Hutan
Menurut UU Kehutanan No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, ruang lingkup pengelolaan
hutan meliputi kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan
dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan
dan konservasi alam.
Pengelolaan Hutan pada kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi lebih berorientasi
pada bagaimana menjadikan ekosistem hutan tetap terjaga tanpa melakukan kegiatan
produksi atau penebangan pohon di dalam hutan. Sedangkan pengelolaan hutan produksi
berorientasi pada pemanfaatan hasil hutan dengan tetap melakukan kewajiban untuk
megembalikan ekosistem hutan tetap lestari.
Menurut UU Kehutanan No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, ruang lingkup pengelolaan
hutan meliputi kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan
dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan
dan konservasi alam.
Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan mencakup
pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang
terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar besarnya
bagi masyarakat secara lestari (Pasal 1 butir 1, Bab I tentang Ketentuan Umum, Peraturan
Pemerintah No.34 Tahun 2002).
Tata hutan dilaksanakan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk
memperoleh manfaat yang lebih besar (optimal) dan lestari. Tata hutan meliputi pembagian
kawasan hutan dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan
hutan. Blok-blok kawasan hutan dibagi pada petak-petak berdasarkan intensitas dan efisiensi
pengeloalaan. Berdasarkan blok-blok dan petak-petak tersebut disusun rencana pengelolaan
hutan untuk jangka waktu tertentu.
Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan hutan. Kegiatan tata
hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan hutan
dilaksanakan pada wilayah hutan dalam bentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan
Konservasi (KPHK), unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), unit atau
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Kegiatan demi kegiatan pengeloalaan ini
menjadi kewenangan pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah dan dapat dilimpahkan
oleh pemerintah kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang
kehutanan.
Pelaksanaan kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan dilakukan
pada setiap unit pengelolaan hutan di semua kawasan hutan yang meliputi :
a.Hutan konservasi yaitu kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi
pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa (binatang) serta ekosistemnya.
Hutan konservasi ini terdiri dari kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam
dan taman buru.
b.Hutan lindung yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsai pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Tata hutan pada hutan lindung
dilaksanakan pada setiap unit pengelolaan yang melakukan kegiatan penentuan batas-batas
hutan yang diatata, inventarisasi, identifikasi dan perisalahan kondisi kawasan hutan,
pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya di hutan danm sekitarnya, pembagian hutan ke
dalam blok-blok (blok perlindungan, blok pemanfaatan dan blok lainnya), registrasi dan
pengukuran serta pemetaan.
c.Hutan produksi yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil-
hasil hutan. Tata hutan pada hutan produksi memuat kegiatan penentuan batas hutan, yang
ditata, inventarisasi potensi dan kondisi hutan, perisalahan hutan, pembagian hutan ke dalam
blok-blok dan petak-petak, pemancangan tanda batas blok-blok dan petak-petak tersebut,
pembukaan wilayah dan sarana pengelolaan, registrasi dan pengukuran serta pemetaan.
Berdasarkan hasil penataan hutan pada setiap unit atau kesatuan pengelolaan hutan, maka
disusunlah rencana pengelolaan hutan. Perencanaan kehutanan dimaksudkan untuk
memberikan pedoman dan arah yang menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan
kehutanan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Perencanaan kehutanan dilaksanakan secara transparan, bertanggung jawab, partisipatif,
terpadu serta memperhatikan kekhasan dan aspirasi daerah.
a.inverntarisasi hutan.
e.penyusunan rencana kehutanan (Pasal 12, Bab IV tentang Perencanaan Kehutanan UUK).
a.Rencana pengelolaan hutan jangka panjang yang memuat rencana kegiatan secara makro
tentang pedoman arahan serta dasar-dasar pengelolaan hutan untuk mencapai tujuan
pengelolaan hutan dalam jangka waktu 20 tahun, disusun oleh instansi yang bertanggung
jawab dibidang kehutanan Propinsi dan disahkan oleh Menteri Kehutanan.
b.Rencana pengeloaan hutan jangka menengah memuat rencana yang berisi penjabaran
rencana pengelolaan hutan jangka menengah 5 tahun disusun oleh instansi yang bertanggung
jawab dibidang kehutanan Propinsi dan disahkan oleh Meneteri Kehutanan.
c.Rencana pengelolaan hutan jangka pendek memuat rencana operasional secara detail yang
merupakan penjabaran rencana pengelolaan hutan dalam jangka waktu 1 tahun yang disusun
oleh instansi yanmg bertanggung jawab dibidang kehutanan dan disahkan oleh Gubernur
(Pasal 14 ayat 1 dan 2, Bab II tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2002 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan).
Pemanfaatan hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan hutan, pemanfaatan jasa
lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta pemungutan hasil hutan
kayu dan bukan kayu secara optimal, berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat dengan
tetap menjaga kelestariannya. Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang
optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga
kelestariannya. Pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan
kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada taman nasional.
Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah segala bentuk usaha yang memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi
fungsi pokok hutan. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah segala bentuk usaha yang
memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan
hidup dan tidak mengurangi fungsi pokok hutan. Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau
bukan kayu adalah segala bentuk kegiatan untuk mengambil hasil berupa kayu dan/atau
bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan hidup dan tidak mengurangi fungsi pokok
hutan
a.reboisasi,
b.penghijauan,
c.pemeliharaan,
e.penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis dan
tidak produktif. Kegiatan rehabilitasi ini dilakukan disemua hutan dan kawasan hutan kecuali
cagar alam dan zona inti taman nasional (Pasal 41 Bab V tentang Pengelolaan Hutan UUK).
Rehabilitasi hutan dan lahan dilakukan secara bertahap, dalam upaya pemulihan serta
pengembangan fungsi sumber daya hutan dan lahan baik fungsi hutan pruduksi, hutan fungsi
lindung maupun hutan fungasi konservasi. Upaya meningkatkan daya dukung aserta
produktifitas hutan dan lahan dimaksudkan agar hutan dan lahan mampu berperan sebagai
sistem penyangga kehidupan termasuk konservasi tanah dan air dalam rangka pencegahan
banjir dan pencegahan erosi. Kegiatan reboisasi dan penghijauan merupakan bagian
rehabilitas hutan dan lahan, kegiatan reboisasi dilaksanakan di dalam kawasan hutan
sedangkan kegiatan penghijauan dilaksanakan di luar kawasan hutan.
Rehabilitasi hutan dan lahan diprioritaskan pada lahan kritis terutama yang terdapat dibagian
hulu daerah aliran sungai agar fungsi tata air serta pencegahan terhadap banjir dan kekeringan
dapat dipertahankan secara maksimal. Rehabilitasi hutan bakau dan hutan rawa perlu
mendapat perhatian yang sama sebagaimana pada hutan lainnya. Semetara pada hutan cagar
alam dan zona inti taman nasional tidak boleh dilakukan kegiatan rehabilitasi, hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kekhasan, keaslian, keunikan dan keterwakilan dari jenis flora
dan fauna serta ekosistemnya.
Reklamasi hutan suatu kegiatan yang meliputi usaha untuk memperbaiki atau memulihkan
kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan peruntukannya. Jenis kegiatan yang terkait dengan reklamasi hutan meliputi
inventarisasi lokasi, penetapan lokasi, perencanaan dan pelaksanaan reklamasi.
Reklamasi pada kawasan hutan bekas areal pertambangan, wajib dilaksanakan oleh
pemegang izin pertambangan sesuai dengan tahapan kegiatan pertambangan. Pihak-pihak
yang menggunakan kawasan hutan untuk kepentingan di luar kegiatan kehutanan yang
mengakibatkan perubahan permukaan dan penutupan tanah, wajib membayar dana jaminan
reklamasi dan rehabilitasi.
Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan
hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya
alam, hama dan penyakitserta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan (Pasal 1 butir 1, Bab I Ketentuan Umum Peraturan
Pemerintah No.45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan). Perlindungan hutan merupakan
bagian dari kegiatan pengelolaan hutan, kegiatan perlindungan hutan ini dilaksanakan pada
wilayah hutan dalam bentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK),
Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Unit atau Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP).
Tujuan dan prinsip-prinsip perlindungan hutan agar tercapai secara maksimal pelestarian
fungsi hutan dan lingkungan hidup. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi
alam bertujuan menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya agar fungsi lindung, fungsi
konservasi dan fungsi produksi tercapai secara optimal dan lestari. Prinsip-prinsip
perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan merupakan usaha untuk :
a.mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan
oleh perbauatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit.
b.Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan,
kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta peerangkat yang berhubungan dengan pengelolaan
hutan (Pasal 47, Bab V tentang Pengelolaan Hutan, UUK).
Dalam pembinaan habitat satwa liar ada tiga komponen utama yang satu sama lain saling
berkaitan, yaitu: komponen biotik (meliputi: vegetasi, satwaliar, dan organisme mikro),
komponen fisik (meliputi: air, tanah, iklim, topografi, dll.) dan komponen kimia (meliputi
seluruh unsur kimia yang terkandung dalam komponen biotik maupun komponen fisik). 1.
Pengelolaan Pakan Berdasarkan jenis pakan dan kebiasaan makannya maka satwa dapat
dibedakan sebagai satwa pemakan buah dan biji (frugivor), rumput, daun, pucuk (herbivora),
pemakan serangga (insectivor), pemakan daging (karnivora) dan pemakan segalanya
(omnivora). Upaya dalam pengelolaan pakan biasanya berupa peningkatan kualitas dan
kuantitas. 2. Pengelolaan Air Untuk memenuhi kebutuhan satwa akan air untuk minum,
berkubang, dll selain memanfaatkan air bebas dari alam (sungai, air hujan, embun dan
sumber-sumber lain) diperlukan sarana tambahannya. Misalnya, pembuatan tempat minum,
pembuatan kubangan dan kontrol terhadap kualitas air. 3. Pengelolaan Pelindung (Cover)
Kebutuhan perlindungan dari terik matahari, hujan dan pemangsa, sangat dibutuhkan satwa.
Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang pola penggunaan ruang setiap spesies satwa.
Pengelolaan cover berkaitan erat dengan pengaturan vegetasi. Selain itu perlu diketahui juga
tentang preferensi habitat setiap spesies satwa. Kegiatan yang mungkin dilakukan dalam
pengelolaan pelindung misalnya peningkatan jumlah pohon peneduh yang dibutuhkan oleh
satwa. Dalam perbaikan habitat memerlukan pengkajian terhadap aspek penyebab kerusakan
habitat dan daya dukung habitat yang dibutuhkan oleh setiap satwa.
3.Manajemen air
Dalam konsep siklus hidrologi sumberdaya air, hutan merupakan pengatur tata air (hidro-
orologi) dan penyedia air bagi masyarakat di hulu maupun pengguna air lainnya di bagian
hilir.Pemanfaatan air dari kawasan hutan telah banyak dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat, maupun pihak swasta baik untuk keperluan yang bersifat komersial maupun non
komersial. Bahkan, dimensi pemanfaatannya pun tidak hanya terbatas dalam bentuk massa,
tetapi juga jasa alirannya. Dalam perkembangan berikutnya mulailah dikenal 2 (dua) bentuk
pemanfaatan sumberdaya air, yaitu pemanfaatan air dan pemanfaatan energi air.
Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai lebih dari 1%. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri terhadap pencapaian MDG’s dimana salah satunya adalah akses terhadap
air minum. Terbukti pada tahun 2009, akses aman air minum tidak tercapai, dimana target
MDG’s adalah 67%. Konsekuensi logis yang timbul adalah tuntutan kinerja pengelolaan
sumberdaya alam (termasuk sumberdaya air) harus ditingkatkan. Tuntutan tersebut dijawab
oleh pemerintah dengan berbagai upaya, dimana salah satunya adalah menstimulasi kinerja
pengelolaan sumberdaya alam, khususnya air melalui perumusan kebijakan.
Saat ini, kebijakan terkait pemanfaatan air dan energi air berupa Permenhut tentang
Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya
dan Taman Wisata Alam telah dirumuskan dan sedang dalam tahap finalisasi. Permenhut
(draft) ini sendiri lahir sebagai perwujudan dari amanat dalam PP 28 tahun 2011 tentang
Pengelolaan KSA dan KPA. Beberapa poin penting dalam draft Permenhut tersebut antara
lain: (1) pemanfaatan air dan energi air dapat dilakukan di semua blok (kecuali blok
perlindungan) di suaka margasatwa, taman wisata alam, tahura dan di semua zona (kecuali
zona inti dan rimba) di taman nasional, (2) pemanfaatan air dan energi air dilaksanakan
berdasarkan rencana pengelolaan dan hasil inventarisasi sumberdaya air, (3) pemanfaatan air
dan energi air dilakukan melalui mekanisme perizinan.
A. UMUM
a. Inventarisasi hutan;
c. Tata batas dalam wilayah KPHL dan KPHP berupa penataan batas blok dan petak;
d. Pemetaan.
4. Pengorganisasian pelaksanaan tata hutan. Pelaksanaan Tata Hutan dikerjakan sendiri oleh
Organisasi KPHL dan KPHP, dilakukan sebagai berikut:
a. Tata hutan dilaksanakan oleh tim pelaksana yang dibentuk oleh Kepala
b. Tim pelaksana terdiri atas personil KPHL atau KPHP dan apabila personil KPHL
dan KPHP belum memadai, tim pelaksana dapat dibantu dari BPKH dan atau dinas yang
membidangi urusan kehutanan.
c. Dalam proses penyusunan tata hutan dapat meminta bantuan ahli di bidangnya.
Dalam hal Pelaksanaan Tata Hutan difasilitasi oleh BPKH, dilakukan sebagai berikut:
a. Tata hutan dilaksanakan oleh tim pelaksana yang dibentuk oleh Kepala BPKH.
b. Tim pelaksana terdiri atas personil KPHL dan KPHP, BPKH dan dinas yang membidangi
urusan kehutanan di Provinsi atau Kabupaten/Kota.
c. Dalam proses penyusunan tata hutan dapat meminta bantuan ahli di bidangnya.
d. Tim Pelaksana bertanggung jawab kepada Kepala BPKH.Tim Pelaksana tersebut bertugas:
B. INVENTARISASI HUTAN
Pelaksanaan inventarisasi hutan diarahkan untuk mendapatkan data dan informasi tentang:
1. Status, penggunaan, dan penutupan lahan;
3. Iklim;
1. Inventarisasi biogeofisifisik.
Dalam inventarisasi biogeofisik, data dan informasi yang akan diperoleh berupa data dan
informasi mengenai batas areal, penutupan lahan, kelerengan, geomorfologi lahan, jenis
tanah, batas DAS/sub DAS, batas-batas alam, batas administrasi, aksesibilitas, hasil hutan
kayu, hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan dan jenis-jenis satwa yang hidup di dalam
areal.
Data dan informasi yang dikumpulkan berupa data/peta kawasan hutan, citra satelit, kontur,
tanah, iklim, kelerengan, jaringan jalan/sungai, DAS/sub DAS, hasil tata batas, izin
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, dan penyebaran pemukiman. Detail data
informasi tersebut antara lain:
- Peta lampiran Surat Keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHP atau
KPHL.
- Peta tematik mengenai: tata batas kawasan, penutupan lahan, geomorfologi, jenis tanah,
peta jaringan jalan, peta batas administrasi pemerintahan, peta penyebaran satwa dan
keanekaragaman hayati dan lainlain.
. - Peta citra satelit dan hasil penafsirannya, baik yang berskala besar maupun kecil yang
dilengkapi dengan data detail penutupan lahannya hasil penafsiran citra (al: kelas penutupan,
luas penutupan, aksesibilitas jalan, letak desa-desa sekitar hutan).
- Data mengenai perizinan yang ada dalam wilayah kerja KPHL dan KPHP yaitu ijin usaha
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, antara lain: IUPHHK-HA, IUPHHK-HT,
IUPHHK RE, Ijin pinjam pakai kawasan hutan (antara lain: untuk tambang, minyak bumi,
jalan, waduk, dll).
b. Desk Analisis
Dalam tahapan ini, kegiatan yang dilakukan berupa analisis terhadap data/ peta tersebut di
atas dan melakukan penafsiran citra satelit. Penafsiran citra satelit dimaksudkan untuk
memperoleh data penutupan lahan, jaringan jalan/ sungai, penyebaran pemukiman, dan
informasi lainnya yang relevan.
c. Pengumpulan data lapangan Data yang dikumpulkan dari lapangan meliputi potensi
sumberdaya hutan berupa hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan, dan
satwa, serta data geofisik. Pengumpulan data dilakukan dengan inventarisasi terrestris dengan
pengamatan sampel
d. Pengolahan Data Data hasil inventarisasi biogeofisik diolah dan dianalisis yang selanjutnya
disajikan dalam bentuk data spasial dan data numerik.
2. Metode dan pelaksanaan inventarisasi biogeofisik akan diatur lebih lanjut dalam petunjuk
teknis tersendiri.
Inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya dimaksudkan untuk memperoleh data dan
informasi:
6. Kegiatan ekonomi sekitar wilayah KPHL dan KPHP (pertanian, industri, perdagangan,
dsb.)
1. Berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang menghasilkan peta, data dan informasi potensi
wilayah KPHL dan KPHP, dilakukan pembagian Blok.
4. Pembagian Blok dilakukan pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya
berfungsi Hutan Lindung (HL) dan wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya
berfungsi Hutan Produksi (HP).
5. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi HL
terdiri atas satu Blok atau lebih, sebagai berikut:
a. Blok Inti;
b. Blok Pemanfaatan;
c. Blok Khusus.
6. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi HP
terdiri atas satu Blok atau lebih, sebagai berikut:
a. Blok Perlindungan;
f. Blok Khusus.
7. Arahan pemanfaatan pada RKTN/RKTP/ RKTK harus menjadi acuan awal dalam proses
merancang Blok. Oleh karena itu perlu dilakukan penyelarasan antara arahan pemanfaatan
(yang terdapat dalam RKTN/ RKTP/RKTK)
1. Amdal
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan; (PP 27/199, Pasal 1 ayat 1)
Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan
pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup.
Dengan melalui studi AMDAL diharapkan usaha atau kegiatan pembangunan dapat
memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak
negatip dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan hidup. Tanggung jawab
pelaksanaan AMDAL. Secara umum yang bertanggung jawab terhadap koordinasi proses
pelaksanaan AMDAL adalah BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan).
DAMPAK PENTING ANDAL
Telah disebutkan di atas bahwa hanya usulan poryek yang diperkirakan menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan saja yang diwajibkan membuat ANDAL. Dalam
hubungan ini, indikasi dampak penting suatu kegiatan terhadap lingkungan hidup ditandai
oleh hal-hal sebagai berikut :
ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) adalah telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan. Sedangkan AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan.
- Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan atau
kegiatan.
- Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan.
D.Daftar Pustaka
http://namrinangry.blogspot.com/2014/05/materi-pengelolaan-hutan.html
http://ksdae.menlhk.go.id/perizinan/8/pemanfaatan-air-dan-energi-air.html
http://banti-environesia.com/pengertian-andal/
http://viqarchu.blogspot.com/2012/07/pembinaan-habitat-satwa-liar-di-kawasan_9445.html