Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Laporak Akhir praktikum
dengan judul “Hama Tanaman Utama pada Tanaman Hortikultura, Pangan dan
Perkebunan”. Laporan Akhir Praktikum ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi
mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan
didunia kerja.
Melalui pengantar ini, Saya menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral
maupun material. Khususnya kepada dosen mata kuliah Hama Tanaman Utama
ibu Dr. Ir. Arneti, MS’ dan ibu Prof. Dr. Ir Trizelia MSi yang tidak pernah lelah
untuk memberikan semangat dan masukan setiap harinya. Tidak lupa juga ucapan
terima kasih kepada kakak-kakak asisiten dosen pembimbing selama praktikum
yang tidak bosan-bosannya berbagi ilmu dan selalu mengawasi serta memberikan
ilmu-ilmu baru setiap harinya untuk mahasiswa kelas Hama Tanaman Utama
Proteksi C. Teristimewa kepada keluarga yang telah memberikan kasih sayang
dan dukungan selama ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada Saya mendapat
balasan yang setimpal dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Saya menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan akhir praktikum ini baik
dalam Teknik penyajian materi maupun pembahasan. Untuk itu saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat Saya harapkan. Semoga laporan Akhir
Praktikum ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
G.Y
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
B. Tujuan ......................................................................................... 3
A. Hasil ............................................................................................... 7
B. Pembahasan ................................................................................... 8
BAB V PENUTUP.................................................................................. 10
A. Kesimpulan................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................... 10
ii
B. Alat dan Bahan .............................................................................. 27
C. Hasil ............................................................................................. 28
D. Pembahasan ................................................................................. 28
BAB V PENUTUP.................................................................................. 12
A. Kesimpulan................................................................................. 22
B. Saran............................................................................................... 22
MATERI 3 HAMA TANAMAN PERKEBUNAN................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 31
BAB V PENUTUP.................................................................................. 54
A. Kesimpulan................................................................................. 54
B. Saran............................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 55
LAMPIRAN............................................................................................ 58
iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
inimenjadi sasaran pengendalian. Menurut Kuswardani (2013), Pengertian lain
tentang hama merupakan semua serangga maupun binatang yang aktifitasnya
menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara
ekonomis.Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing-
masing,diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut
menggigit,mengunyah, menjilat, menusuk, mengisap, menggerek.
Tanaman pangan yaitu semua model tanaman yang di dalamnya ada
karbohidrat serta protein sebagai sumber daya manusia. Tanaman pangan bisa
juga disebutkan sebagai harga honda forza tanaman paling utama yang
dikonsumsi manusia sebagai makanan untuk berikan konsumsi daya untuk badan.
Identifikasi hama tanaman pangan merupakan suatu kegiatan menentukan jenis
hama yang merusak tanaman pangan, disamping itu Juga untuk mengetahui
bioekologi hama pada tanaman pangan. Dalam melaksanakan praktikum,
mahasiswa diharapkan mengetahui tentang cara identifikasi hama penyebab
kerusakan tanaman pangan yang terjadi di lapang.Penentuan hama penyebab
kerusakan tanaman pangan di lapang dirnaksudkan untuklebih mengenal tentang
hama pada tanaman.
Tanaman perkebunan merupakan tanaman yang pada umumnya berumur
lebih dari satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali dan
tidak dibongkar sekali panen. Contoh : cengkeh, Kakao, Karet, Kopi, Kelapa,
Kelapa Sawit. Identifikasi hama tanaman perkebunan merupakan suatu kegiatan
menentukan jenis hama yang merusak tanaman perkebunan, disamping itu juga
untuk mengetahui bioekologi hama pada tanaman perkebunan. Begitupun dengan
identifikasi hama tanaman hortikultura dan sebagainya.
Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman
kebun) dancultura/colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya
tanaman kebun.Tanaman hortikultura mempunyai potensi ekonomi yang besar
untuk dikembangkan,tetapi sayangnya perhatian pemerintah, peneliti dan
masyarakat terhadap pengembangan teknologi budidaya dan usaha tani tanaman
hortikultura sangat sedikit dibandingkan dengan padi dan tanaman pangan lainnya.
tu, kesuburan tanah yang semakin menurun, dan ancaman serangan hama dan
penyakit. Kehilangan hasil panentanaman hortikultura yang diakibatkan
serangan hama
2
berkisar antara 46 sampai 100% atau gagal panen. Karena ketakutan petani
terhadap serangan hama dan penyakit, petani hortikultura sangat menggantungkan
diri pada penggunaan insektisida dan fungisida. Oleh sebab itu, kita harus
mengetahui hama utama pada tanaman agar menemukan pengendalian yang tepat.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum hama tanaman utama ini yaitu untuk
mengetahui hama apa saja yang menyerang tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan. Untuk mengetahui bioekologi, gejala serangan, siklus hidup, dan
tempat hidup hama utama pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
Untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana merearing hama utama pada
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Hortikultura
Kata hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin yaitu (hortus)
yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan terutama sekali
mikroorganisme pada suatu medium buatan. Secara harfiah hortikultura berarti
ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun. Akan tetapi para pakar
mendefinisikan hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari budidaya tanaman
sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan, dan tanaman hias. Hortikultura merupakan
salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan
karena memiliki nilaiekonomis yang cukup tinggi. Indonesia memiliki aneka
produk hortikultura, dengan ragam plasma nutfah dan varietas yang
memungkinkan bagi upaya pengembangan buah, sayuran dan bunga (Prabawa,
2014)
Tanaman holtikultura memiliki prospek pengembanagan yang baik karena
memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan potensi pasar yang terbuka lebar, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Tanaman Hortikultura pun mampu
meningkatkan apresiasi terhadap berbagi komuditas dan produk berbagi
holtikultura bukan lagi hanya sebagai bahan pangan, tetapi juga terkait dengan
fungsi-fungsi lainya (Prabawa, 2014)
B. Hama Pada Tanaman Tomat
1. Aphis sp. (Aphididae : Homoptera)
Kutu ini ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Panjang tubuh
bersayap antara 2- 2,5 mm, kepala dan toraksnya berwarna coklat sampai hitam
dan abdomennya hijau kekuning-kuningan. Ukuran antena sepanjang badannya.
Panjang tubuh kutu yang tidak bersayap antara 1,8-2,3 mm dan berwarna hijau
kekuningkuningan.
4
2. Liriomyza sativae Blancard (Agromyzidae : Diptera)
Serangga dewasa akan muncul dari selongsong pupa pada pagi hari.
Imago berukuran kecil dengan panjang sekitar 1,5 mm. Tubuh berwarna hitam
kecoklatan dan terdapat bintik kuning. Kepala berwarna kuning dan abdomen
berwarna kelabu dengan bintik kuning. Gejala serangan L. sativae adalah ketika
telur menetas pada bagian bawah epidermis daun maka larva-larva muda akan
menggorok daun sehinngga membentuk terowongan yang berkelok-kelok tidak
beraturan seperti spiral.
5
BAB III. METODOLOGI
6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
No Stadia Dokumentasi Literatur Keterangan
1. Larva Larva ini berbentuk
bulat panjang dengan salah
satu unjungnya runcing.
B. PEMBAHASAN
Hama utama tanaman hortikultura yang direaring yaitu lalat buah yang
menyerang tanaman tomat. Fase Spodoptera litura yang direaring adalah larva.
Siklus hidup lalat buah mempunyai empat fase metamorfosis, siklus hidup lalat
buah ini termasuk ke perkembangan sempurna atau dikenal dengan holometabola.
Fase tersebut terdiri dari telur, larva, pupa dan imago” (Vijay segaran & Drew
2006 dalam Isnaini, 2013)..
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari
dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi
sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu
kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk
makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut
perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa,
dan imago ( fase seksual dengan perkembangan pada sayap ). Formasi lainnya
pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa. ( Silvia, 2003 ).
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing,
dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan
pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior
dan posterior. Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti
kulit
8
9
untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru
diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit,
larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai
pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi
pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva ( instar ketiga )
makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga
merayp ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti
bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi
pada prose pergantian kulit ( molting ) yang berlangsung empat kali dengan tiga
stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari
instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago.
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika
terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung
baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada
kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat
kering dengan cairan sperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian
membentuk puypa ( kepompong ). Saat larva Drosophila membentuk cangkang
pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala
dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan
kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium ( bentuk terluar pupa ) menggunakan
kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif,
dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa. Struktur dewasa
tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama
seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult ( sebelum dewasa )
disebut anlagen.
Pelaksanaan rearing hama tanaman hortikultura cukup berhasil karena
hama yang di rearing sampai memasuki fase imago. Namun kendala yang
dihadapi yaitu sulitnya mengembangkan imago sampai menghasilkan telur karena
pada saat pemberian makan pada imago sangat susah sehingga imago menjadi
mati dan tidak sampai menghasilkan telur.
10
BAB V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari laporan praktikum Hama Tanaman Utama pada
tananman hortikultura, pangan dan perkebunan yaitu terdapat beberapa hama
penting serta dominan menyerang tanaman sehingga menyebabkan kehilangan
hasil baik secara ekonomi dan kualitas dari hasil tanaman tersebut. Untuk tanaman
hortikultura hama pentingnya yaitu lalat pengorok (Liriomyza sp), Ulat buah
(Helicoverpa Armigera), ulat grayak (Spodoptera litura), Kutu daun (Trips tabaci)
B. SARAN
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan dalam merearing sampai
mendapatkan telur dari hama yang direaring agar siklus hidup dari hama bisa
diapatkan secara menyeluruh.
11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Tanaman pangan
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas pangan terbesar di
Indonesia. Permintaan kebutuhan makanan pokok tersebut semakin meningkat
seiring bertambahnya jumlah penduduk masyarakat Indonesia sehingga perlu
dijaga kualitas dan kuantitasnya Kebutuhan beras selalu meningkat setiap
tahunnya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang tidak diimbangi
dengan produksi yang cukup. Kebutuhan beras di Indonesia mencapai 32 juta ton
sedangkan produksi Nasional maksimal hanya mencapai sekitar 31,5 juta ton/
tahun. (Misnaheti 2010; Rai 2018).
Keberadaan serangga pemakan tanaman dapat menjadi kendala yang
dialami dalam produksi beras. Salah satunya yaitu kepinding tanah yang termasuk
kedalam Genus Scotinophara dan salah satu spesies kepinding tanah yaitu
Scotinophara alegria. Jenis S. alegria dapat menyebabkan kerusakan pada fase
vegetatif dan fase generative dari tanaman padi (Heviyanti & Mulyani 2016;
Syam et al. 2011). Kalshoven (1981) mengemukakan bahwa kepinding tanah
(Scotinophara coartata) merupakan salah satu hama yang cukup penting dan
menyebar pada pertanaman padi sawah di Sulawesi, Sumatera, Kalimantan dan
Jawa. Hama ini menyerang pada fase vegetatif dan generatif dan telah
menyebabkan kerugian yang besar. Di Indonesia terdapat beberapa jenis hama
Scotinophara sp. yang menyerang tanaman padi sawah diantaranya Scotinophara
coarctata, S. lutiuscula, S. lurida dan S. vermiculata. S. coartata merupakan hama
yang menyerang dan menimbulkan kerusakan berat pada pertanaman padi sawah
(Rimbing dkk. 2011).
Kepinding tanah merupakan salah satu hama yang menyerang pada semua
tahapan pertumbuhan tanaman padi, dan mampu menyebabkan kerugian hasil
hingga 80% atau kerugian hasil lengkap selama infestasi berat, menurut data,
tingkat kerusakan yang terlihat tinggi ada di angka populasi 18,00 ekor serangga
per rumpun bisa menyebabkan hasil produksi padi menurun hampir sekitar 80%
tergantung jenis padi dan resistensi jenis padi terhadap hama tersebut. ( Annisa,
2018)
12
S. coartata merupakan hama yang menyerang dan menimbulkan
kerusakan berat pada pertanaman padi sawah. Hama ini telah menjadi hama utama
di tanaman padi karena populasi dan tingkat serangan yang cukup tinggi merusak
pertanaman padi sawah dan meresahkan petani. Kepinding hidup didalam tanah
dan menyerang akar dengan cara menghisap cairan akar tanaman. Tanaman
menguning kemudian mengering dan akhirnya mati. Gangguan serius oleh hama
kepinding dikedua pabrik ini terutama pada lahan kering. Rimbing et al., (2011).
Ciri-ciri Scotinophara coarctata diantaranya warna tubuh Scotinophara
coarctata berwarna hitam kecoklatan, dapat terbang ukuran tubuhnya berukuran 9
mm, terdapat bercak pada bagian punggungnya. Siklus kehidupan mulai dari telur
sekitar 4 hari untuk menetas dan menjadi nimfa, terdapat tiga instar dari mulai
telur sampai dengan imago lamanya yaitu sekitar 36-40 hari (Tirta, 2016).
Tanaman padi diserang dari mulai fase bibit sampai tanaman dewasa, kepinding
tanah mengisap pelepah serta batang. Bagian pelepah dan batang yang dihisap
oleh kepinding tanah menjadi berwarna coklat. Tanaman menjadi kuning dan
membusuk, daun juga menjadi kering, menggulung dan mati (Sumayanti, 2021).
Imago atau serangga dewasa menyukai cahaya, sehingga dapat dibuat alat
perangkap cahaya (light trap) dengan menggunakan lampu petromak, aktif pada
malam hari dan bersembunyi di pangkal batang, pada siang hari kurang aktif.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara aplikasi pestisida nabati Beauveria
bassiana dan Metarhizium anisopliae, Pestisida kimiawi dapat dilakukan jika
serangan berat telah terjadi dengan memperhatikan prinsip 6 tepat, tepat sasaran,
tepat mutu, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara penggunaan.
(Sumayanti, 2021).
Tanaman yang terserang kepinding tanah dapat mengakibatkan penurunan
produksi karena apabila menyerang pada fase anakan akan menyebabkan jumlah
anakan berkurang dan pertanaman terhambat atau kerdil. Sedangkan kalau
kepinding tanah menyerang pada saat setelah fase bunting, tanaman menghasilkan
malai yang kerdil, tidak lengkap dan akan menghasilkan gabah hampa. Dalam
kondisi populasi tinggi tanaman yang dihisap dapat mati (Nurjanah, 2010).
13
b. Hama pada tanaman pangan
a. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal) (Homoptera: Delphacidae)
Klasifikasi wereng coklat menurut Nurbaeti et al. (2010) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia ; Filum : Arthropoda ; Kelas : Insecta ; Ordo: Homoptera
; Famili : Delphacidae; Genus : Nilaparvata ; Spesies : Nilaparvata lugens Stal.
Metamorfosis wereng coklat sederhana (heterometabola). Telur berbentuk
lonjong, diletakkan berkelompok dalam pangkal pelepah daun, tetapi kalau
populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun. Jumlah
telur yang diletakkan beragam, dalam satu kelompok antara 3-21 butir. Telur
menetas antara 7-11 hari atau rata-rata 9 hari (Baehaki & Widiarta, 2010).
15
Gejala kerusakan seperti tanaman menguning kemudian mengering dengan
cepat (seperti terbakar) dikenal dengan istilah hopperbum. Dalam suatu hamparan
gejala hopperbum terlihat seperti lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran
wereng coklat yang dimulai dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah
dalam bentuk lingkaran (Saputra et al., 2012).
Apabila populasi tinggi, maka gejala kerusakan yang terlihat di lapangan
yaitu warna daun dan batang tanaman berubah menjadi kuning, kemudian berubah
menjadi berwarna cokelat jerami dan akhirnya seluruh tanaman bagaikan disiram
air panas berwarna kuning coklat dan mengering. Apabila menyerang pada fase
generatifakan menyebabkan terjadinya puso (gagal panen) (Nurbaeti et al., 2010).
Wereng coklat merupakan hama laten dan dapat mentransfer virus kerdil
hampa (VKH = ragged stunt) dan virus kerdil rumput (VKR = Grassy Stunt) yang
serangannya lebih besar dari serangan wereng itu sendiri dan bahkan saat ini
wereng coklat sedang aktif bekerja menularkan penyakit kerdil rumput tipe 2
(Grassy StuntType 2 = GST2) (Baehaki & Widiarta, 2010).
16
Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran
panjang sekitar 14 – 17 mm dan lebar 3 – 4 mm dengan tungkai dan antenna yang
panjang. Setelah menjadi imago serangga ini baru dapat kawin setelah 4 – 6 hari,
17
menghisap cairan tanaman sehingga mengakibatkan bulir padi hampa dan mudah
pecah pada penggilingan. Walang sangit, merupakan hama utama dari kelompok
kepik yang merusak tanaman padi di Indonesia. Hama ini merusak dengan cara
mengisap bulir padi fase matang susu sehingga bulir menjadi hampa. Serangan
berat dapat menurunkan produksi hingga hingga tidak dapat dipanen (Effendy, et
al., 2010).
Siklus Hidup Nezara Viridula (a) Telur, (b) Nimfa instar I, (c) Nimfa instar II, (d)
Nimfa instar III, (e) Nimfa instar IV, (f) Nimfa instar V, (g) Imago betina, (h)
Imago jantan, dan (i) Kepik saat berganti kulit (Muthiah Fitri, 2019)
Siklus hidup kepik hijau diawali dengan peletakan telur secara
berkelompok diatas permukaan daun. Telur diletakkan berderet 10-90 butir
perkelompok pada daun. Telur berbentuk agak oval seperti tong, tingginya 1 mm
dan diameternya 1,75 mm; berwarna kuning dan berubah menjadi merah bata
menjelang menetas. Telur yang terparasit berwarna kuning dan kemudian berubah
manjadi hitam. Stadium telur berlansung 5-7 hari. Telur yang steril tidak akan
berubah warna (Sunarti, 2011). Telur kepik hijau dapat dilihat pada gambar 7.
Nimfa kepik hijau mengalami 5 kali pergantian kulit (instar). Nimfa muda
yang baru keluar dari telur berkelompok dekat dengan tempat peletakan telur. Pada
stadium ini nimfa terdapat variasi warna nimfa sesuai dengan perkembangannya.
Nimfa tubuhnya berbentuk gepeng, nimfa instar 1, 2, 3, 4 dan 5 berturut-turut
18
panjangnya 1,2, 2,0, 3,4, 6,9 dan 10,2 mm. Nimfa instar 1 semula berwarna
kemerah-merahan kemudian berubah menjadi cokelat muda. Nimfa instar 2
berwarna hitam dengan bintik- bintik putih, sedang nimfa instar 3, 4 dan 5
berwarna hijau berbintik-bintik hitam dan putih. Pada setiap pergantian kulit,
ukuran tubuh semakin membesar. Nimfa instar 1 hingga instar 3 hidup
bergelombolan berkelompok dan sejak instar 4 hidup terpisah. Stadium nimfa
berlansung 23 hari (Sunarti, 2011). Nimfa kepik hijau dapat dilihat pada gambar 7.
Imago kepik hijau (Nezara Viridula) bentuknya agak gepeng, panjangnya
1,4-1,6 cm. Imago betina mampu bertelur kurang lebih 1.100 butir dan meletakkan
telurnya berkelompok 10-90 butir perkelompok pada daun. Imago akan diam di
permukaan atas daun, pada pagi hari setelah pukul 09.00 akan pindah pada polong
untuk mencari makanan. Imago akan mulai meletakkan telurnya pada pukul 15.00
sampai dengan pukul 21.00. Kepik berumur kurang lebih 47 hari. Terdapat tiga
varietas kepik hijau, yaitu N. viridula var. smaragdula (berwarna hijau polos) ; var.
torquata (berwarna hijau dengan kepala dan pronotum jingga atau kuning
keemasan) dan var. aurantiaca (berwarna kuning kehijau-hijauan dengan tiga
bintik hijau pada bagian atas). Dan juga N. Viridula yang berwarna kuning polos
keemasan (Sunarti, 2011).
Gejala serangan kepik hijau yang sering ditemukan adalah terlihatnya
bintik-bintik hitam pada bulir dan sering kita temui imago dan nimfa merusak
bulir dan biji. bulir dan biji yang terserang menjadi mengempis, polong gugur, biji
menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji menjadi keriput dan adanya
bercak coklat pada kulit biji. Caranya dengan memasukkan stiletnya ke kulit
polong hingga mencapai biji kemudian mengisap cairan biji tersebut dan
menyebabkan kualitas biji turun oleh adanya bintik-bintik hitam pada biji atau
kulit biji menjadi keriput (Bayu dan Wedanimbi., 2014).
1. Ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius) (Lepidoptera: Noctuidae)
Klasifikasi hama ulat grayak menurut Kalsoven (1981) adalah sebagai
berikut:
Kingdom: Animalia; Divisio : Arthropoda ; Class : Insecta; Ordo : Lepidoptera ;
Family : Noctuidae ; Genus : Spodoptera ; Spesies : Spodoptera litura F.
19
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun
(kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-
masing berisi 25 – 500 butir) tertutup bulu seperti beludru (Tenrirawe dan Talanca,
2008). Stadia telur berlangsung selama 3 hari (Rahayu, et al, 2009).
Setelah 3 hari, telur menetas menjadi larva. Ulat yang keluar dari telur
berkelompok di permukaan daun. Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup
berpencar. Panjang tubuh ulat yang telah tumbuh penuh 50 mm (Balitbang, 2006).
Masa stadia larva berlangsung selama 15 – 30 hari (Rahayu et al, 2009).
20
serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa bagian atas epidermis daun,
transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan
bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau (Tenrirawe dan Talanca,
2008). Selain pada daun, ulat dewasa makan polong muda dan tulang daun
muda, sedangkan pada daun yang tua, tulang-tulangnya akan tersisa. Selain
menyerang kedelai, ulat grayak juga menyerang jagung, kentang, tembakau,
kacang hijau,
bayam dan kubis (Balitbang, 2006).
23
Memasuki fase pre-pupa, yaitu masih dalam bentuk larva, namun hanya
aktivitas makan yang berkurang, larva kelihatan lemah dan pucat. Larva cenderung
membenamkan diri dalam pasir atau tanah dan menghasilkan glandula untuk
konstruksi selubung tubuhnya. Lama fase pre-pupa ini antara 2-4 hari. Pada saat
fase pupa, H. armigera berada dalam tanah dengan warna coklat kekuningan
maupun coklat kemerahan dan yang tua berwarna coklat gelap dengan panjang 15-
22 mm dan lebar 4-6 mm. Stadia pupa berkisar antara 11-16 hari
24
dikelilingi oleh bekas kotoran. Pada buah, kerusakan yang berat akan menyebabkan
buah tersebut membusuk dan jatuh atau menjadi cacat (Srinivisan, 2010).
25
Larva Ostrinia furnacalis (Heryana, R. 2013)
Rata-rata panjang larva instar terakhir adalah 21,50 mm. Larva berwarna
kristal keputihan, cerah dan bertanda titik hitam pada setiap segmen abdomen.
Umur pupa 6-9 hari, pupa terbentuk di dalam batang dengan lama stadium
bervariasi 7−9 hari. Pupa yang baru terbentuk berwarna krem, kemudian berubah
menjadi kuning kecokelatan dan menjelang ngengat keluar berwarna coklat tua.
26
Ngengat betina lebih besar daripada ngengat jantan dan warna sayap jantan
lebih terang daripada betina. Ruas terakhir abdomen ngengat betina juga berbeda
dengan ruas terakhir abdomen ngengat jantan. (Nonci, 2004).
Gejala Serangan
Fase pertumbuhan tanaman jagung dapat dibagi menjadi lima fase yaitu :
Fase I : mulai tanam sampai tanaman tumbuh, Fase II : mulai tumbuh hingga
tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina, Fase III : penyerbukan dan
Pembuahan, Fase IV : pembentukan biji, mulai dari pembuahan hingga biji berat
maksimum, Fase V : pemasakan dan pengeringan biji dan batang. Pada umumnya
setiap hama mempunyai inang pada stadia tertentu. Hama penggerek batang dapat
menyerang pada setiap fase pertumbuhan tanaman, namun akhir fase kedua
sampai awal keempat merupakan fase yang paling rentan.
Gejala visual serangan O. furnacalis pada batang adalah adanya lubang gerek
pada batang serta terdapatnya kotoran larva di dekat lubang tersebut. Apabila
batang dibelah akan tampak liang gerek larva di dalam batang. Gerekan larva pada
batang menyebabkan kerusakan jaringan pembuluh sehingga mengganggu proses
transportasi air dan unsur hara dan mengakibatkan pertumbuhan terhambat yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil tanaman. Selain itu, sering ditemukan
juga larva instar I-III makan pada pucuk tongkol dan rambut tongkol. Instar
berikutnya makan pada tongkol dan biji (Subandi et al., 1988 dalam Fitriani,
2009).
Larva O. furnacalis menyerang semua bagian tanaman jagung. Kehilangan
hasil terbesar dapat terjadi saat serangan tinggi pada fase reproduktif. Serangga ini
mempunyai ciri khas serangan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu berupa
lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal
tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak, dan
rusaknya tongkol jagung (Pabbage dkk, 2006).
Gejala serangan penggerek pada batang jagung yaitu adanya lubang gerekan
disertai kotoran penggerek jagung berupa serbuk yang keluar dari lubang gerekan
tersebut. Indikator penting dan lebih cepat dalam hubungannya dengan kehilangan
hasil adalah jumlah lubang pada tanaman dibanding jumlah larva atau pupa.
Gerekan yang dilakukan penggerek jagung akan mengurangi pergerakan air dari
tanah ke bagian atas daun karena rusaknya jaringan tanaman (Saenong, 2005)
27
Gejala Serangan O. Furnacalis (Heryana, R. 2013)
28
BAB III. METODOLOGI
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
No Stadia Dokumentasi Literatur Keterangan
1. imago Imago dari wereng batang
coklat yang telah di rearing.
(Anggraini
,2014)
B. PEMBAHASAN
Faktor utama yang menyebabkan turunnya hasil produksi pada tanaman
pangan adalah serangan hama dan penyakit. Pada pengamatan dilapangan,
tanamann pangan ditemukan hama utama di tanaman hama utama tanaman padi,
jagung, singkong, kedelai, dan kacang tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kerusakan tanaman padi
yang disebabkan oleh serangan hama wereng coklat. Pada minggu ke- 1 pada
semua perlakuan belum terlihat adanya kerusakan pada tanaman padi. Pada
minggu minggu ke-2 semua perlakuan mengalami kenaikan yang seragam. Hal ini
dikarenakan masih banyaknya populasi hama wereng batang coklat pada tanaman
padi tesebut, hama wereng coklat menyerang tanaman dengan cara menghisap
cairan sel tanaman padi sehingga menyebabkan tanaman padi menguning dimulai
dari pangkal batang hingga ujung daun. Hal ini sesuai dengan Sogawa (1982)
yang menyatakan bahwa tingkat kerusakan akibat serangan hama wereng coklat
dapat dilihat dari pangkal batang hingga ujung daun tanaman yang menguning
kemudian menyebar keseluruh bagian tanaman dan pada tingkat serangan yang
tinggi akan menyebabkan tanaman mengering (hopperburn) dan tanaman
mengalami kematian total.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah jarak tanam, hal tersebut diduga
berpengaruh terhadap populasi WBC. Atman (2009) mengemukakan pengaturan
jarak tanam sebagai salah satu komponen pengendalian WBC, yang dapat
mempengaruhi perubahan iklim mikro, sehingga tidak menguntungkan bagi
30
perkembangan hama WBC. Hasil kajian BPTP Sumatera Barat (2011) penerapan
jarak tanam longgar pada padi sawah dapat mengurangi serangan WBC karena
jarak tanam yang rapat akan mempengaruhi kelembaban udara di sekitar tanaman
yang tidak menguntungkan bagi kehidupan WBC.
Wereng batang coklat berkembangbiak secara sexual, masa pra peneluran
3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera
(bersayap panjang). Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah
daun, tetapi kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah dan tulang
daun.
Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir.
Satu ekor betina mampu meletakkan telur 100-500 butir. Telur menetas setelah
7-10 hari. Muncul wereng muda yang disebut nimfa dengan masa hidup 12-15
hari dan setelah fase ini menjadi wereng dewasa.
Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk
pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng batang coklat yang
mempunyai sayap depan dan sayap belakng normal. Bentuk kedua adalah
brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng batang coklat dewasa yang mempunyai
sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang
sangat rudimenter.
Hama Wereng batang coklat (WBC) yang berkembang pada tanaman padi
ketika membentuk anakan dimulai oleh wereng bersayap panjang yang berpindah
dari tempat lain. Jika wereng yang berkembang pada tanaman padi yang berumur
2 atau 3 minggu setelah tanam, maka WBC bisa berkembang biak menjadi dua
generasi. Tetapi bila wereng yang menyerang tanaman padi yang berumur 5-6
minggu setelah tanam, wereng yang berkembang biak hanya satu generasi yang
puncak populasinya terjadi pada padi umur 9-10 minggu setelah tanam.
Faktor alelokemik tanaman merupakan faktor yang agak langsung
mempengaruhi bentuk sayap. Jaringan tanaman hijau kaya bahan kimia mimik
hormon juvenil, tetapi pada padi yang mengalami penuaan bahan kimia mimik
hormon juvenilnya berkurang. Oleh karena itu perkembangan wereng batang
coklat pada tanaman tua atau setengah tua banyak muncul makroptera. Perubahan
bentuk sayap ini penting sekali ditinjau dari tersedianya makanan pokok di
lapangan.
31
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Perkebunan
Kelapa sawit tergolong tanaman kuat, namun demikian tanaman ini tidak
luput dari serangan hama. Akibat yang ditimbulkan oleh serangan hama sangat
besar, seperti penurunan produksi bahkan kematian tanaman. Hama dapat
menyerang tanaman kelapa sawit mulai dari pembibitan hingga tanaman
menghasilkan. Beberapa jenis hama penting yang menyerang tanaman kelapa
sawit misalnya Ulat kantong M. corbetti, T. rufivena, Setothoea asigna, dan
kumbang tanduk
Ulat kantong M. corbetti adalah salah satu kelompok ulat pemakan daun
kelapa sawit yang sering ditemukan di area perkebunan kelapa sawit. M. corbetti
termasuk dalam famili Psychidae. M. corbetti yang baru keluar dari telur yang
menetas akan sangat aktif untuk makan lalu menggunakan benang dari air liurnya
untuk bergantung agar mudah menyebar oleh angin atau terbawa makhluk hidup
lainnya. M. corbetti akan aktif memakan daun sambil membuat kantung dari
potongan–potongan daun (Susanto et al., 2013 dalam Saragih dan Suratni, 2021).
Di Indonesia, T. rufivena merupakan hama utama pada perkebunan kelapa
sawit di lahan gambut dan pasiran (Susanto et al., 2015; Prasetyo et al., 2018).
Morfologinya yaitu telur berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, sangat tipis
dan transparan. Telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan
bawah daun. Satu kumpulan telur berisi sekitar 44 butir dan seekor ngengat betina
mampu menghasilkan telur 300-400 butir. Telur menetas 4-8 hari setelah
diletakkan. Larva berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas dan
duri-duri di bagian punggung. Larva instar terakhir (instar ke-9) berukuran panjang
36 mm dan lebar 14,5 mm. Larva berpupa pada permukaan tanah yang relatif
gembur di sekitar piringan atau pangkal batang kelapa sawit. Pupa dilapisi oleh
kokon yang terbuat dari saliva (air liur), berbentuk bulat telur dan berwarna coklat
gelap. Lebar rentangan sayap serangga dewasa (ngengat) jantan dan betina
masing-masing 41 dan 51 mm. Sayap depan berwarna coklat tua dengan garis
transparan dan bintik- bintik gelap, sedangkan sayap belakang berwarna coklat
muda (Hanafi,2019).
32
Pada perkebunan kelapa sawit juga ditemukan hama ulat api. Ulat api
ditemukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pada tanaman
menghasilkan (TM). Salah satu jenis ulat api yang paling mendominasi adalah
jenis
S. asigna. Ulat api S. asigna membutuhkan waktu 92-109 hari dalam
menyelesaikan siklus hidupnya mulai dari telur sampai menjadi imago. Stadium
ulat api S. asigna mulai dari telur sampai menjadi ngengat kisaran 92-98 hari.
Stadium telur berlangsung selama 4-8 hari. Stadium larva berkisar antara 45-50
hari. Stadium pupa berlangsung tiga puluh sembilan hari. Stadium ngengat
berkisar antara lima sampai tujuh hari (Simanjuntak et al., 2011).
Hama utama pada perkebunan kelapa adalah kumbang tanduk dari Ordo
Coleoptera. Hama ini dapat menyerang TBM maupun TM dengan menggerek
pangkal pelepah muda tanaman kelapa sawit. Kumbang tanduk memiliki 4 stadia
hidup yaitu telur – larva – pupa – dewasa (imago). Hama ini dapat hidup pada
sisa- sisa tanaman kelapa sawit, serasah, ataupun bahan-bahan organik tumbuhan.
Kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik seperti daun-daunan
yang telah membusuk, pupuk kandang, tempat sampah, batang kelapa, kompos,
dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun umumnya hidup
antara 4-7 bulan. (Susanto et al., 2010). Serangan hama tersebut menyebabkan
tanaman kelapa sawit tua, menurun produksinya dan dapat mengakibatkan
kematian tanaman kelapa sawit (Lani et al., 2017).
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditi perkebunan penting
untuk menunjang perekonomian Indonesia. Bagian tanaman kakao yang bernilai
ekonomi tinggi adalah biji. Rendahnya produksi dan mutu kakao di Indonesia
disebabkan pengembangan produk hilir yang belum optimal dan kualitas
perkebunan yang masih rendah, salah satunya berasal dari hama penyakit tanaman
kakao. Dilaporkan oleh Siswanto & Karmawati (2012) bahwa penggerek buah
bakao (PBK) menimbulkan kerusakan tertinggi.
Penggerek buah kakao termasuk ordo Lepidoptera famili Gracillariidae
yang merupakan serangga berukuran kecil. Imago dari C. cramerella berupa
ngengat dengan panjang lebih kurang 7 mm dan rentangan sayap 12 mm.
Berwarna cokelat dan memiliki pola zig-zag berwarna putih sepanjang sayap
depan. Serta antena yang lebih panjang dari tubuhnya dan mengarah ke belakang.
Serangan PBK
33
diawali saat serangga betina meletakkan telur pada permukaan buah kakao. Buah
yang paling disukai untuk peletakan telur adalah yang memiliki alur dalam pada
permukaannya dan ukuran panjangnya lebih dari sembilan centimeter (Siswanto
& Karmawati, 2012).
Larva yang baru menetas langsung menggerek buah dan memakan bagian
buah yang lunak di antara biji di bawah kulit buah dan saluran makanan ke biji
(placenta), tapi tidak memakan biji. Larva hidup dalam buah dan menjelang pupa
akan keluar menembus kulit buah. Serangan pada buah muda (panjang 7-10 cm)
menyebabkan buah tidak tumbuh normal, bahkan buah membusuk dan larva tidak
dapat menjadi dewasa. Serangan pada buah muda, dengan ukuran panjang lebih
dari 10 cm, meskipun ringan, dapat menyebabkan biji tidak berkembang
sempurna dan lengket. Serangan pada buah tua menyebabkan biji lengket,
sedangkan pada buah yang sudah masak tidak menimbulkan kerusakan yang
berarti (Siswanto & Karmawati, 2012).
Tanaman teh (Camellia sinensis L. Kuntze) merupakan salah satu tanaman
perkebunan penting yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Salah satu
faktor penyebab rendahnya produksi teh di Indonesia adalah serangan organisme
pengganggu tanaman yang di antaranya adalah hama. Salah satu hama yang
menyerang pertanaman teh hama penggulung pucuk teh (Laspeyresia leucostoma
Meyrick). Ulat penggulung pucuk menyerang tanaman teh pada bagian pucuk.
Salah satu kerugian yang ditimbulkan akibat serangan hama penggulung pucuk
adalah tergulungnya pucuk daun teh sehingga mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menjadi terhambat.
Serangan L. leucostoma terjadi sepanjang tahun, terutama pada tanaman
teh yang baru tumbuh kembali setelah pemangkasan. Ngengat betina bertelur
dengan meletakkan satu atau dua telur per daun teh. Ulat yang telah menetas akan
langsung menuju pucuk dan menggulung daun pucuk dengan menggunakan
benang-benang halus sehingga pucuk menjadi tergulung. Ulat secara bertahap
membuat sarang dan makan dari bagian dalam sarang. Dalam lipatan daun, ulat
membuat kepompong berwarna putih. . (Fauziah et al .,2017).
34
Produktivitas tebu nasional tergolong rendah yaitu hanya mencapai 5512 kg
ha- sedangkan Thailand sudah mencapai 7610 kg ha-1 pada tahun 2017 (Ditjenbun
2018). Rendahnya produktivitas tebu yang diikuti dengan tingginya tingkat
konsumsi gula per kapita membuat Indonesia harus mengimpor gula dari luar
negeri. Negara Indonesia merupakan importir gula yang terbesar di dunia. Jumlah
import gula mencapai 4,48 juta ton dengan nilai import mencapai US$ 2milyar
(Ditjenbun 2018). Gula import yang masuk ke Indonesia berasal dariThailand,
Brazil dan Australia. Luas areal perkebunan tebu didominasi olehPerkebunan
Rakyat (PR) mencapai 57,70%, Perkebunan Besar Swasta (PBS)sekitar 25,44%
dan Perkebunan Besar Negara (PBN) sebesar 16,97% (Ditjenbun2018).
Produktivitas tebu tertinggi dicapai oleh PBS yaitu mencapai 5 773 kg/ha,PR
sekitar 5 021 kg/ha dan terakhir PBN hanya sebesar 3 683 kg/ha pada tahun2017
(Ditjenbun 2018).
Umur panen tebu mencapai 11-12 bulan, hal ini merupakan kondisi yangideal
untuk mendukung perkembangbiakan binatang pengerat/tikus. Hama
tikusbertahan hidup di perkebunan tebu dengan cara memakan dan
merusakperakaran dan batang tebu. Kehilangan hasil gula akibat hama tikus
mencapai 6-10% (Pervez et al. 2019). Penyakit utama tebu yang sering ditemui
yaitu penyakitluka api yang disebabkab cendawan (Ustilago scitaminea Sydow).
Penyakit inidapat mempengaruhi pertumbuhan tebu, mengurangi hasil dan
kualitas tebu(Nzioki et al 2010). Penyakit luka api tebu ditandai dengan adanya
infeksi danperkembangan cambuk luka api pada daerah apikal. Intensitas serangan
penyakitluka api tebu yang parah dan luas dapat mencapai 50-70% areal tebu
sehinggadapat berpotensi untuk menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan.
Kehilanganhasil tebu yang disebabkan oleh penyakit luka api mencapai 75%
(Luzaran et al.2012)
35
B. Hama Pada Tanaman Perkebunan
36
Imago berwarna hitam ukuran tubuh 35-45 mm, imago O. rhinoceros
mempunyai panjang 30-57 mm dan lebar 14-21 mm, imago jantan lebih kecil dari
imago betina. O. rhinoceros betina mempunyai bulu tebal pada bagian ujung
abdomenya, sedangkan yang jantan tidak berbulu. O. rhinoceros dapat terbang
sampai sejauh 9 km (Prawirosukarto et al., 2003).
Imago yang baru keluar terbang menuju pohon kelapa dan memakan
pucuk kelapa sambil mencari pasangan, kemudian terjadi perkawinan. Dan setelah
itu imago betina terbang menuju tumpukan sampah-sampah atau menuju
tumpukan tandan kosong kelapa sawit untuk bertelur. Umur imago antara 2-4,5
bulan (Siswanto, 2003).
Klasifikasi: Kingdom : Animalia ; Filum : Arthropoda ; Class : Insecta ;
Ordo : Coleoptera ; Family : Scarabaeidae ; Genus : Oryctes ; Spesies : Oryctes
rhinoceros L.
Gejala serangannya yaitu Kumbang dewasa (Imago) terbang ke tajuk
kelapa pada malam hari kemudian masuk pada bagian atas tajuk biasa, pelepah
berumur kurang dari 1 tahun, kemudian kumbang menggerek batang dan
memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang masih terlipat, sehingga
bekas geretan menyebabkan kerusakan yang khas yaitu daun seperti bergunting
dan terlihat jelas setelah pelepah daun terbuka.
38
Klasifikasi ulat api yaitu Kingdom : Animalia,Filum : Arthropoda,Kelas :
Insecta, Ordo : Lepidoptera, Family : Limacodidae, Genus : Sethosea dan Spesies
: Sethosea asigna
Disebut ulat api karena punggungnya berbulu kasar, kaku dan beracun.
Racunnya keluar dari bulu kasar tersebut berupa cairan yang jika terkena tangan
terasa gatal dan panas. Ulat api biasanya menyerang daun tanaman. Serangan ulat
api (ulat pemakan daun kelapa sawit) menyebabkan tanaman kehilangan daun
(defoliasi) sehingga berpengaruh terhadap penurunan produksi ulat muda
(dibawah instar 3) biasanya bergerombol di sekitar tempat peletakkan telur dan
mengikis daun mulai dari permukaan bawah daun kelapa sawit, serta
meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat seperti jendela-
jendela memanjang pada helaian daun. Mulai instar ketiga biasanya ulat memakan
semua helaian daun dan meninggalkan lidinya saja. Serangan ulat ini biasanya
mulai dari pelepah daun yang terletak di strata tengah dari tajuk kelapa sawit ke
arah pelepah daun yang lebih muda atau lebih atas. Gejala serangan ini sering
disebut gejala melidi (Falahudin, 2013).
39
Hama kumbang tanduk dan Gejala Serangan (Alfiando et al., 2016)
Klasifikasi Kumbang Tanduk yaitu Kindom : Animalia, Filum :
Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Coleoptera, Family : Scarabaidae, Genus :
Orytes dan Spesies : Orytes rhinocer.
Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada
bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat
bulubulu halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek
pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman
muda diareal peremajaan (Saputa H.J ,2015). Bagian tanaman yang diserang oleh
hama ini adalah daun tanaman. Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada
malam hari dan mulai bergerak ke bagian salah satu ketiak pelepah daun paling
atas.
Gejala serangan hama kumbang tanduk memiliki ciri berupa daun yang
belum terbuka dirusak, sehingga pada saat daun membuka terlihat bekas potongan
yang simetris berbentuk segitiga atau seperti huruf V. Akibatnya mahkota daun
tampak tidak teratur. Kumbang Tanduk O. rhinoceros menyebabkan kerusakan
dengan cara melubangi tanaman. Serangan hama O. rhinoceros dapat menurunkan
produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan
menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25 % (Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, 2009).
3. Ulat bulu (Calliteara horsfieldii Saunders)
41
Morfologi PBKo (A). Telur, larva, prepupa, pupa betina, pupa jantan, (B).
Imago jantan dan betina (C) Dorsal imago betina, (D) Imago betina pada biji
kopi). (Sumber: Vega et al. 2015)
Serangan pada buah muda menyebabkan buah tidak berkembang, lama
kelamaan berwarna kuning kemerahan kemudian gugur. Serangan pada buah tua
menyebabkan biji kopi rusak. Jika dibelah, terdapat larva, pupa dan imago PBKo.
Serangan pada buah tua, mengakibatkan biji berlubang sehingga menurunkan
mutu kopi.
42
Penggerek cabang
Telur berwarna kuning pucat dan berbentuk oval. Lama periode telur 10-
11 hari. Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan batang atau
cabang. Larva berwarna kemerahan. Pupa berwarna coklat tua, bagian ekor dan
perut berwarna coklat muda. Fase pupa 21-30 hari. Pembentukan pupa terjadi di
dalam lubang gerekan. Imago berupa ngengat dengan sayap depan berwarna putih
tembus pandang dan berbintik biru kehitaman. Mampu bertelur hingga 348-966
butir. Stadia telur sampai imago memerlukan waktu 3-4 bulan.
43
induk betina. Jumlah telur mencapai 500 butir. Nimfa berwarna hijau kekuningan,
berbentuk oval dan berukuran 1,5 mm. Imago berwarna hijau, berbentuk bulat
telur, pipih, panjang ± 3 mm, menetap dibawah permukaan daun, tunas, dan buah
sampai mati. Lama siklus hidup kutu ini ± 65 hari.
44
zag berwarna putih, berukuran panjang sekitar 7 mm. Aktif pada malam hari.
Kemampuan bertelur 50-100 butir. Lama stadium ngengat sekitar 7-8 hari. Siklus
hidup PBK selama 26-35 hari.
Larva C. cramerella.
45
Gejala serangan (BPTP Pontianak)
46
Pada permukaan buah terdapat bercak – bercak bekas tusukan berwarna
cokelat kehitaman. Jika menyerang buah muda (± 8cm) maka buah menjadi
kering dan mati atau jika masih berkembang, permukaan kulit buah retak dan
berkerut. Serangan pada pucuk menyebabkan layu dan mati, ranting mengering
dan meranggas.
48
Telur: Diletakkan secara berkelompok di bawah permukaan daun
dan ditutupi bulu-bulu berwarna coklat kekuningan, panjang kelompok
telur sekitar 22 mm. Larva: Setelah menetas larva menggerek dan
menembus daun muda yang masih belum membuka, menuju ke tulang
daun untuk membuat lorong gerekan ke titik tumbuh. Ulat muda berwarna
putih dan ulat dewasa putih kekuningan, panjang sekitar 30 mm. Pupa:
Berada di dalam lubanfg gerekan, berwana kuning pucat, panjang sekitar
20 mm. Dewasa: Ngengat berwarna putih, panjang sekitar 20 mm.
Seberkas rambut merah oranye di ujung abdomen ngengat betina
Klasifikasi: Ordo: Lepidoptera; Famili: Crambidae; Genus;
Scirpophaga; Spesies: S. incertulas
Tanaman yang terserang akan menunjukan bentuk yang tidak
teratur dan terlihat menguning pada beberapa bagian daun yang terserang.
Ulat lama kelamaan akan menyerang pada titik tumbuh dan melanjutkan
membuat terowongan pada batang utama pada tanaman tebu yang
terserang tersebut
49
Penggerek Batang Pucuk (National Bureau of Agricultural
Insect Resources, 2013)
51
maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang. Gerekan ini
kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau
kering. Serangan lanjut akan mengakibatkan tanaman mati. Hama
penggerek batang tebu ini umumnya menggerek batang sehingga
menimbulkan kerusakan pada ruas batang tanaman. Hama Penggerek
Batang Bergaris menyerang daun batang tanaman.
52
Telur berwarna putih, lonjong dengan panjang sekitar 1,5mm. Pada ujung
telur terdapat dua embelan berbentuk benang. Telur diletakkan pada kulit buah,
tangkai buah, tunas, tangkai daun, atau ranting. Lama stadium telur 6-7 hari.
Nimfa terdiri dari 5 instar. Lama stadium nimfa 10-11 hari. Tonjolan pada bagian
punggung mulai terlihat pada instar 2.Imago berukuran 6-8 mm, mampu bertelur
hingga 200 butir dan berumur sekitar 57 hari. Helopeltis menyukai daerah yang
memiliki banyak naungan.
Hama ini menyerang daun muda, pucuk dan ranting-ranting muda dengan
menusukkan stiletnya untuk mengisap isi sel daun serta mengeluarkan air liur
yang beracun menyebabkan kerusakan di sekitar jaringan tanaman yang
ditusuknya. Bekas tusukan stilet akan menunjukkan gejala berupa bercak-bercak
yang tidak teratur. Pada titik tempat tusukan stilet akan terbentuk lingkaran
transparan kemudian berubah warna menjadi coklat terang, akhirnya mengembang
menjadi coklat kehitaman.
Penggerek batang lada (L. piperis) merupakan hama utama lada yang
menyerang tanaman sejak pembibitan hingga di lapangan. Larva L. piperis
menetap di dalam ruas batang tanaman, membuat lubang di dekat pangkal
percabangan muda lalu masuk dan menggerek sampai ke dalam batang. Larva
menggerek bagian tengah dalam ruas batang lada sehingga menyebabkan
terganggunya penyerapan unsur hara dan distribusi hasil fotosintesis. Pada
akhirnya, tanaman lada menjadi tidak produktif, bahkan menjadi mati (Kalshoven,
1981). Pada umumnya, serangan
53
pada dua cabang buah selalu diikuti dengan serangan larva pada satu batang
utama, yang diperkirakan dapat mengakibatkan kehilangan hasil sekitar 16,5%
(Deciyanto et al., 1986).
Serangga dewasa hanya menyerang bunga, buah, pucuk, serta ranting dan
daun muda. Gejala serangan L. piperis ditunjukkan dengan adanya gigitan pada
bagian tanaman yang diserang dan menghitamnya bekas gigitan karena
pembusukan (Deciyanto et al., 1986; Deciyanto dan Suprapto, 1996).
Imago L. piperis meletakkan telur secara terpisah (tidak berkelompok)
pada bagian buku-buku cabang buah dan batang utama. Telur L. piperis berwarna
putih kekuningan. Telur akan menetas setelah lebih kurang tujuh hari dan keluar
larva yang berwarna putih kotor.
54
Kepik D. piperis tergolong dalam ordo Heimptera dan famili Corcidae.
Kepik berwarna hijau kecoklatan, dewasa berukuran panjang 10-15 mm,
mempunyai tipe mulut menusuk dan menghisap. Siklus hidup dari telur hingga
serangga dewasa sekitar 6 minggu. Serangga dewasa betina selama hidup dapat
menghasilkan telur 200 butir. Kepik betina meletakkan telur secara berkelompok.
Jumlah telur setiap kelompok berkisar antara 3-10 butir. Produksi telur maksimal
160 butir. Buah lada yang cukup tua mengandung karbohidrat tinggi dan
dibutuhkan untuk pertumbuhan kepik secara optimal. Kerusakan buah yang
terserang D. piperis pada umumnya melihat kerusakan tandan buah.
55
Serangan dewasa hama pengisap bunga (Litbang Pertanian, 2015)
56
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan beberapa hama utama
pada tanaman Hortikultura, pangan dan perkebuna. Pada pengamatan di lapangan
tanaman hortikultura, diamati hama utama pada tanaman kubis, cabai, manga dan
pisang. Hama yang dijumpai pada tanaman kubis (Brassica oleracea L.) adalah
Ulat grayak (Spodoptera litura), Ulat krop (Crocidolomia binotalis) dan Ulat daun
(Plutella xylostella). Pada cabai ditemukan hama Thrips sp.. Pada mangga
ditemukan hama Kutu kebul (Bemisia tabaci). Dan pada pisang ditemukan hama
Ulat penggulung daun (Erionota thrax) dan Penggerek bonggol pisang
(Cosmopolites sordidus).
Pada pengamatan dilapangan, tanamann pangan ditemukan hama utama di
tanaman hama utama tanaman padi, jagung, singkong, kedelai, dan kacang tanah.
Tanaman pangan juga tidak terhindar dari serangan hama.. Pada padi ditemukan
hama Keong Mas (Pomacea caniculata) dan Kepinding Tanah (Scotinophara
coartata). Pada tanaman jagung ditemukan hama Spodoptera frugiperda dan
Helicoverpa armigera. Hama utama pada tanaman singkong yaitu Kerpik renda
(Vatiga illudens).. Pada tanaman kacang tanah ditemukan hama Ulat penggulung
(Lamprosema indicata), Kutu Daun (Aphis craccivora) dan Ulat jengkal
(Hyposidra talaca). Pada tanaman kedelai ditemukan hama Spodoptera litura.
Hama yang sering menyerang tanaman perkebunan kelapa yaitu Kumbang
tanduk (Oryctes rhinoceros). Hama ini menyerang pucuk pohon dan pangkal daun
muda yaitu jaringan yang mengandung cairan yang kaya akan gizi. Hama ini
merusak daun muda yang belum terbuka, pada tanaman muda yang berumur dua
tahun atau kurang, kumbang akan merusak titik tumbuh dan tanaman akan mati
(Bandu, et al., 2017).
B. Saran
Praktikum mengenai hama tanaman utama pada tanaman hortikultura,
pangan dan perkebunan yang sudah dilakukan, diharapkan dapat menjadi acuan
untuk pelaksanaan praktikum berikutnya. Dari praktikum ini, disarankan agar setiap
anggota kelompok lebih aktif dan terlibat dalam setiap kegiatan.
57
DAFTAR PUSTAKA
59
Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
Agroekoteknologi, 1(4):1-7.
Misnaheti D. 2010. Tren Perkembangan Penggerek Batang pada Tanaman di
Sulawesi Selatan. Hal. 410-415.
Kuswardani. (2013). Hama Tanaman Pertanian. Universitas Medan Area.
PARWANTI, Y. (2019). UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH MAJA (Aegle marmelos L.
Corr.) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI KUTU DAUN (Aphis gossypii Glover)
PADA TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L. var. taro)
(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Prabawa, Vi. S. P. (2014). Pusat Holtikultura di Sleman. 15–47
Prasetyo, A., J. Lopez, J. Eldridge, D. Zommick dan A.Susanto. 2018. Long-term
study of Bacillus thuringiensis application to control Tirathaba rufivena
Rimbing, J., J. Pelealu, B. Assa dan A. Pinaria. 2011. Studi Ekologi Serangan
hama Scotinophara sp Pada Tanaman Padi Sawah di Sulawesi Utara
Dalam Menunjang Pengendalian. Fakultas Pertanian Unsrat Manado
Rismayani., Rohimatun., I Wayan Laba.2015. Hama Uatama PAda Pembibitan Lada dan
Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
SAPUTRA, H.J. (2015) TINGKAT SERANGAN BERBAGAI JENIS HAMA PADA
PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT WIDYA
UNGGUL LESTARI KABUPATEN MAMUJU SULAWESI BARAT.
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN. POLITEKNIK
PERTANIAN NEGERI PANGKEP.
Siswandi., Angga Dwi Prasetyo., Sartono Joko Santoso. 2021. Kajian Pestisida Nabati
terhadap hama ulat penggulung daun (Lamprosema indicate) ada tanamn kacang
tanah (Arachishypogaea L.) . Fakultas Pertanian.Universitas Salmet Riyadi.
Surakarta. Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 23 (2),
Siswanto dan E., Karmawati. 2012. Pengendalian hama utama kakao
(Conopomorpha cramerella dan Helopeltis spp.) dengan pestisida nabati
dan agens hayati.Jurnal Perspektif 11 (2): 99-103
Simanjuntak, D., T. A. Perdana Rozziyansha., Sudharto., A. Sipayung, R.
Desmier De Chenon., A. E. Prasetyo, Agus Susanto. 2011. Informasi
Pengganggu Tanaman. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. H1(0001):1-4
Subari, W., Goo, N., & Siahaya, V. G. (2022). Damage to Banana Plants By Leaf Roller
Caterpillar (Erionota thrax L) On Ambon Island. Agrologia, 11(2), 107-114.
60
Suharsono dan Wedanimbi Tengkano. Ulat Grayak Spodoptera litura Fabricus
(Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman kedelai dan pengendaliannya. Bul.
Palawija No. 10: 43–52
Sumarno. 2017. Hama Utama Tanaman Jeruk. KJF Dintanpangan Kabupaten Temanggung
Ulfa, F. (2019). BIOLOGI DAN STATISTIKA DEMOGRAFI WERENG BATANG COKLAT
(Nilaparvata lugens stal 1854)(HEMIPTERA: DELPHACIDAE) PADA PADI
VARIETAS IR 42 DAN BATANG PIAMAN DI LABORATORIUM (Doctoral
dissertation, Universitas Andalas).
61
LAMPIRAN
1. Rearing Lalat Buah
Foto Keterangan
Pengamatan 28 September
Pengamatan 29 september
Pengamatan 3 oktober
Pengamatan 4 oktober
Pengamatan 6 oktober
Pengamatan 9 oktober
62
Pengamatan 10 oktober
Pengamatan 11 oktober
Pengamatan 13 oktober
Pengamatan 7 November
63
Pengamatan 8 November
Pengamatan 10 November
Pengamatan 14 November
Pengamatan 15 November
64
Pengamtan 27 November
65