AGROKLIMATOLOGI
Disusun oleh :
LABORATORIUM KLIMATOLOGI
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Nama : Ines Fitriana Aminah
NIM : H0821056
Program Studi : Agribisnis
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Agroklimatologi ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk melengkapi
nilai mata kuliah Agroklimatologi sekaligus diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang Agroklimatologi.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesaikannya buku laoran ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Agroklimatologi yang telah membimbing penulis.
3. Co-Assisten Agroklimatologi yang telah membimbing dan membantu dalam
penyusunan laporan ini.
4. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan bantuan
berupa semangat dan doa.
Penulis menyadari bahwa loran ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya
laporan ini. Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca paa
umumnya dan penulis pada khususnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
ACARA 1 PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAN UNSUR-
UNSUR CUACA SECARA MANUAL, OTOMATIS, DAN
PENGAMATAN AWAN
I. PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAN UNSUR CUACA
SECARA MANUAL
A. Pendahuluan..........................................................................................1
B. Hasil Pengamatan..................................................................................2
C. Pembahasan...........................................................................................9
D. Komprehensif......................................................................................17
E. Kesimpulan dan Saran.........................................................................20
II. PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA SECARA OTOMATIS
A. Pendahuluan........................................................................................22
B. Hasil Pengamatan................................................................................23
C. Pembahasan.........................................................................................29
D. Kesimpulan dan Saran.........................................................................31
III. PENGAMATAN AWAN
A. Pendahuluan.........................................................................................33
B. Pembahasan..........................................................................................34
C. Kesimpulan dan Saran..........................................................................37
Daftar Pustaka
ACARA 2 PENGAMATAN IKLIM MIKRO BERUPA SUHU,
KELEMBABAN TANAH DAN INTENSITAS RADIASI SINAR
MATAHARI
A. Pendahuluan.........................................................................................42
B. Alat dan Cara Kerja..............................................................................43
C. Hasil Pengamatan.................................................................................44
D. Pembahasan..........................................................................................44
E. Kesimpulan dan Saran..........................................................................47
Daftar Pustaka
ACARA 3 PENGAMATAN IKLIM MIKRO BERUPA SUHU,
KELEMBABAN TANAH DAN INTENSITAS RADIASI SINAR
MATAHARI
A. Pendahuluan.........................................................................................50
B. Alat dan Cara Kerja..............................................................................51
C. Hasil Pengamatan.................................................................................52
D. Pembahasan..........................................................................................52
E. Kesimpulan dan Saran..........................................................................57
Daftar Pustaka
iv
ACARA 4 KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN
A. Pendahuluan.........................................................................................60
B. Alat dan Cara Kerja..............................................................................61
C. Hasil Pengamatan.................................................................................63
D. Pembahasan..........................................................................................65
E. Kesimpulan dan Saran..........................................................................67
Daftar Pustaka
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
ACARA 1
PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA
SECARA MANUAL, OTOMATIS DAN PENGAMATAN AWAN
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Iklim adalah karakter cuaca yang terjadi di suatu tempat
dalam kurung waktu yang lama. Ilmu yang mempelajari tentang
iklim disebut ilmu klimatologi. Cuaca merupakan keadaan udara
yang mencakup tentang suhu, cahaya matahari, kelembaban,
kecepatan angin, curah hujan, tutupan awan, dan tekanan udara pada
satu tempat tertentu dan dengan jangka waktu yang terbatas. Iklim
dan cuaca memiliki beberapa tipe yang berbeda dan juga akan
memberikan pengaruh yang berbeda-beda.
Unsur-unsur cuaca dapat diamati dan diukur menggunakan
alat pengukur cuaca. Setiap unsur-unsur cuaca memiliki alat khusus
yang digunakan untuk pengukurannya. Pengamatan pengukuran
unsur cuaca dilakukan pada lokasi yang dinamakan stasiun cuaca
atau biasa dikenal dengan sebutan stasiun meteorologi. Lokasi
stasiun meteorologi dapat mewakili keadaan lingkungan dan
keadaan pertanian daerah dengan dilengkapi alat-alat ukur cuaca
yang beragam.
Indonesia adalah negara agraris yang Sebagian besar
penduduknya bekerja dalam sektor pertanian. Sektor pertanian
sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor cuaca. Unsur-unsur
cuaca memiliki pengaruh yang beragam terhadap tanaman baik
pengaruh positif maupun negatif. Pengamatan cuaca yang tepat
sangat
1
2
1. Radiasi Surya
b. Prinsip Kerja
1) Memasang kertas pias pada alat sunshine recorder.
2) Kertas pias akan terbakar jika ada sinar matahari yang jatuh
ke bola kaca.
3) Menghitung persentase kertas pias yang terbakar.
4) Menggambar kertas pias yang telah digunakan.
5) Menentukan lama penyinaran matahari dalam satu hari
pengamatan.
2. Suhu udara
a. Bagian-bagian utama
1) Probe penguji
2) Kabel konektor
b. Prinsip Kerja
1) Alirkan arus pada dua probe melalui tanah.
2) Baca resistensi untuk mengetahui nilai kelembaban.
3) Banyaknya kandungan air dalam tanah akan mempermudah
daya listrik.
4) Tanah yang kering akan sulit menghantarkan listrik.
6. Curah Hujan
7. Angin
b) Anemometer
1) Poros putaran dipasang alat pengukur kecepatan yang
dapat menunjukkan angka.
2) Angka rata-rata kecepatan angin dalam periode waktu
tertentu dapat dilakukan dengan menghitung selisih
angka pengamatan pertama dengan pengamatan kedua
dibagi jangka waktu pengamatan.
8. Evaporasi
C. Pembahasan
1. Radiasi Surya
Radiasi surya merupakan sinar yang dipancarkan oleh
matahari menuju bumi dengan intensitas yang berbeda setiap
waktunya. Intensitas radiasi matahari suatu daerah dipengaruhi
topografi, posisi lintang dan gerak semu matahari.
Menurut Fitri et al. (2018), lama penyinaran matahari (sunshine
duration) adalah lamanya matahari bersinar cerah sampai permukaan
bumi dalam periode satu hari yang diukur dalam jam. Periode satu
hari lebih tepat disebut panjang hari yakni jangka waktu matahari
berada diatas horizon. Waktu lamanya penyinaran ditulis dalam
satuan jam sampai nilai persepuluhan, atau sering juga ditulis dalam
persen terhadap panjang hari.
Radiasi surya mempengaruhi fotosintesis yang terjadi pada
tanaman sehingga radiasi matahari diperlukan oleh hampir semua
tanaman untuk melangsungkan hidup tanaman. Setiap tanaman
membutuhkan lama penyinaran yang berbeda sehingga tidak semua
tanaman dapat hidup di tempat yang sama. Radiasi matahari
mempunyai sifat merambat dan dapat dipantulkan, sehingga radiasi
yang ditransmisikan ke permukaan dapat dimanfaatkan oleh tanaman
dengan adanya reflektivitas permukaan. Menurut Utomo (2017),
untuk memenuhi ketersediaan data radiasi matahari yang memadai,
maka diperlukan suatu cara yang efektif dan efisien. Salah satu
diantaranya adalah dengan cara membuat model prediksi
berdasarkan data-data yang ada (data yang diperoleh dari
pengamatan beberapa stasiun BMKG) maupun menggunakan
beberapa persamaan matematis serta data yang telah dipublikasikan
oleh peneliti-peneliti radiasi surya terdahulu.
Pengamatan radiasi surya secara manual dapat dilakukan dengan
menggunakan Sunshine Recorder tipe Campbell Stokes. Sunshine
recorder adalah alat yang digunakan untuk mengetahui lama
10
penyinaran matahari. Cara kerja alat ini yaitu dengan melihat ukuran
sebuah kertas pias yang dipasang tepat di bawah bola kaca terbakar.
Menurut Pujiastuti (2016), Campbell Stokes terdiri dari bola pejal
terbuat dari bahan gelas yang dipasangkan pada kedudukannya
sehingga sinar matahari dapat difokuskan ke arah kertas pias dengan
tajam. Masalah yang sering dihadapi dalam menafsirkan lama
penyinaran matahari adalah bekas penyinaran yang terekam pada
kertas pias tidak selalu membentuk garis luruh sehingga sulit untuk
dihitung.
2. Suhu udara
Suhu udara merupakan keadaan panas atau dinginnya suatu
tempat pada waktu tertentu yang dapat mempengaruhi parameter
unsur cuaca lain yaitu kelembaban udara. Indonesia sendiri memiliki
suhu udara yang konstan sepanjang tahun karena berada di wilayah
khatulistiwa. Beberapa tempat di Indonesia memiliki suhu udara
yang bervariasi. Menurut Saputra et al. (2017), variasi suhu udara
disebabkan karena perbedaan ketinggian tempat. Suhu udara di
dataran rendah daerah tropika adalah sekitar 28°C dan suhu udara
menurun sekitar 0,6°C untuk setiap kenaikan 100 m.
Suhu udara memiliki peranan penting dalam bidang
pertanian. Suhu udara berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Suhu mempengaruhi laju fotosintesis,
respirasi, dan transpirasi tumbuhan. Suhu yang baik bagi tumbuhan
adalah antara 22°C sampai dengan 37°C. Suhu yang kurang cocok
akan menyebabkan terganggunya proses metabolisme pada tanaman.
Menurut Efendi (2014), hubungan suhu dan waktu panen tanaman
sesuai dengan konsep thermal unit tanaman, dimana setiap tanaman
memiliki suhu dasar yang merupakan suhu minimum bagi tanaman
untuk bermetabolisme. Besaran suhu dasar ini akan mempengaruhi
besarnya thermal unit yang diperlukan oleh tanaman untuk melewati
setiap fase perkembangannya.
11
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pengamatan alat-alat unsur cuaca
secara manual, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
a. Unsur-unsur cuaca meliputi radiasi surya, suhu udara, suhu
tanah, kelembaban udara, kelembaban tanah, curah hujan, angin,
dan evaporasi.
b. Radiasi surya merupakan proses penyinaran matahari sampai ke
permukaan bumi dengan intensitas yang berbeda-beda, dapat
diamati dengan alat Campbell Stokes Recorder.
c. Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya suatu udara
atau derajat panas dari kegiatan molekul dalam atmosfer, dapat
diamati dengan termometer maksimum dan minimum.
21
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Cuaca merupakan keadaaan udara di atmosfer pada tempat
tertentu dan dalam waktu terbatas serta mudah berubah-ubah. Cuaca
menjadi penggambaran dari seluruh fenomena yang terjadi di
atmosfer. Rata-rata cuaca setiap tahun dalam jangka waktu lama
yaitu minimal tiga puluh tahun dan meliputi wilayah yang luas
dikenal sebagai iklim. Iklim yang terbentuk dari rata-rata cuaca
tersebut sangat berpengaruh terhadap pola aktivitas kehidupan.
Pengamatan unsur cuaca penting dilakukan guna mengetahui
dan mempersiapkan segala pengaruh unsur-unsur cuaca yang
kemungkinan dapat terjadi. Pengamatan unsur-unsur cuaca tidak
hanya dapat dilakukan secara manual tetapi juga dapat menggunakan
cara otomatis dengan alat yang disebut Automatic Weather Station
(AWS). AWS merupakan stasiun cuaca otomatis yang didesain
untuk mengukur dan mencatat parameter-parameter meteorologi
secara otomatis dengan beberapa sensor. Sensor pada AWS bekerja
dengan efektif dengan menghasilkan data tingkat ketelitian dan
ketepatan pengukuran yang optimal. Pengukuran menggunakan
AWS dapat mempermudah pekerjaan dengan sistem pencatatan dan
penyimpanan data secara otomatis sehingga mempermudah dalam
transfer data.
Perbedaan penggunaan secara manual dan otomatis yaitu
terletak pada keefektifan waktu dan tempat serta keefektifan hasil
data yang dihasilkan. Alat pengukuran dan pengamatan otomatis
lebih efektif dalam hal penggunaan tempat karena dalam satu jenis
alat terdapat berbagai fungsi yang dihasilkan, efektif dalam hal
waktu yaitu dengan alat otomatis langsung merekam, mencatat, dan
terinput pada server yang telah disiapkan, efektif dari pengolahan
data dinilai
22
2
2) Penangkal Petir
3) Panel Surya
4) Data Logger
5) Tiang dudukan sendor dan data logger
b. Prinsip Kerja
Pengumpulan data cuaca secara otomatis dilakukan oleh
sensor yang ada. AWS ini dilengkapi dengan sensor, RTU
(Remote Terminal Unit), data logger LED (Light Emiting Diode)
Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor yang
digunakan antara lain:
1) Termohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban
udara.
2) Anemometer dan wind vane untuk mengukur kecepatan dan
arah angin.
3) Rain gauge untuk mengukur presipitasi/curah hujan.
4) Barometer untuk mengukur tekanan udara.
5) Pyranometer untuk mengukur intensitas radiasi dan lama
penyinaran matahari.
6) Solar Cell untuk membuat aliran listrik dengan radiasi sinar
matahari.
RTU (Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan
backup power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan
data cuaca dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit
pengumpulan data pada komputer. Masing-masing parameter
cuaca dapat ditampilkan melalui LED (Light Emiting Diode)
Display, sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saat
itu dengan mudah. Kotak pelindung AWS dilengkapi dengan
kapas silikon untuk menjaga kondisi kelembaban dalam kotak
agar selalu kering. Modem berfungsi untuk mengirim data cuaca
dari AWS ke stasiun pusat. Energi listrik AWS diperoleh dari 26
panel surya dan baterai yang berfungsi untuk menyimpan
energi yang
2
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Awan adalah sekumpulan tetesan air atau kristal es di
dalam atmosfer yang terbentuk akibat massa udara lembab di
atmosfer naik kemudian mengalami kondensasi menjadi butir-butir
air yang melayang. Penyebab dari naiknya massa udara lembab yaitu
adanya arus angin horizontal konvergen, terjadi paksaan karena
menemukan hambatan, dan adanya peristiva konveksi atau
pemanasan permukaan bumi. Awan memiliki peran sebagai sumber
presipitasi atau hujan dan pengendali neraca panas sekaligus sebagai
pengendali suhu udara.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan awan antara lain
yaitu laju angin, kelembaban udara, tekanan udara, dan intensitas
radiasi matahari. Angin berperan penting dalam proses evaporsi
sehingga berpengaruh terhadap pembentukan uap air. Kelembaban
udara berpengaruh nyata terhadap pembentukan awan sebab semakin
tinggi tingkat kelembaban udara maka awan semakin cepat
terbentuk. Tekanan udara juga mempengaruhi kecepatan
terbentuknya awan, semakin besar tekanan udara yang terjadi maka
semakin cepat pula pergerakan massa uap air dalam membentuk
awan. Intensitas radiasi matahari juga mempengaruhi terbentuknya
awana karena semakin tinggi intensitas radiasi matahari maka
semakin tinggi tingkat proses penguapan dan cepat terbentuknya
awan.
Awan memiliki berbagai bentuk, jenis, dan tingkatan
penempatan di atas atmosfer. Berbagai jenis awan memiliki
karakteristik serta dampak dan potensinya masing-masing. Perlu
adanya pengamatan terhadap awan karena ada beberapa awan yang
perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kerugian pada
lingkungan, alam dan manusia. Pengamatan awan dilakukan dengan
33
3
1. Kesimpulan
Kesimpukan yang dapat diambil berdasarkan praktikum
Agroklimatologi acara 1 bagian 3, yaitu:
a. Awan adalah butir-butir air yang melayang di atmosfer yang
terbentuk akibat massa udara lembab di atmosfer yang naik dan
mengalami perubahan wujud bentuk dari uap menjadi cair.
b. Macam – macam awan terdiri dari tiga bentuk utama, yaitu cirrus,
stratus, dan cumulus.
c. Bentuk awan yang lebih spesifik adalah terdiri dari sepuluh
bentuk, yaitu stratus, cumulus, stratocumulus, cumulunimbus,
nimbostratus, altostratus, altokumulus, cirrus, cirostratus dan
cirocumulus.
d. Awan dibedakan menjadi empat berdasarkan ketinggiannya, yaitu
awan rendah, awan sedang, awan tinggi, dan awan vertikal.
e. Jenis awan ketinggian rendah adalah kelompok awan dengan
ketinggian pada lapisan rendah. Awan rendah berada di
ketinggian 2 km-3 km di atas permukaan laut. Jenis awan sedang
terdiri atas awan stratocumulus, awan stratus, dan awan nimbo
stratus.
3
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suatu tempat tertentu
yang memiliki area cakupan yang luas dengan kata lain berhubungan
dengan atmosfer. Iklim mikro terbatas pada suatu ruang dan dipengaruhi
faktor-faktor berupa suhu, kelembaban tanah, radiasi matahari, dan curah
hujan. Unsur-unsur yang ada pada iklim mikro berperan penting dalam
pertanian karena secara langsung mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Keadaaan iklim pada suatu tempat mempengaruhi jenis tanaman
yang ditanam sesuai dengan klasifikasi dan karakternya. Keadaan iklim
mikro yang tidak sesuai akan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh
dengan optimal. Keadaan tersebut dapat dilakukan penanganan dengan
melakukan modifikasi iklim mikro. Modifikasi iklim mikro sendiri
merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan
lingkungan yang lebih baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Salah satu modifikasi iklim mikro yang dapat dilakukan adalah
membuat naungan dengan paranet. Paranet sendiri merupakan bahan
penutup atau pelindung pertanaman dari radiasi matahari yang berlebih
guna meningkatkan kelembaban tanah dan mengoptimalkan suhu tanah.
Suhu tanah akan dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh
permukaan tanah. Kelembabatan tanah dipengaruhi oleh intensitas radiasi
sebagai penunjang proses evapotranspirasi serta curah hujan. Pengamatan
terhadap dua perlakuan yang berbeda perlu dilakukan untuk mengetahui
pengaruh yang dihasilkan. Pengamatan dapat dilakukan dengan alat
sensor suhu dan kelembaban tanah serta sensor radiasi matahari.
42
4
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum Agroklimatologi acara Pengamatan Iklim
Mikro berupa Suhu, Kelembaban Tanah, dan Intensitas Radiasi Sinar
Matahari yaitu untuk mengetahui pengaruh naungan di dalam
pertanaman (suhu, kelembaban tanah, dan intensitas radiasi matahari).
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Acara praktikum Agroklimatologi dilaksanakan pada hari Sabtu, 4
Juni 2022 pukul 10.00-12.00 WIB. Kegiatan praktikum ini dilaksanakan
di Lab Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jumantono, Karanganyar.
Praktikum dilaksanakan pada tempat terbuka yaitu pengamatan alat-alat,
pengamatan suhu, kelembaban tanah, dan intensitas radiasi sinar
matahari serta pada mulsa dan naungan.
B. Alat dan Cara Kerja
1. Alat
Alat yang digunakan dalam pengamatan iklim mikro berupa suhu,
kelembaban tanah, dan intensitas sinar matahari yaitu:
a. Termohigrometer
b. Anemometer
c. Lux Meter
2. Cara Kerja
a. Mengukur dan mengamati suhu tanah, kelembaban tanah, intensitas
radiasi matahari, dan mengukur kecepatan angin menggunakan alat
yang telah disediakan.
b. Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada lahan dengan perlakuan
tanpa naungan dan dengan naungan.
4
C. Hasil Pengamatan
teori suhu dalam naungan cenderung lebih rendah daripada di luar naungan.
Naungan sendiri memiliki peran sebagai tutupan yang mengurangi intensitas
radiasi dan suhu yang mengarah pada permukaan tanah.
Menurut Handiriawan et al. (2017), suhu tanpa naungan dapat mempengaruhi
tinggi tanaman secara signifikan pada 2 mst dan 6 mst. Suhu dalam naungan
semakin tinggi maka semakin rendah suhu udara yang diterima oleh tanaman
yang berada di naungan.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa suhu pada perlakuan
tanpa naungan memiliki nilai rerata sebesar 33,23 0C sementara rerata pada
perlakuan dengan naungan memiliki besaran suhu rerata yaitu 32,530C. Hasul
tersebut membuktikan kebenaran tetang teori yang ada tentang modifikasi
iklim mikro berupa naungan menggunakan alat yang dinamakan paranet.
Menurut Ramadhan dan Hariyono (2019), fungsi utama dari paranet yaitu
digunakan untuk mengurangi intensitas cahaya yang diterima tanaman, juga
untuk mengurangi suhu udara disekitar tanaman.
Kelembaban udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan atau
transpirasi. Laju penguapan tersebut akan meningkatkan ketersediaan nutrisi
untuk pertumbuhan tanaman. Jika kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah
sehingga penyerapan zat-zat nutrisi juga rendah. Ketersediaan nutrisi untuk
pertumbuhan tanaman yang rendah mengakibatkan pertumbuhannya akan
terhambat. Kelembaban udara berbengaruh terhadap kelembaban tanah yang
menjadi penunjang segala aktivitas tanaman dalam proses pertumbuhan.
Menurut Amaru et al. (2013), pertumbuhan membutuhkan kelembaban tanah
tertentu karena tanaman akan memberikan respon yang berbeda terhadap
kelembaban tanah sehingga diperlukan pengetahuan mengenai kelembaban
tanah. Faktor yang mempengaruhi kelembaban tanah yaitu jenis tanah, laju
evapotranspirasi, dan curah hujan. Curah hujan yang tinggi dapat menurunkan
nilai suhu tanah menurun sehingga menyebabkan peningkatan pada
kelembaban tanah.
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa dua perlakuan baik itu
perlakuan tanpa naungan maupun perlakuan dengan naungan sama-sama
4
1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan pengaruh naungan terhadap iklim mikro,
didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Naungan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap keadaan suhu,
kelembaban, dan intensitas cahaya matahari di sekitar tanaman.
b. Naungan yang digunakan adalah berupa paranet yang memiliki fungsi
yaitu digunakan untuk mengurangi intensitas cahaya yang diterima
tanaman, juga untuk mengurangi suhu udara disekitar tanaman.
c. Intensitas radiasi matahari tanpa paranet lebih besar daripada
intensitas radiasi matahari di dalam paranet.
d. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman dengan perlakuan
pemberian paranet memiliki suhu lebih rendah daripada tanpa paranet.
4
Amaru, K., et al. (2013). Kajian Kelembaban tanah dan kebutuhan air beberapa
varietas hibrida DR Unpad. Jurnal Keteknikan Pertanian, 1(1), 1-9.
Diakses dari: https://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep/article/download/965/
Anetasia, M., et al. (2013). Perubahan Kadar Air dan Suhu Tanah Akibat
Pemberian Mulsa Organik pada pertanaman nanas di Lampung Tengah.
Jurnal Agrotek, 1(2), 213-218. Diases dari: https://media.neliti.com.
Hamdani, J. S., Suriadinata, Y. R., Martins, L. (2016). Pengaruh naungan dan zat
pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang
kultivar atlantik di dataran medium. Jurnal Agronomi Indonesia
(Indonesian Journal of Agronomy). 44(1). 33-39.
Handriawan, A., Respatie, D. W., & Tohari, T. (2017). Pengaruh intensitas
naungan terhadap pertumbuhan dan hasil tiga kultivar kedelai (Glycine
max (L.) Merrill) di lahan pasir Pantai Bugel, Kulon Progo. Vegetalika,
5(3), 1-14.
Mubarak, S., Impron., June, T. (2018). Efisiensi penggunaan radiasi matahari dan
respon tanaman kedelai terhadap penggunaan mulsa reflektif. Jurnal
Argon, 46(3), 247-253. http://dx.doi.org/10.24831/jai.v46i3.18220.
Noviyanti, R., Yuliani., Evie R., Hasim A. (2014). Pengaruh pemberian naungan
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman stroberi varietas dorit dan
varietas lokal berastagi. LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi. 3(3). 242-
247.
Ramadhan, A. F., Hariyono, D. (2019). Pengaruh Pemberian Naungan Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Pada Tiga Varietas Tanaman Stroberi (Fragaria
chiloensis L.). Jurnal Produksi Tanaman, 7(1).
Saragih, R. W., & Siregar, P. S. (2021). Analisis Data Angin Permukaan Di
Bandara Syarif Kasim Ii Pekanbaru Menggunakan Metode Windrose.
Jurnal Widya Climago, 3(2): 85-91. Diakses dari:
https://e-
journal.pusdiklat.bmkg.go.id/index.php/climago/article/view/50
Tando, E. (2019). Review: Pemanfaatan Teknologi Greenhouse Dan Hidroponik
Sebagai Solusi Menghadapi Perubahan Iklim Dalam Budidaya Tanaman
Hortikultura. Buana Sains, 19(1), 91–102.
https://doi.org/10.33366/bs.v19i1.1530
Wijayanto, N., Nurunnajah, N. (2012). Intensitas Cahaya, Suhu, Kelembaban Dan
Perakaran Lateral Mahoni (Swietenia Macrophylla King.) Di Rph Babakan
Madang, Bkph Bogor, Kph Bogor. Jurnal Silvikultur Tropika, 3(1), 8–13.
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/5389
ACARA 3
PENGAMATAN IKLIM MIKRO BERUPA SUHU, KELEMBABAN
TANAH, DAN INTENSITAS RADIASI SINAR MATAHARI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang
panjang pada suatu tempat di bumi. Ilmu yang mempelajari tentang iklim
disebut ilmu klimatologi. Berdasarkan dimensinya iklim dibagi menjadi
tiga yaitu iklim mikro, iklim makro, dan iklim meso. Iklim mikro adalah
iklim yang dapat menggambarkan keadaan situasi suatu wilayah di
sekitar organisme, Batasan ruang lingkup tergantung suatu organisme.
Kelangsungan hidup manusia dan lingkungan sekitar saat dipengaruhi
oleh keadaan iklim yang terjadi.
Suhu tanah merupakan salah satu komponen dalam iklim mikro
yang menunjukkan derajat panas atau dingin suatu tanah baik pada
permukaan maupun pada kedalaman yang berbeda. Suhu tanah sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena pada menimbulkan efek
pada keaadaan perakaran tanaman. Suhu tanah dipengaruhi oleh jumlah
serapan panas dari intensitas radiasi matahari pada permukaan tanah.
Suhu tanah pada siang dan malam hari sangat berbeda, pada siang hari
suhu tanah cenderung tinggi karena tanah menyerap panas dari radiasi
sinar matahari sedangkan pada malam hari suhu tanah cenderung
menurun.
Komponen lain dari iklim mikro adalah kelembaban tanah yang
merupakan air yang mengisi sebagian atau seluruh pori-pori tanah yang
berada di suatu tempat. Kelembaban tanah dapat diartikan juga sebagai
jumlah air yang tersimpan diantara pori-pori tanah. Faktor-faktor yang
menentukan kelembaban tanah antara lain jenis tanah, laju
evapotranspirasi, dan curah hujan. Suhu, kelembaban tanah, dan
intensitas radiasi surya menjadi dua komponen iklim mikro yang dapat
diamati karena memiliki peran dan fungsi bagi lingkungan
50
5
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum Agroklimatologi acara Pengamatan Iklim
Mikro berupa Suhu, Kelembaban Tanah, dan Intensitas Radiasi Sinar
Matahari yaitu untuk mengetahui pengaruh mulsa organik dan mulsa
anorganik terhadap kondisi iklim mikro di dalam pertanaman (suhu dan
kelembaban tanah).
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Acara praktikum Agroklimatologi dilaksanakan pada hari Sabtu, 4
Juni 2022 pukul 10.00-12.00 WIB. Kegiatan praktikum ini dilaksanakan
di Lab Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jumantono, Karanganyar.
Praktikum dilaksanakan pada tempat terbuka yaitu pengamatan alat-alat,
pengamatan suhu, kelembaban tanah, dan intensitas radiasi sinar
matahari serta pada mulsa dan naungan. Praktikum yang dilaksanakan
pada tempat tertutup yaitu kegiatan pengklasifikasian iklim oldeman.
B. Alat dan Cara Kerja
1. Alat
Alat yang digunakan dalam pengamatan iklim mikro berupa suhu,
kelembaban tanah, dan intensitas sinar matahari yaitu:
4. Termohigrometer
5. Anemometer
6. Luxmeter
2. Cara Kerja
a. Mengukur dan mengamati suhu tanah, kelembaban tanah, intensitas
radiasi matahari, dan mengukur kecepatan angin menggunakan alat
yang telah disediakan.
b. Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada lahan jagung dengan
perlakuan tanpa mulsa (Kontrol), mulsa organic (jerami), dan mulsa
anorganik (plastic hitam perak).
5
C. Hasil Pengamatan
sehingga dapat dikatakan pada saat itu matahari belum terlalu cerah. Pada
sesi kedua siang hari menunjukkan angka yang tinggi namun tidak
setinggi pada sesi ketiga sehingga dapat dikatakan pada saat itu maharani
sudah cerah namun ada yang tertutup awan.
Pada dasarnya intensitas radiasi cahaya matahari memiliki
pengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Menurut Wulandari et
al. (2016), intensitas cahaya merupakan salah satu faktor penting terhadap
laju pertumbuhan tanaman. Intensitas radiasi cahaya matahari dibutuhkan
untuk keberlangsungan proses penyatuan karbondioksida dan air untuk
membentuk karbohidrat atau dalam kata lain digunakan dalam proses
fotosintesis. Peningkatan intensitas cahaya matahari dapat meningkatkan
proses fotosintesis pada tanaman. Setiap tanaman memiliki toleransi yang
berbeda terhadap intensitas radiasi cahaya matahari.
2. Angin
Udara yang bergerak dengan kecepatan tertentu disebut angin.
Kecepatan angin dapat diukur menggunakan alat yang disebut
anemometer. Kecepatan angin yang dilakukan pengamatan pada lahan
pertanaman jagung bagian mulsa dan tanpa mulsa menunjukkan angka 0
m/s pada setiap sesi pengamatan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
tidak adanya angin yang melintas dan melewati baling-baling pada
anemometer. Menurut Derek et al. (2016), kecepatan angin menunjukkan
besaran putaran baling dalam satu detik yang dideteksi dengan sensor
optocoupler. Baling-baling atau mangkok pada anemometer semakin
cepat berputar maka semakin besar nilai kecepatan angin yang terdeteksi.
Kecepatan angin dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Perananan penting dari kecepatan angin adalah proses evapotranspirasi.
Laju kecepatan angin sebanding dengan laju evapotranspirasi. Kecepatan
angin semakin tinggi maka semakin tinggi juga nilai evapotranspirasi.
Menurut Nurhayati dan Aminuddin (2016), perubahan evepotraspirasi
memegang peranan penting dalam perhitungan ketersediaan air tanah.
Ketersediaan air pada tanah yang menjadi penyebab kelembaban tanah
5
yang tidak menentu menjadi salah satu penyebab pola kelembaban tanah
tidak sesuai bahkan menyimpang dari teori yang sebenarnya.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan Praktikum Agroklimatologi acara Pengamatan Iklim
Mikro berupa Suhu, Kelembaban Tanah, dan Intensitas Radiasi Sinar
Matahari adalah sebagai berikut.
a. Intensitas radiasi sinar matahari menunjukkan angka mulai dari 1901, 4570,
5470 yang mana intensitas paling tinggi menunjukkan waktu pengamatan
pukul 12.30-14.00 yang merupakan waktu disaat matahari sedang cerah-
cerahnya.
b. Kecepatan angin yang diukur dalam tiga sesi sama-sama menunjukkan
besaran angka 0 m/s.
c. Besaran kecepatan angin yang diukur menggunakan anemometer tersebut
menunjukkan angka 0 karena tidak adanya angin yang menggerakkan baling-
baling atau mangkok pada alat tersebut.
d. Suhu tanah dalam tiga perlakuan memiliki rata-rata dan kisaran yang berbeda
dihitung dapa setiap sesi. Suhu tanah pada perlakuan tanpa mulsa memiliki
kisaran 30,5°C-39,5°C, suhu tanah perlakuan mulsa plastic berkisar
31,4°C-37,6°C, dan suhu tanah perlakuan mulsa jerami yaitu 31,1°C-
37,3°C.
e. Suhu tanah dengan kisaran rendah adalah pada perlakuan mulsa
organik. Mulsa organik cenderung kurang efektif dalam
menghantarkan panas.
f. Kelembaban tanah pada perlakuan tanpa mulsa menunjukkan kisaran
sebesar 65,1%-78,7%, kelembaban tanah dengan perlakuan mulsa
palstik yaitu berkisar sebesar 64,1%-74,7%, dan pada kelembaban
tanah perlakuan mulsa organik yaitu berkisar sebesar 62,9%-77,7%.
g. Kondisi kelembaban tanah yang terjadi tidak sesuai atau menyimpang
dari kaidah teori yang benar. Kelembaban tanah di bawah mulsa
organik seharusnya lebih tinggi, namun karena curah hujan dan cuaca
yang tidak dapat diprediksi menyebabkan tidak terlihatnya pengaruh
adanya mulsa organik.
5
2. Saran
Saran Praktikum Agroklimatologi acara Pengamatan Iklim Mikro
berupa Suhu, Kelembaban Tanah, dan Intensitas Radiasi Sinar Matahari
adalah pemberian jangka waktu pengumpulan sebaiknya dibuat berkala
mulai dari acara 1 sampai acara 4. Kegiatan praktikum di lapang sudah
berjalan dengan baik dan penjelasan Co-Assisten dapat dipahami dengan
baik sehingga perlu dipertahankan. Kegiatan konsultasi setiap acara perlu
diadakan sehingga praktikan tidak kebingungan dalam menyusun laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Anestesia, M., Afandi, H.N., Manik, P.C. (2013). Perubahan Kadar Air dan Suhu
Tanah akibat Pemberian Mulsa Organik pada Pertanaman Nanas PT Great
Giant Pineapple Lampung Tengah. Jurnal Agrotek tropika, 1, 213-218.
Diakses dari : https://www.researchgate.net/publication/
Derek, O., Allo, E. K., Tulung, N. M. (2016). Rancang bangun alat monitoring
kecepatan angin dengan koneksi wireless menggunakan arduino
uno. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 5(4), 1-7. Diakses dari :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/elekdankom/article/view/13199
Karamina, H., Fikrinda, W., Murti, A. T. (2017). Kompleksitas pengaruh
temperatur dan kelembaban tanah terhadap nilai pH tanah di perkebunan
jambu biji varietas kristal (Psidium guajava l.) Bumiaji, Kota
Batu. Kultivasi, 16(3). Diakses dari:
http://journal.unpad.ac.id/kultivasi/article/view/13225
Kristanto, Y., Agustin, T., Muhammad, F. R. (2017). Pendugaan Karakteristik
Awan berdasarkan Data Spektral Citra Satelit Resolusi Spasial Menengah
Landsat 8 Oli/Tirs (Studi Kasus: Provinsi Dki Jakarta). Jurnal Meteorologi
Klimatologi Dan Geofisika, 4(2), 42-50. Diakses dari:
https://doi.org/10.36754/jmkg.v4i2.46
Lutfiyana, Hudallah, N., Suryanto, A. (2017). Rancang Bangun Alat Ukur Suhu
Tanah, Kelembaban Tanah, dan Resistansi. Jurnal Teknik Elektro, 9(2),
80–
86. https://doi.org/10.15294/jte.v9i2.11087
Naruddin., Hanum, H. (2015). Kajian Pemulsaan dalam Mempengaruhi Suhu
Tanah, Sifat Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Nilam. Jurnal Floratek, 10,
69-78. Diakses dari : http://jurnal.unsyiah.ac.id/floratek/article/view/
Nurhayati, N., Aminuddin, J. (2016). Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap
Evapotranspirasi Berdasarkan Metode Penman Di Kebun Stroberi
Purbalingga. Elkawnie: Journal of Islamic Science and Technology, 2(1):
21-28. Diakses dari: https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/elkawnie
Wijaya, N. H., Sutrimo, S. 2021. Lux Meter as A Measuring Instrument for
Operating Lamp Light Intensity Based on Arduino Uno R3. Jurnal Ecotipe
(Electronic, Control, Telecommunication, Information, and Power
Engineering), 8(1), 1-8. Diakses dari:
https://journal.ubb.ac.id/index.php/ecotipe
Wulandari, I., Haryanti, S., Izzati, M. (2016). Pengaruh Naungan Menggunakan
Paranet terhadap Pertumbuhan serta Kandungan Klorofil dan Karoten pada
Kangkung Darat (Ipomoea reptans poir). Jurnal Biologi, 5: 71-79. Diakses
dari: https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/biologi/search/
Yuyun, I., Syaban, R. A. (2017). Rasio Tanaman Induk Jantan dan Betina Serta
Penambahan Pupuk Boron pada Tanaman Jantan Terhadap Produksi dan
Mutu Benih Jagung Manis (Zea mays “Saccharata” STURT.). Agriprima,
Journal of Applied Agricultural Sciences, 1(1): 1-11. Diakses dari:
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/83290526/pdf-with-cover-page-
v2.pdf?
ACARA 4
KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Kegiatan pertanian
dapat berjalan dengan baik apabila faktor-faktor yang mempengaruhinya
mendukung keberjalanannya. Salah faktor yang sangat berpengaruh
terhadap budidaya pertanian adalah iklim. Iklim adalah karakter atau
kondisi rata-rata cuaca yang terjadi dalam kurun waktu panjang. Iklim
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman dan hasil produksi tanaman. Faktor-faktor iklim seperti cuaca dan
iklim benar-benar dipertimbangkan dalam mengamankan pertanian.
Kondisi suhu, curah hujan dan pola musim sangat menentukan kecocokan
dan optimalisasi pembudidayaan tanaman pertanian.
Pengetahuan tentang klasifikasi iklim sangat diperlukan karena
iklim berhubungan erat dengan kegiatan pertanian. Klasifikasi iklim di
Indonesia ditekankan pada pemanfaatannya dalam kegiatan pertanian.
Manfaat iklim bagi pertanian di antaranya adalah menentukan waktu
tanam dan menentukan tanaman yang sesuai dengan iklim yang ditanami
di daerah tersebut. Unsur-unsur iklim yang dapat mempengaruhi kegiatan
pertanian tersebut menunjukkan bahwa bahwa klasifikasi iklim atau
pengelompokan iklim perlu dilakukan untuk mempermudah kegiatan
bercocok tanam.
Pengklasifikasian iklim dapat ditentukan dengan berbagai macam
metode, antara lain metode Schmidt-Ferguson, Mohr, Oldeman dan
lainnya. Metode pengklasifikasian iklim yang sering dipergunakan di
Indonesia pada umumnya adalah metode Oldeman. Iklim Oldeman
merupakan klasifikasi iklim yang didasarkan pada kriteria lama terjadinya
bulan basah dan bulan kering, dengan batasannya memperhatikan
kebutuhan tanaman padi serta memperhatikan peluang hujan dan hujan
efektif.
60
6
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Agroklimatologi acara klasifikasi iklim ini
bertujuan agar mahasiswa dapat mengklasifikasikan iklim berdasarkan
data curah hujan selama 10 tahun
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Acara praktikum Agroklimatologi dilaksanakan pada hari Sabtu, 4
Juni 2022 pukul 10.00-12.00 WIB. Kegiatan praktikum ini dilaksanakan
di Lab Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jumantono, Karanganyar.
Praktikum pengklasifikasian iklim oldeman yang dilaksanakan pada
tempat tertutup atau di dalam ruanagan.
B. Alat dan Cara Kerja
1. Alat
a) Tabel klasifikasi iklim
b) Data curah hujan suatu wilayah tahun 2011-2020
2. Cara Kerja
a) Mengunduh data curah hujan di stasiun pengamatan cuaca yang
sudah ditentukan.
b) Memasukkan data curah yang sudah diunduh ke dalam tabel
Microsoft Excel untuk dional menjadi data curah hujan bulanan.
c) Mengolah data curah hujan bulanan dan diklasifikasikan
dikategorikan menjadi bulan basah (BB) dan bulan kering (BK)
sesuai metode klasifikasi iklim Oldeman. Oldeman
mengklasifikasikan suatu bulan dikatakan bulan basah (BB) apabila
mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan
dikatakan bulan kering (BK) apabila curah hujan bulanan lebih kecil
dari 100 mm.
6
C. Hasil Pengamatan
Data yang digunakan dalam praktikum klasifikasi iklim adalah data curah hujan Pos Hujan Sempu Kapubaten
Magelang tahun 2011 sampai dengan tahun 2020. Data curah hujan tersebut akan dianalisis untuk memperoleh tipe
iklim maupun zona iklim wilayah sesuai data tersebut. Berikut data curah hujan Pos Sempu Kabupaten Magelang.
Tabel 4.2 Data Curah Hujan Pos Hujan Sempu Kabupaten Magelang
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEPT OKT NOV DES
2011 338,86 251,43 298 236,14 149,7 75,6 39,7 18,2 43 121,8 221,37 402,23
2012 660 318 111 205 147 130 0 0 0 110 240 407
2013 506 263 310 249 326 193 153 0 1 204,8 246,4 209
2014 342 294 215 217 79 53 120 30 0 22 287,5 499
2015 519 282 644 381 94 26 0 0 0 0 194,2 510,5
2016 163 317 424 253 106 401 123 209 280 172 351 265
2017 311 465 264 490 32 66 17 0 91 194 232 405
2018 299 450 391 192 97 37 0 0 30 19 338 219
2019 448 292 260 493 50 14 0 0 0 0 119 282
2020 394 277 392 268 231 29 11 84 64 240 169 431
Rata-rata 398,09 320,94 330,9 298,41 131,2 102,46 46,4 34,1 50,9 108,36 239,85 362,97
Sumber: Data Curah Hujan Pos Hujan Sempu Kabupaten Magelang
6
Tabel 4.3 Klasifikasi Iklim Oldeman Berdasarkan Data Pos Sempu Hujan
Kabupaten Magelang
D. Pembahasan
1. Klasifikasi Iklim Oldeman
Iklim merupakan rata-rata cuaca pada jangka waktu yang panjang
dalam satuan wilayah yang luas, sedangkan cuaca adalah keadaan udara
pada suatu waktu dan berjangka pendek dalam luasan yang relatif sempit.
Iklim didefinisikan sebagai ukuran rata-rata dan variabilitas kuantitas yang
relevan dari variabel tertentu seperti temperatur, curah hujan atau angin,
pada periode waktu tertentu, yang merentang dari bulanan hingga tahunan
atau jutaan tahun. Menurut Maros (2017), faktor yang penting dalam iklim
yaitu curah hujan dan suhu. Iklim menjadi penentu apakah suatu varietas
tanaman dapat hidup di suatu daerah atau tidak.
Perubahan iklim disebabkan oleh pemanasan global akibat
meningkatnya efek gas rumah kaca pada lapisan atmosfer bumi.
Menurut Laimeheriwa (2019), perubahan iklim yang terus terjadi hingga
saatini telah memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan
termasuk sektor pertanian. Perubahan iklim menyebabkan terjadinya
fenomena alam yang mengarah ke bencana alam, di antaranya curah hujan
tinggi yang dapat menyebabkan banjir dan kemarau berkepanjangan yang
menyebabkan kekeringan.
Unsur-unsur iklim yang menunjukkan pola keragaman yang jelas
menjadi dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Klasifikasi iklim
merupakan kegiatan mengelompokkan dan mengidentifikasi iklim yang
ada di bumi berdasarkan suatu kategori tertentu. Klasifikasi iklim
umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya,
misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Menurut Mahubessy
(2014), klasifikasi iklim bilakukan untuk kesesuaian pertanian dengan
menggunakan curah hujan, menentukan tipe iklim, dan zona
agroklimatKlasifikasi iklim yang digunakan di Indonesia adalah klasifikasi
iklim menurut Oldeman.
Klasifikasi iklim Oldeman memakai unsur curah hujan sebagai dasar
penentuan klasifikasi iklimnya. Menurut Hariyanto et al. (2016), sistem
6
rata curah hujan lebih dari 200 mm setiap bulan dalam jangka waktu 10
tahun dan masuk dalam kategori Bulan Basah (BB). Zona pada wilayah
tersebut masuk ke dalam zona C karena terjadi Bulan Basah (BB)
sebanyak 6 kali dan termasuk kategori subzona 3 karena terdapat sebanyak
3 kali bulan kering.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara klasifikasi iklim yang telah
dilaksanakandapat ditarik beberapa kesimpulan di antaranya :
a. Klasifikasi iklim yang digunakan di Indonesia adalah klasifikasi iklim
menurut Oldeman.
b. Klasifikasi Iklim Oldeman cocok digunakan untuk pertanian di
Indonesia karena menggunakan curah hujan sebagai penentu
klasifikasinya.
c. Klasifikasi oldeman terbagi menajdi Bubkan Basah (BB) dan Bulan
Kering (BK) dengan zona A, B, C, D, E yang didasarkan pada Bulan
Basah (BB) dan subzone 1,2,3,4 yang didasarkan pada Bulan Kering
(BK).
d. Klasifikasi Iklim Oldeman pada wilayah Magelang berdasarkan data
curah hujan pada Pos Hujan Sempu Kabupaten Magelang tahun 2011-
2020 ada zona C3.
2. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, saran yang dapat
diberikan untuk Acara Klasifikasi Iklim adalah sebaiknya Co-Assisten
memberikan penjelasan yang lebih detail dan yakin akan penjelasan yang
diberikan sehingga tidak ada keraguan dalam menjawab pertanyaan dari
praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto, S., Irawan, B., Mochamadie, N., Soedarti, T. (2016). Lingkungan Aboitik
Jilid 2: Mineral, Batuan, Gempa, Tanah dan Iklim. Surabaya Airlangga
University Press. Diakses dari https://www.google.co.id/
Laimeheriwa, S., Elisa, LM., Eklesia DR. (2019). Analisis tren perubahan curah
hujan dan pemetaan klasifikasi iklim schmidt-ferguson untuk penentuan
kesesuaian iklim tanaman pala (myristica fragrans) di pulau seram. Jurnal
Agrologia. 8(2), 71-81.
Mahubessy, R C. (2014). Tingkat kesesuaian lahan bagi tanaman padi berdasarkan
faktor iklim dan topografi di Kabupaten Merauke. Agrologia, 3(2), 125-131.
Diakses dari: https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_lnk.php?id=923.
Maros, B. F. T. D. K., Abbas, M. (2017). Studi karateristik dan klasifikasi tanah
dari batugamping formasi tonasa di kabupaten maros. Makassar:
Universitas Hasanuddin. Diakses dari: http://digilib.unhas.ac.id.
Sasminto et al. (2014). Analisis spasial penentuan iklim menurut klasifikasi
schmidt-ferguson dan oldeman di kabupaten ponorogo. Jurnal Sumber
Daya Alam dan Lingkungan. 1(1), 51-56. Diakses dari:
https://jsal.ub.ac.id/index.php/jsal/article/view/118