Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

HAMA TANAMAN UTAMA

Nama : Gitra Yudha


No BP : 2010253020
Kelas : Proteksi C
Asisten Dosen : 1. Nurul Kholifah Aini 2010251021
2. Nabila Aulia Afti Sinaga 2010251026
3. Wawan Aryandi 2010251034
Dosen Penngampu : 1. Dr,Ir Arneti MS
2. Prof.Dr.Ir Trizelia MSi
3. Duma Putri Tama. SP. MP

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Laporak Akhir praktikum
dengan judul “Hama Tanaman Utama pada Tanaman Hortikultura, Pangan dan
Perkebunan”. Laporan Akhir Praktikum ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi
mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan
didunia kerja.
Melalui pengantar ini, Saya menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral
maupun material. Khususnya kepada dosen mata kuliah Hama Tanaman Utama
ibu Dr. Ir. Arneti, MS’ dan ibu Prof. Dr. Ir Trizelia MSi yang tidak pernah lelah
untuk memberikan semangat dan masukan setiap harinya. Tidak lupa juga ucapan
terima kasih kepada kakak-kakak asisiten dosen pembimbing selama praktikum
yang tidak bosan-bosannya berbagi ilmu dan selalu mengawasi serta memberikan
ilmu-ilmu baru setiap harinya untuk mahasiswa kelas Hama Tanaman Utama
Proteksi C. Teristimewa kepada keluarga yang telah memberikan kasih sayang
dan dukungan selama ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada Saya mendapat
balasan yang setimpal dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Saya menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan akhir praktikum ini baik
dalam Teknik penyajian materi maupun pembahasan. Untuk itu saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat Saya harapkan. Semoga laporan Akhir
Praktikum ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Padang, November 2023

G.Y

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

MATERI I HAMA TANAMAN HORTIKULTURA..........................


A. Latar belakang.............................................................................. 1

B. Tujuan ......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 4

A. Tanaman Hortikultura ................................................................... 4

B. Hama tanaman hortikultura............................................................ 4

BAB III BAHAN DAN METODE ......................................................... 6

A. Waktu dan Tempat .......................................................................... 6

B. Alat dan Bahan ................................................................................ 6

C. Cara kerja ........................................................................................ 6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 7

A. Hasil ............................................................................................... 7

B. Pembahasan ................................................................................... 8

BAB V PENUTUP.................................................................................. 10

A. Kesimpulan................................................................................. 10

B. Saran ........................................................................................... 10

MATERI 2 HAMA TANAMAN PANGAN...........................................


BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 12

A. Tanaman Pangan ......................................................................... 12

B.Hama tanaman hortikultura.......................................................... 14

BAB III BAHAN DAN METODE ........................................................ 27

A. Waktu dan Tempat ........................................................................ 27

ii
B. Alat dan Bahan .............................................................................. 27

C. Cara kerja ...................................................................................... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 28

C. Hasil ............................................................................................. 28

D. Pembahasan ................................................................................. 28

BAB V PENUTUP.................................................................................. 12

A. Kesimpulan................................................................................. 22

B. Saran............................................................................................... 22
MATERI 3 HAMA TANAMAN PERKEBUNAN................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 31

A. Tanaman Perkebunan .................................................................. 31

B.Hama tanaman perkebunan .......................................................... 35

BAB V PENUTUP.................................................................................. 54

A. Kesimpulan................................................................................. 54

B. Saran............................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 55

LAMPIRAN............................................................................................ 58

iii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman merupakan kebutuhan pokok manusia yang berguna untuk


melanjutkan kehidupan dimuka bumi. Pemanfaatan dari tanaman adalah sebagai
bahan pangan, sandang dan papan. Kebutuhan pangan, sandang, dan papan
semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga dituntut penerapan teknik
budidaya yang tepat dan benar. Dalam budidaya banyak masalah yang dihadapi,
salah satunya adalah serangan hama dan patogen yang menimbulkan kerusakan
hingga merugikan secara ekonomi.
Organisme pengganggu tanaman dapat dibedakan menjadi dua
berdasarkan atas ukuran tubuhnya yaitu hama dan patogen. OPT kelompok hama
merupakan binatang dengan ukuran tubuh yang dapat kita lihat dengan mata
kepala secara langsung (makroorganisme). Sedangkan OPT yang bentuk dan
ukuran tubuhnya tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang melainkan dengan
pengamatan bantuan mikroskop (mikroorganisme) dikelompokan ke dalam
golongan penyebab penyakit tanaman atau patogen.
Hama merupakan binatang yang merusak atau mengganggu kepentingan
manusia.Walaupun hewan merusak ekosistem tanaman, jika populasinya rendah
maka tidak dianggap sebagai hama, hama dengan populasi yang rendah dan tidak
merugikan dipandang sebagai organisme yang melakukan fungsi biologisnya
dalam rantai makanan. Menurut Kuswardani (2013) Hama dalam arti luas adalah
semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak dan tanaman. Pengertian hama
dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman adalah
semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya yang mana aktivitas hidupnya
ini dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis.
Hama utama (major pest) atau hama kunci (key pest) merupakan species
hama yang selalu menyerang tanaman dengan intensitas serangan yang berat
disuatu daerah. Sering kali dalam daerah yang luas, dalam kurun waktu yang lama
sehingga memerlukan usaha pengendalian. Jika hama ini tidak dikendalikan, akan
menyebabkan kerugian ekonomi bagi petani. Pada suatu ekosistem pertanian,
biasanya hanya ada satu atau dua hama utama. Hama utama atau hama kunci

1
inimenjadi sasaran pengendalian. Menurut Kuswardani (2013), Pengertian lain
tentang hama merupakan semua serangga maupun binatang yang aktifitasnya
menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara
ekonomis.Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing-
masing,diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut
menggigit,mengunyah, menjilat, menusuk, mengisap, menggerek.
Tanaman pangan yaitu semua model tanaman yang di dalamnya ada
karbohidrat serta protein sebagai sumber daya manusia. Tanaman pangan bisa
juga disebutkan sebagai harga honda forza tanaman paling utama yang
dikonsumsi manusia sebagai makanan untuk berikan konsumsi daya untuk badan.
Identifikasi hama tanaman pangan merupakan suatu kegiatan menentukan jenis
hama yang merusak tanaman pangan, disamping itu Juga untuk mengetahui
bioekologi hama pada tanaman pangan. Dalam melaksanakan praktikum,
mahasiswa diharapkan mengetahui tentang cara identifikasi hama penyebab
kerusakan tanaman pangan yang terjadi di lapang.Penentuan hama penyebab
kerusakan tanaman pangan di lapang dirnaksudkan untuklebih mengenal tentang
hama pada tanaman.
Tanaman perkebunan merupakan tanaman yang pada umumnya berumur
lebih dari satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali dan
tidak dibongkar sekali panen. Contoh : cengkeh, Kakao, Karet, Kopi, Kelapa,
Kelapa Sawit. Identifikasi hama tanaman perkebunan merupakan suatu kegiatan
menentukan jenis hama yang merusak tanaman perkebunan, disamping itu juga
untuk mengetahui bioekologi hama pada tanaman perkebunan. Begitupun dengan
identifikasi hama tanaman hortikultura dan sebagainya.
Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman
kebun) dancultura/colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya
tanaman kebun.Tanaman hortikultura mempunyai potensi ekonomi yang besar
untuk dikembangkan,tetapi sayangnya perhatian pemerintah, peneliti dan
masyarakat terhadap pengembangan teknologi budidaya dan usaha tani tanaman
hortikultura sangat sedikit dibandingkan dengan padi dan tanaman pangan lainnya.
tu, kesuburan tanah yang semakin menurun, dan ancaman serangan hama dan
penyakit. Kehilangan hasil panentanaman hortikultura yang diakibatkan
serangan hama
2
berkisar antara 46 sampai 100% atau gagal panen. Karena ketakutan petani
terhadap serangan hama dan penyakit, petani hortikultura sangat menggantungkan
diri pada penggunaan insektisida dan fungisida. Oleh sebab itu, kita harus
mengetahui hama utama pada tanaman agar menemukan pengendalian yang tepat.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum hama tanaman utama ini yaitu untuk
mengetahui hama apa saja yang menyerang tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan. Untuk mengetahui bioekologi, gejala serangan, siklus hidup, dan
tempat hidup hama utama pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
Untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana merearing hama utama pada
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Hortikultura
Kata hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin yaitu (hortus)
yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan terutama sekali
mikroorganisme pada suatu medium buatan. Secara harfiah hortikultura berarti
ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun. Akan tetapi para pakar
mendefinisikan hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari budidaya tanaman
sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan, dan tanaman hias. Hortikultura merupakan
salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan
karena memiliki nilaiekonomis yang cukup tinggi. Indonesia memiliki aneka
produk hortikultura, dengan ragam plasma nutfah dan varietas yang
memungkinkan bagi upaya pengembangan buah, sayuran dan bunga (Prabawa,
2014)
Tanaman holtikultura memiliki prospek pengembanagan yang baik karena
memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan potensi pasar yang terbuka lebar, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Tanaman Hortikultura pun mampu
meningkatkan apresiasi terhadap berbagi komuditas dan produk berbagi
holtikultura bukan lagi hanya sebagai bahan pangan, tetapi juga terkait dengan
fungsi-fungsi lainya (Prabawa, 2014)
B. Hama Pada Tanaman Tomat
1. Aphis sp. (Aphididae : Homoptera)
Kutu ini ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Panjang tubuh
bersayap antara 2- 2,5 mm, kepala dan toraksnya berwarna coklat sampai hitam
dan abdomennya hijau kekuning-kuningan. Ukuran antena sepanjang badannya.
Panjang tubuh kutu yang tidak bersayap antara 1,8-2,3 mm dan berwarna hijau
kekuningkuningan.

Aphis sp. (PARWANTI, Y. (2019)

4
2. Liriomyza sativae Blancard (Agromyzidae : Diptera)
Serangga dewasa akan muncul dari selongsong pupa pada pagi hari.
Imago berukuran kecil dengan panjang sekitar 1,5 mm. Tubuh berwarna hitam
kecoklatan dan terdapat bintik kuning. Kepala berwarna kuning dan abdomen
berwarna kelabu dengan bintik kuning. Gejala serangan L. sativae adalah ketika
telur menetas pada bagian bawah epidermis daun maka larva-larva muda akan
menggorok daun sehinngga membentuk terowongan yang berkelok-kelok tidak
beraturan seperti spiral.

Siklus Hidup L. sattive

3. Nesidiocoris tenuis ( Miridae : Hemiptera)


Kepik hijau kecoklatan ini memiliki sayap sempurna dan panjang tubuh
2,5- 3,5 mm. Empat garis hitam dengan warna tubuh hijau tua pada toraks dan
abdomen.
N. tenuis adalah sejenis kepik berwarna hijau dengan ukuran panjang tubuh 2,5-3,5
mm. Imago/serangga dewasa meletakkan telurnya di bawah pelepah daun atau
dipermukaan daun atau juga pada vena daun.
Setelah menetas, nimfa dapat langsung merusak dengan cara menghisap
bagian tangkai atau batang, dan bunga tanaman tomat. Gejala yang terlihat pada
bagian tangkai atau batang yang dihisap yakni perubahan warna dari hijau ke
warna kecoklatan, sedangkan bila menyerang bunga maka bunga tanaman tomat
tersebut mudah atau cepat jatuh. Dengan demikian serangan N. tenuis dapat
mengganggu reproduksi dan perkembangan buah tomat.

Gejala dan Hama kepik hijau

5
BAB III. METODOLOGI

A. TEMPAT DAN WAKTU PRAKTIKUM


Praktikum Hama Tanaman Utama dilaksanakan setiap hari Selasa pukul
07.30 WIB. Praktikum dilaksanakan secara langsung di Laboratorium Bioekologi
Serangga Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.
B. PERALATAN PRAKTIKUM
Adapun alat yang digunakan pada praktikum, yaitu : ATK, Kamera, Pinset,
insect net,
C BAHAN PRAKTIKUM
Adapun bahan yang digunakan, yaitu : Imago lalat buah, , larutan madu
10%,. gelas tembus pandang dan kain kasa,
D. CARA KERJA
Adapun cara kerja pada praktikum ini, yaitu dilakukan survei di lapanagan
mengenai hama utama tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura yang diamati
yaitu tanaman Tomat. Di lapangan diamati berbagai hama dan gejala serangan
yang diakibatkan oleh hama utama tanaman tomat. Setelah itu, dipilih satu hama
utama tanaman tomat yang akan diperbanyak di laboratorium (rearing). Hama
utama tanaman tomat yang di rearing yaitu lalat buah (Bactrocera). Lalat buah
ditangkap dan dimasukkan ke dalam toples atau botol baik larva dan kelompok
telur. Pada lalat buah terjadi perbedaan perlakuan pakan dan tempat sesuai setiap
metamrofisnya. Pada fase larva lalat buah ditempatkan di dalam gelas plastik dan
diberikan pakan tanaman tomat yang sudah diambil sebelumnya serta diganti jika
pakan sudah tidak segar atau habis. Pada fase pupa lalat tidak diberi pakan dan
ditelatakkan pada tisu. Pada fase imago pakannya yaitu larutan madu 10%.
Selama pemeliharaan serangga diletakkan dalam kondisi kamar dengan suhu 25C.

6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
No Stadia Dokumentasi Literatur Keterangan
1. Larva Larva ini berbentuk
bulat panjang dengan salah
satu unjungnya runcing.

(Silvia 2003) Larva instar III berukuran


sedang dengan
panjang 7–9 mm.
Larva Bactrocera berwarna
putih keruh atau putih
kekuningan dengan dua bintik
hitam yang jelas, dua bintik
hitam ini merupakan alat kait
mulut.
2. Pupa Pupa awalnya dari berwarna
putih, kemudian mengalami
perubahan warna
(Silvia 2003) menjadi kekuningan dan
coklat kemerahan.
Perkembangan pupa
tergantung
dengan kelembapan tanah.
Kelembapan tanah
yang sesuai dengan stadium
pupa adalah 0-9 %.
Masa perkembangan
pupa antara 4– 10 hari. Pupa
berada di dalam tanah sekitar
2– 3 cm di bawah permukaan
tanah. Pupa
berubah menjadi imago
setelah 13-16 hari kemudian.
7
3. Imago Panjang tubuh lalat dewasa
sekitar 3,5–5mm, berwarna
(Silvia 2003)
hitam kekuningan.
Kepala dan kaki berwarna
coklat. Thorak berwarna
hitam, abdomen jantan
berbentuk bulat sedangkan
betina terdapat alat
tusuk. Siklus hidup lalat buah
dari telur sampai
imago berlangsung
selama kurang
lebih 27 hari.

B. PEMBAHASAN
Hama utama tanaman hortikultura yang direaring yaitu lalat buah yang
menyerang tanaman tomat. Fase Spodoptera litura yang direaring adalah larva.
Siklus hidup lalat buah mempunyai empat fase metamorfosis, siklus hidup lalat
buah ini termasuk ke perkembangan sempurna atau dikenal dengan holometabola.
Fase tersebut terdiri dari telur, larva, pupa dan imago” (Vijay segaran & Drew
2006 dalam Isnaini, 2013)..
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari
dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi
sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu
kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk
makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut
perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa,
dan imago ( fase seksual dengan perkembangan pada sayap ). Formasi lainnya
pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa. ( Silvia, 2003 ).
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing,
dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan
pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior
dan posterior. Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti
kulit
8
9
untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru
diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit,
larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai
pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi
pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva ( instar ketiga )
makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga
merayp ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti
bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi
pada prose pergantian kulit ( molting ) yang berlangsung empat kali dengan tiga
stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari
instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago.
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika
terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung
baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada
kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat
kering dengan cairan sperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian
membentuk puypa ( kepompong ). Saat larva Drosophila membentuk cangkang
pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala
dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan
kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium ( bentuk terluar pupa ) menggunakan
kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif,
dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa. Struktur dewasa
tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama
seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult ( sebelum dewasa )
disebut anlagen.
Pelaksanaan rearing hama tanaman hortikultura cukup berhasil karena
hama yang di rearing sampai memasuki fase imago. Namun kendala yang
dihadapi yaitu sulitnya mengembangkan imago sampai menghasilkan telur karena
pada saat pemberian makan pada imago sangat susah sehingga imago menjadi
mati dan tidak sampai menghasilkan telur.

10
BAB V. PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari laporan praktikum Hama Tanaman Utama pada
tananman hortikultura, pangan dan perkebunan yaitu terdapat beberapa hama
penting serta dominan menyerang tanaman sehingga menyebabkan kehilangan
hasil baik secara ekonomi dan kualitas dari hasil tanaman tersebut. Untuk tanaman
hortikultura hama pentingnya yaitu lalat pengorok (Liriomyza sp), Ulat buah
(Helicoverpa Armigera), ulat grayak (Spodoptera litura), Kutu daun (Trips tabaci)
B. SARAN
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan dalam merearing sampai
mendapatkan telur dari hama yang direaring agar siklus hidup dari hama bisa
diapatkan secara menyeluruh.

11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Tanaman pangan
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas pangan terbesar di
Indonesia. Permintaan kebutuhan makanan pokok tersebut semakin meningkat
seiring bertambahnya jumlah penduduk masyarakat Indonesia sehingga perlu
dijaga kualitas dan kuantitasnya Kebutuhan beras selalu meningkat setiap
tahunnya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang tidak diimbangi
dengan produksi yang cukup. Kebutuhan beras di Indonesia mencapai 32 juta ton
sedangkan produksi Nasional maksimal hanya mencapai sekitar 31,5 juta ton/
tahun. (Misnaheti 2010; Rai 2018).
Keberadaan serangga pemakan tanaman dapat menjadi kendala yang
dialami dalam produksi beras. Salah satunya yaitu kepinding tanah yang termasuk
kedalam Genus Scotinophara dan salah satu spesies kepinding tanah yaitu
Scotinophara alegria. Jenis S. alegria dapat menyebabkan kerusakan pada fase
vegetatif dan fase generative dari tanaman padi (Heviyanti & Mulyani 2016;
Syam et al. 2011). Kalshoven (1981) mengemukakan bahwa kepinding tanah
(Scotinophara coartata) merupakan salah satu hama yang cukup penting dan
menyebar pada pertanaman padi sawah di Sulawesi, Sumatera, Kalimantan dan
Jawa. Hama ini menyerang pada fase vegetatif dan generatif dan telah
menyebabkan kerugian yang besar. Di Indonesia terdapat beberapa jenis hama
Scotinophara sp. yang menyerang tanaman padi sawah diantaranya Scotinophara
coarctata, S. lutiuscula, S. lurida dan S. vermiculata. S. coartata merupakan hama
yang menyerang dan menimbulkan kerusakan berat pada pertanaman padi sawah
(Rimbing dkk. 2011).
Kepinding tanah merupakan salah satu hama yang menyerang pada semua
tahapan pertumbuhan tanaman padi, dan mampu menyebabkan kerugian hasil
hingga 80% atau kerugian hasil lengkap selama infestasi berat, menurut data,
tingkat kerusakan yang terlihat tinggi ada di angka populasi 18,00 ekor serangga
per rumpun bisa menyebabkan hasil produksi padi menurun hampir sekitar 80%
tergantung jenis padi dan resistensi jenis padi terhadap hama tersebut. ( Annisa,
2018)

12
S. coartata merupakan hama yang menyerang dan menimbulkan
kerusakan berat pada pertanaman padi sawah. Hama ini telah menjadi hama utama
di tanaman padi karena populasi dan tingkat serangan yang cukup tinggi merusak
pertanaman padi sawah dan meresahkan petani. Kepinding hidup didalam tanah
dan menyerang akar dengan cara menghisap cairan akar tanaman. Tanaman
menguning kemudian mengering dan akhirnya mati. Gangguan serius oleh hama
kepinding dikedua pabrik ini terutama pada lahan kering. Rimbing et al., (2011).
Ciri-ciri Scotinophara coarctata diantaranya warna tubuh Scotinophara
coarctata berwarna hitam kecoklatan, dapat terbang ukuran tubuhnya berukuran 9
mm, terdapat bercak pada bagian punggungnya. Siklus kehidupan mulai dari telur
sekitar 4 hari untuk menetas dan menjadi nimfa, terdapat tiga instar dari mulai
telur sampai dengan imago lamanya yaitu sekitar 36-40 hari (Tirta, 2016).
Tanaman padi diserang dari mulai fase bibit sampai tanaman dewasa, kepinding
tanah mengisap pelepah serta batang. Bagian pelepah dan batang yang dihisap
oleh kepinding tanah menjadi berwarna coklat. Tanaman menjadi kuning dan
membusuk, daun juga menjadi kering, menggulung dan mati (Sumayanti, 2021).
Imago atau serangga dewasa menyukai cahaya, sehingga dapat dibuat alat
perangkap cahaya (light trap) dengan menggunakan lampu petromak, aktif pada
malam hari dan bersembunyi di pangkal batang, pada siang hari kurang aktif.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara aplikasi pestisida nabati Beauveria
bassiana dan Metarhizium anisopliae, Pestisida kimiawi dapat dilakukan jika
serangan berat telah terjadi dengan memperhatikan prinsip 6 tepat, tepat sasaran,
tepat mutu, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara penggunaan.
(Sumayanti, 2021).
Tanaman yang terserang kepinding tanah dapat mengakibatkan penurunan
produksi karena apabila menyerang pada fase anakan akan menyebabkan jumlah
anakan berkurang dan pertanaman terhambat atau kerdil. Sedangkan kalau
kepinding tanah menyerang pada saat setelah fase bunting, tanaman menghasilkan
malai yang kerdil, tidak lengkap dan akan menghasilkan gabah hampa. Dalam
kondisi populasi tinggi tanaman yang dihisap dapat mati (Nurjanah, 2010).

13
b. Hama pada tanaman pangan
a. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal) (Homoptera: Delphacidae)
Klasifikasi wereng coklat menurut Nurbaeti et al. (2010) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia ; Filum : Arthropoda ; Kelas : Insecta ; Ordo: Homoptera
; Famili : Delphacidae; Genus : Nilaparvata ; Spesies : Nilaparvata lugens Stal.
Metamorfosis wereng coklat sederhana (heterometabola). Telur berbentuk
lonjong, diletakkan berkelompok dalam pangkal pelepah daun, tetapi kalau
populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun. Jumlah
telur yang diletakkan beragam, dalam satu kelompok antara 3-21 butir. Telur
menetas antara 7-11 hari atau rata-rata 9 hari (Baehaki & Widiarta, 2010).

Siklus Hidup N. Lugens (Ulfa, F. (2019).


Serangga muda yang menetas dari telur disebut nimfa, makanannya sama
dengan induknya. Nimfa mengalami pergantian kulit (instar), rata-rata stadium
nimfa adalah 12,8 hari. Lamanya waktu untuk menyelesaikan stadium nimfa
beragam tergantung dari bentuk dewasa yang akan muncul (Nurbaeti et al., 2010).
Baehaki menyatakan lamanya stadia nimfa instar I, II, III, IV dn V berturut-turut
2,6 hari, 2,1 hari, 2,0 hari, 2,4 hari dan 3,1 hari.
Nimfa wereng coklat berwarna krim akan berubah menjadi keabuan seiring
denga usia, panjang nimfa dewasa sekitar 2,1 mm, bersamaan dengan itu garis
hitam pada thorax mulai menghilang (Wirajaswadi, 2010).
Nimfa dapat berkembang menjadi 2 bentuk wereng dewasa. Bentuk
pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu sayap depan dan belakang
normal, bentuk kedua adalah brakhiptera (bersayap kerdil) yaitu sayap depan dan
belakang tumbuh tidak normal. Umumnya wereng brakhiptera bertubuh lebih
besar, mempunyai tungkai dan peletak telur lebih panjang. Kemunculan
makropera lebih banyak pada tanaman tua daripada tanaman muda, dan lebih
banyak pada tanaman setengah rusak daripada tanaman sehat (Baehaki &
Widiarta, 2010).
14
A B
Imago N.lugens, A= Makroptera, B= Brakhiptera (Firdaus, F., & Haryadi,
N. T. (2022)
Wereng coklat memiliki ukuran panjang badan sekitar 2,6 – 2,9 mm,
serangga dewasa berwarna coklat kehitaman, bergerak dengan berjalan dan
terbang. Siklus hidup N.lugens cukup singkat sehingga proses pergantian generasi
berlangsung dengan cepat stadia dewasa (imago) 10-20 hari (Wirajaswadi, 2010).
Gejala Serangan yang ditimbulkan oleh N.lugens dapat menyebabkan
kerusakan secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan langsung oleh
N.lugen adalah menghisap cairan sel tanaman padi, sehingga pertumbuhan
tanaman padi terhambat, mati kekeringan dan tampak seperti terbakar. Kerusakan
tidak langsung oleh N.lugens adalah sebagai vektor penyakit virus kerdil rumput
dan kerdil hampa (Hariastuti, 2011).
Pada tahap permulaan wereng batang coklat datang pada pertanaman padi
pada umur 15 hari setelah tanam (Nurbaeti et al., 2010). Anggraini et al. (2014)
menyatakan bahwa gejala serangan hama wereng batang coklat mulai terlihat
setelah tanaman padi berumur 20-40 hari setelah tanam atau pada fase vegetatif
karena hama ini menyerang bagian batang tanaman padi yang masih muda, yaitu
dengan menghisap cairan batang tanaman padi sehingga menyebabkan gejala pada
daun menguning akibat batang tanaman sudah terganggu.

Gejala serangan (EVA, Z. (2021)

15
Gejala kerusakan seperti tanaman menguning kemudian mengering dengan
cepat (seperti terbakar) dikenal dengan istilah hopperbum. Dalam suatu hamparan
gejala hopperbum terlihat seperti lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran
wereng coklat yang dimulai dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah
dalam bentuk lingkaran (Saputra et al., 2012).
Apabila populasi tinggi, maka gejala kerusakan yang terlihat di lapangan
yaitu warna daun dan batang tanaman berubah menjadi kuning, kemudian berubah
menjadi berwarna cokelat jerami dan akhirnya seluruh tanaman bagaikan disiram
air panas berwarna kuning coklat dan mengering. Apabila menyerang pada fase
generatifakan menyebabkan terjadinya puso (gagal panen) (Nurbaeti et al., 2010).
Wereng coklat merupakan hama laten dan dapat mentransfer virus kerdil
hampa (VKH = ragged stunt) dan virus kerdil rumput (VKR = Grassy Stunt) yang
serangannya lebih besar dari serangan wereng itu sendiri dan bahkan saat ini
wereng coklat sedang aktif bekerja menularkan penyakit kerdil rumput tipe 2
(Grassy StuntType 2 = GST2) (Baehaki & Widiarta, 2010).

b. Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunberg.) (Hemiptera: Coreidae)


Kedudukan taksonomi walang sangit (Leptocorisa acuta Thunberg.),
sebagai berikut: Kingdom: Animalia; Filum : Arthrpoda; Class: Insecta;
Ordo :Hemiptera; Famili: Coreidae; Genus : Leptocorisa; Spesies :Leptocorisa
acuta Thunberg
Walang sangit (Laptocarisa acuta) adalah golongan serangga yang bertipe
alat mulut pencucuk dan penghisap. Serangga ini termasuk famili Alydidae, ordo
Hemiptera, makan dengan cara menusukkan alat mulutnya yang berupa stylet dan
kemudian menghisap cairan dari tanaman yang ditusuknya (Yunus, 2015).
Telur berbentuk oval dan pipih berwarna coklat kehitaman, diletakan satu
persatu dalam 1-2 baris sebanyak 12-16 butir. Lama periode bertelur 57 hari
dengan total produksi telur per induk ± 200 butir. Lama stadia telur 7 hari (Feriadi,
2015)
Nimfa berwarna kekuningan, kadang – kadang nimfa tidak terlihat karena
warnanya sama dengan warna daun. Stadium nimfa 17 – 27 hari yang terdiri dari 5
instar (Tjahyono dan Harahap, 2003).

16
Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran
panjang sekitar 14 – 17 mm dan lebar 3 – 4 mm dengan tungkai dan antenna yang
panjang. Setelah menjadi imago serangga ini baru dapat kawin setelah 4 – 6 hari,

Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran


panjang sekitar 14 – 17 mm dan lebar 3 – 4 mm dengan tungkai dan antenna yang
panjang. Setelah menjadi imago serangga ini baru dapat kawin setelah 4 – 6 hari,
dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32 – 43 hari.
Lama periode bertelur rata – rata 57 hari sedangkan serangga dapat hidup rata –
rata 80 hari (Asikin dan Thamrin, 2009).
Serangga dewasa Leptocorisa acuta yang panas akan bersembunyi di
bawah kanopi tanaman pada siang hari. Serangga dewasa aktif terbang dari
rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi pada sore atau
malam hari (Feriadi, 2015).
Serangan walang sangit dapat menurunkan hasil 10 – 40%, dan pada
serangan yang berat akibat populasi yang tinggi dapat menurunkan hasil sampai
100% atau puso. Walang sangit mengisap isi biji padi pada bulir matang susu
(milk), bulir yang lunak (soft dough), dan bulir yang keras (hard dough). Walang
sangit tidak mengisap pada masa bunting atau pembungaan (Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, 2015).

Gejala Serangan (Dokumentasi Pribadi)


Salah satu hama pengganggu terbanyak pada tanaman padi adalah walang
sangit (Leptocorisa acuta T.) melakukan serangan pada bulir tanaman padi dengan

17
menghisap cairan tanaman sehingga mengakibatkan bulir padi hampa dan mudah
pecah pada penggilingan. Walang sangit, merupakan hama utama dari kelompok
kepik yang merusak tanaman padi di Indonesia. Hama ini merusak dengan cara
mengisap bulir padi fase matang susu sehingga bulir menjadi hampa. Serangan
berat dapat menurunkan produksi hingga hingga tidak dapat dipanen (Effendy, et
al., 2010).

c. Kepik Hijau (Nezara viridula L.)


Adapun klasifikasi Kepik Hijau adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia ; Filum : Arthropoda ; Kelas : Insecta ; Ordo : Hemiptera ;
Sub Ordo : Heteroptera ; Family : Pentatomidae ; Genus : Nezara ; Species :
Nezara Viridula L.

Siklus Hidup Nezara Viridula (a) Telur, (b) Nimfa instar I, (c) Nimfa instar II, (d)
Nimfa instar III, (e) Nimfa instar IV, (f) Nimfa instar V, (g) Imago betina, (h)
Imago jantan, dan (i) Kepik saat berganti kulit (Muthiah Fitri, 2019)
Siklus hidup kepik hijau diawali dengan peletakan telur secara
berkelompok diatas permukaan daun. Telur diletakkan berderet 10-90 butir
perkelompok pada daun. Telur berbentuk agak oval seperti tong, tingginya 1 mm
dan diameternya 1,75 mm; berwarna kuning dan berubah menjadi merah bata
menjelang menetas. Telur yang terparasit berwarna kuning dan kemudian berubah
manjadi hitam. Stadium telur berlansung 5-7 hari. Telur yang steril tidak akan
berubah warna (Sunarti, 2011). Telur kepik hijau dapat dilihat pada gambar 7.
Nimfa kepik hijau mengalami 5 kali pergantian kulit (instar). Nimfa muda
yang baru keluar dari telur berkelompok dekat dengan tempat peletakan telur. Pada
stadium ini nimfa terdapat variasi warna nimfa sesuai dengan perkembangannya.
Nimfa tubuhnya berbentuk gepeng, nimfa instar 1, 2, 3, 4 dan 5 berturut-turut

18
panjangnya 1,2, 2,0, 3,4, 6,9 dan 10,2 mm. Nimfa instar 1 semula berwarna
kemerah-merahan kemudian berubah menjadi cokelat muda. Nimfa instar 2
berwarna hitam dengan bintik- bintik putih, sedang nimfa instar 3, 4 dan 5
berwarna hijau berbintik-bintik hitam dan putih. Pada setiap pergantian kulit,
ukuran tubuh semakin membesar. Nimfa instar 1 hingga instar 3 hidup
bergelombolan berkelompok dan sejak instar 4 hidup terpisah. Stadium nimfa
berlansung 23 hari (Sunarti, 2011). Nimfa kepik hijau dapat dilihat pada gambar 7.
Imago kepik hijau (Nezara Viridula) bentuknya agak gepeng, panjangnya
1,4-1,6 cm. Imago betina mampu bertelur kurang lebih 1.100 butir dan meletakkan
telurnya berkelompok 10-90 butir perkelompok pada daun. Imago akan diam di
permukaan atas daun, pada pagi hari setelah pukul 09.00 akan pindah pada polong
untuk mencari makanan. Imago akan mulai meletakkan telurnya pada pukul 15.00
sampai dengan pukul 21.00. Kepik berumur kurang lebih 47 hari. Terdapat tiga
varietas kepik hijau, yaitu N. viridula var. smaragdula (berwarna hijau polos) ; var.
torquata (berwarna hijau dengan kepala dan pronotum jingga atau kuning
keemasan) dan var. aurantiaca (berwarna kuning kehijau-hijauan dengan tiga
bintik hijau pada bagian atas). Dan juga N. Viridula yang berwarna kuning polos
keemasan (Sunarti, 2011).
Gejala serangan kepik hijau yang sering ditemukan adalah terlihatnya
bintik-bintik hitam pada bulir dan sering kita temui imago dan nimfa merusak
bulir dan biji. bulir dan biji yang terserang menjadi mengempis, polong gugur, biji
menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji menjadi keriput dan adanya
bercak coklat pada kulit biji. Caranya dengan memasukkan stiletnya ke kulit
polong hingga mencapai biji kemudian mengisap cairan biji tersebut dan
menyebabkan kualitas biji turun oleh adanya bintik-bintik hitam pada biji atau
kulit biji menjadi keriput (Bayu dan Wedanimbi., 2014).
1. Ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius) (Lepidoptera: Noctuidae)
Klasifikasi hama ulat grayak menurut Kalsoven (1981) adalah sebagai
berikut:
Kingdom: Animalia; Divisio : Arthropoda ; Class : Insecta; Ordo : Lepidoptera ;
Family : Noctuidae ; Genus : Spodoptera ; Spesies : Spodoptera litura F.

19
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun
(kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-
masing berisi 25 – 500 butir) tertutup bulu seperti beludru (Tenrirawe dan Talanca,
2008). Stadia telur berlangsung selama 3 hari (Rahayu, et al, 2009).
Setelah 3 hari, telur menetas menjadi larva. Ulat yang keluar dari telur
berkelompok di permukaan daun. Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup
berpencar. Panjang tubuh ulat yang telah tumbuh penuh 50 mm (Balitbang, 2006).
Masa stadia larva berlangsung selama 15 – 30 hari (Rahayu et al, 2009).

Larva Spodoptera litura (Ahmad et al., 2020)


Setelah cukup dewasa, yaitu lebih kurang berumur 2 minggu, ulat mulai
berkepompong. Masa pupa berlangsung didalam tanah dan dibungkus dengan
tanah (Kalsoven, 1981). Setelah 9-10 hari kepompong akan berubah menjadi
ngengat dewasa (Balitbang, 2006).
Pupa Spodoptera litura (Ahmad et al., 2020)

Serangga dewasa berupa ngengat abu-abu, meletakkan telur secara


berkelompok. Ukuran tubuh ngengat betina 14 mm sedangkan ngengat jantan 17
mm (Balitbang, 2006). Imago S. litura memiliki umur yang singkat.
Gejala Serangan
Ulat grayak aktif makan pada malam hari, meninggalkan epidermis atas
dan tulang daun sehingga daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih
(Balitbang, 2006). Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara

20
serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa bagian atas epidermis daun,
transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan
bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau (Tenrirawe dan Talanca,
2008). Selain pada daun, ulat dewasa makan polong muda dan tulang daun
muda, sedangkan pada daun yang tua, tulang-tulangnya akan tersisa. Selain
menyerang kedelai, ulat grayak juga menyerang jagung, kentang, tembakau,
kacang hijau,
bayam dan kubis (Balitbang, 2006).

Gejala Serangan oleh Larva Spodoptera litura (Ahmad et al., 2020)

2. Penggorok Tongkol (Helicoverpa armigera Hubner)


H. armigera merupakan serangga ordo Lepidoptera dari famili Noctuidae.
Secara umum serangga ordo Lepidoptera mempunyai 4 buah sayap yang bersisik.
Selain sayap, ordo ini mempunyai badan dan kaki yang bersisik. Lepidoptera
berkembang secara holometabola, yaitu dalam perkembangannya larva akan
berubah menjadi pupa dan pupa akan berubah menjadi kupu-kupu. Larva dan
serangga famili Noctuidae mencari makan pada waktu malam hari. Larvanya
mempunyai bulu yang jarang, agak pendek dan kaku. Sedangkan ngengatnya
berukuran besar dengan sayap yang lebar (Pracaya, 2007).
H. armigera diklasifikasikan sebagai berikut (Pracaya, 2007):
Kingdom : Animalia; Filum : Arthropoda; Kelas : InsektaOrdo : Lepidoptera;
Famili : Noctuidae; Genus : Helicoverpa; Spesies : Helicoverpa armigera
Biologi Helicoverpa armigera
H. armigera merupakan serangga yang berkembang biakannya mengalami
metamorfosis sempurna, karena proses perkembangbiakannya terdiri dari empat
stadia hidup, yaitu telur, larva, pupa dan imago (PPHTPR, 2000). Pada umumnya,
ngengat betina meletakkan telur pada bagian tanaman yang banyak rambut-
21
rambutnya, seperti pucuk, batang, kelopak bunga dan tangkai bunga. Hal ini
mengikuti karakter ngengat betina yang lebih menyukai bertelur pada permukaan
yang berambut dan kasar. Telur H. armigera berwarna kuning muda dan
berbentuk setengah bulat seperti kubah. Telur akan berubah warna menjadi abu-
abu dan akhirnya hitam ketika akan menetas. Lama masa pra-peneluran sekitar 1
hari dan masa peneluran mencapai 10 hari. Produksi telur tertinggi saat umur
ngengat 3 hari (40,56 butir). Lama stadia telur ini berkisar antara 2-4 hari
(Herlinda, 2005).
Larva yang baru keluar dari telur setelah menetas berbentuk silinder dan
tubuhnya berwarna kuning pucat. Larva H. armigera mempunyai enam instar
(Herlinda, 2005). Instar 1 biasanya berlangsung selama 3 hari, instar 2 selama 4
hari,
instar 3 selama 2,5 hari, instar 4 selama 3,4 hari, instar 5 selama 3,6 hari dan instar
6 selama 7,8 hari (Pitojo, 2004). Tiap pergantian instar dapat diketahui
berdasarkan bekas mandibelnya yang mengelupas (Sudarmo, 1987). Department
of Primary Industries and Fisheries (2005) menyebutkan bahwa perbedaan instar
larva juga dapat diketahui dari ukuran larva.

Larva H. armigera (Venette et al., 2003)


Tiap instar larva mempunyai perbedaan dalam memakan inang. Instar satu
dan dua lebih menyukai makan daun dan pucuk bunga. Sedangkan instar tiga,
empat, lima dan enam lebih suka memakan daging buah. Ketika memakan, kepala
dan sebagian tubuh larva masuk ke dalam buah inang. Larva yang memakan bunga
inang umumnya berwarna hijau kekuningan. Perbedaan warna larva dipengaruhi
oleh pakannya, ketika larva H. armigera diberi polong kedelai yang berwarna hijau
maka tubuhnya berwarna hijau (Herlinda, 2005). Stadia larva bersifat kanibalisme,
terutama pada instar ketiga. Karena sifatnya yang kanibal ini, di lapangan, jarang
dijumpai dua larva atau lebih yang menggerek dalam satu kuncup bunga, bunga
atau buah (Sudarmo, 1987). Stadia larva membutuhkan waktu berkisar antara 29 –
22
46 hari (Herlinda, 2005)

23
Memasuki fase pre-pupa, yaitu masih dalam bentuk larva, namun hanya
aktivitas makan yang berkurang, larva kelihatan lemah dan pucat. Larva cenderung
membenamkan diri dalam pasir atau tanah dan menghasilkan glandula untuk
konstruksi selubung tubuhnya. Lama fase pre-pupa ini antara 2-4 hari. Pada saat
fase pupa, H. armigera berada dalam tanah dengan warna coklat kekuningan
maupun coklat kemerahan dan yang tua berwarna coklat gelap dengan panjang 15-
22 mm dan lebar 4-6 mm. Stadia pupa berkisar antara 11-16 hari

Pupa H. armigera (Department of Primary Industries and Fisheries, 2005)


Serangga dewasa berupa kupu/ngengat yang aktif pada malam hari dan
terbang cukup jauh (Sarwono et al., 2003). Ngengat H. armigera memiliki sayap
depan berwarna coklat dan terdapat satu bintik hitam. Sayap belakang bagian tepi
berwarna hitam, sedangkan pangkal sayapnya berwarna putih kecokelatan. Antara
ngengat jantan dan betina dapat dibedakan pada pola bercak sayapnya. Ngengat
betina memiliki pola bercak pirang tua (merah). Sedangkan pada ngengat jantan
terdapat pola bercak yang berwarna kehijauan pada ujung sayapnya. Lama hidup
ngengat berkisar antara 2-18 hari (Herlinda, 2005). Panjang tubuh ngengat berkisar
18 mm dan rentangan sayapnya 30-40 mm. Ngengat betina mampu menetaskan
telur antara 200-2000 telur. Total perkembangan sejak dari telur sampai dewasa
bertelur 31- 47 hari.
Gejala Serangan Gejala tanaman yang terserang larva H. armigera
bervariasi. Pada daun, larva H. armigera membentuk lubang-lubang acak. Jika
serangannya berat, daun bisa habis sama sekali. Pada tunas, serangan larva H.
armigera menyebabkan rontok sebelum sempat menjadi bunga atau daun.
Sedangkan pada buah dan tongkol muda, larva H. armigera membuat lubang-
lubang dan menyebabkan kerusakan berat (Trubus, 2010). Lubang-lubang yang
dibentuk larva H. armigera saat menyerang inang dibuat secara melingkar
dan sering

24
dikelilingi oleh bekas kotoran. Pada buah, kerusakan yang berat akan menyebabkan
buah tersebut membusuk dan jatuh atau menjadi cacat (Srinivisan, 2010).

3. Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guen ) (Lepidoptera:


Noctuidae)
Biologi Hama
Menurut Kalshoven (1981) larva penggerek batang jagung (Ostrinia
furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia,Filum :
Arthropoda, Kelas : Insecta,Ordo : Lepidoptera,Famili : Pyralidae,Genus :
Ostrinia, Spesies : Ostrinia furnacalis Guenee.
Telur penggerek batang berukuran 0,90 mm. Telur diletakkan secara
berkelompok di bagian bawah daun, bentuknya menyerupai sisik ikan dengan
ukuran yang berbeda-beda. Puncak peletakan telur penggerek batang terjadi pada
saat terbentuknya bunga jantan dan berakhir pada saat pematangan biji.

Telur Ostrinia furnacalis (Heryana, R. 2013)


Sekitar 29,27% kelompok telur diletakkan di atas permukaan daun dan
70,73% di bawah permukaan daun, masing-masing pada daun ke-4, 5, 6, 7, dan 8
dari bawah. Stadium telur berlangsung 3−4 hari . Jumlah telur yang diletakkan
oleh seekor ngengat betina berkisar antara 80−140 butir/hari, bergantung
padaumur tanaman dan bagian tanaman yang dimakan larva (Nonci, 2004).
Larva yang baru menetas berwarna putih bening dengan caput berwarna
hitam. Larva instar pertama langsung berpencar ke bagian tanaman yang
disukai .Larva terdiri atas lima instar dengan ukuran yang berbeda-beda. Larva
instar Imemiliki panjang 1−3 mm dengan ratarata 1,40; larva instar II 3,50−5 mm
denganrata-rata 4,30 mm; larva instar III 7−12 mm dengan rata-rata 9,10 mm;
larva instar IV 13−20 mm dengan rata-rata 17,20 mm; dan larva instar V 16−24
mm dengan rata-rata 21,50 mm.

25
Larva Ostrinia furnacalis (Heryana, R. 2013)

Rata-rata panjang larva instar terakhir adalah 21,50 mm. Larva berwarna
kristal keputihan, cerah dan bertanda titik hitam pada setiap segmen abdomen.
Umur pupa 6-9 hari, pupa terbentuk di dalam batang dengan lama stadium
bervariasi 7−9 hari. Pupa yang baru terbentuk berwarna krem, kemudian berubah
menjadi kuning kecokelatan dan menjelang ngengat keluar berwarna coklat tua.

Pupa Ostrinia furnacalis (Heryana, R. 2013)


Ukuran pupa betina lebih besar dari pupa jantan. Pupa jantan dapat
dibedakan dari pupa betina, yaitu pada ruas terakhir abdomen pupa betina terdapat
celah yang berasal dari satu titik, sedangkan pada pupa jantan terdapat celah yang
bentuknya agak bulat. Lama hidup ngengat antara 2−7 hari. Ngengat jantan dapat
dibedakan dengan ngengat betina dari ukurannya.

Ngengat O. furnacalis G. (Heryana, R. 2013)

26
Ngengat betina lebih besar daripada ngengat jantan dan warna sayap jantan
lebih terang daripada betina. Ruas terakhir abdomen ngengat betina juga berbeda
dengan ruas terakhir abdomen ngengat jantan. (Nonci, 2004).
Gejala Serangan
Fase pertumbuhan tanaman jagung dapat dibagi menjadi lima fase yaitu :
Fase I : mulai tanam sampai tanaman tumbuh, Fase II : mulai tumbuh hingga
tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina, Fase III : penyerbukan dan
Pembuahan, Fase IV : pembentukan biji, mulai dari pembuahan hingga biji berat
maksimum, Fase V : pemasakan dan pengeringan biji dan batang. Pada umumnya
setiap hama mempunyai inang pada stadia tertentu. Hama penggerek batang dapat
menyerang pada setiap fase pertumbuhan tanaman, namun akhir fase kedua
sampai awal keempat merupakan fase yang paling rentan.
Gejala visual serangan O. furnacalis pada batang adalah adanya lubang gerek
pada batang serta terdapatnya kotoran larva di dekat lubang tersebut. Apabila
batang dibelah akan tampak liang gerek larva di dalam batang. Gerekan larva pada
batang menyebabkan kerusakan jaringan pembuluh sehingga mengganggu proses
transportasi air dan unsur hara dan mengakibatkan pertumbuhan terhambat yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil tanaman. Selain itu, sering ditemukan
juga larva instar I-III makan pada pucuk tongkol dan rambut tongkol. Instar
berikutnya makan pada tongkol dan biji (Subandi et al., 1988 dalam Fitriani,
2009).
Larva O. furnacalis menyerang semua bagian tanaman jagung. Kehilangan
hasil terbesar dapat terjadi saat serangan tinggi pada fase reproduktif. Serangga ini
mempunyai ciri khas serangan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu berupa
lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal
tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak, dan
rusaknya tongkol jagung (Pabbage dkk, 2006).
Gejala serangan penggerek pada batang jagung yaitu adanya lubang gerekan
disertai kotoran penggerek jagung berupa serbuk yang keluar dari lubang gerekan
tersebut. Indikator penting dan lebih cepat dalam hubungannya dengan kehilangan
hasil adalah jumlah lubang pada tanaman dibanding jumlah larva atau pupa.
Gerekan yang dilakukan penggerek jagung akan mengurangi pergerakan air dari
tanah ke bagian atas daun karena rusaknya jaringan tanaman (Saenong, 2005)

27
Gejala Serangan O. Furnacalis (Heryana, R. 2013)

28
BAB III. METODOLOGI

A. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM


Praktikum Hama Tanaman Utama dilaksanakan setiap hari Rabu dari
bulan September sampai bulan November 2023. Praktikum dilaksanakan di
Laboratorium Bioekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Andalas
.B. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
Alat yang digunakan selama praktikum Hama Tanaman Utama yaitu,
kamera HP, alat tulis, laptop, infokus, botol plastik, jarum pentul, kotak plastik,
label, kuas. Bahan yang digunakan yaitu, larva Spodoptera frugiperda dan pakan
daun jagung
C. CARA KERJA
1. Pengamatan Gejala Kerusakan Akibat HamaProsedur kerja pengamatan
lapangan dilakukan secara berkelompok perminggunya, pertama lahan dicari yaitu
pada pertanaman tanaman hortikultura ,dan kelompok 1 mendapat bagian pada
tanaman jagung, sesuai tugas mingguan hama tanaman apa yang akan
dipresentasikan. Setelah didaptkan lahannya, Pada lahan pertanaman diamati
gejala dan tanda serangan hama yang terdapat pada tanaman, bagian tanaman
yang diserang, dan hama yang menyerang tanaman. Hama dan gejala serangan
pada tanaman kemudian didokumentasikan, setelah itu dilakukan identifikasi
hama yang menyerang tanaman yang ditemukan. Hama yang ditemukan di ambil
untuk di rearing di laboratorium.Prosedur kerja yang dilakukan di laboratorium
yaitu, hama yang ditemukan dilapangan dipresentasikan menggunakan power
point yang ditampilkan di infocus dan dijelaskan tentang klasifikasi hama, bagian
tanaman yang diserang, serta gejala dan tanda serangan hama pada tanaman.

29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
No Stadia Dokumentasi Literatur Keterangan
1. imago Imago dari wereng batang
coklat yang telah di rearing.

(Anggraini
,2014)

B. PEMBAHASAN
Faktor utama yang menyebabkan turunnya hasil produksi pada tanaman
pangan adalah serangan hama dan penyakit. Pada pengamatan dilapangan,
tanamann pangan ditemukan hama utama di tanaman hama utama tanaman padi,
jagung, singkong, kedelai, dan kacang tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kerusakan tanaman padi
yang disebabkan oleh serangan hama wereng coklat. Pada minggu ke- 1 pada
semua perlakuan belum terlihat adanya kerusakan pada tanaman padi. Pada
minggu minggu ke-2 semua perlakuan mengalami kenaikan yang seragam. Hal ini
dikarenakan masih banyaknya populasi hama wereng batang coklat pada tanaman
padi tesebut, hama wereng coklat menyerang tanaman dengan cara menghisap
cairan sel tanaman padi sehingga menyebabkan tanaman padi menguning dimulai
dari pangkal batang hingga ujung daun. Hal ini sesuai dengan Sogawa (1982)
yang menyatakan bahwa tingkat kerusakan akibat serangan hama wereng coklat
dapat dilihat dari pangkal batang hingga ujung daun tanaman yang menguning
kemudian menyebar keseluruh bagian tanaman dan pada tingkat serangan yang
tinggi akan menyebabkan tanaman mengering (hopperburn) dan tanaman
mengalami kematian total.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah jarak tanam, hal tersebut diduga
berpengaruh terhadap populasi WBC. Atman (2009) mengemukakan pengaturan
jarak tanam sebagai salah satu komponen pengendalian WBC, yang dapat
mempengaruhi perubahan iklim mikro, sehingga tidak menguntungkan bagi

30
perkembangan hama WBC. Hasil kajian BPTP Sumatera Barat (2011) penerapan
jarak tanam longgar pada padi sawah dapat mengurangi serangan WBC karena
jarak tanam yang rapat akan mempengaruhi kelembaban udara di sekitar tanaman
yang tidak menguntungkan bagi kehidupan WBC.
Wereng batang coklat berkembangbiak secara sexual, masa pra peneluran
3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera
(bersayap panjang). Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah
daun, tetapi kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah dan tulang
daun.
Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir.
Satu ekor betina mampu meletakkan telur 100-500 butir. Telur menetas setelah
7-10 hari. Muncul wereng muda yang disebut nimfa dengan masa hidup 12-15
hari dan setelah fase ini menjadi wereng dewasa.
Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk
pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng batang coklat yang
mempunyai sayap depan dan sayap belakng normal. Bentuk kedua adalah
brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng batang coklat dewasa yang mempunyai
sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang
sangat rudimenter.
Hama Wereng batang coklat (WBC) yang berkembang pada tanaman padi
ketika membentuk anakan dimulai oleh wereng bersayap panjang yang berpindah
dari tempat lain. Jika wereng yang berkembang pada tanaman padi yang berumur
2 atau 3 minggu setelah tanam, maka WBC bisa berkembang biak menjadi dua
generasi. Tetapi bila wereng yang menyerang tanaman padi yang berumur 5-6
minggu setelah tanam, wereng yang berkembang biak hanya satu generasi yang
puncak populasinya terjadi pada padi umur 9-10 minggu setelah tanam.
Faktor alelokemik tanaman merupakan faktor yang agak langsung
mempengaruhi bentuk sayap. Jaringan tanaman hijau kaya bahan kimia mimik
hormon juvenil, tetapi pada padi yang mengalami penuaan bahan kimia mimik
hormon juvenilnya berkurang. Oleh karena itu perkembangan wereng batang
coklat pada tanaman tua atau setengah tua banyak muncul makroptera. Perubahan
bentuk sayap ini penting sekali ditinjau dari tersedianya makanan pokok di
lapangan.

31
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Perkebunan
Kelapa sawit tergolong tanaman kuat, namun demikian tanaman ini tidak
luput dari serangan hama. Akibat yang ditimbulkan oleh serangan hama sangat
besar, seperti penurunan produksi bahkan kematian tanaman. Hama dapat
menyerang tanaman kelapa sawit mulai dari pembibitan hingga tanaman
menghasilkan. Beberapa jenis hama penting yang menyerang tanaman kelapa
sawit misalnya Ulat kantong M. corbetti, T. rufivena, Setothoea asigna, dan
kumbang tanduk
Ulat kantong M. corbetti adalah salah satu kelompok ulat pemakan daun
kelapa sawit yang sering ditemukan di area perkebunan kelapa sawit. M. corbetti
termasuk dalam famili Psychidae. M. corbetti yang baru keluar dari telur yang
menetas akan sangat aktif untuk makan lalu menggunakan benang dari air liurnya
untuk bergantung agar mudah menyebar oleh angin atau terbawa makhluk hidup
lainnya. M. corbetti akan aktif memakan daun sambil membuat kantung dari
potongan–potongan daun (Susanto et al., 2013 dalam Saragih dan Suratni, 2021).
Di Indonesia, T. rufivena merupakan hama utama pada perkebunan kelapa
sawit di lahan gambut dan pasiran (Susanto et al., 2015; Prasetyo et al., 2018).
Morfologinya yaitu telur berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, sangat tipis
dan transparan. Telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan
bawah daun. Satu kumpulan telur berisi sekitar 44 butir dan seekor ngengat betina
mampu menghasilkan telur 300-400 butir. Telur menetas 4-8 hari setelah
diletakkan. Larva berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas dan
duri-duri di bagian punggung. Larva instar terakhir (instar ke-9) berukuran panjang
36 mm dan lebar 14,5 mm. Larva berpupa pada permukaan tanah yang relatif
gembur di sekitar piringan atau pangkal batang kelapa sawit. Pupa dilapisi oleh
kokon yang terbuat dari saliva (air liur), berbentuk bulat telur dan berwarna coklat
gelap. Lebar rentangan sayap serangga dewasa (ngengat) jantan dan betina
masing-masing 41 dan 51 mm. Sayap depan berwarna coklat tua dengan garis
transparan dan bintik- bintik gelap, sedangkan sayap belakang berwarna coklat
muda (Hanafi,2019).

32
Pada perkebunan kelapa sawit juga ditemukan hama ulat api. Ulat api
ditemukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pada tanaman
menghasilkan (TM). Salah satu jenis ulat api yang paling mendominasi adalah
jenis
S. asigna. Ulat api S. asigna membutuhkan waktu 92-109 hari dalam
menyelesaikan siklus hidupnya mulai dari telur sampai menjadi imago. Stadium
ulat api S. asigna mulai dari telur sampai menjadi ngengat kisaran 92-98 hari.
Stadium telur berlangsung selama 4-8 hari. Stadium larva berkisar antara 45-50
hari. Stadium pupa berlangsung tiga puluh sembilan hari. Stadium ngengat
berkisar antara lima sampai tujuh hari (Simanjuntak et al., 2011).
Hama utama pada perkebunan kelapa adalah kumbang tanduk dari Ordo
Coleoptera. Hama ini dapat menyerang TBM maupun TM dengan menggerek
pangkal pelepah muda tanaman kelapa sawit. Kumbang tanduk memiliki 4 stadia
hidup yaitu telur – larva – pupa – dewasa (imago). Hama ini dapat hidup pada
sisa- sisa tanaman kelapa sawit, serasah, ataupun bahan-bahan organik tumbuhan.
Kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik seperti daun-daunan
yang telah membusuk, pupuk kandang, tempat sampah, batang kelapa, kompos,
dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun umumnya hidup
antara 4-7 bulan. (Susanto et al., 2010). Serangan hama tersebut menyebabkan
tanaman kelapa sawit tua, menurun produksinya dan dapat mengakibatkan
kematian tanaman kelapa sawit (Lani et al., 2017).
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditi perkebunan penting
untuk menunjang perekonomian Indonesia. Bagian tanaman kakao yang bernilai
ekonomi tinggi adalah biji. Rendahnya produksi dan mutu kakao di Indonesia
disebabkan pengembangan produk hilir yang belum optimal dan kualitas
perkebunan yang masih rendah, salah satunya berasal dari hama penyakit tanaman
kakao. Dilaporkan oleh Siswanto & Karmawati (2012) bahwa penggerek buah
bakao (PBK) menimbulkan kerusakan tertinggi.
Penggerek buah kakao termasuk ordo Lepidoptera famili Gracillariidae
yang merupakan serangga berukuran kecil. Imago dari C. cramerella berupa
ngengat dengan panjang lebih kurang 7 mm dan rentangan sayap 12 mm.
Berwarna cokelat dan memiliki pola zig-zag berwarna putih sepanjang sayap
depan. Serta antena yang lebih panjang dari tubuhnya dan mengarah ke belakang.
Serangan PBK
33
diawali saat serangga betina meletakkan telur pada permukaan buah kakao. Buah
yang paling disukai untuk peletakan telur adalah yang memiliki alur dalam pada
permukaannya dan ukuran panjangnya lebih dari sembilan centimeter (Siswanto
& Karmawati, 2012).
Larva yang baru menetas langsung menggerek buah dan memakan bagian
buah yang lunak di antara biji di bawah kulit buah dan saluran makanan ke biji
(placenta), tapi tidak memakan biji. Larva hidup dalam buah dan menjelang pupa
akan keluar menembus kulit buah. Serangan pada buah muda (panjang 7-10 cm)
menyebabkan buah tidak tumbuh normal, bahkan buah membusuk dan larva tidak
dapat menjadi dewasa. Serangan pada buah muda, dengan ukuran panjang lebih
dari 10 cm, meskipun ringan, dapat menyebabkan biji tidak berkembang
sempurna dan lengket. Serangan pada buah tua menyebabkan biji lengket,
sedangkan pada buah yang sudah masak tidak menimbulkan kerusakan yang
berarti (Siswanto & Karmawati, 2012).
Tanaman teh (Camellia sinensis L. Kuntze) merupakan salah satu tanaman
perkebunan penting yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Salah satu
faktor penyebab rendahnya produksi teh di Indonesia adalah serangan organisme
pengganggu tanaman yang di antaranya adalah hama. Salah satu hama yang
menyerang pertanaman teh hama penggulung pucuk teh (Laspeyresia leucostoma
Meyrick). Ulat penggulung pucuk menyerang tanaman teh pada bagian pucuk.
Salah satu kerugian yang ditimbulkan akibat serangan hama penggulung pucuk
adalah tergulungnya pucuk daun teh sehingga mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menjadi terhambat.
Serangan L. leucostoma terjadi sepanjang tahun, terutama pada tanaman
teh yang baru tumbuh kembali setelah pemangkasan. Ngengat betina bertelur
dengan meletakkan satu atau dua telur per daun teh. Ulat yang telah menetas akan
langsung menuju pucuk dan menggulung daun pucuk dengan menggunakan
benang-benang halus sehingga pucuk menjadi tergulung. Ulat secara bertahap
membuat sarang dan makan dari bagian dalam sarang. Dalam lipatan daun, ulat
membuat kepompong berwarna putih. . (Fauziah et al .,2017).

34
Produktivitas tebu nasional tergolong rendah yaitu hanya mencapai 5512 kg
ha- sedangkan Thailand sudah mencapai 7610 kg ha-1 pada tahun 2017 (Ditjenbun
2018). Rendahnya produktivitas tebu yang diikuti dengan tingginya tingkat
konsumsi gula per kapita membuat Indonesia harus mengimpor gula dari luar
negeri. Negara Indonesia merupakan importir gula yang terbesar di dunia. Jumlah
import gula mencapai 4,48 juta ton dengan nilai import mencapai US$ 2milyar
(Ditjenbun 2018). Gula import yang masuk ke Indonesia berasal dariThailand,
Brazil dan Australia. Luas areal perkebunan tebu didominasi olehPerkebunan
Rakyat (PR) mencapai 57,70%, Perkebunan Besar Swasta (PBS)sekitar 25,44%
dan Perkebunan Besar Negara (PBN) sebesar 16,97% (Ditjenbun2018).
Produktivitas tebu tertinggi dicapai oleh PBS yaitu mencapai 5 773 kg/ha,PR
sekitar 5 021 kg/ha dan terakhir PBN hanya sebesar 3 683 kg/ha pada tahun2017
(Ditjenbun 2018).
Umur panen tebu mencapai 11-12 bulan, hal ini merupakan kondisi yangideal
untuk mendukung perkembangbiakan binatang pengerat/tikus. Hama
tikusbertahan hidup di perkebunan tebu dengan cara memakan dan
merusakperakaran dan batang tebu. Kehilangan hasil gula akibat hama tikus
mencapai 6-10% (Pervez et al. 2019). Penyakit utama tebu yang sering ditemui
yaitu penyakitluka api yang disebabkab cendawan (Ustilago scitaminea Sydow).
Penyakit inidapat mempengaruhi pertumbuhan tebu, mengurangi hasil dan
kualitas tebu(Nzioki et al 2010). Penyakit luka api tebu ditandai dengan adanya
infeksi danperkembangan cambuk luka api pada daerah apikal. Intensitas serangan
penyakitluka api tebu yang parah dan luas dapat mencapai 50-70% areal tebu
sehinggadapat berpotensi untuk menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan.
Kehilanganhasil tebu yang disebabkan oleh penyakit luka api mencapai 75%
(Luzaran et al.2012)

35
B. Hama Pada Tanaman Perkebunan

a. Hama Pada Tanaman Kelapa

1. Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros)

Kumbang Tanduk (Alfiando et al., 2016)


Kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik seperti di
tempat sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang, batang
kelapa, kompos, dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun
pada umumnya 4,7 bulan. Jumlah telurnya 30-70 butir atau lebih, dan menetas
setelah lebih kurang 12 hari. Telur berwarna putih, mula-mula bentuknya jorong,
kemudian berubah agak membulat. Telur yang baru diletakkan panjangnya 3 mm
dan lebar 2 mm (Vandaveer, 2004).
Kumbang ini mempunyai telur yang berwarna putih kekuningan dengan
diameter 3 mm, yang diletakkan dalam tumpukan bahan perkembangbiakan.
Bentuk telur biasanya oval kemudian mulai membengkak sekitar satu minggu
setelah peletakan dan menetas pada umur 11-13 hari. Dalam penelitian yang telah
dilakukan di lapangan, larva memerlukan waktu 5-7 bulan untuk dewasa dalam
jaringan kelapa, tetapi dalam kotoran sapi yang dicampur dengan serbuk gergaji
larva jauh lebih besar diproduksi hanya dalam empat atau lima bulan (Wood,
1968).
Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam
kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik disekitar tempat hidupnya. Pupa
jantan berukuran sekitar 3 - 5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa 8 - 13
hari. Masa pupa berlangsung 18 - 23 hari. Kumbang yang baru muncul dari pupa
akan tetap tinggal di tempatnya antara 5 - 20 hari, kemudian terbang keluar
(Prawirosukarto et al., 2003).

36
Imago berwarna hitam ukuran tubuh 35-45 mm, imago O. rhinoceros
mempunyai panjang 30-57 mm dan lebar 14-21 mm, imago jantan lebih kecil dari
imago betina. O. rhinoceros betina mempunyai bulu tebal pada bagian ujung
abdomenya, sedangkan yang jantan tidak berbulu. O. rhinoceros dapat terbang
sampai sejauh 9 km (Prawirosukarto et al., 2003).
Imago yang baru keluar terbang menuju pohon kelapa dan memakan
pucuk kelapa sambil mencari pasangan, kemudian terjadi perkawinan. Dan setelah
itu imago betina terbang menuju tumpukan sampah-sampah atau menuju
tumpukan tandan kosong kelapa sawit untuk bertelur. Umur imago antara 2-4,5
bulan (Siswanto, 2003).
Klasifikasi: Kingdom : Animalia ; Filum : Arthropoda ; Class : Insecta ;
Ordo : Coleoptera ; Family : Scarabaeidae ; Genus : Oryctes ; Spesies : Oryctes
rhinoceros L.
Gejala serangannya yaitu Kumbang dewasa (Imago) terbang ke tajuk
kelapa pada malam hari kemudian masuk pada bagian atas tajuk biasa, pelepah
berumur kurang dari 1 tahun, kemudian kumbang menggerek batang dan
memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang masih terlipat, sehingga
bekas geretan menyebabkan kerusakan yang khas yaitu daun seperti bergunting
dan terlihat jelas setelah pelepah daun terbuka.

Gejala Serangan (Alfiando et al., 2016)


Hama ini merusak daun muda yang belum terbuka, kumbang akan
merusak titik tumbuh dan tanaman akan mati. Sasaran utama hama kumbang
kelapa yaitu pada pelepah-pelepah muda yang mengering diantara daun-daun tua
yang masih hijau. Imago menggerek terutama bagian sisi batang pada pangkal
pelepah yang lebih rendah, mencapai langsung titik tumbuh. Imago ini juga
menyerang pelepah pertama pada mahkota dengan memakan jaringan tanaman
yang masih muda
37
sehingga pertumbuhan pelepah baru akan terganggu bentuknya dan mengganggu
proses fotosintesis (Siregar, 2010).
2. Hama Sexava (Sexava nubila)

Sexava nubila (Avendi et al., 2020 )


Gejala Serangan Hama Sexava sp dapat menyebabkan kerusakan dua
tipe yaitu (a) langsung merusak buah muda dan (b) merusak daun sehingga
secara tidak langsung mempengaruhi produksi tanaman dewasa dan pada
tanaman muda perkembangannya terlambat. Serangan berat dapat
menyebabkan kematian tanaman. Sexava nubila memakan anak daun yang
dimulai dari pinggir ke bagian tengah, kadang-kadang dimakan sebagian atau
sampai ke lidi.

Gejala serangan Sexava nubila (Avendi et al., 2020 )


b. Hama Pada Tanaman Kelapa Sawit
1. . Ulat Api (Setothosea asigna)

Ulat Api (Agustina, N.A. 2021)

38
Klasifikasi ulat api yaitu Kingdom : Animalia,Filum : Arthropoda,Kelas :
Insecta, Ordo : Lepidoptera, Family : Limacodidae, Genus : Sethosea dan Spesies
: Sethosea asigna
Disebut ulat api karena punggungnya berbulu kasar, kaku dan beracun.
Racunnya keluar dari bulu kasar tersebut berupa cairan yang jika terkena tangan
terasa gatal dan panas. Ulat api biasanya menyerang daun tanaman. Serangan ulat
api (ulat pemakan daun kelapa sawit) menyebabkan tanaman kehilangan daun
(defoliasi) sehingga berpengaruh terhadap penurunan produksi ulat muda
(dibawah instar 3) biasanya bergerombol di sekitar tempat peletakkan telur dan
mengikis daun mulai dari permukaan bawah daun kelapa sawit, serta
meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat seperti jendela-
jendela memanjang pada helaian daun. Mulai instar ketiga biasanya ulat memakan
semua helaian daun dan meninggalkan lidinya saja. Serangan ulat ini biasanya
mulai dari pelepah daun yang terletak di strata tengah dari tajuk kelapa sawit ke
arah pelepah daun yang lebih muda atau lebih atas. Gejala serangan ini sering
disebut gejala melidi (Falahudin, 2013).

Serangan Ulat Api (Agustina, N.A. 2021)


Dalam kondisi yang sangat parah tanaman akan kehilangan daun hingga
50% - 90% dan pohon menjadi mati. Anak daun pada ujung pelepah adalah
bagian yang paling disukai hama ini. Umumnya gejala serangan dimulai dari daun
bagian bawah hingga akhirnya helaian daun berlubang habis dan bagian yang
tersisa hanya tulang daun saja. S.asigna mampu mengkonsumsi 300- 500 helai
daun sawit perhari(Pahan,2008).
2. Kumbang Tanduk (Orytes rhinocer)

39
Hama kumbang tanduk dan Gejala Serangan (Alfiando et al., 2016)
Klasifikasi Kumbang Tanduk yaitu Kindom : Animalia, Filum :
Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Coleoptera, Family : Scarabaidae, Genus :
Orytes dan Spesies : Orytes rhinocer.
Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada
bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat
bulubulu halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek
pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman
muda diareal peremajaan (Saputa H.J ,2015). Bagian tanaman yang diserang oleh
hama ini adalah daun tanaman. Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada
malam hari dan mulai bergerak ke bagian salah satu ketiak pelepah daun paling
atas.
Gejala serangan hama kumbang tanduk memiliki ciri berupa daun yang
belum terbuka dirusak, sehingga pada saat daun membuka terlihat bekas potongan
yang simetris berbentuk segitiga atau seperti huruf V. Akibatnya mahkota daun
tampak tidak teratur. Kumbang Tanduk O. rhinoceros menyebabkan kerusakan
dengan cara melubangi tanaman. Serangan hama O. rhinoceros dapat menurunkan
produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan
menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25 % (Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, 2009).
3. Ulat bulu (Calliteara horsfieldii Saunders)

Serangan Ulat Bulu (Kasa Nova et al.,2021)


40
Klasifikasi ulat bulu yaitu Kindom : Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas :
Insecta Ordo : Lepidoptera, Family : Lasiocampidae, Genus : Calliteara dan
Spesies : Calliteara horsfieldii Saunders.
Calliteara horsfieldii Saunders ini sering ditemukan menyerang daun pada
tanaman dewasa. Larvanya memiliki 4 pasang bulu panjang di punggung,
berwarna kuning pucat, panjangnya bisa mencapai 50 mm. Larva umumnya berada
pada pelepah ke 25 (Manik,2012). Ulat muda biasanya bergerombol di sekitar
tempat peletakkan telur dan mengikis daun mulai dari permukaan bawah daun
kelapa sawit, serta meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan
terlihat seperti jendela-jendela memanjang pada helaian daun. (Turnip , KNP dkk.,
2021)

.Serangan Ulat Bulu (Kasa Nova et al.,2021)


c. Hama Pada Tanaman Kopi

1. Penggerek Buah Kopi/PBKo (Hypothenemus hampei)

Morfologi dan Biologi Telur berbentuk bulat, berwarna putih, berjumlah


sekitar 31-50 butir diletakkan dalam lubang gerek, Larva berwarna putih, dan
melengkung. Fase larva 15 hari. masa pupa dan pre pupa terjadi selama 7 hari.
Imago berwarna hitam cokelat/hitam mengkilap, panjang 1,2 - 1,7 mm dan lebar
0,6 – 0,7 mm. Betina berumur ± 157 hari, sedangkan jantan 20-87 hari.

41
Morfologi PBKo (A). Telur, larva, prepupa, pupa betina, pupa jantan, (B).
Imago jantan dan betina (C) Dorsal imago betina, (D) Imago betina pada biji
kopi). (Sumber: Vega et al. 2015)
Serangan pada buah muda menyebabkan buah tidak berkembang, lama
kelamaan berwarna kuning kemerahan kemudian gugur. Serangan pada buah tua
menyebabkan biji kopi rusak. Jika dibelah, terdapat larva, pupa dan imago PBKo.
Serangan pada buah tua, mengakibatkan biji berlubang sehingga menurunkan
mutu kopi.

Serangan PBKo (Sumber: Vega et al. 2015)


Klasifikasi dari H. hampei Ferrari adalah sebagai berikut. Kingdom :
Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Coleoptera Family :
Scolytidae Genus : Hypothenemus Spesies : Hypothenemus hampei

2. Hama Penggerek Batang (Zeuzera coffeae Nietn.)

Klasifikasi hama Zeuzera coffeae adalah Kingdom : Animalia Filum :


Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Lepidoptera Famili : Cossidae Genus : Zeuzera
Spesies : Zeuzera coffeae

42
Penggerek cabang
Telur berwarna kuning pucat dan berbentuk oval. Lama periode telur 10-
11 hari. Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan batang atau
cabang. Larva berwarna kemerahan. Pupa berwarna coklat tua, bagian ekor dan
perut berwarna coklat muda. Fase pupa 21-30 hari. Pembentukan pupa terjadi di
dalam lubang gerekan. Imago berupa ngengat dengan sayap depan berwarna putih
tembus pandang dan berbintik biru kehitaman. Mampu bertelur hingga 348-966
butir. Stadia telur sampai imago memerlukan waktu 3-4 bulan.

Serangan Penggerek Batang (Agritech, TNAU.ac.in)


Gejala awal daun kopi terlihat menguning dan adanya liang gerekan pada
batang disertai dengan adanya kotoran yang berwarna merah kehitam-hitaman
yang keluar dari liang gerekan (lubang aktif).

3. Kutu Tempurung Hijau (Coccus viridis)

Menurut Kalshoven (1981). Klasifikasi hama C. viridis Golongan :


Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Orda : Homoptra Famili : Coccidae
Genus : Coccus Spesies : Coccus viridis.
Kutu hijau biasanya menyerang bagian ujung pucuk, cabang, ranting dan
daun yang masih hijau. Telur berbentuk oval kehijauan, diletakkan di bawah

43
induk betina. Jumlah telur mencapai 500 butir. Nimfa berwarna hijau kekuningan,
berbentuk oval dan berukuran 1,5 mm. Imago berwarna hijau, berbentuk bulat
telur, pipih, panjang ± 3 mm, menetap dibawah permukaan daun, tunas, dan buah
sampai mati. Lama siklus hidup kutu ini ± 65 hari.

Kutu Tempurung Hijau (Rismayani et al., 2013)


Tanaman menjadi lemah dan pertumbuhannya terhambat karena kutu
menghisap cairan tanaman. Kutu mengeluarkan embun madu yang mengundang
kehadiran semut . Selain semut, embun madu juga dapat mendukung
perkembangan jamur jelaga (Capnodium sp.), sehingga menutup i daun/buah
kopi. Hal ini dapat menghambat proses asimilasi.
d. Hama Pada Tanaman Kakao

1. Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella (Snell)

Klasifikasi dari Conopomorpha cramerella adalah sebagai berikut.


Kingdom : Animalia, Filum : Arthropoda, Class: Insecta, Ordo: Lepidoptera,
Family: Gracillariidae, Genus: Conopomorpha, Species: C. cramerella.
Telur berwarna jingga, pipih berbentuk oval, berukuran 0,5 x 0,2 mm.
Lama stadia telur 6-9 hari, dan diletakkan pada alur-alur kulit buah kakao. Larva
berwarna putih kekuningan sampai hijau muda dan panjang 1-12 mm (). Lama
stadia larva 15- 18 hari dan terdiri dari 3-5 instar. Pupa terbungkus kokon
transparan yang kedap air, menempel pada permukaan buah, daun, serasah daun,
karung atau keranjang tempat buah yang ada di kebun . Berukuran 11-15 mm.
Lama stadium pupa 5-8 hari. Serangga dewasa (ngengat) berwarna cokelat, pada
sayap depan terdapat pola zig

44
zag berwarna putih, berukuran panjang sekitar 7 mm. Aktif pada malam hari.
Kemampuan bertelur 50-100 butir. Lama stadium ngengat sekitar 7-8 hari. Siklus
hidup PBK selama 26-35 hari.

Larva C. cramerella.

Pupa dan Ngengat


Buah terserang menunjukkan gejala masak awal dengan warna tidak
merata, yaitu belang kuning hijau, jika buah digoyang tidak berbunyi seperti
halnya buah masak normal. Pada permukaan kulit buah terdapat lubang gerekan
kecil dan jika buah dibelah akan tampak bekas gerekan larva. Imago betina
meletakkan telur pada buah muda yang berukuran panjang 8-15 cm. Telur
diletakkan pada alur kulit buah. Larva yang masuk ke dalam buah kakao akan
memakan bagian plasenta sehingga menyebabkan biji tidak terbentuk sempurna.
Biji-biji kakao berukuran kecil, tidak bernas, berwarna kehitaman, dan saling
melekat satu dengan lainnya (lengket).

45
Gejala serangan (BPTP Pontianak)

2. Kepik Penghisap Buah (Helopeltis spp.)

Klasifikasi hama Helopeltis sp adalah Kingdom : Animalia, Filum :


Arthropoda, Kelas : Insekta, Ordo : Hemiptera, Famili : Miridea, Genus :
Helopeltis dan Spesies : Helopeltis sp.
Telur berwarna putih, lonjong dengan panjang sekitar 1,5mm. Pada ujung
telur terdapat dua embelan berbentuk benang. Telur diletakkan pada kulit buah,
tangkai buah, tunas, tangkai daun, atau ranting. Lama stadium telur 6-7 hari.
Nimfa terdiri dari 5 instar. Lama stadium nimfa 10-11 hari. Tonjolan pada bagian
punggung mulai terlihat pada instar 2.Imago berukuran 6-8 mm, mampu bertelur
hingga 200 butir dan berumur sekitar 57 hari. Helopeltis menyukai daerah yang
memiliki banyak naungan.

46
Pada permukaan buah terdapat bercak – bercak bekas tusukan berwarna
cokelat kehitaman. Jika menyerang buah muda (± 8cm) maka buah menjadi
kering dan mati atau jika masih berkembang, permukaan kulit buah retak dan
berkerut. Serangan pada pucuk menyebabkan layu dan mati, ranting mengering
dan meranggas.

3. Hama Penggerek Batang (Zeuzera coffeae Nietn.)

Klasifikasi hama Penggerek Batang adalah Kingdom : Animalia, Filum :


Arthropoda, Kelas : Insekta, Ordo : Lepidoptera, Famili : Cossidae, Genus :
Zeuzera dan Spesies : Zeuzera coffeae.
Telur berwarna kuning pucat dan berbentuk oval. Lama periode telur 10-
11 hari. Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan batang atau
cabang. Larva berwarna kemerahan. Pupa berwarna coklat tua, bagian ekor
dan perut
47
berwarna coklat muda. Fase pupa 21-30 hari. Pembentukan pupa terjadi di dalam
lubang gerekan. Imago berupa ngengat dengan sayap depan berwarna putih
tembus pandang dan berbintik biru kehitaman. Mampu bertelur hingga 348-966
butir. Stadia telur sampai imago memerlukan waktu 3-4 bulan.
Cabang kakao yang digerek akan berlubang dan di permukan lubang
terdapat kotoran larva dan bekas gerekan. Bagian tanaman di atas lubang gerekan
menjadi layu, kering dan mati, terutama pada cabang yang berukuran kecil. 2)
Menjelang stadia pupa, larva membuat rongga gerekan dengan arah melintang di
ujung gerekan hingga mendekati kulit cabang. Seekor larva dapat membuat
lubang gerekan lebih dari satu.

a. Hama Pada Tanaman Tebu


1. Penggerek Batang Pucuk (Scirpophaga excerptalis)

48
Telur: Diletakkan secara berkelompok di bawah permukaan daun
dan ditutupi bulu-bulu berwarna coklat kekuningan, panjang kelompok
telur sekitar 22 mm. Larva: Setelah menetas larva menggerek dan
menembus daun muda yang masih belum membuka, menuju ke tulang
daun untuk membuat lorong gerekan ke titik tumbuh. Ulat muda berwarna
putih dan ulat dewasa putih kekuningan, panjang sekitar 30 mm. Pupa:
Berada di dalam lubanfg gerekan, berwana kuning pucat, panjang sekitar
20 mm. Dewasa: Ngengat berwarna putih, panjang sekitar 20 mm.
Seberkas rambut merah oranye di ujung abdomen ngengat betina
Klasifikasi: Ordo: Lepidoptera; Famili: Crambidae; Genus;
Scirpophaga; Spesies: S. incertulas
Tanaman yang terserang akan menunjukan bentuk yang tidak
teratur dan terlihat menguning pada beberapa bagian daun yang terserang.
Ulat lama kelamaan akan menyerang pada titik tumbuh dan melanjutkan
membuat terowongan pada batang utama pada tanaman tebu yang
terserang tersebut

49
Penggerek Batang Pucuk (National Bureau of Agricultural
Insect Resources, 2013)

2. Penggerek Batang Bergaris (Chilo saccharipagus)

(Litbang Pertanian, 2015)


Penggerek batang tebu bergaris (C. sacchariphagus) meletakkan
telur di bagian bawah permukaan daun. Telur berbentuk telur pipih dan
berwarna bening serta memiliki bintik putih di bagian tengahnya. Telur
penggerek batang diletakkan secara berkelompok dan tersusun miring atau
diagonal menyerupai tulang daun. Betina meletakkan telur berbaris di atas
daun, dengan masa perkembangan selama dua bulan. Selanjutnya setelah
diletakkan, telur menetas menjadi larva yang memiliki empat garis
longitudinal di bagian dorsalnya.
Stadia larva berlangsung selama 16–51 hari. Larva penggerek
batang yang baru menetas panjangnya kurang lebih 2,5 mm dan berwarna
kelabu. Semakin tua umur larva, maka warna tubuh berubah menjadi
kuning coklat. Larva dewasa dapat mencapai panjang 3 cm. Larva dewasa
yang akan menjadi pupa membuat lorong gerek yang mendekati
permukaan kulit ruas/batang tebu sebagai persiapan jalan keluar bagi
imago nantinya.
Kemudian stadia pupa berlangsung selama 6-7 hari. Pupa berada di
dalam lorong gerekan di bagian tepi, dekat permukaan batang. Posisi pupa
melintang (mendatar) ataupun tegak (vertikal) dan selanjutnya pupa
berkembang menjadi imago. Lubang keluar bagi imago bila dilihat sekilas
dari luar, tampak seperti noda atau lapisan bulat berwarna kecoklatan
Klasifikasi: Ordo :Lepidoptera ; Famili :Pyralidae; Genus:Chilo;
Spesies: Chilo saccharipagus
Gejala serangan pada batang tebu ditandai adanya lubang gerek
pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah
50
membujur

51
maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang. Gerekan ini
kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau
kering. Serangan lanjut akan mengakibatkan tanaman mati. Hama
penggerek batang tebu ini umumnya menggerek batang sehingga
menimbulkan kerusakan pada ruas batang tanaman. Hama Penggerek
Batang Bergaris menyerang daun batang tanaman.

(Litbang Pertanian, 2015)

b. Hama Pada Tanaman Teh


1. Kepik Penghisap Buah (Helopeltis spp.)

Klasifikasi hama Helopeltis sp adalah Kingdom : Animalia, Filum :


Arthropoda, Kelas : Insekta, Ordo : Hemiptera, Famili : Miridea, Genus :
Helopeltis dan Spesies : Helopeltis sp.

Nimfa Helopelthis sp.

52
Telur berwarna putih, lonjong dengan panjang sekitar 1,5mm. Pada ujung
telur terdapat dua embelan berbentuk benang. Telur diletakkan pada kulit buah,
tangkai buah, tunas, tangkai daun, atau ranting. Lama stadium telur 6-7 hari.
Nimfa terdiri dari 5 instar. Lama stadium nimfa 10-11 hari. Tonjolan pada bagian
punggung mulai terlihat pada instar 2.Imago berukuran 6-8 mm, mampu bertelur
hingga 200 butir dan berumur sekitar 57 hari. Helopeltis menyukai daerah yang
memiliki banyak naungan.
Hama ini menyerang daun muda, pucuk dan ranting-ranting muda dengan
menusukkan stiletnya untuk mengisap isi sel daun serta mengeluarkan air liur
yang beracun menyebabkan kerusakan di sekitar jaringan tanaman yang
ditusuknya. Bekas tusukan stilet akan menunjukkan gejala berupa bercak-bercak
yang tidak teratur. Pada titik tempat tusukan stilet akan terbentuk lingkaran
transparan kemudian berubah warna menjadi coklat terang, akhirnya mengembang
menjadi coklat kehitaman.

Gejala Serangan Kepik Penghisap Buah (Samsudin)

f. Hama Pada Tanaman Lada

1. Penggerek batang lada (Lophobaris piperis)

Penggerek batang lada (L. piperis) merupakan hama utama lada yang
menyerang tanaman sejak pembibitan hingga di lapangan. Larva L. piperis
menetap di dalam ruas batang tanaman, membuat lubang di dekat pangkal
percabangan muda lalu masuk dan menggerek sampai ke dalam batang. Larva
menggerek bagian tengah dalam ruas batang lada sehingga menyebabkan
terganggunya penyerapan unsur hara dan distribusi hasil fotosintesis. Pada
akhirnya, tanaman lada menjadi tidak produktif, bahkan menjadi mati (Kalshoven,
1981). Pada umumnya, serangan

53
pada dua cabang buah selalu diikuti dengan serangan larva pada satu batang
utama, yang diperkirakan dapat mengakibatkan kehilangan hasil sekitar 16,5%
(Deciyanto et al., 1986).
Serangga dewasa hanya menyerang bunga, buah, pucuk, serta ranting dan
daun muda. Gejala serangan L. piperis ditunjukkan dengan adanya gigitan pada
bagian tanaman yang diserang dan menghitamnya bekas gigitan karena
pembusukan (Deciyanto et al., 1986; Deciyanto dan Suprapto, 1996).
Imago L. piperis meletakkan telur secara terpisah (tidak berkelompok)
pada bagian buku-buku cabang buah dan batang utama. Telur L. piperis berwarna
putih kekuningan. Telur akan menetas setelah lebih kurang tujuh hari dan keluar
larva yang berwarna putih kotor.

a. Telur dibawah permukaan daun, b. telur di bawah mikroskop, c. larva di


dalam batang, d. larva umur 18 hari, e. imago baru terbentu, f. imago
berumur dua hari. (Rismayani et al., 2018)

Bibit lada yang diserang L. piperis (Rismayani et al., 2018)

2. Pengisap buah (Daynus piperis)

54
Kepik D. piperis tergolong dalam ordo Heimptera dan famili Corcidae.
Kepik berwarna hijau kecoklatan, dewasa berukuran panjang 10-15 mm,
mempunyai tipe mulut menusuk dan menghisap. Siklus hidup dari telur hingga
serangga dewasa sekitar 6 minggu. Serangga dewasa betina selama hidup dapat
menghasilkan telur 200 butir. Kepik betina meletakkan telur secara berkelompok.
Jumlah telur setiap kelompok berkisar antara 3-10 butir. Produksi telur maksimal
160 butir. Buah lada yang cukup tua mengandung karbohidrat tinggi dan
dibutuhkan untuk pertumbuhan kepik secara optimal. Kerusakan buah yang
terserang D. piperis pada umumnya melihat kerusakan tandan buah.

Gejala kerusakan buah akibat serangan hama penghisap buah (Litbang


Pertanian, 2015)

3. Pengisap bunga (Diconocoris hewetti)

Kepik renda lada (KRL) Diconocoris hewetti (Dist.) (Hemiptera:


Tingidae), adalah salah satu hama utama pada pertanaman lada di Indonesia.
Serangan kepik renda pertama kali dilaporkan terjadi di Pulau Bangka pada tahun
1930-an (KALSHOVEN, 1981). Hama ini menimbulkan kerusakan pada tanaman
dengan cara mengisap tandan bunga lada sehingga menggagalkan pembuahan.
KRL mengakibatkan kerusakan bunga 30–50%.
Telur berwarna bening kekuningan, berbentuk lonjong, berukuran panjang 0,75
mm dan lebar 0,22 mm lebar, serta biasanya diletakkan di antara tonjolan bunga
pada tandan bunga. Nimfa terdiri dari lima instar dengan total masa
perkembangan 19 hari. Siklus hidup berlangsung sekitar 30 hari.

55
Serangan dewasa hama pengisap bunga (Litbang Pertanian, 2015)

56
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan beberapa hama utama
pada tanaman Hortikultura, pangan dan perkebuna. Pada pengamatan di lapangan
tanaman hortikultura, diamati hama utama pada tanaman kubis, cabai, manga dan
pisang. Hama yang dijumpai pada tanaman kubis (Brassica oleracea L.) adalah
Ulat grayak (Spodoptera litura), Ulat krop (Crocidolomia binotalis) dan Ulat daun
(Plutella xylostella). Pada cabai ditemukan hama Thrips sp.. Pada mangga
ditemukan hama Kutu kebul (Bemisia tabaci). Dan pada pisang ditemukan hama
Ulat penggulung daun (Erionota thrax) dan Penggerek bonggol pisang
(Cosmopolites sordidus).
Pada pengamatan dilapangan, tanamann pangan ditemukan hama utama di
tanaman hama utama tanaman padi, jagung, singkong, kedelai, dan kacang tanah.
Tanaman pangan juga tidak terhindar dari serangan hama.. Pada padi ditemukan
hama Keong Mas (Pomacea caniculata) dan Kepinding Tanah (Scotinophara
coartata). Pada tanaman jagung ditemukan hama Spodoptera frugiperda dan
Helicoverpa armigera. Hama utama pada tanaman singkong yaitu Kerpik renda
(Vatiga illudens).. Pada tanaman kacang tanah ditemukan hama Ulat penggulung
(Lamprosema indicata), Kutu Daun (Aphis craccivora) dan Ulat jengkal
(Hyposidra talaca). Pada tanaman kedelai ditemukan hama Spodoptera litura.
Hama yang sering menyerang tanaman perkebunan kelapa yaitu Kumbang
tanduk (Oryctes rhinoceros). Hama ini menyerang pucuk pohon dan pangkal daun
muda yaitu jaringan yang mengandung cairan yang kaya akan gizi. Hama ini
merusak daun muda yang belum terbuka, pada tanaman muda yang berumur dua
tahun atau kurang, kumbang akan merusak titik tumbuh dan tanaman akan mati
(Bandu, et al., 2017).
B. Saran
Praktikum mengenai hama tanaman utama pada tanaman hortikultura,
pangan dan perkebunan yang sudah dilakukan, diharapkan dapat menjadi acuan
untuk pelaksanaan praktikum berikutnya. Dari praktikum ini, disarankan agar setiap
anggota kelompok lebih aktif dan terlibat dalam setiap kegiatan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Annisa A. P, Safni. I, dan Maryani C. T. 2018. Uji Ketahanan Beberapa Varietas


Padi Sawah Terhadap Hama Kepinding Tanah (Scotinophara coarctata) Di
Rumah Kasa. Vol.5. No.2. Agustus 2018 (28) 223- 228. Di akses 12
November 2022.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2014. Modul Pelatihan Budidaya Kentang
Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Wageningen
University and Research Center, The Netherlands
Eva, Mamahit., Meisye Paruntu., Odi Pinontoan. 2016. Jenis dan Populasi Serangga
Hama pada pertumbuhan dan perkembangan beberpa varietas tomat
(Lycorpesicum esculentum Mill.). UNSRAT.Manado.
EVA, Z. (2021). TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT Nilaparvata
lugens Stal.(HEMIPTERA: DELPHACIDAE) PADA BEBERAPA VARIETAS
PADI
LOKAL KABUPATEN PASAMAN (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).
Fauziah, F., & Maulana, H. (2021). Pengaruh Aplikasi Insektisida Berbahan Aktif
Asetamiprid Terhadap Ulat Penggulung Pucuk (Cydia leucostoma) PADA
TANAMAN TEH. Jurnal Agroteknologi, 8(1), 11-16.
Firdaus, F., & Haryadi, N. T. (2022). FLUKTUASI POPULASI WERENG BATANG
COKLAT Nilaparvata lugens (Stål) PADA PADI DI DESA SUMBERAGUNG
KECAMATAN SUMBERBARU KABUPATEN JEMBER. Jurnal HPT (Hama
Penyakit Tumbuhan), 10(2), 46-59.
Gazali, A. 2011. Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Sawi. Pustaka Banua.
Banjarmasin. 78 hal.
Hanafi, M., Wijaya, R. C., Akmal, N., & Syofia, I. (2019). Penggunaan Agen
Hayati (Beauveria bassiana) dalam Pengendalian Hama Thirathaba
mundella L. pada Tanaman Kelapa Sawit. AGRIUM: Jurnal Ilmu
Pertanian, 22(2), 76- 80.
Heviyanti M, Mulyani C. 2016. Keanekaragaman Predator Serangga Hama Pada
Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) di Desa Paya Rahat Kecamatan
Banda Mulia, Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal Penelitian Agrosamudra.
3(2): 28-37.
Lani, BM., D. Tarore, R.W. Tairas. 2017.Serangan Hama Kumbang (Oryctes
rhinoceros L.) Pada Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) di Desa
58
Mapanget

59
Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
Agroekoteknologi, 1(4):1-7.
Misnaheti D. 2010. Tren Perkembangan Penggerek Batang pada Tanaman di
Sulawesi Selatan. Hal. 410-415.
Kuswardani. (2013). Hama Tanaman Pertanian. Universitas Medan Area.
PARWANTI, Y. (2019). UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH MAJA (Aegle marmelos L.
Corr.) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI KUTU DAUN (Aphis gossypii Glover)
PADA TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L. var. taro)
(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Prabawa, Vi. S. P. (2014). Pusat Holtikultura di Sleman. 15–47
Prasetyo, A., J. Lopez, J. Eldridge, D. Zommick dan A.Susanto. 2018. Long-term
study of Bacillus thuringiensis application to control Tirathaba rufivena
Rimbing, J., J. Pelealu, B. Assa dan A. Pinaria. 2011. Studi Ekologi Serangan
hama Scotinophara sp Pada Tanaman Padi Sawah di Sulawesi Utara
Dalam Menunjang Pengendalian. Fakultas Pertanian Unsrat Manado
Rismayani., Rohimatun., I Wayan Laba.2015. Hama Uatama PAda Pembibitan Lada dan
Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
SAPUTRA, H.J. (2015) TINGKAT SERANGAN BERBAGAI JENIS HAMA PADA
PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT WIDYA
UNGGUL LESTARI KABUPATEN MAMUJU SULAWESI BARAT.
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN. POLITEKNIK
PERTANIAN NEGERI PANGKEP.
Siswandi., Angga Dwi Prasetyo., Sartono Joko Santoso. 2021. Kajian Pestisida Nabati
terhadap hama ulat penggulung daun (Lamprosema indicate) ada tanamn kacang
tanah (Arachishypogaea L.) . Fakultas Pertanian.Universitas Salmet Riyadi.
Surakarta. Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 23 (2),
Siswanto dan E., Karmawati. 2012. Pengendalian hama utama kakao
(Conopomorpha cramerella dan Helopeltis spp.) dengan pestisida nabati
dan agens hayati.Jurnal Perspektif 11 (2): 99-103
Simanjuntak, D., T. A. Perdana Rozziyansha., Sudharto., A. Sipayung, R.
Desmier De Chenon., A. E. Prasetyo, Agus Susanto. 2011. Informasi
Pengganggu Tanaman. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. H1(0001):1-4
Subari, W., Goo, N., & Siahaya, V. G. (2022). Damage to Banana Plants By Leaf Roller
Caterpillar (Erionota thrax L) On Ambon Island. Agrologia, 11(2), 107-114.

60
Suharsono dan Wedanimbi Tengkano. Ulat Grayak Spodoptera litura Fabricus
(Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman kedelai dan pengendaliannya. Bul.
Palawija No. 10: 43–52
Sumarno. 2017. Hama Utama Tanaman Jeruk. KJF Dintanpangan Kabupaten Temanggung
Ulfa, F. (2019). BIOLOGI DAN STATISTIKA DEMOGRAFI WERENG BATANG COKLAT
(Nilaparvata lugens stal 1854)(HEMIPTERA: DELPHACIDAE) PADA PADI
VARIETAS IR 42 DAN BATANG PIAMAN DI LABORATORIUM (Doctoral
dissertation, Universitas Andalas).

61
LAMPIRAN
1. Rearing Lalat Buah
Foto Keterangan
Pengamatan 28 September

Pengamatan 29 september

Pengamatan 3 oktober

Pengamatan 4 oktober

Pengamatan 6 oktober

Pengamatan 9 oktober

62
Pengamatan 10 oktober

Pengamatan 11 oktober

Pengamatan 13 oktober

2. Rearing Wereng Batang Coklat


Foto Keterangan
Pengamatan 4 November

Pengamatan 7 November

63
Pengamatan 8 November

Pengamatan 10 November

Pengamatan 14 November

Pengamatan 15 November

64
Pengamtan 27 November

65

Anda mungkin juga menyukai