Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI

Disusun oleh :

NAMA : Muhammad Aqiela Falahsyade


NIM : H0821076
COASS : Yuliana Eka Saputri

LABORATORIUM KLIMATOLOGI
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Agroklimatologi ini disusun guna melengkapi tugas


mata kuliah Agroklimatologi. Laporan ini telah diketahui dan disahkan oleh Dosen
dan Co-Asisten Agroklimatologi pada :
Hari :
Tanggal :

Disusun oleh :
Nama : Muhammad Aqiela Falahsyade
NIM : H0821076
Program Studi : Agribisnis

Mengetahui,

Dosen Koordinator Praktikum Co-Asisten


Agroklimatologi Agroklimatologi

Komariah, STP., M.Sc., Ph.D. Yuliana Eka Saputri


NIP. 197805232008122001 H0220079

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
Agroklimatologi ini dengan baik. Laporan ini disusun dengan maksud dan tujuan
untuk melengkapi tugas praktikum yang telah dilaksanakan, juga untuk mengetahui
hasil dari percobaan-percobaan dalam acara tersebut, serta untuk melengkapi tugas
mata kuliah Agroklimatologi. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari
berbagai pihak laporan ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis menyampaikanucapan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Agroklimatologi yang telah membimbing
penulis.
3. Co-Assisten Agroklimatologi yang telah membimbing dan membantu dalam
penyusunan laporan ini.
4. Orang tua penulis yang telah membantu memberikan fasilitas dan dukungan
moril.
5. Teman-teman penulis yang telah membantu memberikan semangat.
Dalam penyusunan laporan ini tentu masih banyak kekurangannya, karena
itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penyusun sendiri pada khususnya.

Surakarta, Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xx
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xx
ACARA 1 PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAN UNSUR-
UNSUR CUACA SECARA MANUAL, OTOMATIS, DAN
PENGAMATAN AWAN
I. PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAN UNSUR CUACA
SECARA MANUAL
A. Pendahuluan .......................................................................................1
B. Hasil Pengamatan ...............................................................................3
C. Pembahasan ........................................................................................9
D. Komprehensif .....................................................................................18
E. Kesimpulan dan Saran ........................................................................20
II. PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA SECARA OTOMATIS
A. Pendahuluan ......................................................................................21
B. Hasil Pengamatan ..............................................................................22
C. Pembahasan .......................................................................................23
D. Kesimpulan dan Saran.......................................................................26
III. PENGAMATAN AWAN
A. Pendahuluan ......................................................................................28
B. Pembahasan .......................................................................................29
C. Kesimpulan dan Saran.......................................................................30
Daftar Pustaka
ACARA 2 PENGAMATAN IKLIM MIKRO BERUPA SUHU,
KELEMBABAN TANAH DAN INTENSITAS RADIASI SINAR
MATAHARI
A. Pendahuluan ......................................................................................32
B. Alat dan Cara Kerja ...........................................................................34
C. Hasil Pengamatan ..............................................................................34
D. Pembahasan .......................................................................................35
E. Kesimpulan dan Saran.......................................................................37
Daftar Pustaka
ACARA 3 PENGAMATAN IKLIM MIKRO BERUPA SUHU,
KELEMBABAN TANAH DAN INTENSITAS RADIASI SINAR
MATAHARI
A. Pendahuluan ......................................................................................39
B. Alat dan Cara Kerja ...........................................................................40
C. Hasil Pengamatan ..............................................................................41
D. Pembahasan .......................................................................................42
E. Kesimpulan dan Saran.......................................................................43
Daftar Pustaka

iv
ACARA 4 KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN
A. Pendahuluan ......................................................................................45
B. Alat dan Cara Kerja ...........................................................................46
C. Hasil Pengamatan ..............................................................................47
D. Pembahasan .......................................................................................50
E. Kesimpulan dan Saran.......................................................................53
Daftar Pustaka

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan dengan Perlakuan Naungan ...................................34


Tabel 3.1 Hasil Pengamatan dengan Perlakuan Mulsa .......................................41
Tabel 4.1 Klarifikasi Iklim Menurut Oldeman ...................................................47
Tabel 4.2 Data Curah Hujan Tahun 2011 – 2020 ...............................................48
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Curah Hujan ..........................................................49

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sunshine Recorder tipe Cambell Stokes ..........................................3


Gambar 1.2 Termometer Maksmum dan Minimum ...........................................4
Gambar 1.3 Termometer Tanah Bengkok ...........................................................5
Gambar 1.4 Psikrometer......................................................................................6
Gambar 1.5 Ombrometer ....................................................................................6
Gambar 1.6 Wind Vane .......................................................................................7
Gambar 1.7 Anemometer ....................................................................................8
Gambar 1.8 Panci Evaporasi ...............................................................................8
Gambar 2.1 Automatic Weather System (AWS) .................................................22

vii
ACARA 1
PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA
SECARA MANUAL, OTOMATIS DAN PENGAMATAN AWAN

I. PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAB UNSUR-UNSUR CUACA


SECARA MANUAL

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang sebagian besar
penduduknya hidup melalui sektor agraris atau pertanian. Sektor
pertanian menjadi salah satu pilar penopang yang sangat penting dan
sangat berharga bagi negara. Sektor pertanian memiliki
ketergantungan yang sangat erat dengan keadaan alam. Perubahan
yang terjadi pada lingkungan dapat secara nyata terlihat pada sektor
pertanian. Salah satu unsur alam yang sangat penting bagi pertanian
adalah iklim dan cuaca. Iklim menjadi salah satu pertimbangan dalam
menentukan jenis tanaman dan pola tanam yang digunakan pada suatu
tempat. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis,
maka sangat cocok untuk usaha pertanian karena selalu memiliki
curah hujan yang cukup tinggi dan mendapat penyinaran matahari
sepanjang tahun.
Agroklimatologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal terkait
interaksi antara faktor iklim, hidrologi, dan pertanian. Pembelajaran
agroklimatologi bertujuan agar dapat mewaspadai dampak yang
ditimbulkan dari cuaca dan iklim terhadap produktivitas pertanian.
Pengamatan terhadap iklim dan cuaca terkait pertanian dilakukan
sebagai dasar untuk mengelola cuaca dan mempertimbangkan
perencanaan kultur teknik. Penentuan kondisi iklim dan cuaca dapat
diketahui dari pengamatan terhadap unsur-unsur cuaca yang saling
mempengaruhi.

1
2

Unsur-unsur cuaca meliputi radiasi surya, tekanan udara, suhu


udara, suhu tanah, kelembaban udara, cuah hujan, kondisi angin,
intensitas penguapan dan awan. Interaksi dari tiap unsur cuaca ini
yang kemudian akan menjadi salah satu penentu keoptimalan
pertumbuhan tanaman yang nantinya akan mempengaruhi
produktivitas tanaman. Pengamatan unsur-unsur cuaca dilakukan
menggunakan beberapa alat khusus. Alat – alat tersebut memiliki
fungsi khusus yang digunakan untuk mengukur tiap unsur cuaca yang
berbeda. Penggunaan alat-alat tersebut harus tepat agar pengukuran
yang dilakukan juga tepat. Mahasiswa pertanian harus mengenal alat
unsur-unsur cuaca secara keseluruhan serta mengetahui cara kerja dari
tiap masing-masing alat. Praktikum agriklimatologi pada acara 1 akan
memperkenalkan alat unsur-unsur cuaca satu per satu dan juga
mahasiswa akan mengamatinya secara manual.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum agroklimatologi acara pengenalan alat dan
pengamatan unsur-unsur cuaca secara manual ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui alat-alat pengukur unsur cuaca dan
cara pengamatan menggunakan alat-alat manual.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agroklimatologi acara pengenalan alat dan
pengamatan unsur-unsur cuaca secara manual dilaksanakan pada 12
Juni, 2022 di Laboratorium UNS yang terletak di Kecamatan
Jumantono, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
3

B. Hasil Pengamatan
1. Radiasi Surya

Gambar 1.1 Sunshine Recorder tipe Cambell Stokes


a. Bagian-bagian utama
1) Bola Kaca
2) Kertas Pias
3) Kaki Penyangga
b. Prinsip Kerja
1) Memasang kertas pias pada alat Sunshine recorder. Cahaya
matahari yang datang akan difokuskan sehingga dapat
membakar kertas pias yang dipasang pada bidang cekung.
2) Melakukan penghitungan persentase pada kertas pias yang
terbakar.
3) Menggambar kertas pias yang telah digunakan untuk
melakukan pengamatan.
4) Menentukan durasi lamanya penyinaran oleh matahari dalam
satu hari pengamatan.
4

2. Suhu Udara

Gambar 1.2 Termometer Maksimum dan Minimum


a. Bagian-bagian utama
1) Termometer maksimum
2) Termometer minimum
b. Prinsip Kerja
1) Termometer maksimum
a) Termometer maksimum dipasang horisontal agak miring
sebesar 2,5 – 5 derajat karena adanya pengaruh tegangan
permukaan.
b) Cairan raksa pada termometer maksimum dilengkapi
dengan bagian penyempitan untuk memasukkan cairan
raksa.
c) Suhu bertambah panas, maka air raksa akan memuai dan
bergerak dari bola bejana, air raksa di bagian bawah (kiri)
ke bagian atas (kanan) melalui bagian penyempitan.
d) Suhu tertinggi diketahui dengan membaca angka pada
skala, bila suhu udara kembali dingin posisi air raksa
tersebut tetap seperti pada saat suhu udara maksimum yang
terukur.
2) Termometer minimum
a) Termometer minimum dipasang horizontal di sebelah
bawah termometer maksimum pada kemiringan 3.
b) Cairan alkohol digunakan pada termometer minimum.
5

c) Suhu bertambah dingin maka perubahan alkohol akan


bergerak ke kiri bersama-sama dengan indeks gelas
tersebut, dan apabila suhu udara naik maka cairan alkohol
akan bergerak ke kanan, tetapi indeks berwarna akan tetap
pada kedudukan suhu udara minimum yang diukur.
d) Suhu terendah dapat diketahui dengan cara membaca angka
pada skala yang terletak pada ujung kanan penunjuk.
3. Suhu Tanah

Gambar 1.3 Termometer Tanah Bengkok


a. Bagian-bagian utama
1) Tabung kaca bengkok pada berbagai kedalaman (0 cm, 5 cm,
10 cm, 20 cm, 25 cm, 50 cm, dan 100 cm)
b. Prinsip kerja
1) Prinsip kerja termometer tanah ini sama dengan termometer
zat cair, yaitu dengan pemuaian oleh cairan raksa.
2) Reservoir pada alat ini ditancapkan untuk jeluk tanah pada
kedalaman tertentu.
3) Mengamati hasil yang ditunjukkan oleh termometer sesuai
pada kedalaman masing-masing termometer yang telah
tertancap.
6

4. Kelembaban Udara

Gambar 1.4 Psikrometer


a. Bagian-bagian utama
1) Termometer bola basah
2) Termometer bola kering
b. Prinsip kerja
1) Melakukan pembacaan pada suhu yang ditunjukkan oleh
kedua termometer.
2) Melakukan penghitungan pada selisih suhu antara bola kering
dan bola basah.
3) Menilai selisih suhu yang terhitung, selisih ini menunjukkan
presentasi kelembaban nisbi dengan bantuan tabel
kelembaban.
5. Curah Hujan

Gambar 1.5 Ombrometer


a. Bagian-bagian utama
1) Corong penangkap air hujan
7

2) Bejana penampung air


b. Prinsip kerja
1) Air hujan yang tertangkap oleh corong akan mengalir masuk
ke dalam bejana penampung.
2) Pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali dengan cara
membuka kran pembuangan dan menampung air pada gelas
ukur.
3) Air pada gelas ukur dilihat atau diamati tinggi air hujan.
6. Angin

Gambar 1.6 Wind Vane


a. Bagian-bagian utama
1) Wind Vane
a) Tiang penyangga
b) Panah arah mata angin
c) Lempengan sirip untuk memfokuskan angina
2) Anemometer
a) Cangkir/mangkuk air
b) Skala perekam
b. Prinsip kerja
1) Wind Vane
a) Angin yang datang secara langsung akan menggerakkan
skala dan menunjukkan kecepatan angin yang datang
tersebut.
b) Penunjukkan arah angin juga dilakukan secara langsung
dengan mengamati panah penunjuk.
8

Gambar 1.7 Anemometer


2) Anemometer
a) Angin yang datang akan menggerakkan mangkuk
penangkap angin, mangkuk yang bergerak akan
menggerakkan porosnya yang dapat menunjukkan angka.
b) Rata-rata kecepatan angin dihitung dari hasil selisih
pembacaan alat hitung putaran angin. Pengamatan
pertama dengan pengamatan kedua dibagi jangka waktu
pengamatan merupakan angka ratarata kecepatan angin
dalam periode waktu tertentu.
7. Evaporasi

Gambar 1.8 Panci Evaporasi


a. Bagian-bagian utama
1) Termometer apung
2) Hook gauge
3) Still well cylinder
4) Panci evaporasi
9

b. Prinsip kerja
1) Setiap akan melakukan pengamatan ujung jarum pada still
wheel harus diposisikan tepat pada pemukaan air pada
hook gauge.
2) Pengukuran penguapan dari panci dilakukan setiap pagi
hari.
3) Selisih tinggi dari permukaan air dari dua kali pengukuran
merupakan besarnya evaporasi, setelah curah hujan
diperhitungkan apabila pada waktu pengukuran terjadi
hujan.
Tidak terjadi hujan, Eo = (P0-P1) mm
Terjadi hujan, Eo = (P0-P1) + x mm
4) Panci bagian dalam penuh akibat hujan lebat, maka
pengukuran evaporasi tidak dapat dilakukan dan diberi
tanda x pada angka pencatatan.
Eo = Evaporasi
P0 = tinggi permukaan air di awal periode
P1 = tinggi permukaan air di akhir periode
X = besarnya curah hujan
C. Pembahasan
1. Radiasi Surya
Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi seluruh
makhluk hidup yang ada di bumi. Matahari melepaskan energinya
dalam bentuk radiasi sinar matahari. Menurut Randy (2014), radiasi
surya adalah pancaran energi yang berasal dari proses termonuklir
yang terjadi di matahari. Radiasi solar yang terpenting adalah: radiasi
elektromagnetik yang berhubungan dengan listrik dan magnet.
Radiasi elektromagnetik bisa dibedakan menjadi 2 yaitu radiasi yang
terlihat oleh mata kita dan radiasi yang dapat kita rasakan, namanya
radiasi infra merah. Panjang gelombang radiasi inframerah lebih
panjang daripada panjang gelombang cahaya (visible radiation).
10

Gelombang elektromagnetik menyebar dalam bentuk 3 dimensi


(volumen), seperti halnya gelombang yang tersebar membentuk
sebuah bola (esfera). Volume di sekitar gelombang elektromagnetik
bisa berbentuk benda keras, cairan, gas, tapi bisa juga kekosongan.
Penyinaran matahari berperan dalam keberlangsungan dan
penetuan iklim pada suatu wilayah. Menurut Hamdi (2014), lama
penyinaran matahari merupakan salah satu dari beberapa unsur
klimatologi, dan didefinisikan sebagai kekuatan matahari yang
melebihi 120 W/m². Beberapa jenis alat ukur yang ada seperti
Campbell Stokes Recorder merupakan alat pengukur lama penyinaran
matahari yang secara resmi digunakan oleh Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika. Alat ini terdiri dari sebuah bola kaca
berdiameter 10 cm yang berfungsi sebagai lensa cembung, dan kertas
pias yang diletakkan di bagian fokus bola kaca. Kekuatan insolasi
yang melebihi 120 W/m² akan meninggalkan jejak terbakar pada
kertas pias yang panjang jejaknya berkaitan dengan lama penyinaran
matahari.
Sunshine recorder adalah alat yang digunakan untuk
mengetahui lama penyinaran matahari. Cara kerja alat ini yaitu
terdapat sebuah kertas pias yang dipasang tepat di bawah bola kaca.
Kertas pias ini diganti setiap 12 jam dan diletakkan sesuai dengan arah
datangnya sinar matahari. Kertas pias akan terbakar akibat sinar
matahari dan kertas yang terbakar menunjukan lamanya waktu
penyinaran, namun ketika hujan penggunaan kertas bias dapat
bermasalah karena ketika matahari sudah mulai bersinar kertas pias
tidak bisa digunakan karena harus menunggu kering terlebih dahulu
agar bisa terbakar. Radiasi surya juga mempunyai peran yang penting
di dalam budidaya suatu tanaman. Suatu tanaman mempunyai tingkat
intensitas cahaya matahari yang berbeda, jika intensitas cahaya
matahari yang memancar sesuai dengan intensitas cahaya yang
11

dibutuhkan tanaman maka tanaman yang di budidayakan akan


menjadi subur dan mendapat hasil yang banyak.
2. Suhu Udara
Suhu udara adalah salah satu unsur iklim yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Suhu yang terlalu rendah,
tinggi, atau bahkan tidak stabil dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman sehingga hasil produksi tanaman menjadi kurang optimal.
Menurut Ariffin (2019), tanaman banyak mengalami gangguan
pertumbuhan bahkan tidak sedikit yang mengalami kematian. Setiap
tanaman memiliki toleransi terhadap suhu udara minimum dan
maksimum yang dikenal sebagai suhu cardinal. Setiap tanaman
memiliki suhu cardinal yang berbeda-beda. Tanaman yang berada di
wilayah pegunungan yang memiliki kondisi cuaca suhu rendah hingga
berada di bawah suhu minimum tanaman, maka tanaman tersebut
akan mengalami gangguan suhu rendah. Contoh gangguan yang dapat
terjadi antara lain terhambatnya pertumbuhan, terhentinya
pertumbuhan hingga kematian. Sebagai contoh tanaman cengkeh suhu
rendah dapat berdampak pada gagalnya 11 tunas bakal bunga dan
tumbuh jadi daun. Suhu udara yang sangat rendah dapat berakibat
membekunya cairan sel dan tanaman dapat layu dan mati.
Pengukuran suhu wilayah perlu dilakukan untuk menentukan
komoditas apa yang sesuai untuk ditanam. Menurut Hidayat et al.
(2014), pengujian skala lapangan meliputi kinerja instrumen di
lapangan dan hasilnya dibandingkan dengan alat ukur yang ada. Alat
ukur pembanding yang digunakan berupa termometer bola basah dan
termometer bola kering di Stasiun Meteorologi. Alat diletakkan pada
tempat yang sama secara berdampingan selama 10 x 24 jam. Interval
yang digunakan untuk pengukuran adalah sebesar 1 jam. Hasil yang
didapat oleh instrumen yang dibuat dibandingkan dengan hasil
observasi harian BMKG.
12

Pengamatan suhu udara dapat dilakukan dengan menggunakan


termometer maksimum dan minimum. Bagian termometer salah satu
diisi dengan air raksa, cairan ini akan bergerak naik jika suhu naik.
Suhu terendah dalam suatu periode tertentu (dengan termometer
minimum) dapat diketahui dengan membaca angka pada skala yang
bertepatan ujung kanan penunjuk. Suhu tertinggi dalam suatu periode
tertentu (termometer maksimum) dapat diketahui dengan membaca
angka pada skala yang bertepatan dengan air raksa.
3. Suhu Tanah
Suhu tidak hanya pada udara saja, tetapi juga pada tanah. Suhu
tanah yang tidak sesuai dapat menghambat pertumbuhan tanaman
hingga bahkan dapat membuat tanaman mati. Menurut Rayes (2017),
proses biologi berlangsung lebih intensif pada suhu tinggi
dibandingkan yang berlangsung dalam suhu tanah rendah. Laju reaksi
secara umum adalah 2 kali lebih cepat untuk setiap kenaikan suhu
tanah 10°C, meski reaksi enzyme catalysed peka terhadap suhu tinggi
dan biasanya mencapai maksimum pada suhu antara 30 sampai 35°C.
Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan
derajat Celcius, derajat Fahrenheit, derajat Kelvin dan lain-lain. Suhu
tanah juga merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting
sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Proses kehidupan
bebijian, akar tanaman dan mikrobia tanah secara langsung
dipengaruhi oleh suhu tanah.
Pengukuran suhu tanah dilakukan dengan menggunakan
beberapa thermometer khusus yang biasanya memiliki kedalaman
berbeda. Menurut Darussalam dan Nugroho (2018), sistem akan
menghasilkan data suhu dan kelembaban tanah pada kedalaman 5 cm,
10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100 cm. Hasil pengukuran akan disimpan
di datalogger kemudian ditampilkan pada 12 Liquid Crystal Display
(LCD) 20x4 dan komputer menggunakan komunikasi radio telemetri.
Data yang ditampilkan pada komputer akan disimpan, sehingga data
13

dapat digunakan kembali jika suatu waktu dibutuhkan. Pengukuran


kelembaban, elemen sensor dibuat dengan kapasitor. Dielektrik
terbuat dari polimer yang menyerap atau melepaskan sejumlah air
terhadap kelembaban relatif lingkungan sehingga menyebabkan
perubahan nilai kapasitansi dari kapasitor. Perubahan kapasitansi ini
kemudian diukur oleh sirkuit elektronik yang terdapat pada sensor.
Pengukuran temperatur menggunakan sensor gap-type. Perubahan
temperatur menyebabkan perubahan nilai resistansi dari material yang
digunakan. Nilai kelembaban dan temperatur langsung dikonversi
menjadi data digital oleh ADC yang sudah terdapat pada sensor.
Pengukuran pada praktikum kali ini dilakukan pada kedalaman
0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 25 cm, 50 cm dan 100 cm. Suhu
tanah merupakan derajat panas atau dingin pada tanah baik pada
permukaan tanah maupun pada berbagai macam kedalaman tanah
yang berbeda. Suhu tanah diukur dengan termometer biasa hanya saja
dibenamkan ke dalam tanah dengan beragam kedalaman. Didapatkan
nilai temperatur yang berbeda-beda pada setiap kedalaman. Ketika
semakin dangkal (dekat permukaan tanah) maka suhunya makin
tinggi, sebaliknya makin dalam (jauh dari permukaan tanah) maka
temperaturnya makin rendah. Keadaan ini dapat terjadi dimungkinkan
karena adanya pengaruh cahaya matahari. Ketika semakin dangkal
maka mendapat radiasi lebih besar dan semakin dalam radiasi surya
makin kecil yang ikut mempengaruhi temperatur tanah. Tanah lapisan
atas yang lebih gelap juga lebih mampu menyerap sinar matahari lebih
banyak dari pada lapisan bawah sehingga juga lebih panas, karena
warna gelap cenderung memiliki albedo yang rendah sehingga lebih
banyak radiasi yang diserap daripada yang dipantulkan sehingga suhu
menjadi semakin panas.
4. Kelembaban Udara
Kelembaban udara atau yang juga disebut sebagai relative
humidity (RH) adalah kelembaban nisbi. Kelembaban udara adalah
14

banyaknya uap air yang terkandung dalam udara atau atmosfer.


Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam atmosfer karena
adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai,
maupun dari air tanah. Disamping itu terjadi pula dari proses
transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuh - tumbuhan. Sedangkan
banyaknya air di dalam udara bergantung kepada banyak faktor,
antara lain adalah ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan
udara, dan angin.
Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara pada
praktikum ini yaitu psikometer. Menurut Suherman et al. (2017),
psikrometer standar terdiri dari termometer bola kering dan basah.
Termometer bola kering dibiarkan kering sehingga mengukur suhu
udara sebenarnya, sedangkan termometer bola dibasahi agar suhu
yang terukur adalah suhu yang diperlukan agar uap air dapat
berkondensasi. Termometer bola basah diletakkan dengan tegak dan
bola yang mengandung air raksa dari termometer bola basah
dibungkus dengan kain yang dibasahi secara terus menerus dengan air
suling karena termometer bola basah harus selalu terkena air.
Prinsip kerja alat ini yaitu membaca suhu yang ditunjukan kedua
termometer lalu menghitung selisih suhu antara bola kering dan bola
basah. Nilai selisih ini akan menghasilkan presentasi kelembaban
nisbi dengan bantuan tabel kelembaban. Keberhasilan penggunaan
psikrometer standar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Kentved et al. (2012), Faktor yang dapat mempengaruhi hasil
penggunaan alat ini adalah pemasangan dan kebersihan sumbu pada
alat, aliran udara yang melewati sensor, radiasi matahari yang
mengenai sensor, dan pembuangan panas dari kipas internal jika
tersedia.
5. Curah Hujan
Hujan adalah kumpulan butir-butri air yang jatuh ke permukaan
bumi karena adanya proses kondensasi. Curah hujan adalah jumlah air
15

yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Perhitungan curah
hujan adalah dengan melihat ketinggian air hujan yang terkumpul di
suatu tempat dengan asumsi airnya tidak menguap, mengalir, dan
tidak meresap. Menurut Mulyono (2014), curah hujan 1 mm adalah
air hujan setinggi 1 mm yang jatuh dan tertampung pada tempat yang
datar seluas 1 m2 dengan asumsi tidak ada yang menguap, mengalir,
dan meresap.
Curah hujan dapat diketahui besarnya melalui pengamatan
menggunakan alat pengamat curah hujan, seperti ombrometer.
Menurut Prawaka et al., (2016), alat pengamat curah hujan merupakan
alat ukur yang diletakkan di suatu tempat terbuka dan tidak
dipengaruhi oleh bangunan atau pepohonan dengan tingkat ketelitian
pembacaan 1/10 mm. Pengukuran curah hujan menggunakan
ombrometer adalah dengan meletakkan gelas ukur pada tempat yang
tersedia, kemudian membaca 15 skala pada gelas ukur jumlah air yang
tertampung di dalamnya sehingga dapat diketahui intensitas hujannya.
Pengamatan ini dilakukan setiap hari untuk mendapatkan data hasil
harian.
Perhitungan curah hujan ini merupakan salah satu upaya dalam
mengantisipasi dampak perubahan iklim. Perubahan curah hujan
berarti menunjukkan adanya perubahan iklim sehingga, jika prediksi
curah hujan sudah diketahui sejak awal dapat meminimalisir dampak
yang buruk pada bidang pertanian. Akibat yang dapat terjadi jika
curah hujan mengalami kekacauan adalah berubahnya awal musim
tanam, kerusakan tanaman, mengganggu produktivitas tanaman,
kerusakan keanekaragaman hayati, dan terjadinya kekeringan.
6. Angin
Angin merupakan hal salah satu hal yang penting bagi
kehidupan manusia disamping sebagai salah satu unsur cuaca.
Menurut Nurhayati dan Aminuddin (2016), angin adalah gerak udara
yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari daerah
16

bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Angin terjadi


disebabkan oleh adanya beda tekanan horizontal. Kecepatan angin
adalah cepat lambatnya angin bertiup pada suatu tempat. Angin
permukaan memiliki gaya gesek karena adanya kekasaran permukaan
bumi. Gaya gesek menyebabkan kecepatan angin melemah.
Kecepatan angin memegang peranan penting dalam proses
evapotranspirasi. Laju evapotranspirasi sebanding dengan kecepatan
angin.
Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin yaitu
wind vane dan anemometer. Wind vane atau alat penunjuk arah angin
merupakan suatu objek tidak simetris berbentuk anak panah yang
menempel pada pusat gravitasinya sehingga panah ini dapat bergerak
dengan bebas di sekitar poros horizontal yang terhubung dengan
vane/weather cock sensor pada anemometer. Prinsip kerja dari wind
vane sendiri yaitu angin akan secara langsung menggerakan skala
yang menunjukan berapa kecepatan angin tersebut, arah 17 angin
ditunjukkan secara langsung dengan cara mengamati arah penunjuk.
Menurut As’ari (2013), kecepatan hembusan angin mempengaruhi
kecepatan pergerakan wind force.
Alat pengukur kecepatan angin yang umum digunakan pada
stasiun pengamatan cuaca adalah anemometer jenis cup counter yang
menerapkan metode mekanik dalam pengukurannya. Alat ukur
anemometer ini terdiri dari tiga buah cup (mangkuk) yang dipasang
simetris pada sumbu vertikal. Pada bagian bawah dari sumbu vertikal
ini dikopel dengan rotor generator arus serah.
Menurut Belo et al (2018), sensor anemometer terdiri dari tiga atau
empat mangkok yang dipasang pada jari-jari yang berpusat pada suatu
sumbu vertical atau semua mangkok tersebut terpasang pada poros
vertikal. Seluruh mangkok menghadap kesatu arah melingkar
sehingga bila angin bertiup maka rotor berputar pada arah tetap.
Kecepatan putar dari rotor mengatur sistem pada kecepatan tiupan
17

angin. Melalui suatu sistem mekanik roda gigi, perputaran rotor


megatur sistem akumulasi angka penunjuk jarak tiupan angin. Dengan
alat ini penambahan nilai yang dapat dibaca dari satu pengamatan
kepengamatan berikutnya, menyatakan akumulasi jarak tempuh
tiupan angin selama waktu dari kedua pengamatan tersebut, sehingga
kecepatan anginnya adalah sama dengan akumulasi jarak tempuh
tersebut dibagi lama selang waktu pengamatan.
7. Evaporasi
Evaporasi merupakan proses perubahan status air dari bentuk
cair ke bentuk gas. Proses daur hidrologi, evaporasi merupakan
perpindahan air dari permukaan lautan dan permukaan daratan ke
atmosfir bumi. Menurut Jesiani et al. (2019), evaporasi adalah suatu
proses berubahnya air menjadi uap air dari perairan terbuka, tanah,
dan batuan lainnya. Proses evaporasi sangat dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan uap, suhu udara, angin, kualitas air dan permukaan
bidang evaporasi. Pengukuran besarnya evaporasi dapat dilakukan
dengan berbagai macam teknik, mulai dari pengukuran langsung
dengan panci evaporasi atau perhitungan dengan berbagai metode dan
gabungan keduanya. Evaporasi berbanding terbalik dengan
kelembaban udara. Kelembaban udara rendah maka 18 tingkat
evaporasi tinggi, sebaliknya jika kelembaban udara tinggi maka
tingkat evaporasinya rendah.
Open Pan Evaporimeter adalah alat untuk mengukur penguapan
air atau evaporasi. Menurut Muldawati (2013), Open Pan
Evaporimeter merupakan alat yang dipakai untuk mengetahui ukuran
kadar penguapan air yang terjadi selama 24 jam. Prinsip kerja alat ini
yaitu ujung jarum pada still well harus diposisikan tepat pada
permukaan air pada hook gauge. Pengukuran penguapan pada panci
dilakukan setiap pagi. Besarnya evaporasi merupakan selisih tinggi
permukaan air dari dua kali pengukuran, setelah curah hujan
diperhitungkan apabila pada waktu pengukuran terjadi hujan. Jika
18

terjadi hujan lebat sampai air dalam panci penuh, maka pengukuran
evaporasi tidak dapat dilakukan.

D. Komprehensif
Cuaca merupakan salah satu faktor yang memengaruhi dalam
kegiatan pertanian. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukann
juga karena faktor cuaca yang mendukung. Unsur – unsur cuaca seperti
yang telah disebutkan, yaitu terdapat radiasi surya, suhu udara, suhu tanah,
kelembaban udara, kelembaban tanah, curah hujan, angin, dan evaporasi.
Unsur – unsur tersebut memiliki keterkaitan yang saling berhubungan
dalam peranannya terutama di bidang pertanian. Unsur -unsur tersebut
yaitu radiasi surya, suhu, kelembaban, angin, curah hujan, dan evaporasi.
Radiasi surya atau radiasi matahari dipengaruhi oleh jarak bumi dengan
matahari dan intensitas cahaya matahari, dan jumlah hari. Radiasi matahari
diterima oleh bumi dan diterima dengan cara diserap oleh aerosol dan
awan di atmosfer bumi yang akhirnya menjadi planet panas. Radiasi yang
tidak tertangkis oleh atmosfer menjadikan bumi menjadi panas. Radiasi
yang ditangkis oleh atmosfer akan disebarkan kesegala penjuru, radiasi
yang tidak ditangkis maupun diserap oleh atmosfer, sampai ke permukaan
bumi.
Suhu mempunyai pengaruh yang kuat pada reaksi biokimia dan
fisiologi tanaman. Fotosintesis berjalan lebih lambat pada suhu rendah dan
akhibatnya laju pertumbuhan lebih lambat. Suhu juga mempengaruhi
sitoplasma dalam sel. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh suhu, biasanya
makin tinggi suhu reaksi semakin cepat. Suhu yang dimaksud adalah suhu
udara dan suhu tanah. Suhu tanah dan suhu udara bersinambungan saat
tanaman tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang dapat
menghasilkan hasil berupa makanan ataupun untuk bahan hias.
Kelembaban udara berkaitan dengan aktivitas transpirasi dalam
tubuh tanaman. Saat udara jenuh air maka stomata akan menutup sehingga
proses transpirasi terhenti. Akibat terhentinya proses transpirasi maka
19

tumbuhan akan jenuh air sehingga dapat mengalami stress. Bersarnya


kelembaban udara tergantung dari masuknya uap air ke dalam atmosfer
karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai,
maupun dari air tanah, serta proses transpirasi tumbuhan. Kelembaban
tanah berkaitan dengan proses penyerapan unsur hara dalam tanah ke 20
akar tanaman. Kelembaban berperan penting untuk tanaman karena
semakin rendah kelembaban tanah maka proses pertumbuhan tanaman
akan terhambat. Sebaliknya semakin cukup kelembaban tanah maka
semakin lancar proses pertumbuhan tanaman. Kelembaban tanah baik
maka perakaran pada tanaman akan bertumbuh dengan baik. Akar akan
dapat leluasa untuk mencari hara dalam tanah.
Angin dan curah hujan memiliki keterkaitan satu sama lain, dimana
salah satu faktor yang mempengaruhi curah hujan adalah angin. Angin
dapat menentukan lokasi curah hujan yang akan turun. Setiap unsur
memiliki pengaruh yang berbeda dalam pembentukan iklim. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya hubungan antar komponen unsur iklim
misalnya hubungan antara angin dan curah hujan. Hubungan ini terjadi
karena apabila kecepatan angin tinggi, awan dapat bergerak dengan cepat
sehingga dapat dipastikan akan berpengaruh pada proses hujan. Begitu
juga pada suhu dan evaporasi, dimana apabila suhu udara dan tanah tinggi,
maka laju evaporasi naik atau pada kelembaban dengan penyinaran
matahari.
Evaporasi berperan penting dalam siklus hidrologi terutama dalam
pembentukan awan. Awan yang dihembuskan angin membawa butir-butir
air jauh ke daratan, sehingga air tidak terkonsentrasi pada daerah yang
dekat sumber air saja. Penguapan dari tanah dipengaruhi oleh kandungan
air dalam tanah, kedalaman muka air tanah, warna tanah, ada tidaknya
vegetasi. Penguapan permukaan tanaman disebut dengan transpirasi.
Transpirasi terutama terjadi pada siang hari, karena pada malam hari
stomata di permukaan daun tertutup.
20

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara 1 yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa:
a. Komponen penyusun cuaca dan iklim terdiri dari radiasi surya,
suhu udara, kelembapan udara, kelembapan tanah, suhu tanah,
evaporasi, curah hujam, angin, dan awan.
b. Setiap unsur-unsur cuaca saling mempengaruhi satu sama lain
dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
c. Setiap unsur cuaca memiliki alat khusus untuk mengukur besaran
nilai unsur di suatu tempat.
2. Saran
Saran yang bisa diberikan terkait praktikum agroklimatologi
adalah pertama terkait timeline praktikum yang jangan terlalu padat,
sebisa mungkin praktikum dimulai sebelum UTS atau tepat setelah
UTS agar praktikan tidak kewalahan mengerjakan laporan praktikum
dikarenakan beberapa praktikum yang sudah mulai lebih dahulu mulai
memasuki paruh akhir. Kedua terkait penjelasan pengisian draft
tolong diperjelas seperti praktikan harus mengambil foto ataupun apa
saja yang harus dimasukkan ke dalam laporan.
21

II. PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA SECARA OTOMATIS


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Cuaca merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap kegiatan manusia salah satunya kegiatan pertanian. Cuaca
memiliki unsur-unsur yang saling mempengaruhi satu sama lain dan
mempengaruhi pembentukan cuaca suatu daerah. Pengamatan
terhadap unsur-unsur cuaca sangat dibutuhkan untuk agar dapat
menentukan keputusan dalam suatu kegiatan pertanian. Pengamatan
cuaca dapat dilakukan dengan mengamati unsur-unsur cuaca baik itu
secara manual maupun secara otomatis.
Pengamatan cuaca secara otomatis dilakukan dengan
menggunakan alat-alat canggih untuk mendukung data analisi dan
prakiraan. Salah satu alat yang digunakan untuk melakukan
pengamatan terhadap unsur-unsur cuaca adalah AWS (Automatic
Weather Station) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
unsur-unsur cuaca secara otomat. Unsur yang diukur adalah suhu,
angin, kelembaban, radiasi matahari, curah hujan, tekanan udara. Alat
ini diletakkan di wilayah yang berada di luar jangkuan stasiun
pengamatan.
Pengamatan unsur-unsur cuaca menggunakan AWS tentu saja
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Meskipun demikian,
dengan adanya AWS, pengamatan dibidang klimatologi khususnya
pengamatan terhadap unsur-unsur cuaca sangat terbantu meskipun
mmebutuhkan jangka waktu yang panjang. Kegiatan praktikum ini
diharapkan dapat membuat mahasiswa mengetahui macam-macam
dan cara penggunaan alat-alat pengukur unsur cuaca secara otomatis
yaitu AWS (Automatic Weather Station).
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Agroklimatologi acara pengamatan
unsur-unsur cuaca secara otomatis adalah mengetahui alat-alat
22

pengukur unsur cuaca dan cara pengamatan menggunakan alat-alat


pengamat cuaca otomatis (AWS = Automatic Weather Station).
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agroklimatologi acara pengenalan alat dan
pengamatan unsur-unsur cuaca secara otomatis dilaksanakan pada 12
Juni, 2022 di Laboratorium UNS yang terletak di Kecamatan
Jumantono, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

B. Hasil Pengamatan
i. Automatic Weater System (AWS)

Gambar 2.1 Stasiun AWS


a. Bagian-bagian utama
1) Anemometer
2) Wind vane
3) Data logger
4) Rain gauge
5) Penangkal petir
6) Panel surya (solar cell)
7) Barometer remote terminal unit
8) Baterai
9) Tower AWS/tiang penyangga
10) Modem (Modulator Demolator)
23

b. Prinsip kerja
Pengumpulan data cuaca secara otomatis dilakukan oleh
sensor yang ada. AWS ini dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote
Terminal Unit), data logger LED (Light Emiting Diode) Display
dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor yang digunakan antara
lain :
1) Termohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan
udara.
2) Anemometer dan wind vane untuk mengukur kecepatan dan
arah angin.
3) Rain gauge untuk mengukur presipitasi/curah hujan.
4) Barometer untuk mengukur tekanan udara.
5) Pyranometer untuk mengukur intensitas radiasi dan lama
penyinaran matahari.
RTU (Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan
backup power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan data
cuaca dari sensor tersebut dan ditransmisikan ke unit pengumpulan
data pada komputer. Masing-masing parameter cuaca dapat
ditampilkan melalui LED (Light Emiting Diode) Display, sehingga
para pengguna dapat mengamati cuaca saat itu dengan mudah.
Kotak pelindung AWS dilengkapi dengan kapas silicon untuk
menjaga kondisi kelembaban dalam kotak agar selalu kering.
Modem berfungsi untuk mengirim data cuaca dari AWS ke stasiun
pusat. Energi listrik AWS diperoleh dari panel surya dan baterai
yang berfungsi untuk menyimpan energi yang dihasilkan oleh
panel surya AWS dilengkapi dengan penangkal petir pada tiang
penyangganya untuk perlindungan dari petir.
C. Pembahasan
Cuaca merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dalam
kegiatan pertanian agar hasil produksi pertanian dapat optimal.
Pengamatan unsur-unsur cuaca dapat dilakukan dengan alat otomatis,
24

salah satunya adalah AWS (Automatic Weather Station). Menurut


Qudratullah et al., (2017), AWS adalah stasiun yang melakukan
pengukuran yang mengirim atau mencatat hasil pengamatan unsur-unsur
cuaca secara otomatis dan secara langsung membuat kode-kode yang telah
dikonversi. AWS umumnya dilengkapi dengan beberapa sensor RTU
(Remote Terminal Unit), seperangkat komputer dengan layar LED, dan
berbagai bagian lainnya. AWS memiliki sensor yang sangat vital yang
berfungsi sebagai pusat dari sistem. Sensor yang digunakan meliputi
sensor suhu, sensor arah dan kecepatan angin, sensor kelembaban, sensor
tekanan udara, presipitasi, pyranometer, dan net radio meter. RTU terdiri
atas data logger dan daya cadangan yang berfungsi sebagai terminal
tempat pengumpulan data cuaca yang berasal dari sensor tersebut.
Cara kerja AWS (Automatic Weather Station) secara sederhana
adalah mengumpulkan data pengamatan cuaca secara otomatis melalui
sensor secara berkala yang kemudian akan dikirim melalui GPRS (General
Packet Radio Service) menggunakan layanan GSM (General System for
Mobile communication) ke seluruh stasiun. Menurut Angela et al., (2012),
data yang ditampilkan AWS adalah data aktual. Data yang disimpan
tersebut dapat diunduh sewaktu-waktu sesuai keperluan. Data hasil
pengukuran sistem AWS diproses secara lokal di lokasi AWS atau bisa
juga dikumpulkan pada suatu pusat data akusisi. Data kemudian diteruskan
secara otomatis ke pusat pengolahan data untuk diolah sesuai kebutuhan.
AWS menurut penyajian datanya dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1)
Real-time AWS, merupakan sistem yang penyajian datanya dilakukan
secara real-time. Sistem model ini dilengkapi dengan sistem komunikasi,
berupa alarm untuk memberikan peringatan khusus bila terjadi kondisi
cuaca yang ekstrim atau berbahaya, 2) Off-time AWS, yaitu sistem yang
hanya merekam data serta menyimpannya pada suatu media penyimpanan.
AWS memiliki keunggulan dibandingkan dengan alat pengamat
unsurunsur cuaca secara manual, salah satu kelebihannya adalah AWS
lebih praktis dan efisien dalam penggunaannya serta konsisten dalam
25

pengukurannya. Menurut Zukhuraina et al., (2019), pengamatan secara


manual sangat mungkin terjadi kesalahan paralaks sehngga hasil yang
diperoleh menjadi tidak akurat. AWS menyediakan data pada frekuensi
secara signifikan lebih besar (beberapa menyediakan data setiap menit),
menyediakan data dalam segala cuaca, dan dapat dipasang di daerah yang
jarang penduduknya karena pengamatan dapat dilakukan dari jarak jauh.
AWS tidak hanya memiliki kelebihan saja dalam penggunaannya,
namun juga memili kelemahan. Kelemahan AWS diantaranya adalah luas
area yang dapat, dijangkau relatif sempit, diperlukan operator yang cakap,
dan harus sering dilakukan pemeliharaan serta pengecekan. Hal tersebut
menjadikan penggunaan AWS memakan biaya yang tidak sedikit.
Menurut Mahmudah (2012), metode modern pengembangan dari sistem
pemantauan cuaca menggunakan Automatic Weather Station (AWS) yaitu
sistem cuaca otomatis dengan sistem terpadu yang merupakan
penggabungan dari beberapa sensor yang digunakan untuk memantau
parameter-parameter cuaca yang ada. AWS telah lama dikembangkan di
negara maju. AWS digunakan untuk memantau cuaca oleh instansi
pemerintahan dan saat ini masih merupakan produk buatan luar negeri
dengan harga relatif mahal, sehingga masih sangat terbatas digunakan di
Indonesia dan hingga saat ini belum ada AWS produksi dalam negeri. Cara
kerja alat ini yaitu setiap sensor yang ada di alat ini akan mengirimkan data
dari pengamatan cuaca otomatis secara berkala melalui GPRS (General
Packet Radio Service Communication) dan menggunakan layanan GSM
(Global System for Mobile Communication) ke seluruh stasiun
meteorologi pusat.
AWS merupakan hasil pengembangan dari stasiun cuaca tradisional
yang berfungsi untuk mengukur cuaca secara otomatis. AWS berfungsi
untuk memudahkan pengukuran cuaca karena dapat menghemat tenaga
dan memungkinkan untuk digunakan didaerah terpencil.
Menurut Sucipto et al., (2017), AWS bertujuan untuk menambah rapat
jaringan pengukuran, penyediaan data terus menerus, meningkatkan
26

rehabilitas data, keseragaman jaringan melalui standarisasi teknik


pengukuran, mengurangi human error, rekapitulasi data yang banyakdan
mudah pengolahannya. Data logger berfungsi sebagai akuisisi data
darisensor, menyimpan data, dan pengaturan data. Sensor-sensor yang
dimilki AWS adalah sensor arah angin yag digunakan untuk mengukur
kecepatanangin, sensor suhu dan kelembapan yang digunakan untuk
mengukur suhudan kelembapan udara, sensor tipping bucket digunakan
utuk menguur curah hujan secara otomatis dan sensor barometer pressure
yang digunakan untuk mengukur tekanan udara.
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara 1 yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa :
a. AWS adalah stasiun yang melakukan pengukuran yang mengirim
atau mencatat hasil pengamatan unsur-unsur cuaca secara
otomatis dan secara langsung membuat kode-kode yang telah
dikonversi.
b. Cara Kerja AWS adalah mengumpulkan data pengamatan cuaca
secara otomatis melalui sensor secara berkala yang kemudian
akan dikirim melalui GPRS (General Packet Radio Service)
menggunakan layanan GSM (General System for Mobile
communication) ke seluruh stasiun.
c. Data yang dikumpulkan oleh AWS bersifat data aktual.
d. Kelebihan AWS adalah lebih praktis dan efisien dalam
penggunaannya serta konsisten dalam pengukurannya.
e. Kekurangan AWS adalah luas area yang dapat, dijangkau relatif
sempit, diperlukan operator yang cakap, dan harus sering
dilakukan pemeliharaan serta pengecekan.
2. Saran
Saran yang bisa diberikan terkait praktikum agroklimatologi
adalah pertama terkait timeline praktikum yang jangan terlalu padat,
27

sebisa mungkin praktikum dimulai sebelum UTS atau tepat setelah


UTS agar praktikan tidak kewalahan mengerjakan laporan praktikum
dikarenakan beberapa praktikum yang sudah mulai lebih dahulu mulai
memasuki paruh akhir. Kedua terkait penjelasan pengisian draft
tolong diperjelas seperti praktikan harus mengambil foto ataupun apa
saja yang harus dimasukkan ke dalam laporan.
28

III. PENGAMATAN AWAN

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Awan merupakan massa yang dapat dilihat dari kristal beku
yang menggantung di atas atmosfer. Awan adalah massa yang tertarik
oleh adanya gravitasi seperti massa materi dalam ruang. Awan
terbentuk karena adanya pengembunan atau pemadatan usp air yang
ada di udara. Awan juga menjadi salah satu unsur yang penting dalam
pembentukan cuaca dan iklim di bumi. Siklus hidrologi yang ada di
bumi juga melibatkan awan untuk menurunkan hujan. Semua air yang
ada di bumi akan menguap kemudian di atmosfer akan menjadi titik-
titik air dan terbentuklah awan.
Manfaat awan bagi manusia antara lain awan sebagai indikator
cuaca dan iklim, sebagai pengatur cuaca, sumber air bagi bumi, serta
pemantul radiasi matahari. Awan juga dapat digunakan untuk
menentukan arah angin dengan melihat pergerakan awan. Kandungan
air pada awan yang banyak dapat menjadi pengatur suhu dan cuaca
melalui proses hujan. Hujan yang turun ke bumi dari awan merupakan
salah satu siklus hidrologi yang sangat penting untuk ketersediaan air
di bumi. Awan akan memantulkan radiasi yang tidak terpantul di
atmosfer langsung ke luar angkasa.
Jenis awan sangatlah beragam dan memiliki karakteristik yang
berbeda tiap jenisnya. Awan selalu tidak sama bentuk dan jenisnya
bergantung pada ketinggian, bentuk dan suhunya. Awan terbagi
menjadi empat berdasarkan ketinggiannya yaitu awan rendah, awan
menengah, awan tinggi, dan awan vertikal. Penentuan jenis awan
dapat dilihst secara langsung dengan mata telanjang berdasarkan
bentuk, ketinggian, dan karakteristik lainnya. Penentuan jenis awan
juga sangat menguntungkan untuk mengetahui cuaca pada hari itu,
Perubahan bentuk awan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
29

sehingga kita dapat melakukan persiapan sebelum melakukan


aktivitas.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Agroklimatologi acara pengamatan awan
adalah Mengetahui jenis-jenis awan melalui pengamatan pergeseran
awan serta memberi nama sesuai famili dan ketinggiannya.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agroklimatologi acara pengamatan awan
dilaksanakan pada 12 Juni, 2022 di Laboratorium UNS yang terletak
di Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

B. Pembahasan
Awan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dari iklim
maupun cuaca. Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau
kristal beku yang menggantung di atmosfer yang berada di atas permukaan
bumi atau permukaan planet lain. Awan juga merupakan massa terlihat
yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut
awan antarbintang dan nebula. Awan memiliki berbagai macam kelompok
untuk membedakannya. Menurut Nurasniyati et al. (2018), karakteristik
awan yang menentukan pengelompokannya adalah berdasarkan parameter
ketebalan, tinggi, tekanan, dan suhu puncak awan. Fungsi penamaan pada
awan adalah untuk memudahkan melakukan identifikasi terhadap awan.
Pengelompokan awan dipemudah dengan membuat klasifikasi awan
berdasarkan ketinggiannya. Klasifikasi awan dibagi menjadi 4 famili
yaitu:
1. Famili awan tinggi (6-12 km) antara lain : Cirrus, cirro cumulus,
cirro stratus
2. Famili awan sedang (3-6 km dan 2-7 km) antara lain : Alto cumulus
dan Alto stratus
3. Famili awan rendah (0-3 km) antara lain : Srtatus, nimbo stratus,,
strato cumulus
30

4. Famili awan tumbuh vertical (0,5-6 km) antara lain : Cumulus,


Cumulou nimbus Nimbo
C. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara 1 yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa :
a. Awan merupakan salah satu unsur penting cuaca.
b. Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau
kristal beku yang menggantung di atmosfer yang berada di atas
permukaan bumi atau permukaan planet lain.
c. Pengelompokkan karakteristik awan dilakukan berdasarkan
ketebalan, tinggi, tekanan, dan suhu puncak awan.
d. Ada 4 kelompok awan berdasarkan ketinggiannya, yaitu awan
tinggi, sedang, rendah, dan tumbuh vertikal.
2. Saran
Saran yang bisa diberikan terkait praktikum agroklimatologi
adalah pertama terkait timeline praktikum yang jangan terlalu
padat, sebisa mungkin praktikum dimulai sebelum UTS atau tepat
setelah UTS agar praktikan tidak kewalahan mengerjakan laporan
praktikum dikarenakan beberapa praktikum yang sudah mulai
lebih dahulu mulai memasuki paruh akhir. Kedua terkait
penjelasan pengisian draft tolong diperjelas seperti praktikan harus
mengambil foto ataupun apa saja yang harus dimasukkan ke dalam
laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Ariffin. (2019). Metode Klasifikasi Iklim di Indonesia. Malang: UB Press.


As’ari. (2013). Rancang Bangun Anemometer Analog. J. Ilmiah Sains 11(1) : 1 –
4.
Belo, J.C.X., Faqih R., Anis Q. (2018). Rancang bangun sistem pemantau
kecepatan dan arah angin menggunakan teknologi komunikasi zigbee.
Jurnal Widya Teknika 26(1): 71-86.
Darussalam T, Nugroho HA. (2018). Rancang Bangun Sistem Pengukur Suhu dan
Kelembaban Tanah Berbasis Komunikasi Radio. Jurnal Sains dan
Teknologi. Vol 7(1): 146-156.
Hidayat I, Kolibu HS, Raharjo SS. (2014). Rancang Bangun Instrumen Pengukur
Suhu dan Kelembapan Udara menggunakan Dt-Sense Sht11. Jurnal Ilmiah
Sains. Vol 14(2): 113-117.
Hamdi, S. (2014). Mengenal Lama Penyinaran Matahari Sebagai Salah Satu
Parameter Klimatologi. Berita Dirgantara. Vol 15 (1): 7-16.
Husdi. (2018). Monitoring kelembaban tanah pertanian menggunakan soil moisture
sensor Fc-28 dan arduino uno. ILKOM Jurnal Ilmiah 10(2): 237-243.
Jesiani, M. E., Apriansyah, Adriat, R. (2019). Model pendugaan evaporasi dari suhu
udara dan kelembaban udara menggunakan metode regresi linier berganda
di kota Pontianak. Jurnal Prisma Fisika. 7. 46-50.
Kentved, A. B., M. Heinonen, dan D. Hudoklin. (2012). Practical study of
psychrometer calibrations. J. of Thermophysics. 33(8) : 1408 – 1421
Rayes ML. (2017). Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Malang: UB Press.
Randy. (2014). Analisis Intensitas Radiasi Surya. Jurnal Material dan Energi. Vol
7(2): 21-25.
Lutfiyana, Noor H., Agus S. (2017). Rancang bangun alat ukur suhu tanah,
kelembaban tanah, dan resistansi. Jurnal Teknik Elektro 9(2): 80-86.
Muldawati. (2013). Prediksi curah hujan daerah Sicingin dengan metode arima.
Padang : Universitas Andalas.
Mulyono, D. 2014. Analisis Karakteristik Curah Hujan Di Wilayah Kabupaten
Garut Selatan. J Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 13, 1-9.
Nurhayati, Aminuddin, J. (2016). Pengaruh kecepatan angin terhadap
evapotranspirasi berdasarkan metode penanaman di kebun stroberi
Purbalingga. Journal of Islamic Science and Technology 2. 21-28.
Prayama D, Yolanda A, Pratama A W. (2018). Rancang bangun alat pengontrol
penyiram tanaman otomatis menggunakan sensor kelembaban tanah di area
pertanian. J. Resti Vol. 2(3): 807-812
Prawaka, F. Ahamad Z dan Subuh T. 2016. Analisis data curah hujan yang hilang
dengan menggunkan metode normal ratio, inversed square, dan rata-rata
aljabar. Jurnal Rekayasa Sipil dan Desain. 4, 397-406.
Suherman, D., S. Muryanto, dan E. Sulistyowati. (2017). Evaluasi mikroklimat
dalam kandang menggunakan tinggi atap kandang berbeda yang berkaitan
dengan respon fisiologis sapi bali Dewasa di Kecamatan XIV Koto
Kabupaten Mukomuko. J. Sains Peternakan Indonesia. 12(4) : 397 – 410.
ACARA 2
PENGAMATAN IKLIM MIKRO BERUPA SUHU, KELEMBABAN
TANAH, DAN INTENSITAS RADIASI SINAR MATAHARI

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Iklim mikro merupakan keadaan iklim suatu wilayah secara spesifik
dalam satu area yang lebih luas. Iklim mikro dipengaruhi oleh faktor
kemiringan suatu dataran, kecepatan angin, kelembaban tanah, suhu tanah,
dan lain sebagainya. Iklim mikro yang akan dibahas pada acara 3 ini adalah
suhu dan kelembaban tanah. Suhu tanah dipengaruhi oleh radiasi matahari
yang mengenai permukaan tanah. Kelembaban tanah merupakan jumlah
air yang ada di antara pori-pori tanah.
Suhu dan kelembaban tanah merupakan komponen iklim mikro yang
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan yang menyediakan ligkungan
yang optimal bagi tanaman. Suhu tanah memiliki pengaruh yang besar
pada proses penyerapan air oleh tumbuhan. Kelembaban tanah juga
menentukan ketersediaan air dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman.
Suhu dan kelembaban tanah harus dijaga pada keadaan tertentu yang
sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan menciptakan lingkungan yang
optimal agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan memberikan mulsa pada permukaan tanah.
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang digunakan
untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan
penyakit. Mulsa terbagi menjadi dua yaitu mulsa organik yang berasal dari
bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti
jerami dan alang-alang (mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit
ditanam) dan mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang
sukar/tidak dapat terurai (mulsa anorganik dipasang sebelum
tanaman/bibit ditanam).Intensitas cahaya merupakan banyak sedikitnya cahaya
yang harus diterima oleh tanaman. Intensitas cahaya setiap jenis tanaman berbeda

32
33

beda ada yang memerlukan cahaya sedikit dan ada juga yang memerlukan banyak
cahaya. Kurang atau lebihnya cahaya dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman
tersebut jika tidak sesuai dengan kebutuhan dari tanaman tersebut.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Agroklimatologi acara pengamatan iklim
mikro berupa suhu, kelembaban tanah, dan intensitas radiasi sinar matahari
adalah adalah mengetahui pengaruh paranet terhadap kondisi iklim mikro
di dalam pertanaman (suhu dan kelembaban tanah).
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agroklimatologi acara pengamatan iklim mikro berupa
suhu, kelembaban tanah, dan intensitas radiasi sinar matahari dilaksanakan
pada 12 Juni, 2022 di Laboratorium UNS yang terletak di Kecamatan
Jumantono, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
34

B. Alat dan Cara Kerja


1. Alat
a. Luxmeter
b. Anemometer
c. Termohigrometer
2. Cara Kerja
a. Letakkan luxmeter diatas tanah dengan bagian sensor terkena cahaya
matahari. Tekan tombol on untuk menyalakan dan atur tombol inensitas
cahaya di angka 2000, jika monitor menunjukkan angka 0 geser tombol ke
angka selanjutnya yaitu 20.000 dan 50.000 hingga muncul angka pada
monitor. Geser tombol on ke bagian hold untuk mengunci hasil, dan catat
hasil pengukuran.
b. Nyalakan alat anemometer lalu pegang dan arahkan alat sedikit agak tinggi
dari kepala. Biarkan baling baling anemometer berputar saat tertiup angin
dan catatlah hasil yang muncul di monitor.
c. Arahkan bagian ujung termohigrometer ke permukaan tanah lalu nyalakan.
Tekan tombol hold saat muncul angka di monitor dan catat data itu. Tekan
tombol hold kembali dan tekan tombol max, lalu tekan tombol hold. Catat
data tersebut dan ulangi langkah tadi dengan mengganti max menjadi min.
C. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan dengan Perlakuan Naungan

Tanpa Naungan Naungan


Waktu Radiasi Angin Suhu Kelembaban Radiasi Angin Suhu Kelembaban
(Lux) (m/s) (°C) (%) (Lux) (m/s) (°C) (%)
07.30-
2501 0 30,7 78,3 1901 0 29,9 78,5
10.00
10.30-
4850 0 33,1 72,7 4650 0 32.9 72,7
11.30
12.30-
5370 0 31,7 73,8 5280 0 31,3 78,1
14.00

Sumber: Data Sekunder


35

D. Pembahasan
Radiasi matahari atau intensitas matahari adalah pancaran energi yang
berasal dari bagian thermonuklir yang terjadi di Matahari. Cahaya matahari
adalah salah satu sumber energi yang dibutuhkan oleh hampir seluruh makhluk
hidup tidak terkecuali tanaman. Menurut Lukitasari (2012), Bagi pertumbuhan
tanaman pengaruh cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata
ditentukan intensitasnya. Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang
diterima oleh suatu tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm2
/hari), dengan demikian pengertian intensitas yang dimaksud sudah termasuk
lama penyinaran, yaitu lama matahari bersinar dalam satu hari. Pada dasarnya
intensitas cahaya matahari akan 2 berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi
tanaman. Hal ini dikarenakan intensitas cahaya matahari dibutuhkan untuk
berlangsungnya penyatuan CO² dan air untuk membentuk karbohidrat.
Suhu merupakan ukuran kuantitatif terhadap temperature, panas dan
dingin yang diukur menggunakan alat tertentu. Suhu pada dasarnya dapat
mempengaruhi besarnya parameter lain seperti kelembapan udara.
Menurut Lek dan Moniaga (2014) Suhu udara merupakan suatu sifat kalor yang
di bawa aliran angin dan di tambah kelembaban yang dapat mempengaruhinya.
Suhu atau temperature udara merupakan derajat panas dari aktivitas molekul
dalam atmosfer, maka makin cepat Gerakan molekulnya, suhu akan menjadi
tinggi. Suhu memiliki peranan langsung terhadap tanaman. Suhu pada tanaman
disebut dengan suhu cardinal yang dapat dibagi menjadi 3 yakni suhu
minimum, optimum dan maksimum. Suhu optimum merupakan suhu yang
paling pas untuk pertumbuhan tanaman, sedangkan suhu minimum dan
maksimum menyebabkan tanaman mengalami hambatan pertumbuhan
Intensitas cahaya dan suhu merupakan unsur iklim mikro yang dapat di
modifikasi. Modifikasi kedua unsur tersebut dilakukan dengan tujuan
menciptakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan tanaman. Cara memodifikasi
kedua unsur tersebut adalah dengan membuat naungan.
Menurut Anni et al (2013), pemberian naungan merupakan salah satu
upaya pengaturan intensitas matahari yang sampai ke tanaman. Intensitas
36

matahari yang optimal akan berpengaruh positif terhadap proses


fotosintesis, yang pada akhirnya akan menghasilkan produktivitas yang
tinggi
Berdasarkan data pada tabel, dapat dilihat pengaruh naungan sangatlah
signifikan dalam mengontrol suhu dan intensitas cahaya pada lingkungan
tanaman. Intensitas cahaya pada daerah tanpa naungan memiliki kisaran 2.500
hingga 5.300 an lux dengan suhu berkisar antara 30 hingga 33ºC. Data ini
cukup berbeda dengan data dari daerah yang diberi naungan. Kisaran intensitas
cahaya pada daerah dengan naungan adalah 1.900 hingga 5.200 dengan suhu
berkisar antara 29 – 33ºC. Intensitas cahaya dan suhu tertinggi terjadi pada
waktu pagi menjelang siang hingga siang hari diantara pukul 10.30 hingga
pukul 14.00
37

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara 2 yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa :
a. Radiasi matahari adalah pancaran energi yang berasal dari bagian
thermonuklir yang terjadi di Matahari.
b. Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu
tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm2 /hari).
c. Suhu merupakan ukuran kuantitatif terhadap temperature, panas dan
dingin yang diukur menggunakan alat tertentu
d. Suhu pada tanaman disebut dengan suhu cardinal yang dapat dibagi
menjadi 3 yakni suhu minimum, optimum dan maksimum.
e. Naungan merupakan salah satu upaya pengaturan intensitas
matahari yang sampai ke tanaman.
2. Saran
Saran yang bisa diberikan terkait praktikum agroklimatologi adalah
pertama terkait timeline praktikum yang jangan terlalu padat, sebisa
mungkin praktikum dimulai sebelum UTS atau tepat setelah UTS agar
praktikan tidak kewalahan mengerjakan laporan praktikum dikarenakan
beberapa praktikum yang sudah mulai lebih dahulu mulai memasuki paruh
akhir. Kedua terkait penjelasan pengisian draft tolong diperjelas seperti
praktikan harus mengambil foto ataupun apa saja yang harus dimasukkan
ke dalam laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Anni, I. A., Saptiningsih, E., & Haryanti, S. (2013). Pengaruh naungan terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman bawang daun (Allium fistulosum L.) di
Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal Akademika Biologi, 2(3), 31-40.
Iek, Y., Moniaga, I. 2014. Kepadatan bangunan dan karakteristik iklim mikro
kecamatan wenang Kota Manado. Sabua: Jurnal Lingkungan Binaan dan
Arsitektur, 6(3), 285-292.
Lukitasari, M. (2012). Pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai (Glycine max). IKIP PGRI Madiun.
1

ACARA 3
PENGAMATAN IKLIM MIKRO BERUPA SUHU, KELEMBABAN
TANAH, DAN INTENSITAS RADIASI SINAR MATAHARI

A. Pendahuluan
i. Latar Belakang
Iklim mikro merupakan keadaan iklim suatu wilayah secara
spesifik dalam satu area yang lebih luas. Iklim mikro dipengaruhi oleh
faktor kemiringan suatu dataran, kecepatan angin, kelembaban tanah,
suhu tanah, dan lain sebagainya. Iklim mikro yang akan dibahas pada
acara 3 ini adalah suhu dan kelembaban tanah. Suhu tanah dipengaruhi
oleh radiasi matahari yang mengenai permukaan tanah. Kelembaban
tanah merupakan jumlah air yang ada di antara pori-pori tanah.
Suhu dan kelembaban tanah merupakan komponen iklim mikro
yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan yang menyediakan
ligkungan yang optimal bagi tanaman. Suhu tanah memiliki pengaruh
yang besar pada proses penyerapan air oleh tumbuhan. Kelembaban
tanah juga menentukan ketersediaan air dalam tanah bagi pertumbuhan
tanaman. Suhu dan kelembaban tanah harus dijaga pada keadaan
tertentu yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan menciptakan
lingkungan yang optimal agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
mulsa pada permukaan tanah.
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang
digunakan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan
pertumbuhan gulma dan penyakit. Mulsa terbagi menjadi dua yaitu
mulsa organik yang berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai
seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang (mulsa organik
diberikan setelah tanaman /bibit ditanam) dan mulsa anorganik terbuat
dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai (mulsa
anorganik dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam)

39
40

Intensitas cahaya merupakan banyak sedikitnya cahaya yang


harus diterima oleh tanaman. Intensitas cahaya setiap jenis tanaman
berbeda beda ada yang memerlukan cahaya sedikit ada juga yang
memerlukan banyak cahaya. Kurang atau lebihnya cahaya dapat
memengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut jika tidak sesuai dengan
kebutuhan dari tanaman tersebut.
ii. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Agroklimatologi acara pengamatan iklim
mikro berupa suhu, kelembaban tanah, dan intensitas radiasi sinar matahari
adalah adalah mengetahui pengaruh paranet terhadap kondisi iklim mikro
di dalam pertanaman (suhu dan kelembaban tanah).
iii. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agroklimatologi acara pengamatan iklim mikro berupa
suhu, kelembaban tanah, dan intensitas radiasi sinar matahari dilaksanakan
pada 12 Juni, 2022 di Laboratorium UNS yang terletak di Kecamatan
Jumantono, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
B. Alat dan Cara Kerja
1. Alat
a. Luxmeter
b. Anemometer
c. Termohigrometer
2. Cara Kerja
a. Letakkan luxmeter diatas tanah dengan bagian sensor terkena cahaya
matahari. Tekan tombol on untuk menyalakan dan atur tombol inensitas
cahaya di angka 2000, jika monitor menunjukkan angka 0 geser tombol ke
angka selanjutnya yaitu 20.000 dan 50.000 hingga muncul angka pada
monitor. Geser tombol on ke bagian hold untuk mengunci hasil, dan catat
hasil pengukuran.
b. Nyalakan alat anemometer lalu pegang dan arahkan alat sedikit agak tinggi
dari kepala. Biarkan baling baling anemometer berputar saat tertiup angin
dan catatlah hasil yang muncul di monitor.
41

c. Arahkan bagian ujung termohigrometer ke permukaan tanah lalu nyalakan.


Tekan tombol hold saat muncul angka di monitor dan catat data itu. Tekan
tombol hold kembali dan tekan tombol max, lalu tekan tombol hold. Catat
data tersebut dan ulangi langkah tadi dengan mengganti max menjadi min.
C. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan dengan Perlakuan Mulsa

Suhu (°C) Kelembaban (%)


Radiasi Angin
Waktu Tanpa Mulsa Mulsa Tanpa Mulsa Mulsa
(Lux) (m/s)
Mulsa Plastik Jerami Mulsa Plastik Jerami
07.30- 1901 0 30,5 34,0 32,3 78,7 70,9 77,7
10.00
10.30- 4570 0 39,5 37,6 37,3 65,1 64,1 62,9
11.30
12.30- 5470 0 31,3 31,4 31,1 73,3 74,7 71,9
14.00

Sumber: Data Sekunder


42

D. Pembahasan
Kelembaban pada dasarnya merupakan komposisi atau jumlah air pada
udara. Kelembaban dapat berupa kelembapan udara dan kelembapan tanah.
kelembapan udara merupkan variabel perubahan iklim yang dapat berpengaruh
terhadap kelembapan tanah permukaan. Kelembapan tanah merupakan jumlah
air yang tersimpan didalam pori-pori tanah. Menurut Nidomudin, et al. (2017)
Kadar air didalam tanah mempunyai peranan penting bagi semua proses-proses
didalam tanah baik yang bersifat fisika, kimia dan biologi. Kelembapan tanah
dapat membantu dalam menyuburkan tanaman karena pada dasarnya perakaran
memerlukan penyerapan air untuk melakukan berbagai metabolisme.
Kelembapan tanah juga memiliki peranan dalam pengendalian banjir serta
erosi tanah.
Kelembapan tanah dapat dimodifikasi agar dapat sesuai dengan
kebutuhan dari tanaman yang akan ditanam. Mulsa adalah material penutup
tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta
menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman
tumbuh dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Mahmudi et al (2017), Penggunaan mulsa bertujuan untuk menekan
pertumbuhan gulma, mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan
air dapat dikurangi sehingga temperatur dan kelembaban tanah relatif stabil.
Penggunaan mulsa merupakan salah satu upaya memodifikasi kondisi
lingkungan agar sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Berdasarkan data pada tabel, dapat dilihat bahwa mulsa cukup
berpengaruh untuk menjaga kelembaban tanah. Tanah yang tidak diberi mulsa
mengalami penurunan kadar air yang sangat drastis pada siang hari, sedangkan
pada tanah yang diberi mulsa penurunan kadar air dapat ditekan sehingga
kelembaban tanah tidak berkurang drastis. Berdasarkan data dari mulsa organik
dan anorganik, dapat dilihat bahwa mulsa anorganik yang terbuat dari plastic
lebih efektif dalam menghambat penguapan air tanah.
43

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara 2 yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa :
a. Kelembapan tanah merupakan jumlah air yang tersimpan didalam
pori-pori tanah.
b. Kadar air didalam tanah mempunyai peranan penting bagi semua
proses-proses didalam tanah baik yang bersifat fisika, kimia dan
biologi.
c. Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan
untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma
dan penyakit sehingga membuat tanaman tumbuh dengan baik.
d. Mulsa anorganik yang terbuat dari plastic lebih efektif dalam
menghambat penguapan air tanah.
2. Saran
Saran yang bisa diberikan terkait praktikum agroklimatologi adalah
pertama terkait timeline praktikum yang jangan terlalu padat, sebisa
mungkin praktikum dimulai sebelum UTS atau tepat setelah UTS agar
praktikan tidak kewalahan mengerjakan laporan praktikum dikarenakan
beberapa praktikum yang sudah mulai lebih dahulu mulai memasuki paruh
akhir. Kedua terkait penjelasan pengisian draft tolong diperjelas seperti
praktikan harus mengambil foto ataupun apa saja yang harus dimasukkan
ke dalam laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Mahmudi, S., Rianto, H., & Historiawati, H. (2017). Pengaruh Mulsa Plastik Hitam
Perak Dan Jarak Tanam Pada Hasil Bawang Merah (Allium Cepa Fa.
Ascalonicum, L.) Varietas Biru Lancor. VIGOR: Jurnal Ilmu Pertanian
Tropika Dan Subtropika, 2(2), 60-62.
Nidomudin, A., Nugroho, A. P., Cholis, M. N. 2017. Sistem pakar deteksi tingkat
kesuburan tanah menggunakan Fuzzy Logic. JOINTECS, 2(2), 79-84.
ACARA 4
KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Iklim merupakan kondisi udara pada suatu daerah yang luas dalam
kurun waktu yang lama. Pengklasifikasian iklim di Indonesia sering
ditekankan pada pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian
karena Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Pengklasifikasian iklim sebagai tolak ukur
untuk masa penanaman yang baik untuk tanaman-tanaman tertentu. Baik
dari segi curah hujan yang diperhitungkan, intensitas matahari,
kelambaban yang mana hal tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
Klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau
golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. Klasifikasi iklim
ini merupakan kegiatan penggolongan iklim suatu wilayah berdasarkan
gejala-gejala didalamnya ataupun melalui letak geografis suatu wilayah.
Manfaat adanya klasifikasi iklim adalah dapat memudahkan petani dalam
menentukan tanaman, pola dan waktu penanaman. Klasifikasi iklim
biasanya dilakukan secara spesifik tergantung dari tujuan penggunaannya,
misalnya pertanian. Pengklasifikasian iklim secara spesifik biasanya
didasarkan pada data unsur iklim tetapi hanya memilih data unsur-unsur
iklim yang berhubungan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau
objek dalam bidang tersebut.
Banyak tokoh yang mengklasifikasikan iklim menjadi beberapa
kategori, salah satunya adalah Oldeman. Oldeman mengklasifikasikan
iklim menjadi lima tipe berdasarkan curah hujan bulanan atau bulan basah.
Menurut Oldeman bulan basah adalah jika curah hujan lebih dari 200 mm,
bulan lembab jika curah hujan 100-200 mm, dan bulan kering jika curah
hujannya kurang dari 100 mm. Tipe - tipe iklim menurut Oldeman adalah

45
46

sebagai berikut; iklim A jika bulan basah lebih dari 9 kali berturut-turut,
iklim B jika bulan basah 7-9 kali berturut-turut, iklim C 74 jika bulan basah
5-6 kali berturut-turut, iklim D jika bulan basah 3-4 kali berturut-turut, dan
iklim E jika bulan basah kurang dari 3 kali berturut-turut.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Agroklimatologi acara klasifikasi iklim ini dilaksanakan
dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengklasifikasikan iklim
berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agroklimatologi acara pengenalan alat dan pengamatan
unsur-unsur cuaca secara manual dilaksanakan pada 12 Juni, 2022 di
Laboratorium UNS yang terletak di Kecamatan Jumantono, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah.

B. Alat dan Cara Kerja


1. Alat
a. Tabel Klasifikasi Iklim
b. Data Curah Hujan Tahun 2011 - 2020
2. Cara Kerja
a. Mengunduh file excel yang berisi data curah hujan
b. Menganalisis data rata-rata curah hujan perbulan dari tahun 2011 –
2020
c. Menyimpulkan hasil analisis dan menetukan tipe iklim berdasarkan
klasifikasi iklim Oldeman
47

C. Hasil Pengamatan
1. Klasifikasi Iklim Oldeman
Tabel 4.1 Tabel Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
Zona Tipe Iklim Bulan Basah Bulan Kering
A1 10 – 12 0–1
A
A2 10 – 12 2
B1 7–9 0–1
B B2 7–9 2–3
B3 7–9 4–5
C1 5–6 0–1
C2 5–6 2–3
C
C3 5–6 4–6
C4 5–6 7
D1 3–4 0–1
D2 3–4 2–3
D
D3 3–4 4–6
D4 3–4 7–9
E1 0–2 0–1
E2 0–2 2–3
E E3 0–2 4–6
E4 0–2 7–9
E5 0–2 10 – 12
48

Tabel 4.2 Data Curah Hujan Tahun 2011 - 2020

POS HUJAN SEMPU KABUPATEN


MAGELANG
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
2011 338,86 251,43 298 236,14 149,71 75,6 39,71 18,2 43 121,8 221,37 402,23
2012 660 318 111 205 147 130 0 0 0 110 240 407
2013 506 263 310 249 326 193 153 0 1 204,8 246,4 209
2014 342 294 215 217 79 53 120 30 0 22 287,5 499
2015 519 282 644 381 94 26 0 0 0 0 194,2 510,5
2016 163 317 424 253 106 401 123 208,5 280 172 351 265
2017 311 465 264 490 32 66 17 0 91 194 232 405
2018 299 450 391 192 97 37 0 0 30 19 338 219
2019 448 292 260 493 50 14 0 0 0 0 119 282
2020 394 277 392 268 231 29 11 84 64 240 169 431

OLDEMAN 398,086 320,943 330,9 298,414 131,171 102,46 46,371 34,07 50,9 108,36 239,847 362,973
49

Dalam Klasifikasi Iklim Oldeman, Tingginya curah hujan dalam satu


bulan di bedakan menjadi 3, yaitu :
Bulan Basah (BB) memiliki curah hujan > 200
Bulan Sedang (BL) memiliki curah hujan 100 - 200
Bulan Kering (BK) memiliki curah hujan < 100
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Curah Hujan
Bulan Keterangan
Januari BB
Februar BB
Maret BB
April BB
Mei BL
Juni BL
Juli BK
Agustus BK
September BK
Oktober BL
November BB
Desember BB

Banyak BB = 6
Banyak BL = 3
Banyak BK = 3
Tipe iklim Utama = C
Tipe sub iklim = 2
Dapat disimpulkan bahwa keadaan iklim selama satu dekade dari tahun
2011 – 2020 di daerah Pos Hujan Sempu Kabupaten Magelang dan
sekitarnya termasuk dalam tipe iklim C2.
50

D. Pembahasan

1. Klasifikasi Iklim Oldeman


Iklim adalah rata-rata cuaca dimana cuaca merupakan keadaan
atmosfer pada suatu saat diwaktu tertentu. Iklim didefinisikan sebagai
ukuran rata-rata dan variabilitas kuantitas yang relevan dari variabilitas
tertentu (temperatur, curah hujan, dan angin) pada periode waktu tertentu
dari bulanan hingga tahunan. Menurut Siadenur (2014), klasifikasi iklim
merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan perbedaan iklim
yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi relatif terhadap
khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi topografi, suatu
tempat memiliki kekhasan iklim. Klasifikasi iklim biasanya terkait dengan
bioma atau provinsi floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli
yang tumbuh di suatu kawasan.
Iklim dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan. Pengklasifikasian iklim dapat dibedakan
berdasarkan beberapa metode, salah satunya adalah klasifikasi iklim
oldeman. Menurut Hariyanto et al (2016), klasifikasi iklim Oldeman
berdasarkan pada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, khususnya padi.
Oldeman membagi iklim di bumi menjadi lima zona iklim dan lima
subzone iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah
bulan basah (curah hujan lebih dari 200 mm) berturut-turut dalam setahun.
Bulan lembab adalah apabila curah hujan berkisar antara 100-200 mm.
Berdasarkan hal tersebut, Oldeman membagi iklim menjadi lima tipe.
Iklim A mempunyai bulan basah lebih dari 9 kali berturut-turut. Iklim B
mempunyai bulan basah 7-9 kali berturut-turut. Iklim C mempunyai bulan
basah 5-6 kali berturut-turut. Iklim D mempunyai bulan basah 3-4 kali
berturut-turut. Tipe kelima adalah iklim E yang mempunyai bulan basah
kurang dari 3 kali berturut-turut.
Klasifikasi iklim oldeman sangat berguna dalam bidang pertanian di
Indonesia karena dapat mengklasifikasikan lahan pertanian tanaman
51

pangan dengan menggunakan pengukuran curah hujan. Menurut Anwar et


al (2018), 79 jumlah curah hujan minimal yang di perlukan 100 mm tiap
bulan. Iklim Oldeman terbagi menjadi lima zona iklim dan lima sub zona
iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan
basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun, sedangkan sub zona iklim
merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun.
Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone
C, zone D dan zone E, sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkan
angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5. Berdasarkan penelitian
Oldeman maka di buat tabel interpretasi klasifikasi Oldeman dengan
tujuan untuk memudahkan dalam penerapan di lapangan.
Klasifikasi iklim Oldeman termasuk dalam klasifikasi iklim yang
baru di Indonesia, namun klasifikasi Oldeman ini sangat berguna berbagai
aspek termasuk pertanian. Menurut Sasminto (2014), klasifikasi tersebut
cukup berguna terutama dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan
di Indonesia. Oldeman membuat dan menggolongkan tipe-tipe iklim di
Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan bulan-bulan
kering secara berturut-turut. Iklim yang berganti ganti pada suatu wilayah
maka dengan klasifikasi Oldeman ini wilayah tersebut dapat menentukan
tindakan dan waktu kapan petani dapat menanam padi dan kapan juga
petani dapat menanam tanaman palawija.
Hasil pengamatan yang didapatkan, klasifikasi iklim menurut
Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman.
Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang
berlangsung secara berturut-turut. Menurut Oldeman suatu bulan
dikatakan bulan basah (BB) apabila mempunyai curah hujan bulanan di
atas 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan 0-
100 mm. Disimpulkan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Oldeman, yang merupakan bulan basah adalah bulan Januari, Februari,
Maret, April, November, dan Desember. Data curah hujan juga
menunjukkan jumlah bulan kering yang terjadi pada bulan Juli, Agustus,
52

dan September. Terdapat juga tiga bulan lembab yang terjadi pada bulan
Mei, Juni, dan Oktober. Berdasarkan data curah hujan tersebut dalam
klasifikasi iklim Oldeman, wilayah tersebut memiliki tipe iklim C2. Data
tersebut didapat berdasarkan rekapan data curah hujan bulanan di Pos
Hujan Sempu Kabupaten Magelang pada rentang waktu dari tahun 2011-
2020.
53

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara 4 yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa :
a. Klasifikasi iklim yang terkenal dan cukup baru di Indonesia adalah
klasifikasi iklim Oldeman.
b. Klasifikasi iklim Oldeman adalah klasifikasi iklim berdasarkan curah
hujan yang kemudian dikelompokkan menjadi lima zona iklim utama
yaitu zona iklim A, B, C, D, dan E serta 4 zona sub divisi yaitu 1, 2, 3,
dan 4. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah dan
bulan kering yang berlangsung secara berturut-turut.
c. Daerah di wilayah Pos Hujan Sempu Kabupaten Magelang berdasarkan
klasifikasi iklim Oldeman termasuk dalam iklim tipe A1 dengan
memiliki 6 bulan basah dan 3 bulan kering.
2. Saran
Saran yang bisa diberikan terkait praktikum agroklimatologi adalah
pertama terkait timeline praktikum yang jangan terlalu padat, sebisa
mungkin praktikum dimulai sebelum UTS atau tepat setelah UTS agar
praktikan tidak kewalahan mengerjakan laporan praktikum dikarenakan
beberapa praktikum yang sudah mulai lebih dahulu mulai memasuki paruh
akhir. Kedua terkait penjelasan pengisian draft tolong diperjelas seperti
praktikan harus mengambil foto ataupun apa saja yang harus dimasukkan
ke dalam laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A., Sudjatmiko, S., Barchia, M. F. (2018). Pergeseran Klasifikasi Iklim


Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya
Alam Di Bengkulu. Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan. 7(1). 59-68.
Hariyanto, S., Irawan, B., Mochammadi, N., Soedarti, T. (2019). Lingkungan
Abiotik Jilid 2: Mineral, Batuan, Gempa, Tanah dan Iklim. Surabaya:
Airlangga University Press.
Sasminto. 2014. Analisis Spasial Penentuan Iklim Menurut Klasifikasi Schmidt
Ferguson dan Oldeman di Kabupaten Ponorogo. J Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. 12 (1):56-70.
Siadenur. 2014. Klasifikasi lkilm. Semarang: Pariwarna

Anda mungkin juga menyukai