OLEH :
NAMA : RANI PUSPITA SARI
NO. ABSEN : 3
NO. BP : 1910211008
KELAS : AGRO D
DOSEN PENANGGUNG JAWAB : Elara Resigia, S.P., M.P.
PRAKTIKUM
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
ii | P a g e
DAFTAR ISI
iii | P a g
MATERI V. SOIL EMERGENCE TEST
A. Pendahuluan...................................................................................40
B. Bahan dan Metode..........................................................................42
C. Hasil dan Pembahasan...................................................................43
D. Daftar Pustaka.................................................................................46
PENUTUP..................................................................................................47
LAMPIRAN.................................................................................................49
iv | P a g
DAFTAR TABEL
Tabel 1........................................................................................................5
Tabel 2.......................................................................................................21
Tabel 3.......................................................................................................29
Tabel 4.......................................................................................................37
Tabel 5.......................................................................................................43
v|Pag
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1...................................................................................................54
Gambar 2...................................................................................................55
Gambar 3...................................................................................................58
Gambar 4...................................................................................................58
Gambar 5...................................................................................................59
vi | P a g
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.................................................................................................49
Lampiran 2.................................................................................................54
vii | P a g
MATERI I. STRUKTUR BENIH TANAMAN
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih menurut petani adalah biji masa yang telah diseleksi dengan
ketentuan benih dengan ukuran beragam warna yang baik, tidak keriput ,
normal dan tidak cacat dan siap untuk ditanam di lapangan.Pertumbuhan
dan perkembangan pada tumbuhan biji dimulai dengan
perkecambahanan. Benih matang pada umumnya terdiri dari tiga struktur
dasar, yaitu embrio jaringan penyimpanan bahan makanan dan kulit
benih. Embrio yang mengandung daun lembaga atau kotiledon, plumula,
hipokotil dan bahan akar.Jaringan penyimpanan bahan makanan dari
suatu benih mungkin dalam bentuk daun lembaga, endosperm atau
perism.Kulit benih dapat terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang
relatif kuat dan lapisan dalam yaitu lapisan luar yang lebih tipis.Pada benih
tertentu dapat pula hanya merupakan lapisan tunggal saja.Tipe
perkecambahan benih mungkin saja hipogeal atau mungkin pula
epigeal.Pada kecambah hipogeal kotiledon tetap tinggal di dalam tanah
tetapi pada kecambah epigeal kotiledon terangkat ke atas karena hipokotil
bertambah panjang lebih cepat dari epikotil (Kartasapoetra.1998)
1|Pag
Secara botanis buah normal adalah ovary yang sudah matang
(mature ovary), sedangkan biji adalah ovule yang sudah dewasa (mature
ovule). Setiap benih yang matang (mature seed) selalu paling kurang
terdiri dari 2 bagian yaitu (1) embryo berasal dari sel telur yang dibuahi
(zygot) dengan mengalami pembelahan sel pada embryo sac. Embryo
terdiri dari bakal akar, bakal batang, kotiledone, endosperma. Pada
monocotyl endosperma merupakan bagian terbesar sebagai suatu
jaringan cadangan makanan (storage tissue), pada dicotyl endosperma
tidak diketemukan lagi karena sudah habis diserap oleh embryo selama
pertumbuhannya. (2) kulit benih (seed coat atau testa) yang berkembang
dari integumen atau perpaduan dari kulit buah (pericarp) dengan kulit biji.
Atau pericarp dan kulit biji bersatu dengan tangkai ovule (funiculus).
Fungsi kulit benih adalah (1) pelindung bagian dalam benih (2) pelindung
mekanis benih (3) menghambat masuknya jasad renik ke dalam benih (4)
mengatur kecepatan penyerapan air (5) mengatur kecepatan masuknya
oksigen, karbondioksida, dan gas lain (6) mengatur perkecambahan dan
menyebabkan dormansi(Widodo dan sumarak 2007)
2|Pag
buah ini terdiri dari buah kering atau buah berdaging
(Hasanuddin,dkk.2017)
Buah adalah suatu hasil dari proses akhir yang mulai dari
penyerbukan atau persarian. Pada hakikatnya buah hanya dibedakan
kedalam 2 jenis, yang pertama adalah buah semu dan yang kedua adalah
buah sejati. Tak lepas dari penamaan buah tersebut menjadi buah sejati
dan buah semu dapat dilihat dari struktur buah dan bagian – bagian buah
yang ada pada buah. Misalnya dikatakan buah sejati atau buah
sebenarnya adalah ketika bentuk buah tidak terhalangi oleh bagian –
bagian buah yang ada, pengecualian tetap ada, seperti pada buah jambu
mete terlihat tangkai bunga yang membesar seperti buah, padahal
bagianyang membesar itu bukan buah tapi tangkai buah (Sutopo, 2002).
2. Tujuan
3|Pag
B. Bahan dan Metode
1. Waktu dan Tempat
Pratikum struktur benih dilaksanakan di rumah masing-masing
pratikan dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk ke kampus.
Pratikum ini dilakukan di Dumai,Riau pada tanggal 30 September 2020
2. Alat dan Bahan
3. Cara kerja
Disiapkan Buah dan benih tanaman monokotil dan dikotil ,untuk
benih ,benih di rendam dengan air terlebih dahulu selama 6-24 jam
(maksimal) agar benih tersebut lunak sehingga mudah untuk diiris.Lalu
buah dan benih tersebut diiris,tampak luar (gambar buah dan benih utuh )
dari masing-masing buah dan benih di amati dan di gambarkan,setelah itu
di amati warna, tekstur kulit benih serta struktur tambahannya jika ada dan
gambarkan masing-masing irisan membujur dan melintang dari benih
tersebut. Lakukan hal yang sama pada buah.Dan di berikan keterangan
yang jelas dari hasil yang diamati.
4|Pag
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Buah Mentimun (Cucumus
sativus) Monokotil
Tampak luar
Keterangan :
1. Kulit buah
Tampak dalam
Ket: Ket:
2.Daging buah
buah 2.Daging
3.Biji buah
5|Pag
Buah salak (Salacca zalacca)
Monokotil
Tampak luar
Keterangan :
1. Kulit buah
2. Duri
Tampak dalam
Ket: Ket:
1.kulit 1.Kulit
buah buah
2.Daging 2.Daging
buah buah
3.Biji buah
6|Pag
Biji Pinang (Areca
catechu) Monokotil
Tampak luar
Keterangan :
1. Kulit buah
2. Tempat melekat tangkai buah
Tampak dalam
Ket: Ket:
1. Tempat 1.Kulit
melekat
buah 2.Biji
tangkai buah
buah
2. Kulit buah
3.Poros
3.Biji buah
embrio
7|Pag
Buah Jeruk Nipis (Citrus
aurantiifolia) Dikotil
Tampak luar
Keterangan :
1. Tangkai buah
2. Kulit buah
Tampak dalam
Ket: Ket:
1.Kulit 1.Kulit
buah 2.Daging
3.Daging buah
buah 3.Bulir
buah 4.Biji
buah
8|Pag
Buah cabai (Capsicum
sp) Dikotil
Tampak luar
Keterangan :
1. Tangkai buah
2. Kulit buah
Tampak dalam
Ket: Ket:
1.Kulit 1.Kulit
buah buah
2.Septa 2.Septa
cabe
9|Pag
Biji Kacang tanah (Arachis
hypogaea) Dikotil
Tampak luar
Keterangan :
1. Kulit biji
2. Kotiledon
Tampak dalam
Ket: Ket:
biji 2.Kotiledon
2.Kotiledon
2. Pembahasan
Pada pratikum kali ini,yang kita amati adalah struktur buah dan
benih dikotil dan monokotil tampak luar,secara melintang dan membujur.
Pengelompokkan tumbuhan menjadi kelompok sub–sub yang lebih kecil
tentu didasarkan atas ciri yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Kelompok
angiospermae merupakan divisi tumbuhan dengan jumlah spesies yang
besar dibanding dengan gymnospermae. Kemudian, kelompok
10 | P a g
angiospermae (tumbuhan biji tertutup) dibagi menjadi dua kelas yang
didasarkan pada jumlah keping biji, monokotil dan dikotil. Baik monokotil
dan dikotil merupakan kelompok tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae)
yaitu tumbuhan yang mengalami pembuahan ganda serta memiliki daging
buah.Angiospermae dikelompokkan menjadi dua kelas yang didasarkan
pada jumlah keping biji atau daun lembaga pada bakal embrionya.
Keragaman kelompok tumbuhan memiliki jenis-jenis berdasarkan
satu keping biji dikelompokkan sebagai tumbuhan monokotil, dan dua
keping biji yang dikelompokkan menjadi tumbuhan dikotil (tumbuhan
belah). Ciri-ciri lain untuk dapat membedakan tumbuhan monokotil dan
dikotil diantarnya dapat dilihat dari bagian-bagian tubuh tumbuhan
tersebut, seperti bagian akar, batang, daun dan bunga.
Ciri-ciri perbedaan tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil
1.Tumbuhan Dikotil
a.Akar Berupa akar tunggang.
b.Batang Berkambium dan bercabang-cabang.
c.Daun Bertulang daun sejajar atau melengkung.
d.Bertulang daun menyirip atau menjari,
e.Bunga Umumnya bagian bunga berjumlah 2, 4 dan 5 atau kelipatannya.
f.Berkas pengangkut pada batang: Pembuluh kayu dan pembuluh tapis
letaknya teratur. Pembuluh kayu sebelah dalam dari pembuluh tapis.
2.Tumbuhan Monokotil
a.Akar Tersusun atas akar serabut.
b.Batang Tidak berkambium.
c.Daun berbentuk pita dan panjang.
d.Daun lebar-lebar, dengan bentuk beraneka ragam.
e.Bunga Umumnya bagian-bagian bunga berjumlah 3 atau kelipatannya.
f.Berkas pengangkut pada batang: Pembuluh kayu dan pembuluh tapis
letaknya tersebar pada batang(popy.2018).
Pengamatan pertama adalah pengamatan pada buah
mentimun.Buah mentimun tersebut di potong secara membuur dan
11 | P a g
melingkar.Buah mentimun termasuk buah monokotil Karena mempunyai
biji yang berkeping satu. Mentimun memiliki daun berbentuk bulat dengan
ujung daun runcing berganda, berwarna hijau muda sampai hijau tua ..
Kalau kita lihat batangnya mentimun adalah memiliki batang yang
berwarna hijau, berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan
umumnya batang mentimun mengandung air dan lunak. Kemudian
akarnya tunggang dan berakar serabut.Struktur morfologi dari buah
mentimun yaitu eksokrap,mesokarp dan endokrap.DImana eksokarp
merupakan kulit buah mentimun,mesokrap merupakan daging buah
sedangkan biji merupakan endokrap.
Pengamatan kedua adalah pengamatan pada buah salak di mana
bos salah ini merupakan buah yang termasuk ke dalam golongan buah
monokotil.Buah salak termasuk ke dalam famili araceae. Pada umumnya
buah salak berbentuk bulat atau bulat telur terbalik dengan bagian ujung
runcing dan terangkai rapat dalam tandan buah yang muncul dari ketiak
pelepah daun. Kulit buah tersusun seperti sisik-sisik berwarna coklat
kehitaman. Daging buah tidak berserat berwarna putih kekuningan, kuning
kecoklatan, atau merah tergantung varietasnya. . Dalam satu buah salak
mengandung 1 – 3 biji. Bijinya berwarna coklat berbentuk persegi dan
berkeping satu. Lembaganya tidak tahan dalam lingkungan yang kering
sehingga biji salak yang akan dikecambahkan harus lansung dibungkus
plastik atau kertas lembap..
Pengamatan ketiga yaitu pada buah jeruk nipis .yang termasuk ke
dalam famili rutaceae dan kedalam jenis citrus. bila dilihat dari potongan
membujur atau dari penampang membujur nya mempunyai struktur di
mana terdapat eksokrap,mesokarp albedo dan seed atau biji. Buah jeruk
nipis mempunyai beberapa bagian yang terdiri dari kulit luar (albedo), kulit
dalam (flavedo), buah (endocarp) berupa butiran kecil yang berisi cairan
yang rasanya manis dan banyak mengandung vitamin C.
Selanjutnya yaitu pengamatan pada benih,dimana untuk benih yang
diamati yaitu benih dikotil dan monokotil. Perbedaan benih dikotil dan
monokotil yaitu : Biji monokotil hanya memilkiki satu biji dan satu kotiledon
12 | P a g
(bakal daun) yang ada di embrio. Sementara biji dikotil memiliki dua biji
dan dua kotiledon. Karena itu bila biji monokotil berkecambah, biji akan
menghasilkan daun tunggal yang berbenduk panjang dan sempit.
Sebaliknya bila biji tanaman dikotil berkecambah, biji dikotil akan
menghasilkan dua daun kecil. Kotiledon pada biji tanaman monokotil tipis
dan kecil sementara pada biji tanaman dikotil kotiledinnya tebal. Tanaman
dikotil menggunakan kotiledon yang tebal ini sebagai cadangan makanan
untuk biji ini saat tumbuh menjadi benih. Karena kotiledon atau bakal daun
monokotil kecil, maka daun yang dihasilkan pada benih juga akan
berukuran kecil dan tipis pula. Sementara daun dikotil akan berbenih
dengan daun yang lebih tebal dan bulat. Endosperm ada pada biji
monokotil sebagai cadangan makanan. Sebaliknya pada tanaman dikotil,
bijinya umumnya tidak memiliki endosperm karena cadangan makanan
disimpan di kotiledon tadi. Biji monokotil memiliki lapisan koleorhiza dan
koleoptil, atau pelindung ujung akar dan pelindung ujung batang.
Keduanya tidak ada di biji dikotil.
Pada benih kacang tanah terlihat jelas selaput benih, plumula yang
menjadi bakal daun serta radikula yang menjadi bakal akar, yang paling
luas bentuknya adalah kotiledon. Secara rinci bagian-bagian dari benih
kacang tanah adalah spermodermis (testa: kulit benih), kotiledon (daun
lembaga), plumulae (pucuk lembaga), radikula (akar Lembaga), hipokotil
dan epikotil (Nurindah dkk, 2012)
13 | P a g
DAFTAR PUSTAKA
14 | P a g
MATERI II. PENETAPAN KADAR AIR BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pengolahan benih merupakan serangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk menghasilkan benih p yang bermutu tinggi. Proses
pengolahan benih tersebut antara lain meliputi kegiatan : penerimaan hasil
panen, pengeringan, pembersihan/sortasi, pengujian, pengemasan dan
penyimpanan. Setiap kegiatan dari rangkaian proses pengolahan benih
tersebut akan sangat mempengaruhi mutu/kualitas benih yang dihasilkan
(Dinarto, W. dan Astriani, D. 2008)
Hubungan kadar air dan umur benih pada umumnya ialah bahwa
untuk setiap kenaikan 1% kadar air benih, umur benih menurun
setengahnya. Hukum ini berlaku untuk benih dengan kadar air antara 5
dan 13 Kadar air di atas 13%, cendawan dan peningkatan panas akibat
respirasi mengakibatkan umur benih menurun pada tingkat yang lebih
cepat. Ketika kadar air benih mencapai 18 sampai 20 %, peningkatan
respirasi dan aktifitas mikroorganisme menyebabkan deteriorasi benih
yang cepat. Pada kadar air 30 %, sebagian besar benih yang tidak
dorman mulai berkecambah. Pada kadar air tingkat rendah, benih yang
disimpan pada kadar air 4 sampai 5 % tidak terpengaruh oleh cendawan,
tetapi benih-benih tersebut memiliki umur simpan yang lebih pendek dari
benih yang disimpan pada kadar air yang sedikit lebih tinggi.Tinggi
rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang demikian
penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan
umum dari benih tersebut .Pengeringan adalah usaha menurunkan kadar
air susut bahan sampai kadar air keseimbangan dengan kondisi udara
pengering atau sampai tingkat kadar air yang aman untuk disimpan
(Syarief.1997)
15 | P a g
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam
benih.tinggi rendahnya kandungan air dalam benih tersebut memegang
peranan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap viabilitas benih
oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu dilakukan agar
benih memiliki kadar air yang standar berdasarkan kebutuhannya.
(Sutopo.2002)
Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut
untuk disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih
maka umur benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk
kandungan air benih antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan
menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid
16 | P a g
di dalam benih. Sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan gudang
yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Hong dan Ellis 2005).
17 | P a g
pengeringan cepat dan juga tidak mati kalau benih itu disimpan dalam
keadaan suhu yang relatif rendah. contoh benih yang bersifat ortodoks
antara lain adalah benih Acacia mangium W. (Akasia), Dalbergia latifolia
R. (Sonobrit), Eucalyptus urophylla S. T. (Ampupu), Eucalyptus deglupta
B. (Leda), Gmelina arborea L. (Gmelina), Paraserianthes falcataria F.
(Sengon), Pinus mercusii Jung et de Vriese (Tusam), dan Santalum album
(Cendana). Benih yang bersifat rekalsitran, akan mati kalau kadar airnya
diturunkan sebelum mencapai kering dan tidak tahan di tempat yang
bersuhu rendah. Contoh benih ini adalah Agathis lorantifolia S. (Damar),
Diosypros celebica B . (Eboni), Hevea brasiliensis A.(Karet), Macadamia
hildenbrandii S. (makadame), Shore compressa, Shorea seminis V. SI.
18 | P a g
2. Tujuan Pratikum
19 | P a g
B. Bahan dan Metode
1. Waktu dan Tempat
Praktikum pengukuran kadar air benih dilakukan pada 24 Oktober
2020 di rumah masing-masing yang bertempat di Dumai, Kota Dumai.
3. Cara Kerja
20 | P a g
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
1.1 Tabel hasil penetapan kadar air menggunakan oven
Kedelai 7,2%
2. Pembahasan
Kadar air merupakan komponen penting yang ada pada benih,
kandungan kadar air pada benih berbeda-beda pada tiap jenis benih nya.
Pada pembagian benih berdasarkan kadar air dibedakan menjadi dua
yakni benih orthodox merupakan jenis benih yang dapat disimpan optimal
pada kadar air yang relatif rendah yakni diantara 12%-15%, contoh benih-
benih orthodox yaitu jagung dan padi. Benih rekalsitran optimal
minimumnya 20% contoh benih yaitu kakao dan manggis.
21 | P a g
bisa disimpan dalam waktu lama, ini dikarenakan kedelai umumnya
memiliki protein tinggi, benih yang memiliki protein tinggi cenderung cepat
mencuil atau pecah. Pengukuran kadar air secara langsung dengan
metode oven dan untuk pengukuran secara tidak langsung dengan
metode moisture test dimana hasil nya akan didapat lebih cepat.
22 | P a g
Pada hasil yang didapat dari jurnal dengan menggunakan metode
oven, sumber mengatakan mendapatkan kadar air benih kedelai tertinggi
didapatkan hasil rata-rata 9,28% dengan pengulangan lima kali.
Sedangkan hasil praktikum mendapatkan 7% pada metode oven.
23 | P a g
DAFTAR PUSTAKA
Copeland. L.O. dan M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science
and Technology.Burgess Publishing Company. New York. 369 p.
24 | P a g
MATERI III. PENGUJIAN VIABILITAS DAN VIGOR BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Viabilitas benih adalah kemampuan hidup benih.bila kita menanam
benih dengan memberikan semua faktor yang dibutuhkan untuk
berkecambah, tetapi benih itu tidak berkecambah mungkin disebabkan
benih Dorman atau benih kehilangan viabilitasnya. viabilitas benih menjadi
fokus dalam ilmu dan teknologi benih titik dalam proses produksi benih,
viabilitas benih diupayakan mulai dari lapang produksi hingga di
pemasaran titik benih diperlakukan berbeda dengan biji karena benih
harus mempertahankan viabilitasnya jangan sampai menurun.Faktor yang
mempengaruhi viabilitas benih pada saat benih diproduksi di lapangan
yaitu mutu sumber benih nya ketersediaan air, ketersediaan hara , lahan
produksi benih bersih, suhu cahaya yang cukup.faktor lingkungan yang
mendukung akan memfasilitasi terjadinya penyerbukan, fertilisasi serta
perkembangan benih berjalannormal. Benih dari beberapa tanaman dapat
dideteksi viabilitasnya beberapa saat setelah fertilisasi, semakin tua umur
benih, persentase perkecambahan meningkat mencapai maksimum
(Eny,dkk.2013)
25 | P a g
Viabilitas benih adalah daya hidup benih.Bila kita menanam benih
dengan memberikan semua factor yang dibutuhkan,tetapi benih tersebut
tidak berkembah ,mungkin disebabkan benih dorman atau benih Benih
yang bermutu akan menghasilkan tanaman yang bermutu pula. Mutu
benih mencakup mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisik. Mutu genetis
ditentukan oleh derajat kemurnian genetis sedangkan mutu fisiologis
ditentukan oleh laju kemunduran dan vigor benih Mutu fisik ditentukan
oleh kebersihan fisik Dari kondisi sumber benih yang telah terseleksi atau
teruji mutunya dimungkinkan dapat menghasilkan produktivitas yang
bagus (Isna .2016)
26 | P a g
induk sampai pemanenan, pengolahan, ketika dalam transportasi, sampai
sebelum ditanam.Vigor benih juga dipengaruhi oleh proses dan cara benih
dikeringkan, dibersihkan, disortir dan dikemas di unit pengolahan benih
(seed processing), serta cara dan kondisi penyimpanan benih( Ilyas 2012)
Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama,
tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya
serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal
sedangkan vigor yang rendah akan menghasilkan pohon yang buruk.
(Sudjadi, 2006)
2. Tujuan Pratikum
Untuk menentukan viabilitas dan vigor benih tanaman melalui
pengujian daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, first count test
dan index value test.
27 | P a g
B. Bahan dan Metode
1. Waktu dan Tempat
Pratikum struktur benih dilaksanakan di rumah masing-masing
pratikan dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk ke kampus.
Pratikum ini dilakukan di Dumai, Kota Dumai pada tanggal 12 Oktober
2020.
2. Alat dan bahan
Bahan dan yang digunakan untuk pratikum ini yaitu kertas stensil,
wadah plastik. Bahan yang digunakan adalah benih caisim dan benih
kacang hijau.
3. Cara Kerja
Disiapkan benih yang akan dijadikan sampel uji viabilitas dan vigor
benih, setelah benih dilakukan perendaman 6-12 jam. Benih yang sudah
selesai perendaman, dikeringkan selama 10 menit.
Disiapkan 3 lembar kertas stensil yang telah dilembabkan,
diletakkan terhampar diatas meja kerja (2 lembar untuk alas dan 1 untuk
penutup benihnya).Benih diletakkan diatas kertas yang telah dibasahi
terlebih dahulu. Banyak benih yang dikecambahkan untuk masing-
masingnya sebanyak 50 biji, benih disusun secara teratur sebanyak 5
baris,lalu ditutup dengan satu lembar kertas stensil dan dilembabkan,di
gulung kearah panjang tisu,ditempakan di wadah plastik tertutup dan
lakukan 3 kali ulangan.
28 | P a g
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Monokotil
Jenis benih Jumlah benih Jumlah Jumlah benih Jumlah
berkecambah normal kecambah keras benih mati
(sawi) abnormal
Hitungan Hitungan
pertama terakhir
Ulangan 1 43 7 11 0 0
Ulangan 2 47 3 16 0 0
Ulangan 3 46 4 10 0 0
Dikotil
Jenis benih Jumlah benih Jumlah Jumlah Jumlah
berkecambah normal kecambah benih keras benih mati
(kacang abnormal
hijau) Hitungan Hitungan
pertama terakhir
Ulangan 1 42 5 14 1 2
Ulangan 2 45 3 9 2 0
Ulangan 3 44 1 11 2 3
29 | P a g
Jenis Benih Daya Kecambah Benih PTM FCT IVT
( kacang
hijau) DB Kecambah Benih Benih
abnormal keras mati
Ulangan 1 94% 28% 2% 4% 94% 84% 34,09
Ulangan 2 96% 18% 4% 0% 96% 90% 36,21
Ulangan 3 90% 22% 4% 6% 90% 88% 30,16
2. Pembahasan
Benih yang memiliki mutu baik, dapat dilihat dari ukuran dan berat
benih. Vigor benih biasanya berkorelasi dengan ukuran benih, yang mana
dapat diketahui bahwa benih yang memiliki ukuran dan berat yang lebih
besar mempunyai vigor yang lebih baik. Ukuran benih dapat berpengaruh
terhadap perkecambahan benih serta berat benih berpengaruh terhadap
presentase perkecambahan. Tingkat kemasakan pada benih (masak
secara fisiologis) sangat penting untuk diketahui karena hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap viabilitasbenih dan vigor benih (Surahma dkk, 2012
Vigor merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal dan
berproduksi normal pada kondisi sub optimum Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah di lakukan didapatkan hasil terdapat kecambah
normal,kecambah abnormal,benih keras dan benih mati di dalam sampel
yang diamati pada praktikum viabilitas dan Vigor benih. Perlakuan untuk
setiap benih pastinya berbeda melihat kemampuan dan panjang akar
untuk mencapai unsur hara dalam tanah.
Pada praktikum kali ini benih yang digunakan yaitu benih sawi dan
benih kacang hijau yang berjumlah 50 benih di dalam satu ulangan di
mana kita melakukan praktikum ini sebanyak 3 ulangan, untuk viabilitas
dan Vigor benih.Jadi untuk total benih yaitu 150 benih yang digunakan
untuk viabilitas maupun untuk pengujian Vigor benih. Berdasarkan hasil,
diketahui bahwa daya kecambah benih sawi sebanyak 100% sedangkan
potensi tumbuh maksimum benih yaitu 100%. Dimana persentasi untuk
daya kecambah sangat tinggi, hal ini dapat terjadi karena benih yang
30 | P a g
digunakan masih terjaga viabilitas dan vigornya. Benih sawi tidak terjadi
kemunduran benih karena disimpan pada suhu yang tepat. Namun pada
beberapa benih sawi ada yang tumbuh secara abnormal yang ditandai
dengan batang yang miring, bentuk benih yang cacat dan
pertumbuhannya tidak seimbang dengan benih yang lain.
Kecambah tidak normal (abnormal) ditandai dengan kecambah
yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah dan akar primer yang
pendek, kecambah yang bentuknya cacat, perkembangannya lemah atau
kurang seimbang dari bagian-bagian lain yang penting, kecambah yang
tidak membentuk klorofil dan kecambah yang lunak (Tamin, 2007). Benih
dorman ditandai dengan tidak tumbuhnya benih setelah dilakukan
pengujian fisiologinya, sedangkan benih yang diakhir pengujian tidak
termasuk benih keras atau segar yang ditandai dengan benih busuk,
lunak, berubah warna atau bercendawan dan tidak menunjukkan tanda-
tanda perkembangan kecambah dinyatakan sebagai benih mati
Dan untuk pengamatan Vigor benih,pada FCT dimana pada
hitungan pertama benih yang berkecambah sebanyak 50% dan hitungan
ke-2 sebanyak 50% dan hitungan ke-3 sebanyak 31,25%. Sedangkan
untuk IVT pada ulangan pertama=4,ulangan ke 2=3,ulangan 3=2,16.
Angka IVT tersebut kecil dikarenakan menggunakan jumlah sampel benih
yang kecil pula yaitu sebanyak 16 benih tiap ulangan.benih yang memiliki
figur yang tinggi akan tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak
mendukung.
Pengujian kualitas benih sangat penting karena dengan terujinya
kualitas benih dapat memberikan jaminan kepada petani dan masyarakat
untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang baik sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan tentunya dapat menghindari petani
dari berbagai kerugian yang ditimbulkan (Lesilolo et al., 2013).
31 | P a g
DAFTAR PUSTAKA
Leisolo, M.K., Riry, J., Matatula, E. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota
Ambon. Jurnal Agrologia 2 (1): 1-9.
Sadjad, S., Muniarti, E., Ilyas, S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih
dari Komperatif ke Simulatif. Grasindo Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta.
Ilyas, S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih: Teori dan Hasil-hasil Penelitian.
IPB Press, Bogor
32 | P a g
MATERI IV. PENGUKURAN PERTUMBUHAN KECAMBAH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil tanaman di
lapangan, yaitu perkecambahan benih. Salah satu masalah penting yang
dapat mempengaruhi perkecambahan, pertumbuhan dan hasil tanaman
gandum, yaitu peningkatan suhu . Suhu tinggi dapat menyebabkan
terhambatnya penyerapan air dan zat-zat yang diperlukan saat
perkecambahan.Suhu tinggi juga dapatmerusak membran tilakoid yang
berfungsidalam proses fotosintesis, menurunkan laju fotosintesis daun,
meningkatkan aborsi embrio, menurunkan jumlah biji, menurunkan durasi
dan laju pengisian biji, terjadi kerusakan protein, penghambatan sintesis
protein, inaktifasi enzim yang terdapat pada klorofil dan mitokondria
(Prakash et al. 2004; Yin et al. 2009).
Viabilitas adalah kemampuan benih untuk berkecambah pada
kondisi yang optimal. Uji viabilitasdapat dilakukan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Penggunaan tetrazolium pada uji Tz merupakan salah satu uji
viabilitas benih secara kualitatif. Benih yang viabel merupakan benih yang
menunjukkan pewarnaan pada jaringan-jaringan yang nanti akan
berkembang menjadi kecambah normal. Adapun pengujian viabilitas benih
secara kuantitatif menggunakan persentase perkecambahan benih
sebagai tolok ukurnya.(Dewi hayati,et.all.2011)
33 | P a g
melibatkan proses fisiknya yaitu : terjadi ketika biji menyerap air (imbibisi)
akibat dari potensial air rendah pada biji yang kering. Proses kimianya
yaitu dengan masuknya air, biji mengembang dan kulit biji akan pecah.Air
yang masuk mengaktifkan embrio untuk melepaskan hormon giberelin
(GA) hormon ini mendorong aleuron (lapisan tipis bagian luar
endosperma) untuk mensistesis dan mengeluarkan enzim-enzim bekerja
enghidrolisis cadangan makanan yang terdapat dalam kotiledon dan
endosfilem. Proses ini menghasilkan molekul kecil yang larut dalam air
misalnya enzim amylase menghidrolisis pati dalam endosperma menjadi
gula. Selanjutnya gula dan zat-zat lainnya diserap dari endosperma oleh
kotiledon selama pertumbuhan embrio menjadi bibit tanaman (Pujiyanto,
2008).
2. Tujuan Pratikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur/menentukan
kekuatan tumbuh benih serta pertumbuhan akar dan batang kecambah.
34 | P a g
B. Bahan dan Metode
1. Waktu dan Tempat
Pratikum struktur benih dilaksanakan di rumah masing-masing
pratikan dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk ke kampus.
Pratikum ini dilakukan di Dumai, Kota Dumai pada tanggal 13 November
2020.
2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu kertas stensil,
germinator miring, handsrayer, pinset, dan alat tulis. Sedangkan bahan
yang dibutuhkan yaitu benih tanaman (jagung, kedelai, dan lain-lain).
3. Cara Kerja
Root and Shoot Growth Test (RSGT)
a) Benih dikecambahkan menurut uji daya berkecambah
menggunakan kertas stensil sebagai media perkecambahan.
Bedanya disini hanya digunakan 15 benih.
b) Benih diletakkan menurut garis lurus dari sisi memanjang yang
terletak kira-kira sepertiga dari sisi kertas. Letak masing-masing
benih dan diberi nomor 1 sampai dengan 15 pada kertas.
c) Untuk benih padi pengamatan pertama dilakukan 5 hari
sesudah perkecambahan (tergantung jenis benih). Pengamatan
dilakukan setiap dua hari berikutnya hingga 5 kali pengamatan.
Panjang akar dan batang tiap kecambah diukur dalam millimeter
(mm) dapat menggunakan mistar atau kertas millimeter block.
d) Pada akhir pengamatan, masing-masing panjang akar dan
batang kecambah dirata-ratakan. Pertambahan panjang akar
dan batang pada setiap pengamatan diplotkan dalam bentuk
grafik untuk melihat laju pertambahan panjang akar dan batang
kecambah.
35 | P a g
Seedling Growth Rate Test
a) Benih dikecambahkan sebagaimana prosedur RSGT
b) Pada akhir pengamatan atau hari ke-7 untuk jagung, hari ke-
14 untuk padi dan hari ke-8 untuk kedelai, seluruh bagian
organ penyimpan cadangan makanan (endosperm dan
kotiledon) dibuang menggunakan pinset.
c) Kecambah kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80
C selama 24 jam
d) Rata-rata bobot kering kecambah dinyatakan dalam satuan
mg.
36 | P a g
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Varietas padi Daya berkecambah
Batang Piaman 87,67%
Anak Daro 84,33%
Cisokan 80,34%
2. Pembahasan
Berdasarkan sumber jurnal diatas dapat dijelaskan bahwa varietas
Batang Piaman pada suhu 28°C memiliki daya kecambah tertinggi yaitu
87,67%.pada varietas Anak Daro pada suhu 32°C memiliki daya
kecambah tertinggi yaitu 84,33% tetapi ketika suhu meningkat
perkecambahan pun menurun dan pada varietas Cisokan pada suhu 36°C
memiliki daya kecambah tertinggi yaitu 80,34%. Dan pada varietas Batang
Piaman, Cisokan perkecambahan ikut menurun dengan meningkatnya
suhu.
Perkecambahan benih dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam.
Faktor dalam benih yaitu tingkat kemasakan benih, benih yang dipanen
sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai
viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang
cukup serta pembentukan embrio belum sempurna. Ukuran benih yang
besar dan berat juga mempengaruhi kecepatan pertumbuhan benih
karena air akan sulit masuk jika benih tersebut memiliki ukuran yang besar
dan kulit yang tebal. Hal yang paling penting adalah dormansi. Benih
dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.
Faktor lingkungan juga mempengaruhi perkecambahan benih
seperti air, perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap
37 | P a g
masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen.
Suhu juga mempengaruhi perkecambahan benih. Suhu yang
optimal akan sangat menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan benih dimana perentase perkembangan tertinggi dapat
dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26,5°C sampai 35°C
(Sutopo,2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan
perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain seperti sifat
dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh giberelin.
Perbedaan varietas juga menentukan tingkat toleransi terhadap
cekaman suhu tinggi. Anak Daro mengalami peningkatan perkecambhan
pada saat suhu meningkat dari 28°C sampai 32°C, kemudian suhu
meningkat lagi viabilitas benih menurun akibat terganggunya proses
fisiologis kecambah pada cekaman suhu tinggi.
Perlakuan suhu yang berbeda juga mempengaruhi kadar air pada
benih padi. Temperatur yang tinggi dapat menurunkan ketersediaan air
bagi tanaman karena peningkatan transpirasi tanaman.
38 | P a g
DAFTAR PUSTAKA
Pujiyanto, S., (2008). Menjelajah Dunia Biologi untuk Kelas XI SMA dan
MA,Platinum, Jakarta
Zhang JH, Huang WD, Liu YP, Pan QH.2005. Effects of temperature
acclimation pretreatment on the ultra structure of mesophyll cellsin
young grape plants (Vitis vinifera L. cv. Jingxiu) undercross-
temperature stresses. J Integr. Plant Biol. 47:959-970
39 | P a g
MATERI V. SOIL EMERGENCE TEST
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Mutu benih mencakup mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisis.
Mutu genetis ditentukan oleh derajat kemurnian genetis sedangkan mutu
fisiologis ditentukan oleh laju kemunduran dan vigor benih. Benih dengan
vigor tinggi akan tumbuh lebih cepat karena benih tersebut berkecambah
dalam waktu yang relatif singkat. Pengujian vigor atau kekuatan tumbuh
benih menggunakan campuran tanah dengan pasir dikenal sebagai uji
muncul tanah atau Soil Emergence Test (SET).
Benih dikecambahkan dengan media tanah dan pasir kemudian
diamati pertumbuhan dan daya kecambahnya. Menurut Kamil (1986)
bahwa campuran tanah dan pasir yang biasanya digunakan adalah 1 : 1
atau 1 : 2. Tanah dan pasir yang akan dipakai terlebih dahulu dibersihkan
dari kotoran, batuan dan sisa-sisa tumbuhan atau binatang. Keberhasilan
produksi tanaman di lapangan salah satunya ditentukan oleh penggunaan
benih yang baik dan bermutu. Melalui pengujian kekuatan tumbuh ini
dapat diprediksi bagaimana pertumbuhan tanaman pada stadia
selanjutnya dilapangan.
Menurut Endang, dkk (1999) vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih
yang mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang
cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan
vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan
dan perkembangan kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran
sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan
beberapa karakteristik yang berhubugan dengan penampilan suatu lot
benih yang antara lain: 1) Kecepatan dan keserempakan daya
berkecambah dan pertumbuhan kecambah; 2) Kemampuan munculnya
titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan; 3) Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami
penyimpanan.
40 | P a g
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam
akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan
kualitas yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai “kekuatan
tumbuh” untuk menjadi tanaman yang normal meskipun keadaan biofisik
lapangan kurang menguntungkan (suboptimal). Vigor dapat dibedakan
atas vigor benih, vigor kecambah, vigor bibit; vigor tanaman.
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi,
artinya dari benih bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang
tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan dengan tahan disimpan lama,
tahan terhadap serangan hama dan penyakit, cepat dan pertumbuhannya
merata, mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Benih yang memiliki vigor rendah berakibat pada kemunduran
benih yang cepat selama penyimpanan, makin sempitnya keadaan
lingkungan di mana benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih
menurun, kepekaan akan serangan hama penyakit meningkat,
meningkatnya jumlah kecambah abnormal, dan rendahnya produksi
tanaman
Pengamatan dan penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada
potensi penampilan suatu lot benih baik secara fisiologis maupun fisik.
Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian benih pada kondisi
lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat diciptakan di
laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya tumbuh
benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan
mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa
aspek penampilan kecambah.
2. Tujuan praktikum
Untuk menentukan kekuatan tumbuh benih pada media tanah.
41 | P a g
B. Bahan dan Metode
3. Metode
42 | P a g
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Monokotil
Jenis Jumlah benih berkecambah pada pengamatan Jumlah Persentase
benih ke- kecambah uji muncul
normal tanah (%)
(sawi) 1 2 3 4 5 6 7
Ulangan 1 0 9 16 13 5 7 0 50 100%
Ulangan 2 0 11 18 4 12 2 0 50 100%
Rata-rata 30,71
Ulangan 1 25 25
Ulangan 2 29 21
Rata-rata 27 23
Dikotil
Jenis Jumlah benih berkecambah pada pengamatan Jumlah Persentase
benih ke- kecambah uji muncul
normal tanah (%)
(kacang 1 2 3 4 5 6 7
hijau)
Ulangan 1 8 13 7 9 6 2 0 45 90%
Ulangan 2 0 5 8 12 3 0 0 28 56%
Rata-rata 25,28
43 | P a g
Jenis benih Jumlah benih
berkecambah normal
(kacang
hijau) Hitungan I Hitungan
II
Ulangan 1 28 22
Ulangan 2 13 15
2. Pembahasan
44 | P a g
Media tanam yang digunakan harus lah tepat dan sesuai dengan tanaman
yang digunakan sehingga tidak terjadinya gagal tanam.
Campuran tanah dan pasir yang biasanya digunakan 1:1 atau 1:2.
Tanah dan pasir yang akan dipakai dibersihkan terlebih dahulu dari
kotoran ataupun dari sisa-sisa tumbuhan. Selanjutnya , benih ditanam di
media tanam tersebut. Percobaan ini tujuannya agar kita dapat
mengetahui daya kecambah benih pada lingkungan yang sub-optimal atau
biasa yang kita sebut dengan vigor benih.
45 | P a g
DAFTAR PUSTAKA
Nurjen, M., Sudiarso, dan Agung N. 2007. Peran pupuk kotoran ayam
dan pupuk nitrogen (urea) terhadap pertumbuhan dan hasil
kacang hijau (Phoseolus radiatus) varietas sriti. Agrivita 24 (1): 1-2.
46 | P a g
PENUTUP
Materi I
Kesimpulan
1. Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan
perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium)
2. Benih dikotil dan monokotil memiliki perbedaan yaitu pada biji
monokotil hanya memiliki satu biji dan satu kotiledon, sedangkan pada
biji dikotil memiliki dua kotiledon.
3. Pada biji monokotil, endosperm membentuk cadangan makanan
sedangkan pada biji dikotil tidak memiliki endosperm.
Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya praktikan lebih bersungguh-
sungguh dalam melakukan kegiatan praktikum
Materi II
Kesimpulan
1. Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, sering disebut
dengan metode oven, sedangkan pengukuran kadar air secara tidak
langsung kadar air di ukur menggunakan alat yang bernama Steinlete
Moisture Tester
2. Berdasarkan kadar airnya benih tergolong atas dua jenis yaitu
rekalsitran dan orthodoks.
Saran
Diharapkan kepada pratikan agar dapat lebih banyak membaca jurnal
agar mempermudah dalam pratikum online ini.
Materi III
Kesimpulan
1. Viabilitas dan vigor benih sangat mempengaruhi perkecambahan
benih itu sendiri
47 | P a g
2. Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk
tumbuh secara normal pada kondisi yang optimum
3. Vigor adalah kemampuan benih dalam berkecambah pada lingkungan
yang sub optimal
Saran
Diharapkan pada pratikum selanjutnya pratikan lebih teliti dalam
perhitungan viabilitas dan vigor benih.
Materi IV
Kesimpulan
1. Dalam pengukuran kecambah benih dapat dilihat berdasarkan
banyak hal seperti pertumbuhan batang, akar, daun, juga termasuk
berat basah tanaman nantinya. Jurnal yang dijadikan sebagai
pembanding memilik faktor eksternal seperti suhu dan cahaya.
2. Pertumbuhan merupakan suatu peristiwa perubahan biologis yang
terjadi padamakhluk hidup yang berupa pertambahan ukuran (volume,
massa, tinggi) dan sifatnyairreversibel (tidak dapat kembali ke asal).
Saran
Diharapkan pada pratikum selanjutnya pratikan lebih serius dalam
megikuti kegiatan pratikum online
Materi V
Kesimpulan
1. Pengujian vigor atau kekuatan tumbuh benih menggunakan campuran
tanah dengan pasir dikenal sebagai uji muncul tanah atau Soil
Emergence Test (SET).
2. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh genetis benih,
fisiologis, mekanis dan mikroba
Saran
Melakukan praktikum dengan baik dan benar, perbandinga antara tanah
dan pasir harus tepat 1:1 agar hasil yang didapatkan lebih valid.
48 | P a g
LAMPIRAN
1. Data perhitungan
Kadar air
Keterangan :
BK : Berat kering
(gram)
49 | P a g
Viabilitas benih
DB =
Kecambah abnormal =
Benih keras =
Benih mati =
monokotil
ulangan 1 : DB = = 100%
kecambah abnormal = = 22 %
ulangan 2 : DB = = 100%
kecambah abnormal = = 32 %
ulangan 3 : DB = = 100 %
kecambah abnormal = = 20 %
dikotil
ulangan 1 : DB = = 94%
kecambah abnormal = = 28 %
benih keras = = 2%
benih mati = = 4 %
50 | P a g
ulangan 2 : DB = = 96%
kecambah abnormal = = 18%
benih keras = = 4%
benih mati = = 0%
ulangan 3 : DB = = 90%
kecambah abnormal = = 22%
benih keras = = 4%
benih mati = = 6%
PTM =
monokotil
dikotil
51 | P a g
Vigor benih
FCT =
monokotil
dikotil
IVT =
52 | P a g
Soil emergence
Monokotil
%muncul tanah =
Dikotil
%muncul tanah =
53 | P a g
2. Dokumentasi Kegiatan
a. Struktur benih tanaman
Pemotongan
buah dan biji
Menggambar
struktur buah
dan biji
54 | P a g
b. Kadar air benih
Kegiatan Tanggal kegiatan Dokumentasi
Menonton video 24 Oktober 2020
pratikum
kegiatan 2
metode oven
55 | P a g
c. Viabilitas dan vigor benih
Kegiatan Tanggal Dokumentasi
Perendaman benih 12 Oktober 2020
kacang hijau (Vigna
radiata) dan sawi
(Brassica chinensis)
56 | P a g
Benih yang sudah 12 oktober 2020
digulung
12 oktober 2020
Benih yang sudah
dimasukkan ke
dalam wadah
plastik dan diberi
label
57 | P a g
Benih yang 22 oktober 2020
berumur 7 hari
Membaca 13 November
Jurnal 2020
58 | P a g
e. Soil emergence
Kegiatan Tanggal Dokumentasi
Perendaman benih 20 oktober 2020
kacang hijau dan sawi
59 | P a g
Umur benih 3 hari
setelah tanam pada
Ulangan II
60 | P a g