Anda di halaman 1dari 10

ISTILAH-ISTILAH YANG BERKAITAN DENGAN KEHUTANAN

Oleh : Chip Sharoon H

HUTAN DAN KAWASAN HUTAN


1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Kehutanan adalah system pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan
hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu
3. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap
4. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah
5. Hutan Hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah
6. Hutan Adat adalah hutan Negara yang berada dalam wilayah masyarakat hokum adat.
7. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
hasil hutan
8. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan system penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
9. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan cirri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumnbuhan dan satwa serta ekosistimnya.
10. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah system penyangga
kehidupan.
11. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
12. Hutan bakau adalah zona peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang
memiliki nilai penting untuk perlindungan pantai, penahanan endapan lumpur dan
fungsi keseimbangan lingkungan.
13. Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas tumbuhan, satwa
dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan perkembangannya berlangsung secara alami.
14. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa bagi ilmu pengetahuan dan
kebudayaan dan kebanggaan nasional yang untuk kelangsungan hidupnya dapat
dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
15. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikaan, penunjang budidaya tumbuhan dan atau satwa, pariwisata
dan rekreasi.
16. Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan
dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli yang
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang
budidaya tumbuhan dan atau satwa, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
17. Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
18. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata buru.

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM HAYATI DAN LINGKUNGANNYA


1. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber
daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama
dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
2. Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati
yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman
dan nilainya.
3. Ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur
dalam alam, baik hayati maupun non hayati yang saling tergantung dan pengaruh
mempengaruhi.
4. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang hidup di darat
maupun di air.
5. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di
air, dan atau di udara.
6. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan atau dipelihara, yang
masih mempunyai kemurnian jenisnya.
7. Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di
udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia.
8. Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang
secara alami.

TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA


PEMANFAATAN HUTAN
1. Kesatuan pengelolaan hutan selanjutnya disingkat KPH, adalah wilayah pengelolaan
hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan
lestari.
2. Kepala KPH adalah pimpinan, pemegang kewenangan dan penanggung jawab
pengelolaan hutan dalam wilayah yang dikelolanya.
3. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup
kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi
yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat secara lestari.
4. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta
memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
5. Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang tumbuh sehingga
diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan manfaat ekonomi secara optimal
dengan tidak mengurangi fungsi utamanya.
6. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa
lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya.
7. Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak
mengurangi fungsi pokoknya.
8. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan
tidak mengurangi fungsi pokoknya.
9. Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah kegiatan untuk mengambil
hasil hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu dengan batasan waktu, luas
dan/atau volume tertentu.
10. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa
lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu, dan izin
pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu pada areal hutan yang telah
ditentukan.
11. Izin usaha pemanfaatan kawasan yang seianjutnya disingkat IUPK adalah izin usaha
yang diberikan untuk memanfaatkan kawasan pada hutan lindung dan/atau hutan
produksi.
12. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan yang seianjutnya disingkat IUPJL adalah izin
usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan lindung
dan/atau hutan produksi.
13. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan Kayu yang selanjutnya disingkat IUPHHK dan/atau
izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disebut IUPHHBK
adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu
dan/atau bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan
pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran.
14. IUPHHK restorasi ekosistem dalam hutan alam adalah izin usaha yang diberikan untuk
membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan produksi yang memiliki ekosistem
penting sehingga dapat dipertahankan fungsi dan keterwakilannya melalui kegiatan
pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman,
pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk
mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati (tanah, iklim
dan topografi) pada suatu kawasan kepada jenis yang asli, sehingga tercapai
keseimbangan hayati dan ekosistemnya.
15. IUPHHK dan/atau IUPHHBK dalam hutan tanaman adalah izin usaha yang diberikan
untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/atau bukan kayu dalam hutan
tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan penyiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran.
16. Izin pemungutan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat IPHHK adalah izin untuk
mengambil hasil hutan berupa kayu pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan,
pengangkutan, dan pemasaran untuk jangka waktu dan volume tertentu.
17. Izin pemungutan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat IPHHBK adalah
izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan lindung dan/atau
hutan produksi antara lain berupa rotan, madu, buah-buahan, getah-getahan,
tanaman obat-obatan, untuk jangka waktu dan volume tertentu.
18. Hutan tanaman industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada
hutan produksi yang dibangun olch kclompok industri kehutanan untuk meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka
memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan.
19. Hutan tanaman rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman pada
hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi
dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin
kelestarian sumber daya hutan.
20. Hutan tanaman hasil rehabilitasi yang selanjutnya disingkat HTHR adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan merehabilitasi lahan
dan hutan pada kawasan hutan produksi untuk memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi lahan dan hutan dalam rangka mempertahankan daya dukung,
produktivitas dan peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan.
21. Sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan atau sistem teknik bercocok tanaman
hutan mulai dari memilih benih atau bibit, menyemai, menanam, memelihara
tanaman dan memanen.
22. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
23. Hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan
untuk memberdayakan masyarakat.
24. Hutan desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang dikelola oleh
desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa.
25. Iuran izin usaha pemanfaatan hutan yang selanjutnya disingkat 1IUPH
adalah pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin usaha pemanfaatan hutan
atas suatu kawasan hutan tertentu.
26. Provisi sumber daya hutan yang selanjutnya disingkat PSDH adalah pungutan yang
dikenakan kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang
dipungut dari hutan negara.
27. Dana reboisasi yang selanjutnya disingkat DR adalah dana yang dipungut dari
pemegang IUPHHK dalam hutan alam pada hutan produksi untuk mereboisasi dan
merehabilitasi hutan.
28. Perorangan adalah Warga Negara Republik Indonesia yang cakap bertindak menurut
hukum.
29. Surat keterangan sahnya hasil hutan adalah dokumen-dokumen yang merupakan bukti
legalitas hasil hutan pada setiap segmen kegiatan dalam penatausahaan hasil hutan.
30. Industri primer hasil hutan kayu adalah pengolahan kayu bulat dan/atau kayu bahan
baku serpih menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
31. Industri primer hasil hutan bukan kayu adalah pengolahan hasil hutan berupa bukan
kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

PEREDARAN HASIL HUTAN


1. Hasil hutan adalah benda-benda hayati yang berupa Hasil Hutan Kayu (HHK) dan Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang berasal dari kawasan hutan dan hutan rakyat;
2. Hasil hutan kayu rakyat adalah hasil hutan berupa kayu yang berasal dari hutan hak
dan atau lahan milik;
3. Tempat Penimbunan Kayu Antara selanjutnya disingkat TPK Antara adalah tempat
untuk menampung kayu bulat atau kayu bulat kecil baik di darat maupun di air yang
lokasinya di luar areal izin IUPHHK/IPHHK/ILS dengan penetapan oleh pejabat yang
berwenang;
4. Tempat Penimbunan Kayu Industri selanjutnya disingkat TPK Industri adalah tempat
penimbunan kayu di air atau di darat yang berada di lokasi industri dan sekitarnya;
5. Tempat Penampungan Terdaftar adalah tempat untuk menampung kayu bulat dan
atau kayu olahan milik perusahaan yang telah mendapat pengakuan dari Dinas;
6. Tempat Pengumpulan Sementara adalah adalah tempat untuk mengumpulkan kayu
bulat atau kayu bulat kecil yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dalam
rangka pengangkutan hasil hutan di daerah yang lokasinya tidak bisa dilakukan
pengangkutan secara berantai;
7. Surat keterangan sahnya hasil hutanselanjutnya disingkat SKSHH adalah dokumen
negara yang berfungsi sebagai bukti legalitas pengangkutan, penguasaan dan atau
pemilikan hasil hutan terdiri dari SKSKB, SKAU, FA-KO, FA-KB, Nota/Kwitansi dan DPA;
8. Surat Keterangan Sahnya Kayu Bulat selanjutnya disingkat SKSKB adalah surat
keterangan sahnya hasil hutan yang diterbitkan oleh pejabat berwenang,
dipergunakan dalam pengangkutan, penguasaan atau pemilikan hasil hutan berupa
kayu bulat yang diangkut dari areal izin penebangan yang sah setelah melalui proses
verifikasi legalitas, termasuk telah dilunasi kewajiban retribusi daerah;
9. Surat Keterangan Asal Usul selanjutnya disingkat SKAU adalah SKSHH yang diterbitkan
oleh Kepala Desa/Kepala Kelurahan yang telah ditetapkan pejabat yang berwenang,
dipergunakan dalam pengangkutan, penguasaan atau pemilikan hasil hutan berupa
kayu dari hutan hak dan atau lahan milik yang jenis kayunya ditetapkan oleh Menteri
Kehutanan;
10. Faktur Angkutan Kayu Olahan selanjutnya disingkat FA-KO adalah SKSHH yang
diterbitkan oleh petugas perusahaan yang telah ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang, dipergunakan dalam pengangkutan, penguasaan atau pemilikan hasil
hutan kayu olahan industri berupa kayu gergajian, kayu lapis, veneer, serpih dan
laminated veneer lumber;
11. Faktur Angkutan Kayu Bulat selanjutnya disingkat FA-KB adalah SKSHH yang
diterbitkan oleh petugas perusahaan yang telah ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang, dipergunakan dalam pengangkutan, penguasaan atau pemilikan hasil
hutan kayu bulat yang berasal dari perizinan penebangan yang sah;
12. Bukti pembayaran pembelian hasil hutan berupa Nota Perusahaan atau Kwitansi
bermaterai cukup adalah SKSHH yang diterbitkan oleh pemilik perusahaan digunakan
sebagai bukti legalitas pengangkutan, penguasaan atau pemilikan hasil hutan berupa
kayu rakyat yang jenis kayunya ditetapkan oleh Menteri Kehutanan;
13. Daftar Pengangkutan Antara selanjutnya disingkat DPA adalah SKSHH sementara
sebagai pengganti SKSKB yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang, dipergunakan
dalam pengangkutan hasil hutan kayu bulat dari lokasi penumpukan ke Tempat
Pengumpulan Sementara, TPK Antara dan atau tempat penampungan terdaftar;
14. Pejabat Penerbit SKSKB selanjutnya disingkat P2SKSKB adalah pegawai Dinas yang
telah memiliki kualifikasi sebagai pengawas penguji hasil hutan yang diangkat dan
diberi wewenang untuk menerbitkan dokumen SKSKB;
15. Pejabat Penerbit SKAU adalah Kepala Desa atau Kepala Kelurahan yang ditetapkan
oleh Bupati/Walikota berdasarkan usulan Kepala Dinas yang diberi wewenang untuk
menerbitkan atau menandatangani dokumen SKAU;
16. Pemegang Palu Tok adalah adalah pegawai Dinas yang memiliki kemampuan
melakukan pengukuran dan pengujian kayu dan atau telah memiliki kualifikasi sebagai
pengawas penguji hasil hutan yang diangkat dan diberi wewenang untuk melakukan
pemberian tanda legalitas kayu dengan palu tok;
17. Penerbit Faktur Kayu Bulat/Hasil Hutan Bukan Kayu/Kayu Olahan selanjutnya
disingkat Penerbit FA-KB/FA-HHBK/FA-KO) adalah karyawan perusahaan yang
bergerak di bidang kehutanan yang mempunyai kualifikasi sebagai penguji hasil hutan
yang diangkat dan diberi wewenang untuk menerbitkan dokumen Faktur;
18. Pengolahan Secara Tradisional adalah pengolahan kayu hasil hutan hak dan atau lahan
milik dengan menggunakan alat-alat manual maupun semi mekanik seperti kapak,
gergaji tangan dan gergaji rantai (Chain Saw) yang dilakukan langsung dilokasi
penebangan;
19. Palu Tok adalah alat untuk memberi tanda legalitas pada kayu bulat yang berisi Kode
Departemen Kehutanan, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Nomor Urut Palu Tok;
20. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kehutanan yang selanjutnya disebut PPNS adalah
pejabat pegawai negeri sipil tertentu dalam lingkup instansi kehutanan pusat dan
daerah yang oleh Undang-undang diberi wewenang khusus penyidikan di bidang
kehutanan dan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya;
21. Kayu Bulat (KB) adalah bagian pohon yang ditebang dan dipotong menjadi batang
sesuai dengan peruntukannya/ penggunaannya;
22. Kayu Bulat Besar (KBB) adalah bagian pohon yang ditebang dan dipotong menjadi
batang dengan ukuran diameter 30 (tiga puluh) cm atau lebih;
23. Kayu Bulat Kecil (KBK) adalah pengelompokan kayu yang terdiri dari kayu dengan
ukuran diameter kurang dari 30 (tiga puluh) cm, cerucuk, tiang jermal, tiang pancang,
galangan rel, cabang, kayu bakar, bahan arang dan kayu bulat dengan diameter 30
(tiga puluh) cm atau lebih berupa kayu sisa pembagian batang, tonggak atau kayu
yang direduksi karena mengalami cacat/busuk bagian hati pohon/gerowong lebih dari
40% (empat puluh persen);
24. Kayu Olahan (KO) adalah produk hasil pengolahan hasil hutan kayu;
25. Pemberian Tanda Legalitas Kayu Bulat adalah peneraan tanda dengan Palu Tok pada
kedua bontos kayu bulat;
26. Pemegang Otoritas Pengelolaan Kawasan Hutan Negara selanjutnya disingkat POP
adalah Instansi Pemerintah dan atau BUMN yang diserahi tugas pengelolaan kawasan
hutan negara;
27. Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hutan adalah BUMN/BUMD/BUMS yang mendapat
izin atau penugasan khusus untuk mengelola hutan Negara sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
28. Timber Cruising adalah kegiatan pengukuran, pengamatan dan pencatatan terhadap
pohon yang direncanakan akan ditebang untuk mengetahui jenis, jumlah, diameter
dan tinggi pohon, serta informasi lain tentang keadaan lapangan/lingkungan yang
dilaksanakan dengan intensitas tertentu sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan;
29. Laporan Hasil Cruising (LHC) adalah hasil pengolahan data pohon dari pelaksanaan
kegiatan timber cruising pada petak kerja tebangan yang memuat nomor pohon, jenis,
diameter, tinggi pohon bebas cabang dan taksiran volume;
30. Daftar klem adalah daftar meliputi jenis, diameter, tinggi dan jumlah pohon yang
akan ditebang dari hutan hak dan atau lahan milik;
31. Surat Izin Penebangan Kayu Rakyat (SIP-KR) adalah surat izin penebangan hasil hutan
kayu yang berasal dari hutan hak dan atau lahan milik yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang;
32. Laporan Hasil Penebangan (LHP) adalah dokumen tentang realisasi seluruh hasil
penebangan pohon berupa kayu bulat pada petak/blok yang ditetapkan pada hutan
negara;
33. Rekapitulasi Hasil Penebangan (RHP) dokumen tentang realisasi seluruh hasil
penebangan pohon berupa kayu bulat pada areal hutan hak dan atau lahan milik.

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)


1. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat
alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang
berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian mengalirkannya
melalui sungai utamanya (single outlet). Satu DAS dipisahkan dari wilayah lain
disekitarnya (DAS-DAS lain) oleh pemisah dan topografi, seperti punggung perbukitan
dan pegunungan;
2. Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak
sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis kedalam Sub DAS-Sub DAS;
3. Wilayah Sungai (WS) atau wilayah DAS adalah suatu wilayah yang terdiri dari dua atau
lebih DAS yang secara geografi dan fisik teknis layak digabungkan sebagai unit
perencanaan dalam rangka penyusunan rencana maupun pengelolaannya;
4. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik
antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktifitasnya,
dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan
kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan;
5. Pengelolaan DAS terpadu adalah proses formulasi dan implementasi suatu kegiatan
yang menyangkut pengelolaan sumber daya alam dan manusia dalam suatu DAS
dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan di dalam dan
sekitar DAS termasuk untuk mencapai tujuan sosial tertentu;
6. Tata air DAS adalah hubungan kesatuan individual unsur-unsur hidrologis yang meliputi
hujan, aliran permukaan dan aliran sungai, peresapan, aliran air tanah dan
evapotranspirasi dan unsur lainnya yang mempengaruhi neraca air suatu DAS;
7. Lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya demikian rupa sehingga lahan
tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai
media produksi maupun sebagai media tata air;
8. Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) adalah upaya manusia untuk
memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan daya dukung lahan agar berfungsi
optimal sesuai dengan peruntukannya.

KLASIFIKASI HUTAN
Klasifikasi berdasarkan Jenis Hutan
1. Cara Permudaan
a. Hutan Alam (Natural Forest) : Hutan yg tumbuh secara alami tanpa adanya campur
tangan manusia.
b. Hutan Buatan (Artificial Forest : Hutan yang senagja ditanam oleh manusia dan
atau terdapat campur tangan manusia dan dikelola secara intensif
c. Hutan Permudaan Alam (Natural Regenerations Forest) : Hutan alam yang
terdapat campur tangan manusia dalam pengaturannya.

2. Tinggi Vegetasi
a. Strata pohon : tinggi >5m;
b. Strata belukar : tinggi 90 cm - 5 m;
c. Strata lapang tertinggi : 45 – 90 cm;
d. Strata lapang sedang : 10 – 45 cm;
e. Strata lapang terendah : 5 - 10 cm;
f. Strata permukaan tanah : 0 – 5 cm.

3. Jenis Hutan
a. Hutan tak sejenis (heterogen) : terdiri dari bermacam-macam jenis tumbuhan.
b. Hutan sejenis (homogen) atau hutan murni : hutan yang didominasi oleh satu jenis
pohon (> 80% dari seluruh populasi).

4. Daerah Iklim
a. Hutan Tropis : hutan yg tumbuh di daerah tropis beriklim > 24°C
b. Hutan sub tropis, hutan yang tumbuh di daerah sub-tropis, beriklim 18°C – 24°C.
c. Hutan daerah sedang, hutan yang tumbuh di daerah dengan iklim 12°C – 18°C
d. Hutan daerah dingin, hutan yang tumbuh di daerah yang beriklim 6° C – 12°C
e. Hutan daerah boreal, hutan yang tumbuh di daerah yang beriklim 3° C – 6°C.
f. Hutan daerah sub-kutub, hutan yang tumbuh di daerah sub-kutub yang beriklim
1.5°C – 3°C
g. Hutan daerah kutub, hutan yang tumbuh di daerah kutub yang beriklim < 1.5°C

5. Ketinggian Tempat
a. Hutan dataran rendah : 0 – 1000 m dpl,
b. Hutan dataran tinggi : 1000-1750 m dpl,
c. Hutan pegunungan tinggi : 3000-4000 m dpl,
d. Hutan sub alpine : 4000-5000 m dpl
e. Hutan salju : > 5000 m dpl

6. Komposisi Umur
a. Seumur atau umur sama, ditanam dalam waktu yang bersamaan
b. Tidak seumur atau berbagai umur, mempunyai dua atau tiga kelompok umur atau
ukuran.
c. Segala umur, terdiri dari berbagai umur dan ukuran, dari tingkat semai sampai
dengan pohon besar.

7. Kerapatan Tajuk
a. Rapat, penutupan tajuk > 70%
b. Cukup, penutupan tajuk 40% - 70%
c. Jarang, penutupan tajuk < 40%

Klasifikasi berdasarkan ukuran


a. Tingkat semai, : tinggi ≤ 1.5 m
b. Tingkat pancang : tinggi > 1.5 m dan diameter < 10 cm
c. Tingkat tiang, : diameter 10 – 19 cm
d. Tingkat pohon inti : diameter 20 – 49 cm
e. Tingkat pohon besar : diameter > 50 cm

Klasifikasi berdasarkan posisi tajuk pohon


an : pohon dengan tajuk lebar diatas lapisan
nan : Pohon dengan tajuk lebar dibawah lapisan
han : pohon dengan bagian besar tajuk dibawah lapisan atau terjepit dan menerima sinar
matahari dari atas dan sebagian dari samping atau tidak sama sekali
an : Pohon dengan tajuk dinaungi pohon besar dan tidak menerima sinar matahari
sepenuhnya.
Klasifikasi berdasarkan kualitas pohon
srigala : Pohon yang pertumbuhannya menghalangi pertumbuhan pohon lain yang sehat dan
subur, tetapi kurang bernilai komersil
berbatang ganda : pohon yang berbentuk kurang komersil
berbekas luka bakar : pohon yang pertumbuhannya tidak normal karena gerowong atau
membusuk
Pustaka :
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 199 tentang Kehutanan
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
3. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.18/Menhut-II/2007 tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Pengenaan Pemungutan dan Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan
(PSDH) dan Dana Reboisasi (DR)
4. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 7 Tahun 2003 tentang Penata
Usahaan Hasil Hutan
Diposkan oleh Dishutbun pada 18.1.11
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai