PRAKTIKUM SILVIKULTUR
Oleh
Atika Mawaddah
C1L020019
Kelompok 3A
Menyetujui,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..............................................Error! Bookmark not defined.
1.2 Tujuan..........................................................................................................13
1.3 Manfaat........................................................................................................13
2.1 Perencanaan.................................................................................................14
1.3 Manfaat........................................................................................................24
V. PENUTUP.........................................................................................................31
5.1 Kesimpulan..................................................................................................31
5.2 Saran.............................................................................................................31
I. PENDAHULUAN..............................................................................................33
1.2 Tujuan..........................................................................................................34
1.3 Manfaat........................................................................................................34
V. PENUTUP.........................................................................................................40
5.1 Kesimpulan..................................................................................................40
5.2 Saran.............................................................................................................40
ACARA IV :..........................................................................................................41
I. PENDAHULUAN..............................................................................................42
1.2 Tujuan..........................................................................................................43
1.3 Manfaat........................................................................................................43
V. PENUTUP.........................................................................................................50
5.1 Kesimpulan..................................................................................................50
5.2 Saran.............................................................................................................50
ACARA V :............................................................................................................51
I. PENDAHULUAN..............................................................................................52
1.2 Tujuan..........................................................................................................53
1.3 Manfaat........................................................................................................53
V. PENUTUP.........................................................................................................60
5.1 Kesimpulan..................................................................................................60
5.2 Saran.............................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................61
2.1 Perencanaan
Menurut Harjadi (1996) dalam Priono (2013) Bahwa media tumbuh sangat
penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal. Sehingga perlu
adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tanam terdiri dari dua
tipe yaitu campuran tanah (Soil-mixes) yang mengandung tanah alami dan campuran
tanpa tanah (Soilles-mixes) yang tidak mengandung tanah.
Tanah sebagai media Tanam yang paling umum merupakan hasil dari
pelapukan dari batuan. Jenis tanah dibedakan menjadi dua yaitu tanah mineral dan
tanah organic. Tanah mineral adalah tanah yang merupakan hasil pelapukan dari
bahan-bahan mineral. Sedangkan tanah organic adalah tanah tanah yang berasal dari
pelapukan bahan-bahan organic. Tanah organic memiliki bahan organic yang tinggi,
misalnya tanah gambut. Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang
berbeda, sebagai contoh tanah latosol memiliki sifat kimia yang kurang baik,
memiliki KTK yang rendah dissebabkan oleh bahan organic yang rendah dan
memerlukan tambahan unsur hara P, K, Ca, Mg dan beberapa unsur hara mikro.
Tanah latosol mengandung hidroksida besi atau aluminium (Murbansdono, 1993
dalam Priono, 2013). Adapun Menurut Harjadi, (1996) dalam Priono, (2013)
menyatakan terdapat tiga fungsi primer tanah dalam mendukung kehidupan tanaman,
yaitu memberikan unsure-unsur mineral, sebagai medium pertukaran atau sebagai
tempat persediaan: memberi air dan melayaninya sebagai reservoir: sebagi tempat
berpegang dan bertumpu untuk tegak.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum perencaanan hutan tanaman ini di lakukan pada hari ahad 22 mei
2022, pukul 09:00 di laboratorium THH di prodi kehutanan universitas mataram.
1. Alat tulis
2. Kalkulator
3. Literatur bacaan
4. Internet
2. Dicari dokumen AMDAL, RKPH-HTI, dan RKT HTI, pelajari apa saja isi
dari dokumen-dokumen tersebut.
4. Dibuat jadwal pembuatan bibit Eucalyptus tersebut agar siap tanam pada
bulan November.
1
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini adalah sebelum melakukan
praktikum sebaiknya praktikan diberikan pembekalan materi sehingga dapat
mengikuti praktikum dengan benar.
ACARA 2
PEMBUATAN BENDENG
I. PENDAHULUAN
Silvikutur merupakan ilmu pembinaan hutan, dengan ruang lingkup mulai dari
pembijian, persemaian, penanaman di lapangan, pemeliharaan hutan dan cara-cara
permudaannya. Dalam prosesnya setalah proses persemaian tanaman akan diperoleh
bibit tanaman yang siap untuk ditanam. Sehingga dalam praktiknya kegiatan
penanaman sangat berpengaruh bagi kelangsugan hidup bibit yang ditanam.
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau
bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan.
Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan
penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam
upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan Penanaman benih ke lapangan dapat
dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan
terlebih dahulu di tempat persemaian.
Benih yang bemutu baik diantaranya adalah yang cepat berkecambah setelah
ditaburkan dan berdaya tumbuh tinggi. Hal ini akan menetukan persen tumbuh
anakan di lapangan. Untuk mengatasi dormansi dan mempercepat proses
perkecamabahan benih dapat dibantu dengan beberapa perlakuan pendahuluan yaitu
secara mekanis ( direndam dalam air panas atau dingin, dipukul, dikikir, diamplas
atau dibakar), kimiawi (direndam dalam larutan kimia tertentu), atau penggunaan
sinar radio aktif (Sukandi et al. 2002).
Bedeng tabur dibuat dengan maksud untuk mengecambahkan benih yang akan
dijadikan bibit. Jumlah bak penaburan disesuaikan dengan kebutuhan. Cara
pembuatan bedeng tabur yaitu :
1. Dibuat dengan ukuran 2 x 1 m atau 5 x 1 m atau sesuai keperluan. Arah bedeng
tabur Utara – Selatan. Tanahnya dicangkul dan digemburkan sampai halus dan
ringan sambil dibersihkan dari akar dan batu-batuan.
2. Pinggiran diperkuat atau dibatasi dengan bambu dan permukaan bedengan
ditinggikan 10-15 cm dari permukaan tanah.
3. Di atas diberi media tabur setebal 10 cm yang terdiri dari pasir dan topsoil hasil
ayakan yang disterilkan dengan perbandingan 1:1 atau dengan topsoil saja.
4. Bedeng tabur diberi naungan dengan rumbia/alang-alang, atau daun kelapa.
Media tanah yang akan digunakan harus ringan dan halus, dapat juga
ditambahkan pasir untuk menggemburkan dengan komposisi 3 bagian tanah dan 1
bagian pasir (Pradjadinata dan Masano, 1996). Biasanya untuk luasan bedeng tersebut
diperlukan sebanyak 200 gram benih untuk ditabur. Pada umumnya anakan siap
disapih setelah berumur 2 minggu (Hidayat et al, 2002).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum acara 2 ini di lakukan pada tanggal 22 mei 2022 hari ahad jam
09:00 wita,berlokasi di laboratorium THH prodi kehutanan universitas mataram.
1. Top soil
2. Kompos
3. Cangkul
4. Polybag
5. Sekop tanaman
3.3 Prosedur Kerja
Media semai cetak atau biopot adalah pot yang terbuat dari kompos yang telah
matang yang ditambah dengan bahan aditif bukan kimia sebagai perekat . Media
semai cetak dapat berfungsi sebagai wadah bibit sekaligus media tumbuh bagi bibit.
Beberapa institusi telah mengembangkan biopot sebagai wadah dan media tumbuh
bibit. Macam-macam mediasemia yang dipraktikkan pada prktikum kali ini yaitu
benedeng tabur dan bendeng sapih.
Bendeng tabur merupakan media semai yang dibuat dengan maksud untuk
mengecambahkan benih yang akan dijadikan bibit. Jumlah bakatau bedeng
tergantung dari kebutuhan yang diinginkan biasanya bedeng tabur untuk bibit yang
akan dijadikan pohon atau tanaman. Proses pembuatan bendeng tabur yang baik pada
praktikum kali ini yaitu.
1. Siapkan bedeng tabur berukuran 1m x 5m..
2. Siapkan tanah sebagai media, tanah yang disiapkan yaitu tanah yang halus dan
ringan serta bersih dari akaran dan batuan.
3. Campurkan tanah yang disiapkan dengan kompos dan pasir sesuai perbandingan
3 : 3 : 1. Perbandingan ini penting agar media tanam menghasilkan tumbuhan
secara maksimal, kompos diperlukan agar tanah mendapatkan nutrisi tambahan
sehingga tanaman yang akan dihasilkan nantinya bisa tumbuh subur, sedangkan
pasir berfungsi untuk memudahkan penyerapan air oleh tanah bedeng tabur.
4. Media tanam bedeng tabur siap digunakan dan diletakkan di greenhouse .
Bedeng sapih merupakan media tanam yang dibuat dan digunakan untuk
pemindahan bibit dari bedeng tabur atau aneka tanaman yang berasal dari kebun.
Bibit yang sudah berukuran cukup besar ditaruh di polybag sebagai media tanam dari
bedeng sapih agar perkembangan bibit bisa lebih besar lagi. Pross pembuatan bedeng
sapih hampir sama dengan bedeng tabur perbedaannya yaitu bedeng sapih
menggunakan ppolybag untuk menampung campuran tanah yang sudah disiapkan.
Polybag yang digunakan bervariasi tergantung dari kebutuhan, dalam praktikum ini
ukuran polybag yang digunakan yaitu polybag ukuran 8cm x 15cm. pembuatan
bedeng sapih memerluan jumlah tanah yang lebih banyak karena semakin besar
tumbuhan yang diinginkan maka media yang dibutuhkan semakin besar karena untuk
menampung nutrisi dari tumbuhan tersebut. Oleh sebab itu bedeng sapih lebih
mengeluarkan biaya.
Masing-masing media tanam baik itu bedeng tabur atau bedeng sapih
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing tergantung media tanam yang
ingin kita gunakan dalam proses penanaman, jika ingin menghasilkan jumlah bibit
yang banyak maka menggunakan bedeng tabur, jika menginginkan proses
pertumbuhan yang lebih besar maka digunakan bedeng sapih.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Salah satu sumber daya yang sering menjadi permasalahan yaitu sumber daya
manusia, yang berhubungan erat dengan kualitas manusia yang pada dasarnya sumber
daya manusia itu adalah bagian dan generasi muda. Karena generasi muda inilah yang
akan kelak meneruskan tongkat estafet kepemimpinan dimasa yang akan datang,
sehingga kita membutuhkan generasi yang terampil, berakhlak, bermoral serta cinta
tanah air dan dapat diandalkan di tengah masyarakat terutama bangsa dan negara
(Kurniasari, 2014).
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia.
Sektor pertanian sebagai sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat, karena
sebagian besar kawasan Indonesia merupakan lahan pertanian. Para petani biasanya
menggunakan tanah untuk media (Roidah, 2014). Meningkatnya pendidikan,
pengetahuan, dan kesadaran masyarakan akan keamanan pangan, menyebabkan
tuntutan masyarakat akan pangan sehat, aman dan bergizi terus meningkat. Akulturasi
antarawarga perumahan dan masyarakat setempat juga meningkatkan pemahaman
akan pangan sehat, aman dan bergizi. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa
peningkatan produksi pertanian harus diikuti dengan meningkatnya kualitas pangan
yang aman, sehat , dan bergizi (Suyadi, Aman, 2017). Lahan pertanian yang sudah
berubah fungsi menjadi lahan pemukiman bila dikelola dengan dengan cermat maka
akan dapat berdayaguna dan berhasilguna. Daerah-daerah di luar Propinsi Riau
seperti di Pulau Jawa keberhasilan memberdayakan pekarangan bisa dijadikan teladan
untuk dikembangkan di Pekanbaru. Pemukiman baru yang dibangun pada umumnya
memiliki pekarangan yang sempit, dan pekarangan sempit inilah yang menjadi tujuan
ekploitasi, sehingga dapat bermanfaat dalam menopang kebutuhan pangan keluarga
(Surtinah, 2018).
Perbanyakan tanaman dengan biji merupakan perbanyakan tanaman secara
generatif. Perbanyakan melalui biji didahului dengan peleburan gamet jantan dan
gamet betina tanaman induk. Kecambah terbentuk karena adanya proses
perkecambahan. Perkecambahan merupakan rangkaian proses yang kompleks dari
perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia. Perkecambahan diawali dengan
penyerapan air oleh biji dan diakhiri dengan terjadinya pemanjangan proses embryo .
Jika lingkungan berkecambah sesuai, embryo cepat tumbuh memecahkan kulit biji
sehingga radikula keluar dari kulit biji. Keluarnya radikula menunjukkan biji sudah
berkecambah (Tirta & Purba, 2021).
1.2 Tujuan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 25 mei 2022 bertempatan di green house
prodi kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Tinggi
No Jenis benih Nama latin Minggu ke-
1 2 3
1. Saga Pohon Adenanthera Pavonia 0,5 cm 2,5 cm 3 cm
2. Saga Pohon Adenanthera Pavonia 0,5 cm 2,5 cm 4 cm
3. Saga Pohon Adenanthera Pavonia 0,5 cm 2,5 cm 5 cm
1. Keunggulan
- Pembibitan mudah dan akurat
- Dapat menghasilkan varietas yang berbeda
- Tanaman tumbuh sehat dan berumur Panjang
- Biji bersifat poliembrimal artinya dihasilkan sama dengan pohon induknya
2. Kekurangannya yaitu tumbuhan sering gagal dan butuh perlakuan lebih (waktu
yang dituangkan lebih banyak).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran dalam praktikum kali ini adalah ketika megambil sample semua
praktikan harus di ikutsertakan.karena ada sebagian yang tidak ikut ambil sample
karena mengambil sample vegetatif di luar.
ACARA IV :
PERBANYAKAN TANAMAN KEHUTANAN SECARA
VEGETATIF MELALUI METODE PENYETEKAN
I. PENDAHULUAN
Tanaman kehutanan adalah tanaman yang hidup dan tumbuh di dalam wilayah
hutan terutama pohon. Saat ini, pohon tidak terlepas dari kehidupan manusia. Selain
menghasilkan oksigen, pohon juga dapat dimanfaatkan kayunya oleh manusia dengan
menjadikan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kertas, perabotan rumah tangga,
kegunaan dalam industri,dan lain sebagainya. Beberapa jenis tanaman kehutanan yang
biasa digunakan oleh manusia adalah jati, cendana, akasia,mahoni, dan lain lain.
Umumnya, ada 3 macam cara perkembangbiakan tanaman, yaitu secara generatif,
vegetatif, dan generatif-vegetatif. Perkembangan generatif adalah perkembangbiakan
yang berasal dari biji, dimana biji tersebut berasal dari proses penyerbukan.
Perkembangan vegetatif adalah perkembangbiakan yang menggunakan bagian
tanaman baik daun, tunas, dan bagian tanaman lainnya. Dan perkembangbiakan
generatif-vegetatif adalah perkembangbiakan dengan mengguanakan biji terlebih
dahulu kemudian setelah biji tumbuh, disambung dengan tanaman yang memiliki sifat
yang unggul.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Wadah
2. Gunting tanaman
3. Hormon perangsang (Rootone F)
4. Cutter
5. Air
6. Timbangan
7. Stek tanaman acacia acluaria, delonix regia dan swietenia mahagoni
8. Media stek (polybag + penutup)
3.3 Prosedur Kerja
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran dalam praktikum acara ini yakni setiap praktikan di ikut sertakan dalam
mencari sampel agar semua praktikan paham bagaimana mencari sample di lapangan.
ACARA V :
PENANAMAN
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Seperti yang kita tahu, bahwa flora dan fauna langka memang hampir
terancam punah. Seperti pertumbuhan bunga raflesia yang jarang sekali kita temui.
Bunga raflesia yang merupakan bunga terbesar di dunia ini masuk kedalam kategori
tanaman yang hampir punah karena kurang mendapatkan perhatian. Tanaman ini juga
termasuk tanaman yang kurang di sukai karena baunya dan merupakan jenis parasit
untuk pohon. Padahal tanaman ini merupakan sebuah tanaman yang ikonik dan perlu
untuk di lestarikan agar keberadaan bunga rafflesia ini terus ada. Ada juga contoh
fauna yang hampir punah yaitu keberadaan Orang Utan yang semakin hari semakin
berkurang. Ada beberapa alasan kenapa Orang Utan masuk kedalam kategori hewan
yang hampir punah, yaitu diantaranya adalah faktor kecerobohan manusia yang
sengaja menebang pohon di hutan dan tidak tanam kembali, praktik perburuan liar,
pengalih fungsian hutan menjadi kebun kelapa sawit, dll. Hal tersebut menyebabkan
Orang Utan menjadi kesulitan untuk mencari makanan dan tempat tinggal dan juga
ada oknum yang mengincar Orang Utan untuk di jual. Menyebabkan populasi Orang
Utan menjadi berkurang. Maka untuk menanggulangi kepunahan itu terjadi, perlu
adanya konservasi flora maupun fauna untuk meneruskan pelestarian untuk mencegah
kepunahan. Contoh konservasi tersebut yaitu seperti cagar alam, suaka marga satwa,
dll. Termasuk konservasi untuk tanaman bunga rafflesia pemerintah bisa membuat
tempat konservasi tersendiri agar pelestariannya mudah dilakukan (Fitriani, 2021).
Jenis tanaman yang ditanam pada lahan rehab DAS dapat berupa tanaman dari
jenis intoleran dan jenis toleran. Pemilihan jenis tanaman intoleran yang memiliki
sifat dapat tumbuh tanpa naungan diharapkan mampu memberikan hasil pertumbuhan
yang baik pada lahan kritis. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
tahun 2018, menyatakan bahwa jenis tanaman yang ditanam pada lahan rehab DAS
dapat berupa tanaman jenis kayu-kayuan maupun tanaman hasil hutan bukan kayu
yang menghasilkan getah, kulit atau buah. Pemilihan jenis tanaman hasil hutan bukan
kayu bertujuan agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat tanpa harus
melakukan penebangan (Simanjuntak et al., 2021).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum penanaman bibit ini di laksankan pada hari sabtu 11 juni 2022
pukul 06:00 wita, yang berlokasi di Gunung Sasak Desa Kuripan,Lombok barat.
1. Cangkul
2. Parang
3. Gunting
4. ATK
1. Tumbuhan rajumas
2. Tunbuhan rambutan
3. Tumbuhan sengon
4. Tumbuhan jamblang
5. Kawasan hutan gununng sasak
Penanaman bibit di Gunung Sasak dilakukan dengan alat dan bahan yang
sudah ditentukan. Penanaman menggunakan bibit yang sudah disiapkan sebelumnya
pada praktikum ini jumlah bibit yang digunakan 11 dengan jenis yang beragam. bibit
yang digunakan pada praktikum ini yaitu sengon (albizia chinensis), juwet (syzygium
cumini), rambutan (nephelium lappaceum), dan rajumas (doubanga molluccana).
Bibit tumbuhan tersebut digolongkan menjadi 2 yakni yang bersifat toleran dan
intoleran agar penanaman terorganisir dan bibit tumbuh maksimal dan subur hingga
dewasa.
Ws = rerata waktu
n = jumlah tanaman
Waktu rata-rata = ∑x / n
= 1,20+1,37+3,26+3,02+2,55+1,45+1.42+1,57+1,43
+1,12+1,04 / 11
= 20,43 Menit/ 11
= 1234 detik / 11
= 112,18
= 60/112,18 x100%
= 53,48%
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam penanamn ini jumlah tanaman yang ditanam sebanyak 11
yang sifatnya toleran dan intoleran. Disamping itu diperoleh prestasi kerja 53,48%
untuk tingkat keberhasilan penanaman.
5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini yaitu praktikum dilakukan lebih pagi agar tidak
menyulitkan pada proses penanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Ayub, M., & Batara, I. (2015). Peran BPDAS dalam peningkatan produktivitas hutan rakyat.
Dako, F. X. (2019). Rancangan pembangunan hutan rakyat di Indonesia. Jurnal Partner
Politeknik Pertanian Negeri Kupang, 19(1), 73–82.
Faizin, R. (2016). Pengaruh Jenis Setek dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Growtone
rerhadap Pertumbuhan Tanaman Nilam (Pogestemon cablin Benth). Jurnal Agrotek
Lestari, 2(1), 39–50.
Fitriani, I. (2021). Masalah Lingkungan Alam dan Sosia. January 7.
Harmi, S. (2012). IPA Kelas VI SD. PT Tiga Serangkai.
Herawati, Efendi, R., & Azrai, M. (2018). Indeks Toleransi dan Evaluasi Karakter Seleksi
Jagung Hibrida pada Pemupukan Nitrogen Rendah. Penelitian Pertanian, 2(3), 173–
180.
Irawan, U., Arbainsyah, Ramlan, A., Putranto, H., & Afifudin, S. (2020).
Buku_Manual_Persemaian_Dan_Pembibitan_Tanaman_Hutan.
https://elti.yale.edu/sites/default/files/rsource_files/buku_manual_persemaian_dan_pem
bibitan_tanaman_hutan
Kartodihardjio, H. dk. (2011). Pembangunan kesatuan pengelolaan hutan ( KPH ): Konsep,
peraturan perundangan, dan Implementasi. In Direktorat wilayah pengelolaan dan
penyiapan areal pemanfaatan Kawasan Hutan.
Kurniasari, D. et al. (2014). “Peranan Organisasi Karang Taruna Dalam
MengembangkanKreativitas Generasi Muda Di Desa Ngembalrejo.” Unnes Civic
Education Journa, 2(2): 77–82.
Kurniawan, Y., Septariani, D. N., Adi, R. K., & Poniman. (2021). Pembibitan Vegetatif Stek
dan Cangkok Jambu Biji (Psidium guajava) untuk Metode Tanaman Buah dalam Pot:
Review. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS, 5(1), 473–479.
Lanny Wattimena, Amatus Turot, M. P., & Charliany Hetharia, Y. L. (2019). KEPEDULIAN
TERHADAP LINGKUNGAN : PENANAMAN BIBIT POHON DI TAMAN WISATA
ALAM (TWA) KOTA SORONG PROVINSI PAPUA BARAT.
Margareta, F., Budianto, B., & Sutoyo, S. (2019). STUDI TENTANG METODE
PERBANYAKAN TANAMAN JERUK SIAM PONTIANAK (Citrus nobilis var
microcarpa) SECARA VEGETATIF DI KEBUN PERCOBAAN PUNTEN DESA
SIDOMULYO KOTA BATU. Berkala Ilmiah Pertanian, 2(1), 26.
https://doi.org/10.19184/bip.v2i1.16152
Pattiwael, M. (2018). Konsep Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi Di Kampung
Malagufuk Kabupaten Sorong. Journal of Dedication to Papua Community (J
DEPACE), 1 Nomor 1 Desember 2018, 42–54.
Purba, J.H., N. Sasmita, L.L. Komara, N. N. (2019). Comparison of seed dormancy breaking
of Eusideroxylon zwageri from Bali and Kalimantan soaked with sodium nitrophenolate
growth regulator. Nusantara Biosciences, 6(2):146-152.
Puspitojati, T. (2011). Persoalan Definisi Hutan Dan Hasil Hutan Dalam Hubungannya
Dengan Pengembangan Hhbk Melalui Hutan Tanaman. Jurnal Analisis Kebijakan
Kehutanan, 8(3), 210–227. https://doi.org/10.20886/jakk.2011.8.3.210-227
Roidah, I. S. (2014). “Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.” In
Jurnal Universitas Tulungagung.
Sebola, R.J., and K. B. (2013). verification and stepwise analysis for numerical phenetics/ :
Olinia ( Oliniaceae ) as an example. South African Journal of Botany, 42–55.
Simanjuntak, S. L., Nugroho, Y., & Susilawati, S. (2021). Evaluasi Pertumbuhan Dan
Kesehatan Tanaman Intoleran Di Lahan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (Das) Desa
Tiwingan Lama Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva Scienteae, 4(6),
976. https://doi.org/10.20527/jss.v4i6.4571
Siregar, M., Refnizuida, & Lubis, N. (2018). Potensi Pemanfaatan Jenis Media Tanam
Terhadap Perkecambahan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.).
Journal of Animal Science Agronomy Panca Budi, 3(1), 11–14.
http://jurnal.pancabudi.ac.id/index.php/jasapadi/article/view/249/230
Suharti, T., Kurniaty, R., Siregar, N., & Darwiati, W. (2015). Identifikasi dan Teknik
Pengendalian Hama dan Penyakit Bibit Kranji (Pongamia pinnata). Jurnal Perbenihan
Tanaman Hutan, 3(2), 91–100.
Surtinah. (2018). “Potensi Pekarangan Sempit Untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan Keluarga
Di Pekanbaru.” Jurnal Agribisnis, 20(2): 196–205.
Suyadi, Aman, and B. N. (2017). “Pelatihan Memanfaatkan Lahan Sempit Untuk Budidaya
Sayuran Organik Training.” Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(2):
95–102.
Tikupadang, H., Nursyamsi, Toaha, A.Q., & Hajar, P. (2011). Pemanfaatan mikroba dalam
biopoting untuk mendukung bioreklamasi lahan bekas tambang kapur. In Balai
Penelitian Kehutanan.
Tirta, I. G., & Purba, J. H. (2021). Perbanyakan Generatif dan Studi Etnobotani Ingu
(Boenninghausenia albiflora (Hook.) Rchb. ex Meisn)) . Agrohita Jurnal Agroteknologi,
6(2), 215–221. https://doi.org/10.31604/jap.v6i2.5081