Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TB PARU

PADA LANSIA
MATA KULIAH : KEPERAWATAN GERONTIK

Dosen Pengampu : Masadah, M. Kep


KELOMPOK 2
Maria Ulfa Nurul Aulia Rizki
Miming Sukriani Prisda Nurshabrina
Nada Haryanti Putri Rinadella Azhari
Nadia Syawatul Muthmainnah Rahmawati
Nani Ewi Salman Riska Oktavia
Ni Made Junia Putri Rizka Hisnia
Ni Wayan Dewi Adriani Risky Munawar
Novi Hindriyani Try Azwin Saputra
Nurhidayatul Hasani Vani Fariski
Nursifa Wayan Indah Sanis Setiawati

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D-III KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mata kuliah : Gerontik


Sasaran : Lansia.
Target : Lansia.
Hari /tanggal :
Jam :
Judul : TB Paru.

I. Latar Belakang
TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi
permasalahan di dunia hingga saat ini, tidak hanya di negara berkembang
tetapi juga di negara maju. WHO memperkirakan sepertiga penduduk dunia
telah terinfeksi oleh TB Paru. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya
jumlah penderita TB Paru yang ditemukan di masyarakat dan sejak tahun
1993, WHO menyatakan bahwa TB Paru merupakan kedaruratan global bagi
kemanusiaan.
Gejala TB paru pada orang berusia lanjut juga agak berbeda dari orang
muda. Gejala batuk yang merupakan gejala penting pada TB pada orang
muda ternyata pada usia lanjut kurang menonjol. Biasanya yang lebih sering
dikeluhkan adalah gejala sesak. Perlu juga diingat pada orang berusia lanjut
fungsi organ tubuh menurun sehingga dalam pemberian obat keadaan fungsi
organ harus dipertimbangkan (Kompas, 2008). Semakin meningkatnya
jumlah penduduk Indonesia dan peningkatan usia harapan hidup, jumlah
populasi usia lanjut di Indonesia akan meningkat pula. Keluarga di Indonesia
perlu memahami cara memelihara kesehatan bayi dan anak, maka sekarang
pengetahuan keluarga tentang pemeliharaan kesehatan orang berusia lanjut
juga harus ditingkatkan. Perawat dituntut memiliki pengetahuan dan
ketrampilan dalam berbagai bidang termasuk dalam pengelolaan pasien.
Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi
asuhan keperawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan
advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, pembuat kenyamanan
komunikator dan pendidik (Perry dan Potter, 2005). Peran perawat tersebut
juga bisa diterapkan pada pasien lansia yang mengalami TB paru.

II. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan, di harapkan lansia dapat mengerti dan
memahami tentang TB Paru.
b. Tujuan khusus
1. Diharapkan lansia dapat memahami pengertian TB Paru.
2. Diharapkan lansia mengetahui penyebab dari TB paru.
3. Diharapkan lansia dapat mengetahui tanda dan gejala dari TB Paru.
4. Diharapkan lansia dapat mengetahui komplikasi dari TB Paru.
5. Diharapkan lansia dapat mengetahui klasifikasi dari TB Paru.
6. Diharapkan lansia dapat mengetahui cara penularan TB Paru.
7. Diharapkan lansia mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan
TB Paru.

III. Manfaat
Sebagai bahan masukan dan tambahan ilmu pengetahuan lansia tentang
pengertian, penyebab, tanda gejala, klasifikasi, cara penularan dan cara
penanggulangan TB Paru.

IV. Metoda
Ceramah dan Tanya jawab.
V. Uraian Tugas
a. Moderator
1) Membuka acara.
2) Memimpin jalannya kegiatan.
3) Memperkenalkan anggota tim.
4) Kontrak waktu.
5) Menyimpulkan hasil penyuluhan.
b. Fasilitator
1) Persiapan alat / tempat acara.
2) Mempertahankan kehadiran peserta.
3) Mencegah atau mengatasi hambatan kelompok.
4) Memotifasi peserta untuk aktif.
5) Membuat suasana tidak menjadi fakum.
c. Observer
1) Mengobservasi jalannya acara penyuluhan.
2) Melaporkan jalannya acara.
d. Penyaji
1) Memberikan materi sesuai waktu yang di tentukan.
2) Menjawab pertanyaan yang diberikan audiens.
VI. Proses Pelaksanaan
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media Waktu
1. Tahap pembukaan 1) Menjawab salam. Lembar 5 menit
1) Moderator memberikan salam. 2) Mendengarkan. balik,
2) Moderator memperkenalkan anggota. 3) Mendengarkan dan leaflet
3) Moderator membuat kontrak waktu, menyetujui.
tempat dan bahasa. 4) Mendengarkan
4) Moderator menjelaskan tujuan
kegiatan.
2. Tahap pelaksanaan 1) Menjawab 20 menit
1) Penyaji mengkaji pengetahuan audiens pertanyaan.
tentang pengertian TB Paru. 2) Menjawab
2) Penyaji memberikan reinforcement pertanyaan.
positif atas jawaban audiens. 3) Mendengarkan.
3) Penyaji menjelaskan tentang apa 4) Mendengarkan.
Penyaji mengkaji pengetahuan audiens 5) menjawab
tentang etiologi TB Paru. pertanyaan.
4) Penyaji memberikan reinforcement 6) Mendengarkan.
positif atas jawaban audiens. 7) Mendengarkan.
5) Penyaji menjelaskan etiologi TB Paru. 8) Menjawab
6) Penyaji mengkaji pengetahuan audiens pertanyaan.
patofisiologi TB Paru. 9) Mendengarkan.
7) Penyaji memberikan reinforcement 10) Mendengarkan.
positif atas jawaban audiens. 11) Menjawab
8) Penyaji menjelaskan tentang pertanyaan.
patofisiologi TB Paru. 12) Mendengarkan.
9) Penyaji mengkaji pengetahuan audiens 13) Mendengarkan.
tentang tanda dan gejala TB Paru. 14) Menjawab
10) Penyaji memberikan reinforcement pertanyaan.
positif atas jawaban audiens. 15) Mendengarkan .
11) Penyaji menjelaskan tanda dan 16) Mendengarkan.
gejala TB Paru. 17) Menjawab
12) Penyaji mengkaji pengetahuan pertanyaan.
audiens tentang klasifikasi dari TB 18) Mendengarkan.
Paru. 19) Mendengarkan.
13) Penyaji memberikan reinforcement 20) Menjawab
positif atas jawaban audiens. pertanyaan.
14) Penyaji menjelaskan klasifikasi
dari TB Paru.
15) Penyaji mengkaji pengetahuan
audiens tentang cara penularan TB
Paru.
16) Penyaji memberikan reinforcement
positif atas jawaban audiens.
17) Penyaji menjelaskan cara cara
penularan TB Paru.
18) Penyaji mengkaji pengetahuan
klien tentang cara pencegahan dan cara
penularan TB Paru.
19) Penyaji memberikan reinforcement
positif atas jawaban audiens.
20) Penyaji menjelaskan cara
pencegahan dan penularan TB Paru.
3. Tahap Penutup 1) Bersama-sama 5 menit
1) Penyaji bersama audiens menyimpulkan
menyimpulkan hasil penyuluhan. hasil penyuluhan.
2) Moderator menutup penyuluhan dan 2) Menjawab salam
memberi salam penutup.
VII. Materi
Terlampir

VIII. Kriteria hasil


1. Evaluasi struktur
a) Peserta menghadiri penyuluhan.
b) Peserta mengikuti dari awal sampai akhir penyuluhan.
c) Tersedianya alat media untuk melakukan penyuluhan.
d) Setting tempat sesuai dengan perencanaan.
e) Peserta memberikan respon terhadap pelaksanaan.
2. Evalusi proses
a) Peserta berpartisipasi selama kegiatan penyuluhan.
b) Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan.
c) Pelaksanaan sesuai rencana.
d) Audiens, moderator, penyaji, dan observer serta fasilitator berperan
aktif selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi hasil
a) Audiens yang mengikuti penyuluhan dapat menjelaskan pengertian
penyakit TB Paru.
b) Audiens dapat menyebutkan etiologi TB Paru.
c) Audiens yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan 7 dari 10
tanda dan gejala penyakit TB Paru.
d) Audiens yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan 3 dari 4
komplikasi penyakit TB Paru.
e) Audiens dapat menjelaskan cara penularan TB Paru.
f) Audiens dapat menjelaskan cara penanggulangan dan pencegahan
TB Paru.
Materi :

TB PARU

1. Defenisi
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman
mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ
tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer (Mansjoer, 2000).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suddarth, 2003).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis,
(Smeltzer, 2002).
Kesimpulannya TB Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
kuman mycobakterium tuberculosis yang menyerang saluran pernafasan
terutama parenkim paru.

2. Tanda dan Gejala


(a) Batuk .Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Dimulai dari batuk
kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif,
(menghasilkan sputum).
(b) Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
(c) Sesak nafas (Dyspnea) : Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang
sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
(d) Nyeri dada : Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
(menimbulkan pleuritis).
(e) Demam :Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya
infeksi kuman yang masuk.
(f) Malaise (keadaan lesu) : Dapat berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan).
(g) Berat badan menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

3. Klasifikasi

Pada penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan yaitu tuberkulosis paru


dan tuberkulosis ekstra paru.

(a) Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu
sekitar 80% dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang jaringan
paru – paru ini merupakan satu–satunya bentuk dari TB yang mudah
tertular.
(b) Tuberkulosis ekstra paru merupakan bentuk penyakit TBC yang
menyerang organ tubuh lain, selain paru–paru seperti pleura, kelenjar
limpe, persendian tulang belakang, saluran kencing, susunan syaraf pusat
dan pusat. Pada dasarnya penyakit TBC ini tidak pandang bulu karena
kuman ini dapat menyerang semua organ – organ dari tubuh.

4. Pencegahan
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderitaan, masayrakat dan
petugas kesehatan.
1) Pengawasan Pederita, kontak dan lingkungan
(a) Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk
dan membuang dahak tidak disembarangan tempat.
(b) Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan
terhadap bayi harus diberikan vaksinasi BCG.
(c) Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang
penyakit TB yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang
ditimbulkannya.
(d) Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi, pengobatan
khusus TBC. Pengobatan mondok dirumah sakit hanyabagi penderita
yang kategori berat yang memerlukan pengembangan program
pengobatannya yang karena alasan-alasan sosial ekonomi dan medis
untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.
(e) Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga keberhasilan yang
ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring,
hundry, tempat tidur, pakaian) ventilasi rumah dan sinar matahari yang
cukup.
(f) Imunisasi orang-orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang–orang
sangat dekat (keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan
lainnya yang terindikasinya dengan vaksi BCG dan tindak lanjut bagi
yang positif tertular.
(g) Penyelidikan orang-orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota
keluarga dengan foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara-cara
ini negatif, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu
penyelidikan intensif.
(h) Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan
yang tepat obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter di
minumdengan tekun dan teratur, waktu yang lama (6 atau12 bulan).
Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksaaan
penyelidikan oleh dokter.
2) Tindakan Pencegahan.
(a) Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit,
seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
(b) Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan pnderita, kontak atau
suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini
bagi penderita, kontak, suspect, perawatan.
(c) Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap
penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai
pencegahan.
(d) BCG, vaksinasi diberikan pertama-tama ke pada bayi dengan
perlindungan bagi ibunya dan keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian
pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
(e) Memberantas penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong
sapi dan pasteurisasi air susu sapi.

5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB paru stadium lanjut,
yaitu hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial, brokoiectasis dan fibrosis
bronkial pada paru, pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan
jaringan paru. penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendrian, ginjal dan sebagainya, insufisiensi kardio pulmoner dan
resistensi kuman dimana pengobatan dalam jangka panjang seringkali
membuat pasien tidak disiplin, bahkan ada yang putus obat karena merasa
bosan. Pengobatan yang tidak tuntas atau tidak disiplin membuat kuman
menjadi resisten atau kebal, sehingga harus diganti dengan obat lain yang
lebih kuat dengan efek samping yang tentunya lebih berat (Depkes, 2003).

6. Cara Penularan
Penularan penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman mycobacteriun
tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien
Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri terhirup
oleh orang lain saat bernapas. Penularan TB sebagian besar melalui inhalasi
basil yang terkandung dalam droplet khususnya yang didapat dari pasien TB
Paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan
asam (Amin dan Bahar, 2006).
Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis paru BTA positif, bila
penderita batuk, bersin atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain,
basil tuberkulosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat dan bisa
menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah pembuluh limfe atau
langsung keorgan terdekat. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak (Depkes, 2008). Masa inkubasinya selama 3-6 bulan
(Widoyono, 2008).
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Pasien tuberkulosis paru dengan BTA positif memberikan risiko penularan
lebih besar dari pasien tuberkulosis paru dengan BTA negatif (Depkes, 2008).
Satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga
kemungkinan setiap kontak untuk tertular tubekulosis adalah 17%. Hasil studi
lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat, misalnya keluarga serumah akan
dua kali lebih berisiko dibandingkan kontak biasa atau tidak serumah
(Widoyono, 2008).

7. Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois.
Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan
bentuk dari bakteri ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul,
tidak mempunyai selubung tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang
tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Sifat dari bakteri ini
agak istimewa, karena bakteri ini dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol sehingga sering disebut dengan bakteri tahan asam
(BTA). Selain itu bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan dingin.
Bakteri ini dapat bertahan pada kondisi rumah atau lingkungan yang lembab
dan gelap bisa sampai berbulan-bulan namun bakteri ini tidak tahan atau
dapat mati apabila terkena sinar, matahari atau aliran udara (Widoyono,2011).

Anda mungkin juga menyukai