Anda di halaman 1dari 5

MATERI 1 Perlindungan diperlukan agar tanaman

hutan tidak terkena serangan hama dan


Silvikultur adalah kegiatan pengendalian penyakit dengan ccara melakukan
proses permudaan (penanaman), pencegahan dan perbaikan.
pertumbuhan, komposisi, kesehatan dan
kualitas suatu hutan untuk mencapai aspek 4. Fungsi Penyelamatan
ekologi dan ekonomi yang diharapkan.
Penyelamatan adalah kegiatan untuk
Tujuan dari sistem budidaya hutan adalah menghilangkan berbagai macam gangguan
yang terjadi pada hutan. Misalnya
tercukupinya kebutuhan hasil hutan, baik
pemadaman hutan ketika terjadi
berupa kayu dan non kayu. Hasil hutan kebakaran, penghilangan hama dan
berupa kayu yang memiliki nilai ekonomis penyakit.
tinggi, antara lain jati, mahoni, ulin,
gaharu dan sebagainya. Sedangkan hasil Penjarangan (thinning) adalah
hutan non kayu, seperti madu lebah hutan, penebangan untuk memperlebar jarak
getah, dan lainnya. tanam atau mengurangi jumlah pohon
agar pertumbuhan dalam suatu area lebih
merata sehingga mutu kayu yang
Fungsi dan Tahap Silvikultur
dihasilkan meningkat.
Sistem ini memiliki prioritas untuk
Tujuan dari kegiatan penjarangan adalah
mencapai pengelolaan hutan secara lestari,
dengan tahap berikut ini: memelihara pohon-pohon yang terbaik
pada suatu tegakan dengan memberi ruang
1. Kontrol tumbuh yang cukup bagi tanaman atau
tegakan tinggal sehingga pada akhir daur
Kegiatan kontrol dalam budidaya hutan akan diperoleh tegakan hutan yang
adalah aktivitas mengamati dan memiliki massa kayu yang besar dan
menganalisa, apakah pada hutan tersebut
berkualitas tinggi.
diperlukan tindakan silvikultur atau tidak.
Pertimbangan secara ekonomi juga harus MATERI 2
diperhitungkan, agar biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan budidaya hutan Struktur tegakan hutan merupakan sebaran
dapat menghasilkan keuntungan yang lebih jumlah pohon pada berbagai kelas
besar.
diameter per satuan luas. Pendugaan
2. Fasilitasi mendapatkan pola struktur tegakan dapat
dilakukan dengan pemodelan yang berasal
Kegiatan budidaya hutan yang dilakukan dari model-model famili sebaran
setelah kegiatan kontrol. Fasilitasi lognormal dan famili sebaran eksponensial
merupakan tindakan penyiangan, negatif.
pemberian pupuk, pemangkasan, dan
tindakan lainnya. Tujuan dari kegiatan ini
agar pohon dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik.

3. Perlindungan
MATERI 3 melaksanakan sesuai kewenangannya serta
dapat membentuk tim.
Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang
selanjutnya disingkat RHL adalah upaya Dalam melaksanakan pengendalian RHL
untuk memulihkan, mempertahankan, dan Menteri yang menyelenggarakan urusan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan guna pemerintahan di bidang kehutanan
meningkatkan daya dukung, produktivitas menugaskan Direktur Jenderal dan dapat
dan peranannya dalam menjaga sistem membentuk tim pengendali RHL untuk
penyangga kehidupan. melaksanakan kegiatan berupa:

Rehabilitasi Hutan sebagaimana Pasal 4 a. monitoring;


dapat dilakukan pada Kawasan:
b. evaluasi;
1. Hutan Konservasi, ditujukan untuk
pemulihan ekosistem, pembinaan habitat c. pelaporan; dan
dan peningkatan keanekaragaman hayati;
d. tindak lanjut.
2. Hutan Lindung, ditujukan untuk
memulihkan fungsi hidrologis Daerah Dalam hal pendanaan, sumber dana yang
Aliran Sungai dan meningkatkan produksi digunakan untuk kegiatan Rehabilitasi
Hasil Hutan Bukan Kayu serta jasa Hutan dan Lahan berasal dari:
lingkungan; dan
1. anggaran pendapatan dan belanja
3. Hutan Produksi, ditujukan untuk negara;
meningkatkan produktivitas kawasan
Hutan Produksi. 2. anggaran pendapatan dan belanja
daerah; dan/atau
Rehabilitasi hutan dilaksanakan melalui 2
(dua) kegiatan, yaitu: 3. sumber dana lain yang sah dan tidak
mengikat sesuai dengan ketentuan
a. Reboisasi; dan/atau peraturan perundang undangan.

b. Penerapan Teknik Konservasi Tanah. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai
berlaku, ketentuan mengenai tata cara
Sedangkan untuk rehabilitasi lahan dapat pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan,
dilakukan diluar Kawasan hutan berupa Kegiatan Pendukung Rehabilitasi Hutan
hutan dan lahan yang dapat dilakukan dan Lahan, serta pembinaan dan
melalui kegiatan: pengendalian kegiatan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan pada Peraturan Menteri
a. Penghijauan; dan/atau Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020
b. Penerapan Teknik Konservasi Tanah. tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
Pembinaan penyelenggaraan Rehabilitasi P.105/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/201
Hutan dan Lahan dilaksanakan oleh 8 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan
Menteri di tingkat nasional atau gubernur Pendukung, Pemberian Insentif, serta
di tingkat provinsi. Dalam melaksanakan Pembinaan dan Pengendalian Kegiatan
pembinaan penyelenggaraan Rehabilitasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan dicabut dan
Hutan dan Lahan, Menteri atau gubernur dinyatakan tidak berlaku
Sistem silvikultur adalah sistem budidaya tumbuhan pengganggu, serta penerapan
hutan atau teknik bercocok tanam hutan yang batas minimum diameter di Indonesia.
dimulai dari pemilihan bibit, pembuatan
tanaman, sampai pada pemanenan atau  Azas kelestarian hutan bertujuan agar
kelestarian hutan untuk produksi dan
penebangannya (SK Menteri Kehutanan
ekosistem yang ada didalamnya
No.309/Kpts-II/1999). tercapai. Hasilny adalah pengusahaan
hutan yang terus berjalan dan fungsi
Sistem silvikultur adalah suatu sistem yang ekosistem terjaga dengan baik.
mencakup seluruh pengelolaan hutan  Penggunaan teknik silvikultur yang
produksi, mulai dari penyemaian hingga digunakan harus sesuai dengan tipe
tahap pemanenan pada hutan produksi hutan, sifat-sifat tumbuhan, dan
alam (IUPHHK-HA) serta hutan tanaman kondisi ekologi.
(IUPHHK-HT) secara berkelanjutan.  Keuntungan dari pengusahaan hutan
serta pengawasan yang efektif dan
IUPHHK-HA merupakan kependekan dari efisien.
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
pada Hutan Alam. Sedangkan IUPHHK- Silvikultur TPTI (Tebang Pilih Tanam
HT merupakan kependekan dari Izin Indonesia) memiliki prinsip dasar sebagai
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan berikut:
Hutan Tanaman.
 Rotasi tebang
Kementerian Kehutanan (saat ini menjadi  Adanya tanaman pengayaan
Kementerian Lingkungan Hidup dan  Pembatasan diameter minimum
Kehutanan) telah mengatur sistem tebangan
silvikultur melalui peraturan yang  Adanya pohon inti
dikeluarkan. Peraturan ini membatasi  Pencegahan erosi
perusahaan yang memegang hak  Pengamanan hutan
IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT agar
tidak melakukan kegiatan silvikulur tanpa b. TPTJ – Tebang Pilih Tanam
dasar yang jelas. Jalur

Beberapa sistem silvikultur yang telah Keputusan Menteri Kehutanan dan


dikenal dan diterapakan di Indonesia Perkebunan Nomor 309/kpts-II/1999
adalah TPTI (Tebang Pilih Tanam tentang Sistem Silvikultur dan Daur
Indonesia), TPTJ (Tebang Pilih Tanam Tanam Pokok dalam Pengelolaan Hutan
Jalur), TR (Tebang Rumpang), dan THPB Produksi, memberi pengertian bahwa
(Tebang Habis Permudaan Buatan). sistem silvikultur TPTJ (Tebang Pilih
Tanam jalur) adalah sistem yang meliputi
a. TPTI – Tebang Pilih Tanam cara tebang pilih dengan batas diameter 40
Indonesia cm dan diikuti permudaan buatan dalam
jalur.
Sistem tebang pilih tanam merupakan cara
silvikultur yang meliputi penebangan dan Sistem silvikultur TPTJ wajib dilakukan
permudaan hutan. Sistem silvikultur ini penanaman tanaman pengayaan pada areal
adalah perpaduan cara tebang pilih Filipina bekas jalur tebangan dengan jarak tanam
(selective logging), penyempurnaan hutan antar jalur 25 m dan jarak tanam antar
dengan tanaman pengayaan (enrichment), pohon 5 m. Adanya ruang antar jalur
pembinaan permudaan dengan penebasan ditujukan agar keanekaragaman hayati
berkembang dan memperkaya kelestarian keunggulan yaitu terciptanya hutan dengan
ekosistem. kualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku industri kehutanan.
Dibandingkan sistem TPTI, sistem TPTJ
memiliki kelebihan yaitu lebih terjaminnya
produktivitas hutan karena mekanisme
Inti Sistem Silvikultur
kontrol lebih optimal dan mudah
Kegiatan pada sistem silvikultur pada
dilakukan.
dasarnya meliputi tahap-tahap sebagai
berikut:
c. TR – Tebang Rumpang
1. Permudaan
Tebang rumpang adalah pemanenan yang
dilakukan berdasarkan kelompok pohon di
Permudaan hutan adalah usaha
dalam bentuk rumpang. Rumpang adalah
memperbarui tegakan hutan dengan cara
bentuk ruang terbuka hasil dari
menanam pohon baru. Metode permudaan,
penebangan kelompok vegetasi yang
spesies yang ditanam, serta kepadatan
berbentuk melingkar berukuran 1-2 kali
tegakan pohon dipertimbangkan
tinggi pohon tepinya.
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
Permudaan dapat dibedakan atas
Tujuan sistem tebang rumpang adalah
permudaan alami dan permudaan buatan.
untuk meningkatkan produktivitas hutan
alam tegakan tidak seumur melalui cara
Permudaan buatan menjadi metode yang
tebang kelompok. Selain itu, ruang tumbuh
paling umum dalam menanam. Sebab,
dalam rumpang juga dimanfaatkan untuk
metode ini lebih dapat diandalkan
meningkatkan tiap pertumbuhan agar
dibandingkan regenerasi alami.
menghasilkan produksi yang
Penanaman dapat menggunakan semai
berkelanjutan.
(bibit), stek, atau benih.
Sistem silvikultur tebang rumpang
Regenerasi secara alami adalah permudaan
memiliki prinsip-prinsip berikut:
hutan dengan memanfaatkan biji dari
pohon-pohon induk yang tersisa, semai
 Membuat ruang tumbuh yang optimal
akar atau terubusan dari tunggak. Konifer
 Rumpang menjadi unit perlakuan
silvikultur
melakukan regenerasi melalui biji,
 Mempertahankan keanekaragaman sedangkan sebagian jenis pohon berdaun
hayati lebar dapat memperbanyak spesiesnya
 Sistem untuk tegakan tidak seumur melalui terubusan akar atau tunggak.
 Teknik pemanenan tebang kelompok
rumpang yang terdapat satu jalan 2. Perawatan Hutan
sarad sistematis menuju TPn
 Unit manajemen terkecil adalah TPn Pengayaan (enrichment) adalah upaya
meningkatkan kepadatan tegakan hutan
d. THPB – Tebang Habis dengan melakukan penanaman di hutan
Permudaan Buatan yang telah tumbuh. Istilah pengayaan
digunakan jika jenis tanaman yang
Sistem THPB adalah sistem silvikultur ditanam berbeda dengan jenis-jenis pohon
yang terdiri dari cara penebangan dan cara yang telah ada. Sedangkan jika jenisnya
permudaan kembali. Sistem ini digunakan sama, maka disebut dengan penyulaman
pada hutan tanaman untuk keperluan atau penyisipan.
industri. Sistem THPB memiliki
Penjarangan (thinning) adalah kegiatan
mengendalikan jumlah pohon pada area
tertentu, misalnya dengan menebang
pohon yang tumbuh tidak normal atau
kualitas kayu yang buruk, sehingga
memberi ruang lebih kepada pohon lain
yang sehat.

Tindakan ini bukan untuk menyediakan


ruang untuk menanam kembali, melainkan
sebagai seleksi untuk menebang pohon
tertentu maupun secara mekanis dengan
pola tertentu. Penjarangan juga dilakukan
dengan tujuan ekologi, seperti untuk
melestarikan spesies tertentu dan bukan
hanya hasil kayu. Penjarangan berulang
kali dapat menjaga kadar karbon dalam
tanah lebih baik dibandingkan metode
tebang habis kemudian ditanam kembali.

Pemangkasan (pruning) dalam silvikultur


adalah pemotongan cabang terendah dari
suatu pohon yang tidak produktif dalam
proses fotosintesis dan mencegah
perkembangan mata kayu. Kayu yang
terbebas dari mata kayu memiliki nilai jual
yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai