Anda di halaman 1dari 7

MENGENAL TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU

SaLam PaRLiN2002 Untuk Indonesia,


Hutan merupakan kekayaan alam yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk sumber
kehidupan. Sebagai rasa syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa ini, setiap manusia
berkewajiban untuk memanfaatkan hutan secara bijaksana dan menjaga kelestariaanya.
Namun, perlu diketahui dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini akibat multi dimensi,
sumber daya alam khususnya hutan di Indonesia mengalami degradasi yang luar biasa, baik
karena aktifitas penjarahan maupun penebangan liar (illegal logging).
Gunung Merbabu dikelilingi oleh kawasan hutan negara yang mempunyai arti penting bagi
daerah di bawahnya, baik dari segi ekologis, ekonomis, sosial dan kultural. Hutan di sekitar
Gunung Merbabu mempunyai fungsi sebagai penyangga kehidupan dan sebagai daerah
tangkapan air.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka kawasan Gunung Merbabu ditunjuk sebagai Taman
nasional Gunung Merbabu dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No : 135/MenhutII/2004 tanggal 4 Mei 2004
Tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam pada Kelompok
Hutan Gunung Merbabu seluas 5.725 Ha. Wilayah Taman Nasional Gunung Merbabu
mencakup 3 (tiga) wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten Boyolali (sisi Selatan dan Timur),
Kabupaten Semarang (sisi Utara) dan Kabupaten Magelang (sisi Barat).
Dengan adanya Balai Taman Nasional Gunung Merbabu yang ditunjuk sebagai pengelola
kawasan konservasi Gunung Merbabu, perlu dilakukan sosialisasi sehingga masyarakat
mengetahui keberadaan Taman Nasional Gunung Merbabu.
TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU
A. Definisi Taman Nasional
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya, yang dimaksud dengan
Taman Nasional adalah
Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, kebudayaan, dan pariwisata/rekreasi alam.
Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun
di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya.
Sistem zona merupakan penataan kawasan Taman Nasional berdasarkan fungsi dan
peruntukannya sesuai kondisi, potensi dan perkembangan yang ada. Secara umum
pembagian zona pada Taman Nasional mencakup zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan
dan atau zona lain berdasarkan kebutuhan pelestarian keanekaragaman hayati.
Zona Inti merupakan kawasan Taman Nasional yang berfungsi untuk perlindungan mutlak
dan tidak diperkenankan adanya perubahan apapun oleh kegiatan manusia, serta
perubahan dan perkembangan yang terjadi berjalan secara alami tanpa campur tangan
manusia, kecuali kegiatan untuk penelitian, pemantauan, perlindungan dan pengamanan.
Zona Rimba merupakan kawasan Taman Nasional yang berfungsi untuk penyangga zona inti
dan di dalamnya hanya dapat dilakukan kegiatan sebagaimana pada zona inti, serta dapat
dikunjungi oleh pengunjung untuk kegiatan rekreasi terbatas. Di dalam zona rimba dapat

dilakukan kegiatan pengelolaan seperti pembinaan habitat dan pembinaan populasi


satwa/tumbuhan, pembuatan jalan setapak, menara pengintai, pondok jaga, sarana
kemudahan wisata, dan lain-lain.
Zona Pemanfaatan merupakan bagian kawasan Taman Nasional yang diperuntukkan bagi
kepentingan pengunjung maupun pengelola. Di dalam zona pemanfaatan dapat dibangun
sarana akomodasi untuk keperluan pengunjung (bumi perkemahan, wisma tamu, jalan dan
tempat parkir, pusat informasi) dan sarana pengelolaan Taman Nasional (kantor, stasiun
penelitian).
B. Fungsi dan Manfaat Taman Nasinal
Pada prinsipnya Taman Nasional mengemban fungsi yaitu perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam dan ekosistemnya.
Sedangkan manfaat ekologis kawasan Taman Nasional yang dapat dikuantifikasi antara lain :
1. Nilai guna langsung (direct use values), mencakup segala sesuatu yang dapat dihasilkan
langsung dari kawasan Taman Nasional serta mudah untuk dikuantifikasi sebagai manfaat
kawasan Taman Nasional, antara lain berupa produk hasil hutan non kayu, bahan baku obatobatan dan manfaat rekreasi.
2. Nilai guna tidak langsung (indirect use values), mencakup manfaat fungsional dari proses
ekologis yang secara terus menerus memberikan peranannya kepada masyarakat dan
ekosistem serta tak mudah untuk dikuantifikasi, antara lain berupa : pengendali banjir,
perlindungan badai, penyediaan sumber air dan oksigen, sumber plasma nutfah,
pengendalian perubahan iklim dan penyerapan karbon dan lain lain.
3. Nilai guna pilihan (option value), meliputi manfaat sumberdaya alam yang dapat
disimpan, disisihkan atau dipertahankan untuk kepentingan yang akan datang, antara lain
berupa keanekaragaman hayati, sumberdaya genetik, perlindungan jenis/species,
keragaman ekosistem, dimana produk-produk itu belum diketahui dan belum memiliki nilai
pasar pada saat ini.
4. Nilai guna non-konsumtif, meliputi nilai keberadaan (existence values) dan nilai warisan
(bequest values). Nilai keberadaan adalah nilai yang diberikan oleh masyarakat kepada
kawasan Taman Nasional karena adanya nilai keberlanjutan akan keberadaan sumberdaya
tertentu, seperti konservasi habitat dan species tertentu, integritas nilai-nilai spiritual,
estetika dan kultural. Nilai warisan merupakan nilai yang diberikan masyarakat yang hidup
saat ini terhadap suatu daerah tertentu agar tetap utuh untuk dapat diberikan kepada
generasi mendatang, seperti konservasi habitat, upaya preventif terhadap perubahan yang
tidak dapat diperbarui.
C. Kegiatan yang Boleh Dilakukan dan Tidak Boleh Dilakukan di Kawasan Taman Nasional
Yang boleh dilakukan di kawasan Taman Nasional :
1. Kegiatan untuk tujuan rekreasi, yaitu kegiatan untuk berkemah dan mendaki gunung
2. Kegiatan untuk tujuan penelitian.
3. Kegiatan untuk tujuan pendidikan.
Yang tidak boleh dilakukan di Taman Nasional :
1. Membawa senjata api/angin/tajam, binatang peliharaan, benih tanaman, bahan kimia,
gitar, tape recorder/radio, minuman keras dan obat-obatan terlarang
2. Melakukan tindakan yang dapat merusak keutuhan kawasan baik terhadap tumbuhan
maupun satwa

3. Berburu, menangkap, membawa dan memiliki satwa atau bagian-bagiannya baik dalam
keadaan hidup/mati, kecuali untuk tujuan penelitian
4. Melukai/membunuh satwa, kecuali satwa tersebut membahayakan keselamatan
5. Mengambil, merusak, membawa dan memiliki telur/sarang satwa, kecuali untuk tujuan
penelitian
6. Menebang, memotong, mengambil dan memiliki tumbuhan dan bagian-bagiannya dalam
keadaan hidup/mati, kecuali untuk tujuan penelitian
7. Melakukan sesuatu yang mengakibatkan perubahan terhadap kondisi tanah
8. Melakukan vandalisme pada tumbuhan, batu, bengunan, dan lain-lain
9. Membuang sampah dan bahan-bahan lainnya yang dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan, kecuali pada tempat-tempat yang telah disediakan
10. Menyalakan api yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran, kecuali pada tempattempat yang telah ditetapkan
11. Mendirikan kemah/tenda di luar daerah bumi perkemahan, kecuali untuk kegiatan
ekspedisi dan penelitian
12. Melanggar rute yang telah ditetapkan.
D. Pengelola Taman Nasional Gunung Merbabu
1. Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan tanggal 1 Februari 2007 dengan No. P.03/MenhutII/2007, Taman Nasional Gunung Merbabu dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung
Merbabu selaku Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Balai Taman Nasional Gunung Merbabu terdiri dari
2 (dua) Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) yaitu SPTN I Kopeng dan SPTN II
Krogowanan. SPTN I Kopeng meliputi 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Getasan
(Kabupaten Semarang), Kecamatan Ampel dan Kecamatan Selo (Kabupaten Boyolali). SPTN
II Krogowanan meliputi 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan, Kecamatan Pakis
dan Kecamatan Ngablak di Kabupaten Magelang.
Tugas Pokok dan Fungsi, sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/MenhutIi/2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Taman Nasional .
Tugas Pokok UPT Taman Nasional :
Melakukan Penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan
Pengelolaan Kawasan Taman Nasional berdasarkan Peraturan Perundangan yang berlaku.
Fungsi UPT Taman Nasional :
1. Penataan Zonasi, Penyusunan Rencana Kegiatan, Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan
Kawasan Taman Nasional
2. Pengelolaan Kawasan Taman Nasional
3. Penyidikan, Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Taman Nasional
4. Pengendalian Kebakaran Hutan
5 Promosi, Informasi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekosistemnya.
6. Pengembangan Bina Cinta Alam serta Penyuluhan Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekosistemnya.
7. Kerja sama Pengembangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekosistemnya, serta
Kemitraannya
8. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional
9. Pengembangan dan Pemanfaatan Jasa lingkungan dan Wisata Alam
10. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga.
2. Visi dan Misi

Visi :
Terwujudnya Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu yang aman dan mantap secara
legal formal, didukung dengan kelembagaan yang kuat dalam pengelolaannya serta mampu
memberikan manfaat optimal bagi masyarakat.
Misi :
a. Memantapkan Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu dan Ekosistemnya
b. Memantapkan Perlindungan Hutan dan Penegakan Hukum
c. Mengembangkan secara optimal pemanfaatan sumberdaya hutan dan ekosistemnya
berdasarkan prinsip kelestarian
d. Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan, perlindungan
dan pemanfaatan sumberdaya hutan dan ekosistemnya.
III. KEADAAN UMUM
A. Lokasi Geografis dan Administratif
Taman Nasinal Gunung Merbabu secara geografis terletak pada 110 26 22 BT dan 7 27
13 LS dengan ketinggian mencapai 3.142 meter dpl.dan luas kawasan 5.725 Ha,
secara Administratif meliputi 3 (tiga) wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten Boyolali (sisi
Selatan dan Timur), Kabupaten Semarang (sisi Utara) dan Kabupaten Magelang (sisi Barat).
B. Keadaan Fisik
Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu seluas 5.725 hektar memiliki bagian utama
berupa Gunung Merbabu dengan ketinggian 3.142 meter dpl. dan puncaknya yang
terkenal yaitu Puncak Kenteng Songo ( 3.142 m dpl) dan Puncak Syarif ( 3.119 m dpl).
Gunung Merbabu dikenal sebagai gunung tidur karena sudah tidak aktif. Secara historis
Merbabu bersal dari kata meru (gunung), babu (wanita). Jadi Merbabu adalah Gunung
Wanita. Oleh karenanya pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu menggunakan filosofi
seorang ibu yang penuh kasih sayang menjaga dan melestarikan ekosistem kawasan
Gunung Merbabu, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Gunung Merbabu memiliki banyak kawah, diantaranya yang dikenal adalah Kawah
Condrodimuko, Kawah Kombang, Kawah Kendang, Kawah Rebab, dan Kawah Sambernyowo.
Puncak Gunung Merbabu dapat ditempuh dari Kopeng (Salatiga) melalui dusun Tekelan
dengan jarak 6,25 km, dari Selo (Boyolali) melalui dusun Genting dengan jarak 4 km,
atau dari Pakis (Magelang) melalui dusun Ketundan.
C. Keadaan Biologis
Kawasan Taman Nasinal Gunung Merbabu mempunyai 3 type ekosistem yaitu :
1. Ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan bawah (1.000 1.5000 m dpl), yang
sebagian besar terdiri dari vegetasi sejenis yang merupakan hutan sekunder dengan jenis
tanaman Pinus (Pinus merkusii) dan Puspa (Schima noronhae).
2. Ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan tinggi (1.500 - 2.400 m dpl), yang
ditumbuhi jenis-jenis vegetasi antara lain Akasia (Acacia decurens), Puspa (Schima
noronhae), Sengon gunung (Albizia falcataria), Sowo, Tanganan dan Pasang.
3. Ekosistem hutan tropis musim sub-alpin (2.400 3.142 m dpl) terletak pada pada puncak
Gunung Merbabu yang ditumbuhi rumput dan tanaman edelweis.
Keragaman fauna yang ada dan dapat dijumpai di kawasan Taman Nasinal Gunung Merbabu
antara lain : Lutung hitam (Tracypithecus auratus), Kera ekor panjang (Macaca fascicularis),
Elang hitam (Ichinaetus malayanensis), Ayam hutan (Ghalus farius), Pentet (Lanius shach),

Srigunting (Sichrurus leuchopaeus) dan Alap-alap (Falco peregrinus).


D. Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan Taman Nasinal Gunung
Merbabu memiliki iklim tipe B dengan nilai Q = 31,42 %. Curah hujannya berkisar antara
2.000 3.000 mm per tahun. Suhu sepanjang tahun berkisar antara 17 C hingga 30 C.
E. Hidrologi.
Kondisi hidrologi Kawasan Taman Nasinal Gunung Merbabu dipengaruhi oleh aspek geofisik
permukaan seperti sifat morfologi (hidromorfologi), sifat morfometri (hidromorfologi), sifat
morfometri (hidromorfometri), sifat batuan (hidrogeologi), dan sifat cuaca dan iklim
(hidrometeorologi klimatologi). Ditinjau dari sifat morfologi, lereng Gunung Merbabu ke
arah wilayah Boyolali didominasi oleh batuan bermateri lava, dan ke arah wilayah Magelang
lebih didominasi oleh batuan bermateri piroklastik. Sedangkan dari aspek cuaca dan iklim,
wilayah Boyolali merupakan merupakan daerah bayangan hujan (leeward side), dan wilayah
Magelang merupakan wilayah hujan (windward side). Pada citra Landsat TM berwarna (Color
Composite), daerah bayangan hujan tampak lebih cerah karena refleksi dari lahan kering.
Sebagai konsekuensinya, Gunung Merbabu memiliki potensi hidrologi yang cukup mencolok
ditinjau dari aspek hidrologi. Ketersediaan air di wilayah Magelang lebih permanen dari pada
di wilayah Boyolali. Demikian halnya dengan kondisi sungai yang mengalir ke arah lereng
Barat lebih permanen dari pada ke arah lereng Timur. Banyak mata air dijumpai di lereng
Barat mulai dari mata air Sobleman yang menjadi hulunya Sungai Bulak dan Sungai Gendil.
Mata air Kecritan mengalir ke Kali Mangu dan yang yang cukup besar mata air Ketundan
yang mengalir ke Sungai Soti.
Di daerah peralihan lereng Timur dan lereng Selatan, ditemukan fenomena peralihan kondisi
basah dan kering. Batas wilayah kering yang tegas dijumpai di wilayah Desa Ngagrong dan
kondisi basah dijumpai di wilayah Desa Selo. Perbedaan ketersediaan air ini berpengaruh
pada kondisi penggunaan lahan, kondisi tanaman dan produksi pertaniaanya.
F. Sosial Ekonomi Masyarakat
Masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu pada umumnya adalah
masyarakat yang hidup turun temurun berbatasan langsung dengan kawasan dan memiliki
ketergantungan hidup yang tinggi dari kawasan itu. Mereka masih mempunyai ikatan sosial
yang kuat dan mempunyai ikatan batin tersendiri dengan kawasan Gunung Merbabu.
Masyarakat ini sebagian besar mempunyai pekerjaan sebagai petani. Selain menggarap
tanah yang dimiliki, mereka juga memanfaatkan hutan negara sebagai sumber rumput
untuk pakan ternak dan kayu bakar sebagai bahan bakar.
IV. POTENSI KAWASAN
A. Potensi Flora dan Fauna.
1. Flora.
Berbagai tumbuhan yang terdapat di kawasan Gunung Merbabu, antara lain Pinus (Pinus
merkusii), Puspa (Schima noronhae), Akasia (Acacia decurens), Waru (Hibiscus sp.), Kayu
manis (Cynamomum burmanii), Cengkeh (Syzigium aaromaticum), Alpokat (Parsea
americanai), Sengon (Albizia falcataria), Cemara gunung (Casuarina montana), dan Bambu
apus (Gigantochloa apus).
2. Fauna

a. Mamalia
Keragaman fauna yang ada dan dapat dijumpai di kawasan Taman Nasinal Gunung Merbabu
antara lain :
Lutung hitam (Tracypithecus auratus), Lutung kelabu (Presbytis fredericae), Kera ekor
panjang (Macaca fascicularis), Kijang (Muntiacus muntjak), Musang (Herpates javanica),
Landak (Histrix sp.), dan Luwak (Paradoxurus hermaproditus)
b. Aves.
Jenis burung yang ditemui di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu berdasarkan
Inventarisasi Aves bulan Juli 2007 sebanyak 53 spesies, yang meliputi :
1). Raptor (Burung pemangsa) yang dilindungi yaitu Elang hitam (Ictinaetus malayensis) dan
Alap-alap sapi (Falco moluccensis)
2). Burung Endemik Jawa yaitu : Kipasan ekor merah (Rhipidura phoenicura), Cekakak jawa
(Halcyon cyannoventris), Takur bututut (Megalaima corvina), Tepus leher putih (Stachyris
thoracica) dan Ciung air jawa (Macronous flavicollis).
Jenis burung yang paling mudah ditemui yaitu Walet linchi (Collocalia linchi) dan Kacamata
gunung (Zosterops montanus), sedangkan yang paling umum dan banyak ditemui yaitu
Ceret gunung (Cettia vulcania), Anis gunung (Turdus poliocephalus) dan Kacamata gunung
(Zosterops montanus).
B. Potensi Wisata
1. Taman Wisata Alam (TWA) Tuk Songo.
Potensi utama yang ditawarkan oleh Taman Wisata Alam ini berupa 9 (sembilan, songo
dalam bahasa Jawa) buah mata air yang mengalir sepanjang musim, sehingga dinamakan
kawasan ini Tuk Songo.TWA Tuk Songo adalah kawasan konservasi seluas 6,5 ha yang
terletak di Desa Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.
Kawasan ini merupakan hutan alam campuran dengan vegetasi dominan yaitu Puspa
(Schima wallichii), Pinus (Pinus merkusii), Akasia (Acasia sp.), Cemara (Casuaria sp.),
Tembelekan (Lantana camara) dan Beringin (Ficus sp.). Fauna yang banyak dijumpai yaitu
Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Dederuk (Streptopelia bitorquata), Prenjak dan Penthet.
Untuk mencapai lokasi TWA Tuk Songo dapat ditempuh melalui 2 rute yaitu :
b. Dari arah Timur, dapat dicapai dari kota Salatiga dengan jarak 14 km, yang dapat
ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan baik pribadi maupun angkutan umum.
c. Dari arah Barat, dapat dicapai dari kota Magelang dengan jarak 22 km dengan kondisi
jalan yang cukup baik.
2. Jalur Wisata SoSeBo (Solo-Selo-Borobudur)
Jalur wisata ini dicanangkan pada tahun 2002 oleh Gubernur Jawa Tengah, yang menjadikan
jalur ini sebagai objek wisata, sehingga kawasan ini semakin berkembang dan banyak
dikunjungi wisatawan. Objek sekitar SoSeBo yaitu :
a. Gardu Pandang Ketep.
Tempat wisata ini berada di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan dengan ketinggian 1.200
m dpl, kawasan ini mempunyai pemandangan yang indah, yaitu dapat melihat lereng serta
puncak Gunung Merbabu dan Gunung Merapi dengan jelas tanpa penghalang kecuali saat
kabut. Di tempat ini juga dilengkapi dengan VolcanoTheatre, Museum Vulkanologi dan
tempat istirahat dengan Restorannya. Lokasi ini dapat ditempuh melalui Magelang, Salatiga
maupun Boyolali dengan kondisi jalan yang baik.

b. Wisata Pendakian (Tracking) Gunung Merbabu.


Bagi wisatawan minat khusus (pendaki gunung) Gunung Merbabu merupakan salah satu
gunung di Jawa Tengah yang menantang untuk ditaklukkan. Puncak Gunung Merbabu dapat
ditempuh dari Kopeng (Salatiga), melalui Dusun Tekelan dengan jarak 6,25 km, maupun
dari Selo (Boyolali) melalui Dusun Genting dengan jarak 4 km. Sebenarnya masih banyak
jalan menuju puncak Gunung Merbabu yang dapat dilewati namun belum banyak dikenal,
yaitu melalui Dusun Kaponan dan Ketundan Kecamatan Pakis Magelang. Jalan setapak
menuju puncak Gunung Merbabu dapat ditelusuri melalui lereng gunung bagian tengah,
yaitu di bagian Barat Gunung Merbabu mulai dari objek Wisata Sobleman Kecitran
Genikan, kemudian turun ke jalan raya Ngablak (Kaponan). Dari bagian Utara lereng Gunung
Merbabu mulai dari desa Kopeng Batur Tajuk Ngaduman Jlarem turun ke jalan raya
Salatiga. Dari bagian Timur lereng Gunung Merbabu, mulai dari desa Ngadirejo Ngargoloka
Ngagrong kemudian turun ke jalan raya Selo.
C. Potensi Wisata Budaya.
Masyarakat sekitar kawasan Taman Nasinal Gunung Merbabu mempunyai budaya tradisional
yang beraneka ragam dan potensial untuk dikembangkan. Budaya tradisional tersebut
berupa kesenian lokal yang biasanya ditampilkan dalam acara-acara di desa pada waktu ada
hajatan atau perayaan Agustusan, seperti kesenian Kuda Lumping/Jathilan, Tarian Prajuritan,
Tarian Turonggo Seto dan Ketoprak.
D. Potensi Religi
Masyarakat di sekitar Gunung Merbabu mempunyai keragaman budaya, adat istiadat dan
kepercayaan. Hal ini bisa dilihat dari adanya Masjid, Gereja dan Vihara sekitar Kopeng. Serta
adanya Upacara Adat, dimana penduduk sering melakukan meditasi atau bertapa di tempattempat menuju puncak yang dikeramatkan. Di desa-desa sekitar kawasan Taman Nasional
Gunung Merbabu setiap tahun baru Jawa 1 Suro diadakan upacara tradisional Sedekah
Gunung, dengan harapan masyarakat sekitar kawasan menjadi aman, tenteram dan
sejahtera, dengan panen yang melimpah.
Dengan telah ditetapkannya Kawasan Hutan Merbabu seluas 5.725 Ha sebagai Taman
Nasional Gunung Merbabu, maka diharapkan fungsi ekologi, fungsi ekonomi dan fungsi
sosial dari Kawasan Hutan Gunung Merbabu dapat lebih optimal guna mewujudkan
Pengelolaan Hutan Lestari demi kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai