Anda di halaman 1dari 17

A.

Hutan

Pengertian Pengelolaan Hutan

Pengelolaan hutan merupakan kegiatan kehutanan yang mencakup kegiatan merencanakan,


menggunakan, memanfaatkan, melindungi, rehabilitasi serta mengembalikan ekosistem hutan
yang didasarkan pada fungsi dan status suatu kawasan hutan.

Menurut UU Kehutanan No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, ruang lingkup pengelolaan
hutan meliputi kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan
dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan
dan konservasi alam.

Pengelolaan Hutan pada kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi lebih berorientasi
pada bagaimana menjadikan ekosistem hutan tetap terjaga tanpa melakukan kegiatan
produksi atau penebangan pohon di dalam hutan. Sedangkan pengelolaan hutan produksi
berorientasi pada pemanfaatan hasil hutan dengan tetap melakukan kewajiban untuk
megembalikan ekosistem hutan tetap lestari.

Menurut UU Kehutanan No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, ruang lingkup pengelolaan
hutan meliputi kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan
dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan
dan konservasi alam.

1.Pengelolaan Hutan Dan Lingkungan Hidup


Pengelolaan hutan meliputi kegiatan :

a.tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.

b.Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan.

c.Rehabilitasi dan reklamasi hutan.

d.Perlindungan hutan dan konservasi alam.

Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan mencakup
pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang
terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar besarnya
bagi masyarakat secara lestari (Pasal 1 butir 1, Bab I tentang Ketentuan Umum, Peraturan
Pemerintah No.34 Tahun 2002).

Tata hutan dilaksanakan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk
memperoleh manfaat yang lebih besar (optimal) dan lestari. Tata hutan meliputi pembagian
kawasan hutan dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan
hutan. Blok-blok kawasan hutan dibagi pada petak-petak berdasarkan intensitas dan efisiensi
pengeloalaan. Berdasarkan blok-blok dan petak-petak tersebut disusun rencana pengelolaan
hutan untuk jangka waktu tertentu.

Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan hutan. Kegiatan tata
hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan hutan
dilaksanakan pada wilayah hutan dalam bentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan
Konservasi (KPHK), unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), unit atau
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Kegiatan demi kegiatan pengeloalaan ini
menjadi kewenangan pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah dan dapat dilimpahkan
oleh pemerintah kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang
kehutanan.
Pelaksanaan kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan dilakukan
pada setiap unit pengelolaan hutan di semua kawasan hutan yang meliputi :

a.Hutan konservasi yaitu kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi
pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa (binatang) serta ekosistemnya.
Hutan konservasi ini terdiri dari kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam
dan taman buru.

b.Hutan lindung yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsai pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Tata hutan pada hutan lindung
dilaksanakan pada setiap unit pengelolaan yang melakukan kegiatan penentuan batas-batas
hutan yang diatata, inventarisasi, identifikasi dan perisalahan kondisi kawasan hutan,
pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya di hutan danm sekitarnya, pembagian hutan ke
dalam blok-blok (blok perlindungan, blok pemanfaatan dan blok lainnya), registrasi dan
pengukuran serta pemetaan.

c.Hutan produksi yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil-
hasil hutan. Tata hutan pada hutan produksi memuat kegiatan penentuan batas hutan, yang
ditata, inventarisasi potensi dan kondisi hutan, perisalahan hutan, pembagian hutan ke dalam
blok-blok dan petak-petak, pemancangan tanda batas blok-blok dan petak-petak tersebut,
pembukaan wilayah dan sarana pengelolaan, registrasi dan pengukuran serta pemetaan.

Berdasarkan hasil penataan hutan pada setiap unit atau kesatuan pengelolaan hutan, maka
disusunlah rencana pengelolaan hutan. Perencanaan kehutanan dimaksudkan untuk
memberikan pedoman dan arah yang menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan
kehutanan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Perencanaan kehutanan dilaksanakan secara transparan, bertanggung jawab, partisipatif,
terpadu serta memperhatikan kekhasan dan aspirasi daerah.

Perencanaan kehutanan meliputi kegiatan :

a.inverntarisasi hutan.

b.pengukuhan/pengukuran kawasan hutan.

c.penatagunaan kawasan hutan

d.pembentukan wilayah pengelolaan hutan.

e.penyusunan rencana kehutanan (Pasal 12, Bab IV tentang Perencanaan Kehutanan UUK).

Rencana pengelolaan hutan memuat tentang perencaan, pengorganisasian, pelaksanaan,


evaluasi pengendalian dan pengawasan sebagai dasar kegiatan pengelolaan hutan.
Penyusunan rencana pengelolaan hutan meliputi :

a.Rencana pengelolaan hutan jangka panjang yang memuat rencana kegiatan secara makro
tentang pedoman arahan serta dasar-dasar pengelolaan hutan untuk mencapai tujuan
pengelolaan hutan dalam jangka waktu 20 tahun, disusun oleh instansi yang bertanggung
jawab dibidang kehutanan Propinsi dan disahkan oleh Menteri Kehutanan.

b.Rencana pengeloaan hutan jangka menengah memuat rencana yang berisi penjabaran
rencana pengelolaan hutan jangka menengah 5 tahun disusun oleh instansi yang bertanggung
jawab dibidang kehutanan Propinsi dan disahkan oleh Meneteri Kehutanan.

c.Rencana pengelolaan hutan jangka pendek memuat rencana operasional secara detail yang
merupakan penjabaran rencana pengelolaan hutan dalam jangka waktu 1 tahun yang disusun
oleh instansi yanmg bertanggung jawab dibidang kehutanan dan disahkan oleh Gubernur
(Pasal 14 ayat 1 dan 2, Bab II tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2002 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan).

Pemanfaatan hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan hutan, pemanfaatan jasa
lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta pemungutan hasil hutan
kayu dan bukan kayu secara optimal, berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat dengan
tetap menjaga kelestariannya. Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang
optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga
kelestariannya. Pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan
kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada taman nasional.

Pemanfaatan kawasan pada hutan lindung adalah bentuk usaha menggunakan


kawasan pada hutan lindung dengan tidak mengurangi fungsi utama. Pemanfaatan hutan
lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan pemungutan
hasil hutan bukan kayu. Pemanfaatan hutan lindung dilaksanakan melalui pemberian izin
usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan dan izin pemungutan
hasil hutan bukan kayu. Pemanfaatan kawasan pada hutan produksi adalah bentuk usha untuk
memanfaatkan ruang tubuh sehingga dapat diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan
manfaat ekonomi yang optimal dengan tidak mengurangi fungsi pokok hutan.

Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah segala bentuk usaha yang memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi
fungsi pokok hutan. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah segala bentuk usaha yang
memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan
hidup dan tidak mengurangi fungsi pokok hutan. Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau
bukan kayu adalah segala bentuk kegiatan untuk mengambil hasil berupa kayu dan/atau
bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan hidup dan tidak mengurangi fungsi pokok
hutan

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan


kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan
lindung serta dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan.. penggunaan
kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dapat dilakukan melalaui pemberian izin
pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu
tertentu serta kelestarian lingkungan. Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan
penambangan dengan pola terbuka.

Rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan


meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya guna, dukung, produktivitas dan
peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.rehabilitasi hutan
dan lahan diselenggarakan melalui kegiatan :

a.reboisasi,

b.penghijauan,

c.pemeliharaan,

d.pengayaan tanaman atau

e.penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis dan
tidak produktif. Kegiatan rehabilitasi ini dilakukan disemua hutan dan kawasan hutan kecuali
cagar alam dan zona inti taman nasional (Pasal 41 Bab V tentang Pengelolaan Hutan UUK).

Rehabilitasi hutan dan lahan dilaksanakan berdasarkan kondisi spesifik biofisik.


Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan diutamakan pelaksanaannya melalui
pendekatan partisipatif dalam rangka mengembangkan potensi dan memberdayakan
masyarakat. Setiap orang yang memiliki, mengelola dan atau memanfaatkan hutan yang kritis
atau tidak produktif wajib melaksanakan rehabilitasi hutan untuk tujuan perlindungan dan
konsevasi. Dalam pelaksanaan rehabilitasi setiap orang dapat meminta pendamping,
pelayanan dan dukungan kepada lembaga swadaya masyarakat, pihak lain atau pemerintah.

Rehabilitasi hutan dan lahan dilakukan secara bertahap, dalam upaya pemulihan serta
pengembangan fungsi sumber daya hutan dan lahan baik fungsi hutan pruduksi, hutan fungsi
lindung maupun hutan fungasi konservasi. Upaya meningkatkan daya dukung aserta
produktifitas hutan dan lahan dimaksudkan agar hutan dan lahan mampu berperan sebagai
sistem penyangga kehidupan termasuk konservasi tanah dan air dalam rangka pencegahan
banjir dan pencegahan erosi. Kegiatan reboisasi dan penghijauan merupakan bagian
rehabilitas hutan dan lahan, kegiatan reboisasi dilaksanakan di dalam kawasan hutan
sedangkan kegiatan penghijauan dilaksanakan di luar kawasan hutan.

Rehabilitasi hutan dan lahan diprioritaskan pada lahan kritis terutama yang terdapat dibagian
hulu daerah aliran sungai agar fungsi tata air serta pencegahan terhadap banjir dan kekeringan
dapat dipertahankan secara maksimal. Rehabilitasi hutan bakau dan hutan rawa perlu
mendapat perhatian yang sama sebagaimana pada hutan lainnya. Semetara pada hutan cagar
alam dan zona inti taman nasional tidak boleh dilakukan kegiatan rehabilitasi, hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kekhasan, keaslian, keunikan dan keterwakilan dari jenis flora
dan fauna serta ekosistemnya.

Reklamasi hutan suatu kegiatan yang meliputi usaha untuk memperbaiki atau memulihkan
kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan peruntukannya. Jenis kegiatan yang terkait dengan reklamasi hutan meliputi
inventarisasi lokasi, penetapan lokasi, perencanaan dan pelaksanaan reklamasi.

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan


hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung dapat
dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan. Jika penggunaan kawasan hutan
untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan mengakibatkan terjadinya
kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup hutan, maka wajib dilakukan reklamasi dan
atau rehabilitasi sesuai dengan pola yang ditetapkan oleh pemerintah.

Reklamasi pada kawasan hutan bekas areal pertambangan, wajib dilaksanakan oleh
pemegang izin pertambangan sesuai dengan tahapan kegiatan pertambangan. Pihak-pihak
yang menggunakan kawasan hutan untuk kepentingan di luar kegiatan kehutanan yang
mengakibatkan perubahan permukaan dan penutupan tanah, wajib membayar dana jaminan
reklamasi dan rehabilitasi.

Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan
hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya
alam, hama dan penyakitserta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan (Pasal 1 butir 1, Bab I Ketentuan Umum Peraturan
Pemerintah No.45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan). Perlindungan hutan merupakan
bagian dari kegiatan pengelolaan hutan, kegiatan perlindungan hutan ini dilaksanakan pada
wilayah hutan dalam bentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK),
Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Unit atau Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP).

Tujuan dan prinsip-prinsip perlindungan hutan agar tercapai secara maksimal pelestarian
fungsi hutan dan lingkungan hidup. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi
alam bertujuan menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya agar fungsi lindung, fungsi
konservasi dan fungsi produksi tercapai secara optimal dan lestari. Prinsip-prinsip
perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan merupakan usaha untuk :

a.mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan
oleh perbauatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit.

b.Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan,
kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta peerangkat yang berhubungan dengan pengelolaan
hutan (Pasal 47, Bab V tentang Pengelolaan Hutan, UUK).

2. Pengelolaan Satwa Dan Tumbuhan


Hutan adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang secara
alami. Habitat yang baik akan mendukung perkembang biakan organisme yang hidup di
dalamnya secara normal. Paradigma baru pengelolaan hutan pun mulai diperkenalkan.
Tujuannya menunjukkan masyarakat dapat menjadi aktor dalam program pemulihan
ekosistem. Sebagai dampak, masyarakat yang awalnya merambah dan merusak kawasan
hutan mulai berubah dan turut melestarikan hutan.

Dalam pembinaan habitat satwa liar ada tiga komponen utama yang satu sama lain saling
berkaitan, yaitu: komponen biotik (meliputi: vegetasi, satwaliar, dan organisme mikro),
komponen fisik (meliputi: air, tanah, iklim, topografi, dll.) dan komponen kimia (meliputi
seluruh unsur kimia yang terkandung dalam komponen biotik maupun komponen fisik). 1.
Pengelolaan Pakan Berdasarkan jenis pakan dan kebiasaan makannya maka satwa dapat
dibedakan sebagai satwa pemakan buah dan biji (frugivor), rumput, daun, pucuk (herbivora),
pemakan serangga (insectivor), pemakan daging (karnivora) dan pemakan segalanya
(omnivora). Upaya dalam pengelolaan pakan biasanya berupa peningkatan kualitas dan
kuantitas. 2. Pengelolaan Air Untuk memenuhi kebutuhan satwa akan air untuk minum,
berkubang, dll selain memanfaatkan air bebas dari alam (sungai, air hujan, embun dan
sumber-sumber lain) diperlukan sarana tambahannya. Misalnya, pembuatan tempat minum,
pembuatan kubangan dan kontrol terhadap kualitas air. 3. Pengelolaan Pelindung (Cover)
Kebutuhan perlindungan dari terik matahari, hujan dan pemangsa, sangat dibutuhkan satwa.
Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang pola penggunaan ruang setiap spesies satwa.
Pengelolaan cover berkaitan erat dengan pengaturan vegetasi. Selain itu perlu diketahui juga
tentang preferensi habitat setiap spesies satwa. Kegiatan yang mungkin dilakukan dalam
pengelolaan pelindung misalnya peningkatan jumlah pohon peneduh yang dibutuhkan oleh
satwa. Dalam perbaikan habitat memerlukan pengkajian terhadap aspek penyebab kerusakan
habitat dan daya dukung habitat yang dibutuhkan oleh setiap satwa.

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan - ketentuan Pokok


Kehutanan menyebutkan bahwa hutan untuk tujuan konservasi dibagi menjadi Hutan Suaka
Alam dan Hutan Wisata. Hal ini di maksudkan untuk melindungi tumbuhan tumbuhan yang
ada di dalam hutan. Dengan adanya UU No.5 Tahun 1967 tentang Ketentuan – ketentuan
Pokok Kehutanan maka akan banyak hutan hutan konservasi untuk mengelola tumbuh
tumbuhan di hutan.

3.Manajemen air

Pemanfaatan Air dan Energi Air

Dalam konsep siklus hidrologi sumberdaya air, hutan merupakan pengatur tata air (hidro-
orologi) dan penyedia air bagi masyarakat di hulu maupun pengguna air lainnya di bagian
hilir.Pemanfaatan air dari kawasan hutan telah banyak dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat, maupun pihak swasta baik untuk keperluan yang bersifat komersial maupun non
komersial. Bahkan, dimensi pemanfaatannya pun tidak hanya terbatas dalam bentuk massa,
tetapi juga jasa alirannya. Dalam perkembangan berikutnya mulailah dikenal 2 (dua) bentuk
pemanfaatan sumberdaya air, yaitu pemanfaatan air dan pemanfaatan energi air.

Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai lebih dari 1%. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri terhadap pencapaian MDG’s dimana salah satunya adalah akses terhadap
air minum. Terbukti pada tahun 2009, akses aman air minum tidak tercapai, dimana target
MDG’s adalah 67%. Konsekuensi logis yang timbul adalah tuntutan kinerja pengelolaan
sumberdaya alam (termasuk sumberdaya air) harus ditingkatkan. Tuntutan tersebut dijawab
oleh pemerintah dengan berbagai upaya, dimana salah satunya adalah menstimulasi kinerja
pengelolaan sumberdaya alam, khususnya air melalui perumusan kebijakan.

Saat ini, kebijakan terkait pemanfaatan air dan energi air berupa Permenhut tentang
Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya
dan Taman Wisata Alam telah dirumuskan dan sedang dalam tahap finalisasi. Permenhut
(draft) ini sendiri lahir sebagai perwujudan dari amanat dalam PP 28 tahun 2011 tentang
Pengelolaan KSA dan KPA. Beberapa poin penting dalam draft Permenhut tersebut antara
lain: (1) pemanfaatan air dan energi air dapat dilakukan di semua blok (kecuali blok
perlindungan) di suaka margasatwa, taman wisata alam, tahura dan di semua zona (kecuali
zona inti dan rimba) di taman nasional, (2) pemanfaatan air dan energi air dilaksanakan
berdasarkan rencana pengelolaan dan hasil inventarisasi sumberdaya air, (3) pemanfaatan air
dan energi air dilakukan melalui mekanisme perizinan.

B.Susunan Teknis Pengelolaan Lingkungan

A. UMUM

1. Tata hutan di KPHL dan KPHP meliputi kegiatan:

a. Inventarisasi hutan;

b. Pembagian blok dan petak;

c. Tata batas dalam wilayah KPHL dan KPHP berupa penataan batas blok dan petak;

d. Pemetaan.

2. Tahapan pelaksanaan tata hutan meliputi:

a. Pembentukan tim pelaksana;

b. Penyusunan rencana kerja kegiatan;

c. Pelaksanaan inventarisasi hutan;

d. Pengolahan dan analisis data;

e. Pembagian blok dan petak;

f. Pembahasan dengan para pihak malalui konsultasi publik;

g. Penataan batas blok dan petak;

h. Pemetaan dan penyusunan buku tata hutan.


3. Keluaran kegiatan tata hutan berupa buku dan peta tata hutan.

4. Pengorganisasian pelaksanaan tata hutan. Pelaksanaan Tata Hutan dikerjakan sendiri oleh
Organisasi KPHL dan KPHP, dilakukan sebagai berikut:

a. Tata hutan dilaksanakan oleh tim pelaksana yang dibentuk oleh Kepala

KPHL atau Kepala KPHP.

b. Tim pelaksana terdiri atas personil KPHL atau KPHP dan apabila personil KPHL

dan KPHP belum memadai, tim pelaksana dapat dibantu dari BPKH dan atau dinas yang
membidangi urusan kehutanan.

c. Dalam proses penyusunan tata hutan dapat meminta bantuan ahli di bidangnya.

d. Tim Pelaksana bertanggung jawab kepada Kepala KPHL dan KPHP.

Dalam hal Pelaksanaan Tata Hutan difasilitasi oleh BPKH, dilakukan sebagai berikut:

a. Tata hutan dilaksanakan oleh tim pelaksana yang dibentuk oleh Kepala BPKH.

b. Tim pelaksana terdiri atas personil KPHL dan KPHP, BPKH dan dinas yang membidangi
urusan kehutanan di Provinsi atau Kabupaten/Kota.

c. Dalam proses penyusunan tata hutan dapat meminta bantuan ahli di bidangnya.

d. Tim Pelaksana bertanggung jawab kepada Kepala BPKH.Tim Pelaksana tersebut bertugas:

a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan.

b. Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan.

c. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam rangka pelaksanaan kegiatan.

d. Melaksanakan inventarisasi hutan.

e. Menyajikan hasil kegiatan dalam rapat pembahasan dengan para pihak.

f. Menyusun buku tata hutan dan pemetaan hasil tata hutan.

B. INVENTARISASI HUTAN

Pelaksanaan inventarisasi hutan diarahkan untuk mendapatkan data dan informasi tentang:
1. Status, penggunaan, dan penutupan lahan;

2. Jenis tanah, kelerengan lapangan/ topografi;

3. Iklim;

4. Hidrologi (tata air), bentang alam dan gejalagejala alam;

5. Kondisi sumber daya manusia dan demografi;

6. Jenis, potensi dan sebaran flora;

7. Jenis, populasi dan habitat fauna

dan 8. Kondisi sosial, ekonomi, budaya masyarakat.

Kegiatan inventarisasi hutan terdiri atas:

1. Inventarisasi biogeofisifisik.

2. Inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya.

B.1 Inventarisasi Biogeofisik

Dalam inventarisasi biogeofisik, data dan informasi yang akan diperoleh berupa data dan
informasi mengenai batas areal, penutupan lahan, kelerengan, geomorfologi lahan, jenis
tanah, batas DAS/sub DAS, batas-batas alam, batas administrasi, aksesibilitas, hasil hutan
kayu, hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan dan jenis-jenis satwa yang hidup di dalam
areal.

1. Tahapan kegiatan inventarisasi biogeofisik meliputi:

a. Pengumpulan data awal

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa data/peta kawasan hutan, citra satelit, kontur,
tanah, iklim, kelerengan, jaringan jalan/sungai, DAS/sub DAS, hasil tata batas, izin
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, dan penyebaran pemukiman. Detail data
informasi tersebut antara lain:

- Peta lampiran Surat Keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHP atau
KPHL.
- Peta tematik mengenai: tata batas kawasan, penutupan lahan, geomorfologi, jenis tanah,
peta jaringan jalan, peta batas administrasi pemerintahan, peta penyebaran satwa dan
keanekaragaman hayati dan lainlain.

- Peta kawasan konservasi dan kawasan lindung

. - Peta citra satelit dan hasil penafsirannya, baik yang berskala besar maupun kecil yang
dilengkapi dengan data detail penutupan lahannya hasil penafsiran citra (al: kelas penutupan,
luas penutupan, aksesibilitas jalan, letak desa-desa sekitar hutan).

- Data mengenai perizinan yang ada dalam wilayah kerja KPHL dan KPHP yaitu ijin usaha
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, antara lain: IUPHHK-HA, IUPHHK-HT,
IUPHHK RE, Ijin pinjam pakai kawasan hutan (antara lain: untuk tambang, minyak bumi,
jalan, waduk, dll).

- Data tentang hasil rehabilitasi dan reboisasi lahan.

- Data tentang lokasi hasil pemberdayaan masyarakat yang pernah dilakukan.

b. Desk Analisis

Dalam tahapan ini, kegiatan yang dilakukan berupa analisis terhadap data/ peta tersebut di
atas dan melakukan penafsiran citra satelit. Penafsiran citra satelit dimaksudkan untuk
memperoleh data penutupan lahan, jaringan jalan/ sungai, penyebaran pemukiman, dan
informasi lainnya yang relevan.

c. Pengumpulan data lapangan Data yang dikumpulkan dari lapangan meliputi potensi
sumberdaya hutan berupa hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan, dan
satwa, serta data geofisik. Pengumpulan data dilakukan dengan inventarisasi terrestris dengan
pengamatan sampel

d. Pengolahan Data Data hasil inventarisasi biogeofisik diolah dan dianalisis yang selanjutnya
disajikan dalam bentuk data spasial dan data numerik.

2. Metode dan pelaksanaan inventarisasi biogeofisik akan diatur lebih lanjut dalam petunjuk
teknis tersendiri.

B.2 Inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya.

Inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya dimaksudkan untuk memperoleh data dan
informasi:

1. Demografi di dalam dan sekitar areal KPHL dan KPHP;


2. Pola-pola hubungan masyarakat dengan hutan;

3. Keberadaan kelembagaan masyarakat;

4. Pola penguasaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan

5. Aksesibilitas pada wilayah KPHL dan KPHP;

6. Kegiatan ekonomi sekitar wilayah KPHL dan KPHP (pertanian, industri, perdagangan,
dsb.)

7. Batas administrasi pemerintahan. Metode dan pelaksanaan inventarisasi sosial, ekonomi,


dan budaya mengikuti petunjuk teknis yang akan diatur tersendiri.

C. PEMBAGIAN BLOK DAN PETAK

C.1 PEMBAGIAN BLOK

1. Berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang menghasilkan peta, data dan informasi potensi
wilayah KPHL dan KPHP, dilakukan pembagian Blok.

2. Pembagian Blok memperhatikan: karakteristik biofisik lapangan; kondisi sosial ekonomi


masyarakat sekitar; potensi sumberdaya alam; dan keberadaan hak-hak atau izin usaha
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan.

3. Pembagian blok juga harus mempertimbangkan peta arahan pemanfaatan sebagaimana


diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)/Rencana Kehutanan Tingkat
Provinsi (RKTP)/Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota (RKTK), dan fungsi kawasan
hutan di wilayah KPHL dan KPHP yang bersangkutan.

4. Pembagian Blok dilakukan pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya
berfungsi Hutan Lindung (HL) dan wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya
berfungsi Hutan Produksi (HP).

5. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi HL
terdiri atas satu Blok atau lebih, sebagai berikut:

a. Blok Inti;

b. Blok Pemanfaatan;

c. Blok Khusus.

6. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi HP
terdiri atas satu Blok atau lebih, sebagai berikut:
a. Blok Perlindungan;

b. Blok Pemanfaatan kawasan, Jasa Lingkungan, HHBK;

c. Blok Pemanfaatan HHK-HA;

d. Blok Pemanfaatan HHK-HT;

e. Blok Pemberdayaan Masyarakat;

f. Blok Khusus.

7. Arahan pemanfaatan pada RKTN/RKTP/ RKTK harus menjadi acuan awal dalam proses
merancang Blok. Oleh karena itu perlu dilakukan penyelarasan antara arahan pemanfaatan
(yang terdapat dalam RKTN/ RKTP/RKTK)

C. AMDAL Dan ANDAL

1. Amdal

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan; (PP 27/199, Pasal 1 ayat 1)

Tujuan dan sasaran AMDAL

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan
pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup.
Dengan melalui studi AMDAL diharapkan usaha atau kegiatan pembangunan dapat
memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak
negatip dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan hidup. Tanggung jawab
pelaksanaan AMDAL. Secara umum yang bertanggung jawab terhadap koordinasi proses
pelaksanaan AMDAL adalah BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan).

2.ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) adalah telaahan secara cermat dan mendalam


tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan. Arti dampak penting disini adalah
perubahan lingkungan yang amat mendasar yang diakibatkan oleh kegiatan. Pengertian diatas
yang perlu digaris bawahi adalah tidak semua rencana kegiatan harus dilengkapi
dengan ANDAL, tetapi hanya kegiatan yang dianggap akan mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan hidup.
Pengelola proyek, seperti Pinpro perlu mengetahui porsedur atau tata cara dan perundangan
yang mengatur kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya AMDAL. Kemudian
Pinpro bertindak mewakili pemrakarsa proyek membantu semua pihak yang berurusan
dengan pengkajian dampak lingkungan demi lancarnya mempersiapkan AMDAL dengan
mengsuplai data dan informasi lainnya.
TATA CARA MEMBUAT ANDAL
Usulan proyek datang dari pemrakarsa, yaitu orang atau badan yang mengajukan dan
bertnggung jawab atau suatu rencana kegiatan yang dilaksanakan. Usulan poryek kemudian
mengalami penyaringan yang bertujuan menentukan perlu tidaknya dilengkapi ANDAL.
Penyaringan dilakukan dengan “Penyajian Informasi Lingkungan” – PIL.
Dalam pada itu, bila pemrakarsa sejak awal berpendapat bahwa usulan proyeknya akan
memiliki dampak penting, maka pemrakarsa bersama instansi yang bertanggung-jawab dapat
langsung membuat ANDAL dengan terlebih dahulu menyiapkan kerangka acuan. Jadi, dalam
hal ini tidak diperlukan PIL. Pada PP no.51 tahun 1993 ketentuan mengenai PIL tersebut
ditiadakan. Bila instansi yang bersangkutan memutuskan perlu membuat ANDAL, maka
pemrakarsa bersama instansi tersebut menyusun kerangka acuan TOR sesuai dengan pdoman
yang ditetapkan bagi analisis dampak lingkungan.
Pemrakarsa membuat ANDAL sesuai pedoman yang ditetapkan, kemudian diajukan kepada
instansi yang bertanggung jawab untuk dikaji dan mendapatkan keputusan. Terdapat 3
kemungkinan hasil penilainan. Pertama, ANDAL disetujui, kemudian pemrakarsa
melanjutkan membuat RKL dan RPL. Kedua, ditolak karena dianggap kurang lengkap atau
kurang sempurna. Untuk ini diperlukan perbaikan dan diajukan kembali.
Ketiga, ANDAL ditolak karena diperkirakan dampak negatif yang tidak ditanggulangi oleh
ilmu dan teknologi, yang telah ada lebih besar dibandingkan dampak positifnya. Untuk butir
ketiga , pemrakarsa diberi kesempatan mengajukan keberatan kepada instansi yang
berwenang.

DAMPAK PENTING ANDAL
Telah disebutkan di atas bahwa hanya usulan poryek yang diperkirakan menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan saja yang diwajibkan membuat ANDAL. Dalam
hubungan ini, indikasi dampak penting suatu kegiatan terhadap lingkungan hidup ditandai
oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak


2. Luas wilayah penyebaran dampak
3. Lamanya dampak berlangsung
4. Intensitas dampak
5. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena
6. Sifat kumulatif dampak, dan Berbalik atau tidaknya dampak.

Berdasarkan pengalaman dan tingkat perkembangan ilmu serta teknologi diidentifikasi 8


kategori kegiatan yang potensial dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan,
yaitu:

1.  pengubahan bentuk lahan dan bentang alam


2. ekploitasi sumber daya alam baik yang terbarui maupun yang tidak terbarui
3. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, kerusakan
dan kemerosotan pemanfaat sumber daya alam.
4. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan sosial dan
budaya.
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan /atau perlindungan cagar budaya.
6. Introduksi jenis tumbuhan; jenis hewan, jasad renik.
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati dan.
8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar mempengaruhi
lingkungan.

Sekian pembahasan mengenai pengertian ANDAL, tata cara membuat ANDAL, dampak


penting ANDAL semoga tulisan saya mengenai pengertian ANDAL,tata cara
membuat ANDAL, dampak penting ANDAL dapat bermanfaat.

Pebedaan AMDAL dan ANDAL

ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) adalah telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan. Sedangkan AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan.

Perbedaan berdasarkan kegunaannya, yaitu:

AMDAL digunakan untuk:

- Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah

- Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari


rencana usaha dan atau kegiatan.

- Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan atau
kegiatan.

- Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan


hidup.

- Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan.

ANDAL digunakan untuk berbagai pihak


Pembagian kegunaan dalam bentuk lain juga dapat disusun berdasarkan pihak yang
mendapatkan kegunaannya, sebagai berikut:

- Kegunaan bagi pemerintah

- Kegunaan bagi pemilik proyek

- Kegunaan bagi pemilik modal

- Kegunaan bagi masyarakat

D.Daftar Pustaka

http://namrinangry.blogspot.com/2014/05/materi-pengelolaan-hutan.html

http://ksdae.menlhk.go.id/perizinan/8/pemanfaatan-air-dan-energi-air.html

http://banti-environesia.com/pengertian-andal/

http://viqarchu.blogspot.com/2012/07/pembinaan-habitat-satwa-liar-di-kawasan_9445.html

Anda mungkin juga menyukai