai kepentingan pribadi.
Kebijakan pemberian ijin pengelolaan hutan dalam bentuk hutan
tanaman rakyat dengan kawajiban membayar PSDH kepada pemerintah
adalah solusi terbaik bagi masyarakat yang sudah terlanjur menguasai
kawasan hutan. Masyarakat sudah tidak mungkin lagi untuk dikeluarkan
dari dalam kawasan karena akan menimbulkan gejolak sosial dan politik.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 80 responden masyarakat
Desa Lesung Batu dan Desa Nibung, Kecamatan Lintang Kanan, Desa
Tanjung Beringin, Desa Talang Padang, Desa Muara Rungga dan Desa
Talang Randai Kecamatan Pasmah Air Keruh, Desa Air Kelinsar dan Desa
Air Mayan Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Empat Lawang, diperoleh data
yang menyatakan bahwa jumlah lembaga formal/informal < 5 berfungsi
(34,5 %), jumlah lembaga formal/informal > 4 tidak berfungsi (55,5 %)
dan sisanya menyatakan tidak tahu (10 %). Dari data tersebut dapat
dijelaskan bahwa lembaga formal yang ada hanya BPD, namun sudah
beberapa tahun belakangan ini lembaga tersebut tidak berfungsi. Hal ini
disebabkan kurangnya sosialisasi ke masyarakat desa sehingga
masyarakat kurang merasakan manfaatnya. Disamping itu karena kondisi
ekonomi yang membuat masyarakat sibuk dengan urusan masing-masing.
Lembaga informal yang ada di desa seperti PKK, LKMD dan
kelompok tani yang berfungsi baik dalam proses penanaman,

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 48
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

pemeliharaan dan pemasaran. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 80


responden masyarakat, diperoleh data dan informasi bahwa dalam
pengambilan keputusan sebagian besar masyarakat menyerahkan
keputusan pada Kepala Desa (87%) dan sisanya pada Ketua Adat (13%).
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa dalam pemecahan
permasalahan yang terjadi antara sesama warga baik yang menyangkut
sengketa lahan ataupun lainnya yang menjadi penengah atau pengambil
keputusan adalah Kepala Desa sedangkan fungsi ketua adat hanya
menfasilitasi saja atau menjadi pendamping Kepala Desa.
Berdasarkan hasil wawancara tentang lembaga khusus yang
mengatur/terlibat aktif dalam perencanaan pengelolaan lingkungan hidup
baik hutan maupun pertanian di desa, sebagian besar responden (97,3%)
menyatakan belum memiliki. Dalam hal program
pembangunan/pembinaan yang pernah masuk desa, cukup banyak
khususnya di Desa Lesung Batu dan Desa Talang Padang. Desa ini juga
telah memiliki pasar permanen meskipun hanya digunakan sekali
seminggu ketika kalangan. Sebagian besar responden (93,5 %) sangat
mendukung setiap program pembangunan/pembinaan yang akan masuk
ke desa karena akan bermanfaat bagi kehidupan mereka, terutama
menyangkut keberadaan sumber daya alam dan lingkungan sehingga
membuat desa menjadi semakin maju dan berkembang.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dari
keikutsertaan sebagian masyarakat sebagai tenaga harian lepas pada
proyek pembangunan jaringan jalan, dan pembuatan jaringan listrik.

C. Persepsi Masyarakat Terhadap Kawasan Hutan.


Interaksi masyarakat dan ketergantungannya dengan hutan masih
besar. Kebutuhan akan kayu untuk bangunan masih diambil dari dalam
kawasan hutan. Masih banyak ditemui masyarakat yang sehari-harinya
melakukan penebangan hutan dengan cara sembunyi-sembunyi. Mayoritas

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 49
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

responden menyatakan bahwa tanah kawasan hutan yang mereka


miliki/kuasai adalah merupakan lahan yang diperoleh dengan cara
membuka sendiri dan sebagiannya dengan cara membeli/ganti rugi
kepada yang membuka lebih dulu.
Kawasan Hutan Lindung Bukit Dingin ditata batas pada tahun 1997,
Sesuai Berita Acara Tata Batas tanggal 27 September 1997 yang disahkan
oleh Kepala Badan Planologi Kehutanan a.n. Menteri Kehutanan tanggal
16 Oktober 2001 dan di tetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan nomor SK.3660/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 8 Mei 2014.
Interaksi masyarakat dan ketergantungannya dengan hutan masih
besar. Kebutuhan akan kayu untuk bangunan masih diambil dari dalam
kawasan hutan. Masih banyak ditemui masyarakat yang sehari-harinya
melakukan penebangan hutan dengan cara sembunyi-sembunyi.
Sebagian perambah yang berkebun di Hutan Lindung Bukit Dingin
bukan hanya penduduk dari 8 (delapan) desa contoh, akan tetapi ada
juga pendatang dari desa dan kecamatan lain. Jarak dari permukiman ke
batas kawasan Hutan Lindung Bukit Dingin ± 6-7 Km.
Mayoritas responden menyatakan bahwa tanah kawasan hutan
yang mereka miliki/kuasai adalah merupakan lahan yang diperoleh
dengan cara membeli/ganti rugi. Sedangkan penentuan batas-batas tanah
yang dimiliki/dikuasai adalah berdasarkan kesepakatan bersama. Adapun
tanda batas tanahnya berupa penanaman pohon dengan jenis pohon yang
spesifik atau penanaman pohon dengan jarak yang rapat.

D. Kebutuhan Lahan
Akses masyarakat terhadap sumber daya alam/sumber daya
produksi yang berupa sumber daya lahan agak susah karena jumlah lahan
yang tersedia terbatas sedangkan laju pertumbuhan penduduk desa
semakin berkembang dari tahun ke tahun demikian pula akses terhadap
sumber daya air juga mengalami kesulitan terutama di musim kemarau

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 50
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

karena hutan yang berfungsi sebagai pelindung tata air tidak lagi dapat
diandalkan karena kondisi hutannya sudah banyak yang gundul/terbuka
sehingga kemampuan menjaga keseimbangan lingkungan sangat
berkurang.
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, kebutuhan lahan baik
untuk permukiman maupun pertanian terus meningkat. Jumlah penduduk
secara keseluruhan dari 8 (delapan) desa contoh tercatat 19.448 jiwa
yang terdiri dari 10.142 jiwa laki-laki dan 9.306 jiwa perempuan. Dengan
laju pertumbuhan penduduk di dalam dan di sekitar KPHL Unit X Bukit
Dingin ini berkisar antara 6 s/d 7% per tahun, maka pertambahan
penduduk sebanyak 1.167 s/d 1.361 jiwa per tahunnya. Dari jumlah
pertambahan penduduk ini apabila per jiwa membutuhkan lahan 0,4 ha,
maka dibutuhkan lahan berkisar 467 s/d 547 ha per tahun. Dengan
demikian, dalam pemenuhan kebutuhan lahan tersebut akan berpotensi
menimbulkan konflik antara masyarakat dengan KPHL Unit X Bukit
Dingin.

E. Peluang/Dukungan terhadap Pengelolaan Hutan


Berdasarkan amanat Undang Undang Nomor 41 tahun 1999
tentang Kehutanan, bahwa pengelolaan hutan adalah di tingkat tapak.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 76 tahun 2010 telah menetapkan
Wilayah KPHL dan KPHP di Provinsi Sumatera Selatan menjadi 24 (dua
puluh empat) KPH dan kemudian ditekan menjadi 22 (dua puluh dua)
KPH. Salah satunya adalah KPHL Unit X Bukit Dingin yang berada di
Kabupaten Empat Lawang. Dengan terbentuknya KPHL Unit X Bukit
Dingin ini diharapkan pengelolaan hutan di Kabupaten Empat Lawang
menjadi lebih baik.
Masalah/hambatan yang dihadapi masyarakat dalam proses
produksi pertanian/perkebunan adalah tidak stabilnya harga jual biji kopi
di tingkat petani. Disaat panen raya harga jual kopi bisa jatuh sebaliknya

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 51
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

tinggi di saat kopi sedang sedikit. Kekurangan modal usaha juga menjadi
hambatan karena menurut pengakuan mereka pendapatan para petani
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja, jadi tidak
pernah ada kesempatan untuk menabung sebagai tambahan modal
usaha.
Masalah/hambatan yang dihadapi masyarakat ini bisa menjadi
peluang untuk mendapatkan dukungan terhadap pengelolaan hutan jika
pengelola KPH bisa memanfaatkan keberadaan sungai dan air terjun yang
ada di dalam kawasan hutan menjadi objek wisata. Pada blok
pemanfaatan pengelola KPH juga bisa mengajak investor untuk
membangun kerjasama yang saling menguntungkan bagi kedua belah
pihak dibidang perkebunan, pertanian dan pariwisata. Dalam rangka
pembangunan dan pengelolaannya tentu dibutuhkan tenaga kerja yang
pada gilirannya akan memberi kesempatan dan peluang usaha kepada
masyarakat yang berada disekitar hutan. Jika hal ini terwujud maka
masyarakat secara otomatis akan memberikan dukungan yang maksimal
terhadap pengelolaan hutannya.

F. Sarana dan Prasarana


1. Perekonomian
Sarana dan prasarana perekonomian di Desa Lesung Batu relatif
lebih lengkap jika dibandingkan dengan Desa Nibung. Desa Lesung Batu
sudah memiliki pasar permanen untuk melakukan transaksi jual beli
kebutuhan sehari-hari. Rumah makan, warung bakso, dan warung kopi
juga sudah ada. Meskipun aktifitas jual beli berlangsung setiap hari, akan
tetapi pasar kalangan hanya diadakan sekali dalam seminggu. Pada
umumnya disaat pasar kalangan itulah orang berbelanja kebutuhan
sehari-hari untuk keperluan selama seminggu karena disamping barang-
barangnya lebih lengkap harganya relatif lebih murah. Para pedagang dari
luar daerah banyak yang datang untuk berdagang pada saat pasar

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 52
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

kalangan tersebut. Desa Talang Padang, Desa Tanjung Beringin, Desa Air
Kelinsar, dan Desa Air Mayan sarana dan prasarana perekonomiannya
masih sangat terbatas. Pasar permanen belum ada. Tabel 3.27
menjelaskan sarana perekonomian yang terdapat di desa contoh.

Tabel 3.27. Sarana Perekonomian Yang Tersedia Di Desa Contoh

D e s a
No Sarana Perekonomian Lesung Tanjung Talang Muara Talang Air Air
Nibung
Batu Beringin Padang Rungga Randai Kelinsar Mayan

1 Pasar - 1 - - - - 1 1
2 Toko pakaian - 1 - - - - - 1
3 Toko bangunan, dll. - 1 2 - - - - 1
4 Warung/kios sembako 2 5 20 12 8 9 30 20

5 Warung Makan - 1 - - - - - 2

6 Penggilingan padi 5 1 8 6 3 1 5 10

7 Pedagang pengumpul 2 5 3 3 - - 1 5

8 Truk/mobil barang 3 4 7 1 5 1 - -

9 Mobil penumpang 2 4 4 3 3 5 18 20

10 Perahu motor/Ketinting - - - - - - - -

11 Listrik Desa - - ada ada - - - -

12 Listrik PLN ada ada ada ada ada ada ada ada

13 Listrik Perorangan - - - - - - - -
14 Bengkel - 1 3 2 - - 4 4

15 Kantor Pos/Pembantu - - - - - - - -

16 Salon - - - - 1 - - 2

17 Penjahit - 1 4 3 - - - -

18 Koperasi 1 1 - - - - - 1

Sumber : Data sekunder masing-masing Desa contoh 2017

2. Perhubungan.
Sarana dan prasarana untuk menjangkau ibukota kecamatan pada
desa contoh dari ibukota Kabupaten Empat Lawang melalui jalur darat,
jika ditempuh dengan kendaraan roda empat waktu tempuhnya bervariasi
antara 1 sampai 3 jam, tergantung jaraknya. Kondisi jalan cukup baik,
Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin
III- 53
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

meskipun turun naik dan berliku-liku dengan tikungan tajam. Angkutan


umum berupa minibus dari Tebing Tinggi ke ibukota kecamatan secara
reguler setiap hari ada. Dari Ibukota Kecamatan ke Desa contoh seluruh
jalan sudah di aspal. Waktu tempuh dari ibukota kecamatan ke desa
contoh bervariasi, tergantung jauh dekatnya jarak tempuh. Jarak tempuh
dari pusat desa sampai ke rumah-rumah responden adalah 300 Meter
sampai 1 Kilometer.
Sarana dan prasarana komunikasi yang terdapat di desa contoh
cukup memadai. Semua desa telah terjangkau oleh sinyal jaringan telpon
selular. Sedangkan sarana komunikasi lainnya berupa kantor pos hanya
tersedia di ibukota kecamatan. Masyarakat yang berada di desa contoh
bisa menikmati sarana informasi dan hiburan lainnya melalui televisi
menggunakan antena parabola. Tabel 3.28 menyajikan data sarana dan
prasarana yang tersedia pada masing-masing desa contoh.

Tabel 3.28 Sarana dan Prasarana Jalan yang tersedia pada masing-
masing desa contoh.

No Desa/Kelurahan Jln. Aspal/Beton Jembatan Angk. Umum

1 Lesung Batu √ - Ada


2 Nibung √ - Ada
3 Tanjung Beringin √ - Ada
4 Talang Padang √ - Ada
5 Muara Rungga √ 1 Ada
6 Talang Randai √ 1 Tdk ada
7 Air Kelinsar √ 1 Tdk ada
8 Air Mayan √ 2 Ada

3. Kesehatan

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 54
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Sarana dan prasarana kesehatan yang terdapat di desa contoh cukup


memadai, yaitu terdapat 1 (satu) puskesmas pembantu di semua desa.
Data selengkapnya seperti tersaji pada Tabel 3.29.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 55
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 3.29. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Contoh.


D e s a
No Sarana Kesehatan L. Tj. Talang Muara Talang Air Air
Nibung
Batu Beringin Padang Rungga Randai Kelinsar Mayan

1 Sarana :
- Poliklinik - - - - - - 1 -
- Puskesmas/Pustu - 1 1 1 1 1 1 1
- Praktek Bidan 1 1 1 1 1 1 - -
- Posyandu 1 1 1 1 1 1 2 -
2 Tenaga Medis :
- Dokter - 1 - - - - - -
- Dukun Bayi Terlatih - 3 1 2 2 2 1 4
- Bidan/Mantri - 1 1 1 1 1 2 -
- Perawat - - 1 1 - 2 - -
- Dukun Bayi
- - 1 1 2 4 - 21
Tradisional

Sumber : Monografi Masing-masing Desa yang disurvey tahun 2017

4. Air Bersih
Air bersih adalah merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan
manusia baik untuk mencuci, memasak, mandi dan terutama untuk
minum. Tabel 3.30 menyajikan sumber air bersih yang ada pada masing-
masing desa contoh.

Tabel 3.30 Sumber Air Bersih Pada Masing-Masing Desa Contoh.

No Desa/Kelurahan PAM Sumur M. Air Sungai


1 Lesung Batu - √ - -
2 Nibung - √ - -
3 Tanjung Beringin - √ √ -
4 Talang Padang - - √ -
5 Muara Rungga - √ - -
6 Talang Randai - √ - -
7 Air Kelinsar - √ - √
8 Air Mayan - √ √ -

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 56
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

5. Peribadatan
Sarana dan prasarana tempat peribadatan yang terdapat di desa
contoh adalah masjid dan musholla. Sarana dan prasarana tempat
peribadatan lainnya tidak ada, karena seluruh warga beragama Islam.
Tabel 3.31. menujukkan jumlah sarana peribadatan pada masing-masing
desa contoh.
Tabel 3.31. Jumlah Tempat Peribatan Di Desa Contoh.

Sarana Peribadatan
No Desa/Kelurahan
Masjid Musholla Gereja
1 Lesung Batu 1 - -
2 Nibung 2 3 -
3 Tanjung Beringin 5 - -
4 Talang Padang 4 - -
5 Muara Rungga 2 - -
6 Talang Randai 2 - -
7 Air Kelinsar 4 2 -
8 Air Mayan 8 2 -

Sumber : Monografi Masing-masing Desa Contoh tahun 2017.

6. Telekomunikasi
Sarana dan prasarana komunikasi yang terdapat di desa contoh
berupa kantor pos, warnet, telepon umum dan sinyal telepon seluler dapat
dilihat pada tabel 3.32 berikut.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 57
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 3.32 Sarana dan Prasarana Komunikasi yang terdapat pada Masing-
Masing Desa Desa Contoh.

Telp. Sinyal Telp.


No Desa/Kelurahan Warnet Kantor Pos
Umum Seluler
1 Lesung Batu - - - √
2 Nibung - - - √
Tanjung
3 - - -
Beringin √
4 Talang Padang - - - √
5 Muara Rungga - - - √
6 Talang Randai - - - √
7 Air Kelinsar - - - √
8 Air Mayan - - - √
Sumber : Monografi Masing-masing Desa Contoh tahun 2017.

7. Olah Raga dan Kesenian


Sarana dan prasarana tempat olah raga yang terdapat di desa
contoh adalah berupa olah raga bola Volly, sedangkan sarana dan
prasarana untuk kegiatan kesenian hanya terdapat di beberapa desa. Data
sarana olah raga dan seni selengkapnya tersaji pada Tabel 3.33

Tabel 3.33. Jumlah Fasilitas Olah raga dan Kesenian di Desa Contoh.
D e s a
Sarana
No Lsg Tanjung Talang Muara Talang Air Air
Perekonomian Nibung
Batu Beringin Padang Rungga Randai Kelinsar Mayan
Lapangan Sepak
1 - - 1 - 1 - 1 1
Bola
2 Lapangan Volley 1 1 2 2 1 1 1 2
Lapangan Bulu
3 1 - 1 1 - 1 1 2
Tangkis
4 Meja Tennis 1 - 3 2 - - - 3

5 Gedung Pertunjukan - - - - - - - -

6 Peralatan Kesenian - - - - - - - 1

7 Grup Kesenian 1 1 - - - - - 1

8 Lainnya - - - - - - - -

Sumber : Data Sekunder Masing-masing Desa Yang Disurvei, 2017

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 58
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

3.6. Posisi Areal Kerja dalam Tata Ruang Wilayah dan


Pembangunan Daerah
(Perlu update data dari RTRW bukit dingin)

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


III- 59
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

has

BAB IV INVENTARISASI HUTAN


4.1. Keadaan Hutan
4.1.1. Tipe Hutan
Hutan di wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin termasuk dalam kelompok
hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis adalah bioma berupa hutan yang selalu
basah atau lembab, yang dapat ditemui di wilayah sekitar khatulistiwa, yakni
kurang lebih pada lintang 23,5°Lintang Utara sampai dengan 23,5° Lintang
Selatan. Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe vegetasi hutan tertua
yang telah menutupi banyak wilayah di daerah tropis. Ekosistem hutan hujan
tropis terbentuk oleh vegetasi klimaks pada daerah dengan curah hujan 2.000–
11.000 mm per tahun, rata-rata temperatur 25°C dengan perbedaan temperatur
yang kecil sepanjang tahun, dan rata-rata kelembapan udara 80%. Berdasarkan
tutupan lahannya KPHL Unit X terbagi menjadi 7 kelas, yaitu: Hutan Lahan
Kering Primer, Hutan Lahan Kering Sekunder, Belukar, Pertanian Lahan Kering
Campur Semak, Sawah, Tubuh Aiir dan Tanah Terbuka.
Berdasarkan Peta Kelerengan Provinsi Sumatera Selatan Skala 1 :
500.000 dan pengamatan langsung di lapangan diketahui bahwa kawasan hutan
KPHL Unit X Bukit Dingin mempunyai topografi datar sampai bergelombang
sangat curam dengan kelerengan antara 8% sampai 100%. Sedangkan
berdasarkan data ketinggian dari permukaan laut, kawasan hutan KPHL Unit X
Bukit Dingin berada pada ketinggian antara 50 sampai dengan 2.000 meter dari
permukaan laut. Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, maka hutan di
wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin dikategorikan ke dalam hutan dataran rendah
(lowland forest) hingga hutan pegunungan rendah (sub-mountaine forest).
Hutan dataran rendah (lowland forest) adalah salah satu formasi hutan
tropika basah yang terbentuk di dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.200
mdpl. Salah satu cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya pada
ketinggian atap tajuk / kanopinya. Pepohonan dan tanah di hutan ini acapkali
tertutupi oleh lumut, yang tumbuh berlimpah-limpah. Sedangkan hutan
pegunungan rendah sub mountaine forest memberikan manfaat bagi masyarakat
yang hidup di gunung maupun yang tinggal di bawahnya. Hutan yang ada
merupakan sumber kehidupan. Dari hutan pegunungan, mereka memanfaatkan

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


IV- 1
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

tumbuhan dan hewan sebagai makanan, obat-obatan, kayu bakar, bahan


bangunan dan lain sebagainya. Selain itu masyarakat yang tinggal di bawahnya
membutuhkan hutan pegunungan yang lestari sebagai daerah tangkapan air atau
resapan air.

4.1.2. Keragaman Vegetasi


Wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin berpenutupan lahan berupa hutan dan
non hutan yang secara garis besar terdiri dari Hutan Lahan Kering Primer dan
sedikit Hutan Lahan Kering Sekunder, yang mencakup 30,85 % dari total luas
kawsan hutannya. Kegiatan inventarisasi hutan dalam rangka penyusunan
dokumen Tata Hutan ini dilakukan hanya pada areal yang berhutan yaitu Hutan
Lahan Kering Primer yang seluas +11.965,44 Ha atau 34,02% dari luas total
wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin yaitu 38.957,51. Berdasarkan hasil inventarisasi
yang dilakukan di wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin beberapa jenis yang
ditemukan antara lain Pasang (Quercus spp) sebanyak 47 batang atau 21,76%,
Gelam Tikus (S. retinodes V.SI.) sebanyak 43 batang atau 19,91%, Medang
(Cinamomum spp) sebanyak 34 batang atau 15,74%, Puspa sebanyak 26
batang atau 12,04% dan beberapa jenis flora lainnya.
Berdasarkan hasil penghitungan nilai Indeks Nilai Penting (INP), nilai INP
terbesar adalah jenis pohon Pasang (Quercus spp) sebesar 58,49%, Gelam Tikus
(S. retinodes V.SI.) sebesar 50,81%, Medang (Cinamomum spp) sebesar
46.00%, Puspa sebesar 36,97%, dan Rasamalo sebesar 12,46%. Pada
penutupan lahan berupa hutan primer jenis pasang merupakan jenis yang
mempunyai kesesuaian tempat tumbuh yang baik sehingga dapat mendominasi
daripada jenis yang lainnya

Tabel 4.1 Jenis tanaman berdasarkan tingkat INP



No ∑ DOMINAS BATAN KERAPATA
. JENIS LBDS I G N INP
1 Gelam Tikus 5.462 1.830 43 14.407 50.81
2 Medang 5.219 1.749 34 11.392 46.00
3 Pasang 7.071 2.369 47 15.747 58.49
4 Puspa 5.274 1.767 26 8.711 36.97

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


IV- 2
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Hasil inventarisasi tingkat keragaman jenis vegetasi hutan dari


berbagai tingkat semai, pancang, tiang dan pohon, maka diperoleh bahwa
jenis yang medominasi oleh pohon jenis Medang, Balam, Kelat, Jering,
Gelam Tikus, Pasang, Kemenyan, Punai, Puspa, Surian dll. Hasil
inventarisasi pada plot contoh dari tingkat pertumbuhan semai, pancang,
tiang dan pohon menunjukkan nilai yang sangat beragam dilihat dari jenis
pohonnya. Jumlah jenis pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di
KPHL Unit X Bukit Dingin yang telah ditemukan pada inventarisasi tersebut
adalah sebagai berikut:
 Tingkat Pohon: Pasang (47), Gelam Tikus (43), Medang (34), Puspa
(26) dll.
 Tingkat Tiang: Gelam Tikus (37), Medang (20), Pasang (16), Kemenyan
(5), Punai (5), Kayu Putih (4) dll.
 Tingkat Pancang: Medang (15), Pasang (10), Gelam Tikus (9), Kayu
Putih (8), Kemenyan (3), dll.
 Tingkat Semai: Gelam Tikus (30), Senalung (13), Pasang (7), Medang
(3), Kemenyan (3) dll.

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00 Gelam Tikus
50.00 Medang
40.00 Pasang
30.00 Puspa
20.00
10.00
0.00
INP (%) Tingkat INP (%) Tingkat INP (%) Tingkat INP (%) Tingkat
Pohon tiang pancang semai

Gambar 4.1 jenis tanaman dan indek penting vegetasi hutan yang ada di
wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


IV- 3
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Gambar di atas menunjukan jenis dan indek penting vegetasi hutan


yang ada di wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin. Dari ke empat jenis
tingkatan pohon, tiang pancang dan semai menunjukan jenis tanaman
gelam tikus yang mendominan di wilaya tersebut, kemudian disusul
dengan medang dan pasang.

4.1.3 Volume Tegakan


Berdasarkan hasil inventarisasi oleh tim KPHL Unit X Bukit Dingin untuk
potensi kayu yang ada di KPHL Unit X Bukit Dingin dapat dikatakan cukup tinggi.
Potensi kayu yang ada di KPHL Unit X Bukit Dingin yang berdiameter 20 cm ke
atas adalah 112,75 M³/ha dengan jumlah batang sebanyak 72 batang/ha.
Taksiran jumlah batang per hektar antara 58 – 91 batang dan volume per hektar
antara 56.87 – 176,63 m³/ha. jenis pohon yang ditemukan sebanyak 28 (dua
puluh delapan) jenis, diantaranya yaitu Pasang (Quercus spp) sebanyak 47
batang atau 21,76%, Gelam Tikus (S. retinodes V.SI.) sebanyak 43 batang atau
19,91%, Medang (Cinamomum spp) sebanyak 34 batang atau 15,74%, Puspa
sebanyak 26 batang atau 12,04%.

4.1.4 Potensi Jasa Lingkungan dan HHBK


Sumber daya hutan berupa potensi non kayu (rotan, damar dan bambu)
dalam wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin seluas 38.957,51 Ha hetar tersebut tidak
ditemukan. kecuali rotan dapat ditemukan dalam jumlah yg saangat sedikit (10
batang) sehingga tidak dapat dilakukan pengolahan data.
Di wilayah KPHL Unit X Bukit Dingin khususnya terdapat potensi jasa
lingkungan yaitu berupa air terjun Air panas dan kawasan Hutan Lindung Bukit
Dingin yang berbukit-bukit. Jalur pendakian ke Gunung Dempo melewati Desa
Sawah Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang. Jalur pendakian
tersebut sering dilewati pada saat malam pergantian tahun. Jalur ini dapat
ditempuh selama 6 jam dari Desa Sawah, dengan menggunakan sepeda motor
selama 1 jam dan berhenti di kebun kopi terakhir, selanjutnya perjalanan
dilanjutkan dengan berjalan kaki selama ±5 jam.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


IV- 4
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

BAB V PEMBAGIAN BLOK DAN PETAK


5.1. Pembagian Blok dan Kondisi Masing-Masing Blok
Berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang telah dilakukan,
diperoleh beberapa data dan informasi seperti, data potensi tegakan,
data sosial masyarakat dan data spasial yang diperoleh dari analisis
spasial menggunakan sistem informasi geografis (GIS) dari beberapa peta
tematik serta informasi penting lainnya mengenai potensi wilayah KPHL
Unit X Bukit Dingin Provinsi Sumatera Selatan. Data-data penting ini
digunakan sebagai dasar untuk membagi blok pengelolaan pada wilayah
KPHL Unit X Bukit Dingin Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan data
potensi tersebut maka blok pada KPHL ini dibagi menjadi 2 blok
pengelolaan sesuai dengan Tabel 5-1. Secara garis besar KPHL Unit X
Bukit Dingin terdiri dari Blok Inti dan Blok Pemanfaatan, namun
masing-masing mempunyai karakteristik dan kekhususan tersendiri,
sehingga secara rinci seluruhnya ada 2 blok.

Pembagian blok ini dilakukan dengan memperhatikan


karakteristik biofisik lahan di lapangan, kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitar, potensi sumberdaya alam dan keberadaan hak-hak
atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan.
Pembagian blok juga mempertimbangkan peta arahan pemanfaatan
sebagaimana diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat Nasional
(RKTN) atau Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP) dan fungsi
kawasan hutan. Secara teknis pembagian blok pada KPHL Unit X Bukit
Dingin didasarkan pada beberapa aspek, yaitu status perizinan, tipe
tutupan lahan, adanya pengelolaan dan penguasaan masyarakat.

Secara umum, dapat dilihat bahwa wilayah KPHL Unit X Bukit


Dingin Provinsi Sumatera Selatan didominasi oleh tutupan lahan
pertanian lahan kering campur semak dan hutan lahan kering
primer.Untuk tutupan lahan pertanian lahan kering sekunder dapat
diarahkan menjadi blok pemanfaatan baik pemanfaatan HHBK maupun
jasa lingkungan. Untuk tutupan hutan lahan kering primer diarahkan
untuk menjadi blok inti. Peta penataan blok areal KPHL Unit X Bukit
Dingin disajikan pada Gambar 5.1.
Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin
V- 1
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Gambar Error! No text of specified style in document.-1.


Peta penataan blok KPHL X Bukit Dingin

Untuk wilayah kecamatan pada masing-masing blok dapat dilihat


pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Luas wilayah kecamatan pada masing-masing blok


No Kecamatan Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Kec. Air Keruh 8.030,68 246,68 8.277,36
2 Kec. Muara Pinang 342,49 1.100,09 1.442,58
3 Kec. Pendopo 5.631,98 1.331,26 6.963,23
4 Kec. Ulu Musi 7.747,39 1.070,87 8.818,26
5 Kec.Lintang Kanan 5.237,65 8.218,42 13.456,07
Jumlah 26.990,18 11.967,33 38.957,51

Blok penataan di areal KPHL X Bukit Dingin terdiri dari beberapa blok
yang kemudian dibagi lagi menjad petak. Blok inti seluas 11.967,33 Ha
dengan 66 petak, dan blok pemanfaatan dengan luas 26.990,18 Ha yang
terdiri atas 154 petak. Deskripsi blok disajikan pada Tabel 5.2.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 2
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 5-2. Deskripsi blok penataan hutan KPHL X Bukit Dingin


No Blok Luas (Ha) Persentase Jumlah petak
1 Blok Pemanfaatan 26.990,18 69,28 154
2 Blok Inti 11.967,33 30,72 66
Jumlah 38.957,51 100,00 220

Tabel 5.3 memuat luas masing-masing DAS/SubDas pada blokk


inti dan pemanfaatan di KPHL Unit X Bukit Dingin. Pada Blok Inti, Sub
DAS Deras memiliki areal terluas yaitu 10.424,29 dan di blok
pemanfaatan seluas 9.025,01. Sedangkan pada blok pemanfaatan Sub
DAS Keruh terluas dengan luas 11.954,70 Ha.

Tabel 5.3 Luas DAS pada masing-masing blok


No Nama DAS/sub DAS Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Sub sub DAS Deras 9.025,01 10.424,29 19.449,31
2 Sub sub DAS Kema'ang 3.657,11 540,66 4.197,78
3 Sub sub DAS Keruh 11.954,70 1.002,37 12.957,07
4 Sub sub DAS Pacing 2.353,36 2.353,36
Jumlah 26.990,18 11.967,33 38.957,51

Kondisi tutupan lahan pada masing-masing blok disajikan pada


Tabel 5.4. Pada blok Inti didominasi oleh tutupan lahan hutan lahan
kering primer seluas 11.962,46 Ha, sedangkan pada blok pemanfaatan
didominasi oleh pertanian lahan kering campur semak seluas 18.637,80
Ha dan diikuti oleh semak belukar seluas 7.747,68 Ha.

Tabel 5.4 Luas Kondisi tutupan lahan pada masing-masing blok


No Tutupan Lahan Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Hutan lahan kering primer 587,40 11.375,06 11.962,46
2 Hutan sekunder 13,49 55,60 69,09
Pertanian lahan kering
3 campur 18.637,80 380,07 19.017,87
4 Sawah 1,41 1,41
5 Semak Belukar 7.747,68 38,25 7.785,93
6 Tanah Terbuka 2,41 111,90 114,31
7 Tubuh Air 6,45 6,45
Jumlah 26.990,18 11.967,33 38.957,51

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 3
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Kekritisan lahan pada masing-masing blok dapat dilihat pada


Tabel 5.5. Pada Blok Inti areal kekritisan terluas adalah dengan status
potensial kritis yaitu seluas 8.881,12 Ha dan pada blok pemanfaatan
didominasi oleh kelas kekritisan potensial kritis seluas 19.452,15 Ha.
Tabel 5.5 Luas Kekritisan lahan pada masing-masing blok
No Kekritisan Lahan Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Tidak Kritis 769,20 16,83 786,03
2 Potensial Kritis 19.452,15 8.881,12 28.333,26
3 Agak Kritis 4.447,14 2.862,88 7.310,02
4 Kritis 2.321,69 206,50 2.528,20
5 Sangat Kritis
Jumlah 26.990,18 11.967,33 38.957,51

Kemiringan lereng disajikan pada Tabel 5.6. Pada Blok inti


kemiringan lereng didominasi oleh kelas curam dan sangat cumram, dan
juga pada blok pemanfaatan didominasi dengan kelas curam dan sangat
curam.

Tabel 5.6 Luas Kondisi kemiringan lereng pada masing-masing blok


No Kemiringan Lereng Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Datar 157,79 11,24 169,03
2 Landai 859,41 55,38 914,79
3 Agak curam 3.295,91 1.275,88 4.571,79
4 Curam 9.354,09 3.872,60 13.226,70
5 Sangat curam 13.322,98 6.752,22 20.075,20
Jumlah 26.990,18 11.967,33 38.957,51

Formasi geologi pada blok inti dan pemanfaatan disajikan pada


Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Luas formasi geologi pada masing-masing blok
No Formasi Geologi Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Dempo Volcanics 1.647,44 3.196,15 4.843,58
2 Granite 24,44 317,69 342,13
3 Hulusimpang Formation 5.257,79 387,65 5.645,44
4 Quarternary Volcanic 20.060,52 8.065,84 28.126,36
Jumlah 26.990,18 11.967,33 38.957,51

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 4
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Jenis tanah pada blok inti dan pemanfaatan KPHL unit X Bukit dingin
disajikan pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Luas jenis tanah pada masing-masing blok
No Jenis Tanah Blok Pemanfaatan Blok Inti Luas (Ha)
1 Asosiasi Latosol Coklat & Litosol 5.181,01 718,87 5.899,89
Asosiasi Podzolik merah kuning
2 & Podzolik coklat kuning 814,81 1.082,28 1.897,09
Asosiasi Podosolik merah
3 kuning&Podsolik 8.818,00 10.166,18 18.984,18
4 Asosiasi Podsolik Coklat & Litosol 11.905,69 11.905,69
Asosiasi Podsolik Kuning&
5 Podsolik 270,68 270,68
Asosiasi Latosol Coklat & Litosol 26.990,18 11.967,33 38.957,51

5.1.1. Blok Inti

Blok Inti merupakan Blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata


air dan perlindungan lainnya serta sulit untuk dimanfaatkan. Kriteria
Blok ini antara lain: Kurang memiliki potensi jasa lingkungan, wisata
alam, potensi hasil hutan non kayu, dalam RKTN/RKTP/RKTK termasuk
dalam Kawasan untuk perlindungan Hutan Alam dan Lahan Gambut
atau untuk kawasan rehabilitasi. Pembagian petak disajikan pada Tabel
5.9.

5.1.2. Blok Pemanfaatan

Blok Pemanfaatan merupakan blok yang difungsikan sebagai


areal yang direncanakan untuk pemanfaatan terbatas sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan pemanfaatan hutan pada
kawasan hutan yang berfungsi Hutan Lindung (HL). Kriteria Blok ini
antara lain: Mempunyai potensi jasa lingkungan, wisata alam, potensi
hasil hutan non kayu. Peta blok pemanfaatan ini dapat dilihat pada
Gambar 5.3.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 5
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Gambar 5.3
Peta aksesibilitas dan potensi KPHL Unit X Bukit Dingin

Berdasarkan penggunaan dan penutupan lahan hasil penafsiran


citra satelit Landsat 8 yang dioverlay dengan peta pembagian blok, maka
diperoleh data luas penataan sesuai dengan penggunaan lahan ataupun
kondisi penutupan lahannya. Tabel 5.2 memuat luas masing-masing
blok berdasarkan konsisi penutupan ataupun penggunaan lahannya.
Tutupan lahan yang dominan dalam kawasan KPHL Bukit Dingin
adalah pertanian lahan kering campur semak. Untuk blok pemanfaatan
dapat dibuat pola kemitraan dengan masyarakat, mengingat masyarakat
telah melakukan aktiftitas pertanian di dalam kawasan KPHL.
Pembagian petak disajikan pada Tabel 5.10.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 6
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

5.1.7. Wilayah Tertentu


Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan
kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan
pemanfaatannya berada di luar areal ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan. Wilayah tertentu KPH adalah lokasi yang diperuntukkan
sebagai tempat bisnis KPH yang dikelola sendiri oleh pengelola KPH.
Untuk areal wilayah tertentu harus clear dari izin dan mempunyai
potensi untuk di kelola sebagai kegiatan bisnis yang menguntungkan.
Areal yang akan dijadikan lokasi bisnis KPH ini adalah sebagaimana
tergambar pada peta Gambar 5-10.
Penetapan wilayah tertentu KPH dengan mempertimbangkan
kondisi bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan: (1) kawasan belum
menjadi wilayah dengan beban izin yang sah; dan (2) belum atau tidak
dikuasai oleh masyarakal lokal baik untuk pertanian/perkebunan
maupun penggunaan lain. Penetapan wilayah tertentu tersebut selain
berdasarkan informasi masyarkat, data sekunder izin pemanfaatan juga
berdasarkan analisis citra satelit dimana tutupan lahan menjadi faktor
penentu penting.
Luas total areal blok wilayah tertentu KPHL X Bukit Dingin ini
adalah 2132,13 Ha dan terbagi dalam 16 petak pengelolaan yang
masing-masing dengan luasan bervariasi dari 146,39 ha sampai dengan
235,60 ha. Secara detil luas dan karakteristik masing-masing petak
disajikan pada Tabel 5-11.
Tabel 5.9. Luas wilayah tertentu berdasarkan petak KPHL Unit X Bukit
Dingin
No Petak Kelompok Luas
M014 ! 223,32
M015 1 218,92
M016 1 185,26
M068 2 209,96
M071 2 231,57
M072 2 164,32
M073 2 199,54
M113 3 154,33
M114 3 235,60
M115 3 146,39
M116 3 162,92
Jumlah 2.132,13

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 7
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 5. 10 Perincian karakteristik masing-masing petak pada Blok Inti

Petak Luas (Ha) Kecamatan Nama DAS Tanah Kemiringan Kekritisam Geologi Tutupan lahan
T01 96,93 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podmerkun & Podcokun Datar Potensial Kritis Dempo Volcanics Tanah Terbuka
T02 202,21 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podmerkun & Podcokun Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T03 224,68 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T04 205,32 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podmerkun & Podcokun Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T05 232,57 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T06 193,51 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podmerkun & Podcokun Agak curam Agak Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T07 181,24 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podmerkun & Podcokun Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T08 215,08 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T09 120,23 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T10 237,80 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T11 163,57 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T12 143,06 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T13 116,16 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T14 167,06 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T15 180,12 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T16 172,52 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T17 185,21 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T18 125,28 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Dempo Volcanics Hutan lahan kering primer
T19 180,36 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T20 137,76 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T21 139,63 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T22 173,41 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T23 154,33 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Datar Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T24 177,44 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 8
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Petak Luas (Ha) Kecamatan Nama DAS Tanah Kemiringan Kekritisam Geologi Tutupan lahan
T25 208,62 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T26 115,24 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T27 180,48 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T28 265,45 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T29 202,51 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T30 239,58 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T31 147,89 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T32 156,10 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T33 244,70 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T34 239,56 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T35 149,41 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T36 242,65 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Agak curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T37 206,72 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Agak curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T38 191,09 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T39 185,16 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T40 182,25 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T41 260,95 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T42 192,96 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T43 177,15 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T44 160,27 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T45 148,21 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T46 177,20 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T47 116,81 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T48 216,71 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T49 141,34 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 9
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Petak Luas (Ha) Kecamatan Nama DAS Tanah Kemiringan Kekritisam Geologi Tutupan lahan
T50 148,97 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Agak curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T51 173,72 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T52 168,04 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T53 158,27 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T54 203,13 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T55 202,70 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T56 191,29 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T57 159,93 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T58 201,79 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T59 214,77 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
Pertanian lahan kering
T60 180,57 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Kema'ang A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic campur
T61 162,17 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Kema'ang A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T62 208,58 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
T63 237,82 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Granite Hutan lahan kering primer
T64 247,53 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Granite Hutan lahan kering primer
T65 109,63 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Hulusimpang Formation Hutan lahan kering primer
Pertanian lahan kering
T66 123,90 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Hulusimpang Formation campur

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 10
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Tabel 5. 11. Perincian karakteristik masing-masing petak pada Blok Pemanfaatan

Petak Luas (Ha) Kecamatan Nama DAS Tanah Kemiringan Kekritisam Geologi Tutupan lahan
M001 109,73 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podmerkun & Podcokun Curam Kritis Dempo Volcanics Pertanian lahan kering campur
M002 255,37 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podmerkun & Podcokun Agak curam Kritis Dempo Volcanics Pertanian lahan kering campur
M003 161,02 Kec. Muara Pinang Sub sub DAS Deras A. Podmerkun & Podcokun Agak curam Kritis Dempo Volcanics Pertanian lahan kering campur
M004 142,42 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podmerkun & Podcokun Curam Kritis Dempo Volcanics Pertanian lahan kering campur
M005 177,10 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podmerkun & Podcokun Curam Kritis Dempo Volcanics Pertanian lahan kering campur
M006 152,56 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Kritis Dempo Volcanics Pertanian lahan kering campur
M007 195,32 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Kritis Dempo Volcanics Pertanian lahan kering campur
M008 106,88 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Kritis Dempo Volcanics Pertanian lahan kering campur
M009 122,05 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Kritis Dempo Volcanics Pertanian lahan kering campur
M010 112,28 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Kritis Dempo Volcanics Pertanian lahan kering campur
M011 153,47 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Kritis Dempo Volcanics Pertanian lahan kering campur
M012 121,83 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M013 139,86 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M014 223,32 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M015 218,92 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M016 185,26 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Agak curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M017 123,41 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M018 175,97 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M019 148,14 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M020 114,74 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
M021 149,87 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Hutan lahan kering primer
M022 134,64 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M023 111,92 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M024 116,88 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 11
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Petak Luas (Ha) Kecamatan Nama DAS Tanah Kemiringan Kekritisam Geologi Tutupan lahan
A. Podsolik Coklat &
M025 168,92 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M026 195,93 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M027 234,51 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M028 137,88 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M029 106,81 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M030 197,65 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M031 229,07 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M032 130,20 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M033 257,23 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M034 194,96 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M035 208,95 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M036 204,11 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M037 136,52 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Deras Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M038 226,57 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M039 218,63 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M040 267,82 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M041 213,20 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M042 246,16 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M043 245,51 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M044 196,30 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M045 155,18 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M046 204,58 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M047 168,20 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 12
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Petak Luas (Ha) Kecamatan Nama DAS Tanah Kemiringan Kekritisam Geologi Tutupan lahan
A. Podsolik Coklat &
M048 126,37 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M049 217,49 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M050 214,37 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M051 199,93 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M052 173,58 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M053 140,34 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M054 177,40 Kec. Pendopo Sub sub DAS Deras A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M055 210,98 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M056 201,26 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M057 168,23 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M058 231,24 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M060 146,96 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M061 117,90 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M062 150,72 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M063 201,53 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M064 224,67 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M065 252,54 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M066 230,46 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M067 187,69 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Kema'ang A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M068 209,96 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Kema'ang A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M069 167,00 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M070 169,40 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 13
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Petak Luas (Ha) Kecamatan Nama DAS Tanah Kemiringan Kekritisam Geologi Tutupan lahan
A. Podsolik Coklat &
M071 231,57 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M072 164,32 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M073 199,54 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M074 254,91 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M075 213,77 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M076 247,85 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M077 156,96 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Podosolik MK&Podsolik Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
Hulusimpang
M078 262,20 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M079 191,84 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
Hulusimpang
M080 164,31 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M081 180,68 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
M082 208,11 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Podosolik MK&Podsolik Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M083 195,80 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M084 146,57 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M085 169,63 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M086 159,21 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M087 263,40 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M088 140,33 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M089 260,93 Kec. Pendopo Sub sub DAS Kema'ang Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
Hulusimpang
M090 143,88 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Landai Potensial Kritis Formation Semak Belukar
Hulusimpang
M091 153,14 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Formation Pertanian lahan kering campur

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 14
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Petak Luas (Ha) Kecamatan Nama DAS Tanah Kemiringan Kekritisam Geologi Tutupan lahan
Hulusimpang
M092 166,41 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M093 202,64 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M094 163,91 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Agak curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M095 262,75 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M096 128,34 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M097 160,91 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M098 109,13 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat &
M099 190,38 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M100 181,31 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M101 232,98 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M102 202,69 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M103 144,87 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M104 162,36 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Pacing Litosol Curam Potensial Kritis Formation Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M105 170,86 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Landai Potensial Kritis Formation Semak Belukar
Hulusimpang
M106 151,72 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
Hulusimpang
M107 179,79 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
M108 138,93 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M109 255,03 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
Hulusimpang
M110 151,81 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M111 133,00 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 15
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Petak Luas (Ha) Kecamatan Nama DAS Tanah Kemiringan Kekritisam Geologi Tutupan lahan
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M112 170,56 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
M113 154,33 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M114 235,60 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M115 146,39 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M116 162,92 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M117 198,47 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M118 203,12 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
M119 251,96 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M120 256,36 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M121 190,33 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M122 168,82 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
M123 195,79 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Agak curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
M124 247,97 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Pertanian lahan kering campur
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M125 232,46 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
A. Podsolik Coklat & Hulusimpang
M126 207,88 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Formation Semak Belukar
M127 253,59 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M128 160,47 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M129 114,97 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M130 172,96 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M131 218,42 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M132 217,52 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M133 176,59 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 16
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

Petak Luas (Ha) Kecamatan Nama DAS Tanah Kemiringan Kekritisam Geologi Tutupan lahan
M134 143,12 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M135 130,98 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Tidak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M136 157,83 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M137 141,96 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M138 131,95 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M139 122,06 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Tidak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M140 138,58 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Tidak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M141 109,33 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M142 130,24 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M143 147,99 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Tidak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M144 103,11 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M145 109,17 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M146 135,68 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik
M147 110,56 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Kuning&Podsol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik
M148 107,70 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Kuning&Podsol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M149 108,69 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M150 109,67 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
A. Podsolik Coklat &
M151 122,81 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M152 158,42 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M153 123,66 Kec. Air Keruh Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Potensial Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar
M154 192,58 Kec. Ulu Musi Sub sub DAS Keruh A. Latosol Coklat & Litosol Curam Agak Kritis Quarternary Volcanic Semak Belukar

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


V- 17
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH II

BAB VI PENUTUP

Tata hutan merupakan kegiatan rancang bangun zonasi kawasan


hutan pada tingkat unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan
pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan
potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.
Kegiatan penataan hutan merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam merumuskan perencanaan pengelolaan hutan. Tata
hutan untuk pengelolaan KPH merupakan dokumen yang sangat penting
dalam upaya pengelolaan kawasan hutan karena dalam dokumen tata
hutan terdapat banyak informasi kunci yang dapat menjadi dasar
pengelolaan kawasan hutan secara berkelanjutan. Informasi yang
teramat penting tersebut antara lain batas luar kawasan yang
menentukan secara yuridis dan aktual wilayah kelola KPHL Unit X Bukit
Dingin peta pembagian blok dan petak yang memberikan arahan
pengelolaan dalam jangka pendek, menengah dan panjang dengan
memperhatikan status perizinan, kondisi tutupan vegetasi, kondisi fisik
kawasan, potensi flora dan fauna serta potensi–potensi lain seperti Hasil
Hutan Bukan Kayu.
Dalam dokumen tata hutan juga tergambar bagaimana interaksi
yang telah terbangun antara masyarakat dengan hutan. Pemberdayaan
masyarakat disekitar hutan merupakan salah satu faktor yang
mendorong keberhasilan pengelolaan hutan yang dilaksanakan oleh
KPHL Unit X Bukit Dingin.
Dokumen tata hutan yang telah disusun diharapkan dapat
menjadi informasi dasar bagi pengelola KPHP terutama pada tingkat
pengambil keputusan dalam merumuskan preskripsi tindakan
pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Dokumen tata hutan disarankan
selanjutnya dapat dilakukan updating sesuai dengan data terbaru yang
tersedia dan menjadi dasar bagi penyusunan rencana-rencana
pengelolaan KPH.

Tata Hutan KPHL UNIT X Bukit Dingin


IV- 1

Anda mungkin juga menyukai