Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

DASAR-DASAR TEKNOLOGI BENIH

OLEH :
NAMA : RANI PUSPITA SARI
NO. ABSEN : 3
NO. BP : 1910211008
KELAS : AGRO D
DOSEN PENANGGUNG JAWAB : Elara Resigia, S.P., M.P.
PRAKTIKUM

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT atas


rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
akhir praktikum Dasar-Dasar Teknologi Benih pada tahun ajaran Ganjil
2020/2021. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Dosen penanggungjawab praktikum (Elara Resigia, S.P., M.P.) yang
telah memberikan pengarahan dan membimbing selama pratikum
berlangsung
2. Dosen mata kuliah Dasar – Dasar Teknologi Benih yang telah
menambah wawasan dan pengetahuan tentang teknologi benih
selama perkuliahan
3. Teman – teman kelas Dasar – Dasar Teknologi Benih yang sudah
membantu dalam dalam menyelesaikan laporana akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.


Oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini dan supaya bisa dijadikan acuan untuk
praktikum selanjutnya.

Padang, 27 November 2020

Penulis

Rani Puspita Sari

ii | P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................vii

MATERI I. STRUKTUR BENIH TANAMAN


A. Pendahuluan ............................................................................. 1
B. Bahan dan Metode .................................................................... 4
C. Hasil dan Pembahasan ............................................................. 5
D. Daftar Pustaka.................................................................................14

MATERI II. PENETAPAN KADAR AIR BENIH


A. Pendahuluan...................................................................................15
B. Bahan dan Metode..........................................................................20
C. Hasil dan Pembahasan...................................................................21
D. Daftar Pustaka.................................................................................24

MATERI III. PENGUJIAN VIABILITAS DAN VIGOR BENIH


A. Pendahuluan...................................................................................25
B. Bahan dan Metode..........................................................................28
C. Hasil dan Pembahasan...................................................................29
D. Daftar Pustaka.................................................................................32

MATERI IV. PENGUKURAN PERTUMBUHAN KECAMBAH


A. Pendahuluan...................................................................................33
B. Bahan dan Metode..........................................................................35
C. Hasil dan Pembahasan...................................................................37
D. Daftar Pustaka.................................................................................39

iii | P a g
MATERI V. SOIL EMERGENCE TEST
A. Pendahuluan...................................................................................40
B. Bahan dan Metode..........................................................................42
C. Hasil dan Pembahasan...................................................................43
D. Daftar Pustaka.................................................................................46

PENUTUP..................................................................................................47
LAMPIRAN.................................................................................................49

iv | P a g
DAFTAR TABEL

Tabel 1........................................................................................................5
Tabel 2.......................................................................................................21

Tabel 3.......................................................................................................29

Tabel 4.......................................................................................................37

Tabel 5.......................................................................................................43

v|Pag
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1...................................................................................................54
Gambar 2...................................................................................................55

Gambar 3...................................................................................................58

Gambar 4...................................................................................................58

Gambar 5...................................................................................................59

vi | P a g
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.................................................................................................49
Lampiran 2.................................................................................................54

vii | P a g
MATERI I. STRUKTUR BENIH TANAMAN

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang

Benih secara agronomi merupakan fase generatif dari siklus


kehidupan tumbuhan yang dipakai untuk memperbanyak dirinya
(multiplication) sedangkan menurut ilmu botani yang dimaksud dengan
benih adalah biji yang bersal dari ovule yang telah masak (mature). Benih
terdiri dari tiga komponen utama yaitu kulit benih (seed coat), cadangan
makanan (endosperm) dan embrio. Kulit benih terbentuk dari integument
pada ovule. Pada beberapa species kulit benih tidak tembus air
(waterproof) seperti pada benih berkulit keras sehingga dibutuhkan
banyak air untuk melunakkan kulit biji tersebut sebelum
dikecambahkan(Afrima,dkk.2020)

Benih menurut petani adalah biji masa yang telah diseleksi dengan
ketentuan benih dengan ukuran beragam warna yang baik, tidak keriput ,
normal dan tidak cacat dan siap untuk ditanam di lapangan.Pertumbuhan
dan perkembangan pada tumbuhan biji dimulai dengan
perkecambahanan. Benih matang pada umumnya terdiri dari tiga struktur
dasar, yaitu embrio jaringan penyimpanan bahan makanan dan kulit
benih. Embrio yang mengandung daun lembaga atau kotiledon, plumula,
hipokotil dan bahan akar.Jaringan penyimpanan bahan makanan dari
suatu benih mungkin dalam bentuk daun lembaga, endosperm atau
perism.Kulit benih dapat terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang
relatif kuat dan lapisan dalam yaitu lapisan luar yang lebih tipis.Pada benih
tertentu dapat pula hanya merupakan lapisan tunggal saja.Tipe
perkecambahan benih mungkin saja hipogeal atau mungkin pula
epigeal.Pada kecambah hipogeal kotiledon tetap tinggal di dalam tanah
tetapi pada kecambah epigeal kotiledon terangkat ke atas karena hipokotil
bertambah panjang lebih cepat dari epikotil (Kartasapoetra.1998)

1|Pag
Secara botanis buah normal adalah ovary yang sudah matang
(mature ovary), sedangkan biji adalah ovule yang sudah dewasa (mature
ovule). Setiap benih yang matang (mature seed) selalu paling kurang
terdiri dari 2 bagian yaitu (1) embryo berasal dari sel telur yang dibuahi
(zygot) dengan mengalami pembelahan sel pada embryo sac. Embryo
terdiri dari bakal akar, bakal batang, kotiledone, endosperma. Pada
monocotyl endosperma merupakan bagian terbesar sebagai suatu
jaringan cadangan makanan (storage tissue), pada dicotyl endosperma
tidak diketemukan lagi karena sudah habis diserap oleh embryo selama
pertumbuhannya. (2) kulit benih (seed coat atau testa) yang berkembang
dari integumen atau perpaduan dari kulit buah (pericarp) dengan kulit biji.
Atau pericarp dan kulit biji bersatu dengan tangkai ovule (funiculus).
Fungsi kulit benih adalah (1) pelindung bagian dalam benih (2) pelindung
mekanis benih (3) menghambat masuknya jasad renik ke dalam benih (4)
mengatur kecepatan penyerapan air (5) mengatur kecepatan masuknya
oksigen, karbondioksida, dan gas lain (6) mengatur perkecambahan dan
menyebabkan dormansi(Widodo dan sumarak 2007)

Benih sering di sama artikan dengan biji namun terdapat


perbedaan yang mendasar yaitu diantara kedua istilah tersebut,yakni
perbedaan tersebut terletak pada fungsinya di mana benih berfungsi
sebagai alat perbanyakan dari suatu tanaman yang dapat dilihat dari nilai
kehidupannya,sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan gimana
biji ini dilihat dari nilai memiliki keragaman jenis baik, ukuran, maupun
struktur bagiannya.benih seharusnya memiliki kualitas yang baik agar
tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik.

Buah merupakan organ tumbuhan yang didalamnya terdapat


biji.Buah biasanya berkembang dari alat alat kelamin betina tetapi
seringkali bagian-bagian lain pada ikut serta dalam menyusun
buah.Struktur buah turut menentukan penyebaran bijinya. Dalam 1 buah
bisa terdapat beberapa biji dan juga bisa terdapat 1 biji, di mana biasanya

2|Pag
buah ini terdiri dari buah kering atau buah berdaging
(Hasanuddin,dkk.2017)

Buah adalah suatu hasil dari proses akhir yang mulai dari
penyerbukan atau persarian. Pada hakikatnya buah hanya dibedakan
kedalam 2 jenis, yang pertama adalah buah semu dan yang kedua adalah
buah sejati. Tak lepas dari penamaan buah tersebut menjadi buah sejati
dan buah semu dapat dilihat dari struktur buah dan bagian – bagian buah
yang ada pada buah. Misalnya dikatakan buah sejati atau buah
sebenarnya adalah ketika bentuk buah tidak terhalangi oleh bagian –
bagian buah yang ada, pengecualian tetap ada, seperti pada buah jambu
mete terlihat tangkai bunga yang membesar seperti buah, padahal
bagianyang membesar itu bukan buah tapi tangkai buah (Sutopo, 2002).

Buah memiliki bagian yang disebut sebagai perikarp, yaitu dinding


buah yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada bunga.
Perikarp ini dibagi ke dalam beberapa lapisan yaitu, lapisan paling luar
yang disebut exocarp atau epikarp, lapisan pada bagian tengah yang
disebut mesocarp, dan lapisan paling dalam yang disebut endocarp.
( Gembong Tritjosoepomo.2005)

2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari struktur


buah dan benih beberapa species tanaman monokotil dan dikotil

3|Pag
B. Bahan dan Metode
1. Waktu dan Tempat
Pratikum struktur benih dilaksanakan di rumah masing-masing
pratikan dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk ke kampus.
Pratikum ini dilakukan di Dumai,Riau pada tanggal 30 September 2020
2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah : pisau


dan ATK (Alat Tulis Kantor) sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu
benih dan buah monokotil. Untuk buah yang di gunakan yaitu: buah salak,
jeruk nipis dan buah mentimun, sedangkan benih yaitu:kacang tanah,
cabai dan pinang.

3. Cara kerja
Disiapkan Buah dan benih tanaman monokotil dan dikotil ,untuk
benih ,benih di rendam dengan air terlebih dahulu selama 6-24 jam
(maksimal) agar benih tersebut lunak sehingga mudah untuk diiris.Lalu
buah dan benih tersebut diiris,tampak luar (gambar buah dan benih utuh )
dari masing-masing buah dan benih di amati dan di gambarkan,setelah itu
di amati warna, tekstur kulit benih serta struktur tambahannya jika ada dan
gambarkan masing-masing irisan membujur dan melintang dari benih
tersebut. Lakukan hal yang sama pada buah.Dan di berikan keterangan
yang jelas dari hasil yang diamati.

4|Pag
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Buah Mentimun (Cucumus
sativus) Monokotil
Tampak luar

Keterangan :

1. Kulit buah

Tampak dalam

Penampang membujur Penampang melintang

Ket: Ket:

1.Kulit buah 1.Kulit

2.Daging buah

buah 2.Daging

3.Biji buah buah

3.Biji buah

5|Pag
Buah salak (Salacca zalacca)
Monokotil
Tampak luar

Keterangan :

1. Kulit buah
2. Duri

Tampak dalam

Penampang membujur Penampang melintang

Ket: Ket:

1.kulit 1.Kulit

buah buah

2.Daging 2.Daging

buah buah

3.Biji buah

6|Pag
Biji Pinang (Areca
catechu) Monokotil
Tampak luar

Keterangan :

1. Kulit buah
2. Tempat melekat tangkai buah

Tampak dalam

Penampang membujur Penampang melintang

Ket: Ket:

1. Tempat 1.Kulit
melekat
buah 2.Biji
tangkai buah
buah
2. Kulit buah
3.Poros
3.Biji buah
embrio

7|Pag
Buah Jeruk Nipis (Citrus
aurantiifolia) Dikotil
Tampak luar

Keterangan :

1. Tangkai buah
2. Kulit buah

Tampak dalam

Penampang membujur Penampang melintang

Ket: Ket:

1.Kulit 1.Kulit

buah 2.Biji buah

buah 2.Daging

3.Daging buah

buah 3.Bulir

buah 4.Biji

buah

8|Pag
Buah cabai (Capsicum
sp) Dikotil
Tampak luar

Keterangan :

1. Tangkai buah
2. Kulit buah

Tampak dalam

Penampang membujur Penampang melintang

Ket: Ket:

1.Kulit 1.Kulit

buah buah

2.Septa 2.Septa

3.Biji cabe 3.Biji

cabe

9|Pag
Biji Kacang tanah (Arachis
hypogaea) Dikotil
Tampak luar

Keterangan :

1. Kulit biji
2. Kotiledon

Tampak dalam

Penampang membujur Penampang melintang

Ket: Ket:

1.Kulit 1.Kulit biji

biji 2.Kotiledon

2.Kotiledon

2. Pembahasan

Pada pratikum kali ini,yang kita amati adalah struktur buah dan
benih dikotil dan monokotil tampak luar,secara melintang dan membujur.
Pengelompokkan tumbuhan menjadi kelompok sub–sub yang lebih kecil
tentu didasarkan atas ciri yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Kelompok
angiospermae merupakan divisi tumbuhan dengan jumlah spesies yang
besar dibanding dengan gymnospermae. Kemudian, kelompok

10 | P a g
angiospermae (tumbuhan biji tertutup) dibagi menjadi dua kelas yang
didasarkan pada jumlah keping biji, monokotil dan dikotil. Baik monokotil
dan dikotil merupakan kelompok tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae)
yaitu tumbuhan yang mengalami pembuahan ganda serta memiliki daging
buah.Angiospermae dikelompokkan menjadi dua kelas yang didasarkan
pada jumlah keping biji atau daun lembaga pada bakal embrionya.
Keragaman kelompok tumbuhan memiliki jenis-jenis berdasarkan
satu keping biji dikelompokkan sebagai tumbuhan monokotil, dan dua
keping biji yang dikelompokkan menjadi tumbuhan dikotil (tumbuhan
belah). Ciri-ciri lain untuk dapat membedakan tumbuhan monokotil dan
dikotil diantarnya dapat dilihat dari bagian-bagian tubuh tumbuhan
tersebut, seperti bagian akar, batang, daun dan bunga.
Ciri-ciri perbedaan tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil
1.Tumbuhan Dikotil
a.Akar Berupa akar tunggang.
b.Batang Berkambium dan bercabang-cabang.
c.Daun Bertulang daun sejajar atau melengkung.
d.Bertulang daun menyirip atau menjari,
e.Bunga Umumnya bagian bunga berjumlah 2, 4 dan 5 atau kelipatannya.
f.Berkas pengangkut pada batang: Pembuluh kayu dan pembuluh tapis
letaknya teratur. Pembuluh kayu sebelah dalam dari pembuluh tapis.

2.Tumbuhan Monokotil
a.Akar Tersusun atas akar serabut.
b.Batang Tidak berkambium.
c.Daun berbentuk pita dan panjang.
d.Daun lebar-lebar, dengan bentuk beraneka ragam.
e.Bunga Umumnya bagian-bagian bunga berjumlah 3 atau kelipatannya.
f.Berkas pengangkut pada batang: Pembuluh kayu dan pembuluh tapis
letaknya tersebar pada batang(popy.2018).
Pengamatan pertama adalah pengamatan pada buah
mentimun.Buah mentimun tersebut di potong secara membuur dan

11 | P a g
melingkar.Buah mentimun termasuk buah monokotil Karena mempunyai
biji yang berkeping satu. Mentimun memiliki daun berbentuk bulat dengan
ujung daun runcing berganda, berwarna hijau muda sampai hijau tua ..
Kalau kita lihat batangnya mentimun adalah memiliki batang yang
berwarna hijau, berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan
umumnya batang mentimun mengandung air dan lunak. Kemudian
akarnya tunggang dan berakar serabut.Struktur morfologi dari buah
mentimun yaitu eksokrap,mesokarp dan endokrap.DImana eksokarp
merupakan kulit buah mentimun,mesokrap merupakan daging buah
sedangkan biji merupakan endokrap.
Pengamatan kedua adalah pengamatan pada buah salak di mana
bos salah ini merupakan buah yang termasuk ke dalam golongan buah
monokotil.Buah salak termasuk ke dalam famili araceae. Pada umumnya
buah salak berbentuk bulat atau bulat telur terbalik dengan bagian ujung
runcing dan terangkai rapat dalam tandan buah yang muncul dari ketiak
pelepah daun. Kulit buah tersusun seperti sisik-sisik berwarna coklat
kehitaman. Daging buah tidak berserat berwarna putih kekuningan, kuning
kecoklatan, atau merah tergantung varietasnya. . Dalam satu buah salak
mengandung 1 – 3 biji. Bijinya berwarna coklat berbentuk persegi dan
berkeping satu. Lembaganya tidak tahan dalam lingkungan yang kering
sehingga biji salak yang akan dikecambahkan harus lansung dibungkus
plastik atau kertas lembap..
Pengamatan ketiga yaitu pada buah jeruk nipis .yang termasuk ke
dalam famili rutaceae dan kedalam jenis citrus. bila dilihat dari potongan
membujur atau dari penampang membujur nya mempunyai struktur di
mana terdapat eksokrap,mesokarp albedo dan seed atau biji. Buah jeruk
nipis mempunyai beberapa bagian yang terdiri dari kulit luar (albedo), kulit
dalam (flavedo), buah (endocarp) berupa butiran kecil yang berisi cairan
yang rasanya manis dan banyak mengandung vitamin C.
Selanjutnya yaitu pengamatan pada benih,dimana untuk benih yang
diamati yaitu benih dikotil dan monokotil. Perbedaan benih dikotil dan
monokotil yaitu : Biji monokotil hanya memilkiki satu biji dan satu kotiledon

12 | P a g
(bakal daun) yang ada di embrio. Sementara biji dikotil memiliki dua biji
dan dua kotiledon. Karena itu bila biji monokotil berkecambah, biji akan
menghasilkan daun tunggal yang berbenduk panjang dan sempit.
Sebaliknya bila biji tanaman dikotil berkecambah, biji dikotil akan
menghasilkan dua daun kecil. Kotiledon pada biji tanaman monokotil tipis
dan kecil sementara pada biji tanaman dikotil kotiledinnya tebal. Tanaman
dikotil menggunakan kotiledon yang tebal ini sebagai cadangan makanan
untuk biji ini saat tumbuh menjadi benih. Karena kotiledon atau bakal daun
monokotil kecil, maka daun yang dihasilkan pada benih juga akan
berukuran kecil dan tipis pula. Sementara daun dikotil akan berbenih
dengan daun yang lebih tebal dan bulat. Endosperm ada pada biji
monokotil sebagai cadangan makanan. Sebaliknya pada tanaman dikotil,
bijinya umumnya tidak memiliki endosperm karena cadangan makanan
disimpan di kotiledon tadi. Biji monokotil memiliki lapisan koleorhiza dan
koleoptil, atau pelindung ujung akar dan pelindung ujung batang.
Keduanya tidak ada di biji dikotil.
Pada benih kacang tanah terlihat jelas selaput benih, plumula yang
menjadi bakal daun serta radikula yang menjadi bakal akar, yang paling
luas bentuknya adalah kotiledon. Secara rinci bagian-bagian dari benih
kacang tanah adalah spermodermis (testa: kulit benih), kotiledon (daun
lembaga), plumulae (pucuk lembaga), radikula (akar Lembaga), hipokotil
dan epikotil (Nurindah dkk, 2012)

13 | P a g
DAFTAR PUSTAKA

Afrima sari,dkk .2020. Modul DDTEKBEN pada Masa Pandemi . Padang :


Laboratorium Teknologi Benih,Agroteknologi Fakultas
Pertanian,Universitas Andalas.
Gembong Tritjosoepomo.2005.Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Hasanuddin,Muhibbuddin,dkk.2017. Anatomi Tumbuhan.Banda
Aceh:Syiah Kuala University Press
Kartasapoetra.1986.Teknologi Benih Pengolahan Bahan dan Tuntunan
Pratikum.Jakarta :PT Bina Jakarta
Nurindah, N., O.T.Siregar, R.Anjani, F. Putri. 2012. Struktur Benih.
Fakultas Pertanian. Unpad.
Popy Meilina.2018.Implementasi Aumented Reality Sebagai Pembelajaran
Pertumbuhan Tanaman Dikotil Dan MOnokotil Untuk Sekolah Dasar.
Jurnal Sistem Informasi, Teknologi Informatika dan
Komputer.Volume 9
Salisbury, Frank B dan Cleon Wross. 1985. Fisiologi Tumbuhan. Bandung
: ITB Bandung.

Suarni dan S. Widowati. 2004. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung.


Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.

14 | P a g
MATERI II. PENETAPAN KADAR AIR BENIH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pengolahan benih merupakan serangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk menghasilkan benih p yang bermutu tinggi. Proses
pengolahan benih tersebut antara lain meliputi kegiatan : penerimaan hasil
panen, pengeringan, pembersihan/sortasi, pengujian, pengemasan dan
penyimpanan. Setiap kegiatan dari rangkaian proses pengolahan benih
tersebut akan sangat mempengaruhi mutu/kualitas benih yang dihasilkan
(Dinarto, W. dan Astriani, D. 2008)

Hubungan kadar air dan umur benih pada umumnya ialah bahwa
untuk setiap kenaikan 1% kadar air benih, umur benih menurun
setengahnya. Hukum ini berlaku untuk benih dengan kadar air antara 5
dan 13 Kadar air di atas 13%, cendawan dan peningkatan panas akibat
respirasi mengakibatkan umur benih menurun pada tingkat yang lebih
cepat. Ketika kadar air benih mencapai 18 sampai 20 %, peningkatan
respirasi dan aktifitas mikroorganisme menyebabkan deteriorasi benih
yang cepat. Pada kadar air 30 %, sebagian besar benih yang tidak
dorman mulai berkecambah. Pada kadar air tingkat rendah, benih yang
disimpan pada kadar air 4 sampai 5 % tidak terpengaruh oleh cendawan,
tetapi benih-benih tersebut memiliki umur simpan yang lebih pendek dari
benih yang disimpan pada kadar air yang sedikit lebih tinggi.Tinggi
rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang demikian
penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan
umum dari benih tersebut .Pengeringan adalah usaha menurunkan kadar
air susut bahan sampai kadar air keseimbangan dengan kondisi udara
pengering atau sampai tingkat kadar air yang aman untuk disimpan
(Syarief.1997)

15 | P a g
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam
benih.tinggi rendahnya kandungan air dalam benih tersebut memegang
peranan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap viabilitas benih
oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu dilakukan agar
benih memiliki kadar air yang standar berdasarkan kebutuhannya.
(Sutopo.2002)

Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air


benih dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih dan ini
yang disebut dengan metode oven.Dan pengukuran kadar air benih
secara tidak langsung di mana kadar air benih diukur tanpa mengeluarkan
air biasanya dengan menggunakan alat yang bernama Stelalete Moisture
Tester (Hasanah.2002)

Benih merupakan material yang higroskopis di mana memiliki


susunan yang kompleks dan merupakan bagian yang fundamental
terdapat demikian rupa dalam benihmerupakan bagian yang fundamental
terdapat demikian rupa dalam benih artinya terdapat di setiap bagian
dalam benih.Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu
tergantung pada kelembaban relatif dan temperatur.Kelembababan relatif
dan temperatur menentukan dalam adanya tekanan uap dalam benih dan
dalam udara di sekitarnya, Apabila tekanan uap air di dalam benih lebih
besar daripada tekanan di sekitarnya maka air akan menerobos dan
keluar dari dalam benih.Dan apabila tekanan uap air di dalam benih sama
kuatnya dengan tekanan uap air di luar benih maka keadaan demikian
tidak akan terjadi pergerakan uap air serta dalam keadaan demikian
terjadinya kadar air yang seimbang. (Kartasapoetra.1986.)

Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut
untuk disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih
maka umur benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk
kandungan air benih antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan
menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid

16 | P a g
di dalam benih. Sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan gudang
yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Hong dan Ellis 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama


penyimpanan dibagi menjadi factor internal dan eksternal. Faktor internal
mencakup sifat genetik , daya tumbuh dan vigor , kondisi kulit dan kadar
air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi
gas, suhu dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan Donald, l985).

Pengujian benih dilakukan dilaboratorium untuk menentukan baik


mutu fisik maupu mutu fisiologik suatu jenis atau kelompok benih.
Pengujian terhadap mutu fisik benih diantaranya adalah uji kadar air
benih. Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat
penting untuk dilaksanakan karena laju kemunduran suatu benih
dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Selain itu kadar air benih sangat
berpengaruh terhadap daya simpan benih. Makin rendah kadar air benih,
makin lama daya simpan benih tersebut. Selama perkembangan,
pemasakan dan pematangan, kadar air benih menurun perlahan – lahan
hingga benih yang dipanen akhirnya mengering sampai batas yang tidak
ada.

Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih


adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan
menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras
habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang
perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi
perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan
kerusakan pada embrio. (Mugnisjah, 1990)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air benih:

a) Tipe benih, menurut Sutarno (1997), secara teknologi dikenal benih


yang bersifat ortodoks dan rekalsitran. Benih ortodoks tidak mati walaupun
dikeringkan sampai kadar air yang relatif sangat rendah dengan cara

17 | P a g
pengeringan cepat dan juga tidak mati kalau benih itu disimpan dalam
keadaan suhu yang relatif rendah. contoh benih yang bersifat ortodoks
antara lain adalah benih Acacia mangium W. (Akasia), Dalbergia latifolia
R. (Sonobrit), Eucalyptus urophylla S. T. (Ampupu), Eucalyptus deglupta
B. (Leda), Gmelina arborea L. (Gmelina), Paraserianthes falcataria F.
(Sengon), Pinus mercusii Jung et de Vriese (Tusam), dan Santalum album
(Cendana). Benih yang bersifat rekalsitran, akan mati kalau kadar airnya
diturunkan sebelum mencapai kering dan tidak tahan di tempat yang
bersuhu rendah. Contoh benih ini adalah Agathis lorantifolia S. (Damar),
Diosypros celebica B . (Eboni), Hevea brasiliensis A.(Karet), Macadamia
hildenbrandii S. (makadame), Shore compressa, Shorea seminis V. SI.

b) Ukuran benih, menurut hasil penelitian Priestley (1986) menunjukkan


bahwa ukuran biji berpengaruh terhadap keseragaman pertumbuhan
tanaman dan daya simpan benih. Pada beberapa spesies, biji-biji yang
lebih kecil dalam suatu lot benih dari varietas yang sama mempunyai
masa hidup yang lebih pendek.

c) Penyimpanan, masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih


semakin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih.
Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko
terserang cendawan.

Cara penentuan kadar air benih pada garis besarnya dapat


digolongkan atas metode dasar dan metode praktek. Pada metode dasar,
benih itu dikeringkan atau dipanaskan pada temperatur tertentu sehingga
mencapai berat yang tetap, kehilangan berat sebagai akibat pemanasan
atau pengeringan itu selanjutnya ditentukan dan dianggap kadar air benih
asal. Pada metode praktek, penentuan kadar air benih berdasarkan atas
sifat konduktifitas dan dielektrik benih, yang kedua sifat ini tergantung dari
kadar air dan temperatur benih. Pada metode dasar antara lain termasuk
metode tungku (oven method). Pada metode praktek antara lain elektrik
moisture tester (Kuswanto, 1997

18 | P a g
2. Tujuan Pratikum

1. Mahasiswa mengetahui dan mampu melaksanakan pengujian


kadar air (Ka) dengan metode oven.
2. Mahasiswa dapat mengetahui berat basah dan berat kering
pada benih.
3. Mahasiswa dapat mengetahui beberapa kandungan air yang
terkandung dari benih

19 | P a g
B. Bahan dan Metode
1. Waktu dan Tempat
Praktikum pengukuran kadar air benih dilakukan pada 24 Oktober
2020 di rumah masing-masing yang bertempat di Dumai, Kota Dumai.

2. Alat dan bahan


Adapun alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah: Oven
listrik, alat uji Kadar Air (Moisture Test), cawan, dan timbangan analitik.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih kedelai.

3. Cara Kerja

a. Metode penetapan kadar air dengan oven

Ditimbang cawan (BC) menggunakan timbangan analitik,benih


kedelai diambil kemudian ditimbang sebanyak 5 gram (BB), kemudian
dihancurkan dengan menggunakan grinder selama 1 menit.Setelah itu,
benih yang sudah dihancurkan dimasukkan ke dalam cawanMasukkan
cawan yang telah berisi benih tersebut kedalam oven (sebelumnya atur

oven dengan suhu 1050C selama 18 jam.Setelah itu benih dikeluarkan


dari oven dan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit hingga
dingin,ditimbang berat kering benih tersebut beserta cawan (BK),kadar air
dihitung dengan menggunakan rumus (ISTA, 2015)

b. Metode penetapan kadar air dengan salah satu alat Moisture


Test

Alat moisture test yang akan digunakan diambil,ditimbang benih


sebanyak 0,5gram, kemudian dihancurkan menggunakan mortal.Benih
dimasukkan kedalam tempat yang telah tersedia pada alat. Tombol start
ditekan (tergantung alat) dan tunggu hasil yang didapatkan. Lakukanlah
sebanyak 3 kali ulangan.

20 | P a g
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
1.1 Tabel hasil penetapan kadar air menggunakan oven

Tabel 1. Hasil kadar air benih dengan metode oven


Berat cawan Berat Basah Berat Kering
Nama Kadar Air
(BC) (BB) (BK)
Benih Benih

Kedelai 7.1 gr 5 gr 4,65 gr 7%

D. Tabel 2. Hasil Kadar air benih dengan moisture test


Nama benih Kadar air benih

Kedelai 7,2%

2. Pembahasan
Kadar air merupakan komponen penting yang ada pada benih,
kandungan kadar air pada benih berbeda-beda pada tiap jenis benih nya.
Pada pembagian benih berdasarkan kadar air dibedakan menjadi dua
yakni benih orthodox merupakan jenis benih yang dapat disimpan optimal
pada kadar air yang relatif rendah yakni diantara 12%-15%, contoh benih-
benih orthodox yaitu jagung dan padi. Benih rekalsitran optimal
minimumnya 20% contoh benih yaitu kakao dan manggis.

Pengukuran kadar air sangat penting dilakukan, hasil pengukuran


kadar air dapat digunakan sebagai dasar untuk penetapan waktu panen,
karena panen harus dilakukan pada tingkat kadar air di biji nya dititik
tertentu. Tanaman serelia dipanen pada kadar air nya di 20% dan biji-
bijian maksimalnya di 30%. Karena jika sudah melebih angka batas ini
maka biji akan rapuh jika dikeringkan dibawah kadar air 20%, tetapi ini
semua tergantung pada faktor genetik biji nya.

Benih yang digunakan sebagai sampel adalah benih orthodox.


Namun untuk kedelai meskipun tergolong benih orthodox, benih nya tidak

21 | P a g
bisa disimpan dalam waktu lama, ini dikarenakan kedelai umumnya
memiliki protein tinggi, benih yang memiliki protein tinggi cenderung cepat
mencuil atau pecah. Pengukuran kadar air secara langsung dengan
metode oven dan untuk pengukuran secara tidak langsung dengan
metode moisture test dimana hasil nya akan didapat lebih cepat.

Sebelum dimulai nya pengukuran kadar air dengan metode oven,


benih dikeringkan terlebih dahulu, ini disebabkan karena benih dengan
kadar air diatas 17% maka pengukurannya dianggap tidak valid atau
gagal.

Penggunaan metode oven akan memiliki tingkat kevalid-an lebih


tinggi ini dikarenakan memilki tingkat ketelitian tinggi. Hasil metode oven
akan didapatkan dengan cara mengurangi bobot awal benih sebelum
dioven dengan bobot benih sesudah dioven. Metode oven juga dapat
digunakan disemua benih, hasil yang didapat dari metode oven tidak
hanya satu kali pengujian tetapi sudah diuji beberapa kali dengan
pengulangan. Keseragaman hasil pengulangan sangat penting karena
dapat mempengaruhi data.

Penggunaan metode oven harus menjalani beberapa langkah


sebelum mendapatkan hasil sehingga waktu yang dibutuhkan cukup
banyak. Selain itu metode oven harus menguji benih yang memiliki kadar
air dibawah 17%, ketentuan ini tidak berlaku untuk semua benih hanya
saja diutamakan kepada benih orthdox, hasil dari pengujian rawan akan
perbedaan yang signifikan jika tidak dilakukan prosesnya dengan teliti dan
tepat.

Keunggulan penggunaan moisture test yaitu tahapan untuk


mendapatkan hasil cepat dan tidak perlu diulang seperti pada metode
oven. Namun untuk hasil yang didapatkan memungkinkan untuk
mendapatkan ketidak samaan, penggunaan moisture test juga tidak bisa
kepada semua jenis benih.

22 | P a g
Pada hasil yang didapat dari jurnal dengan menggunakan metode
oven, sumber mengatakan mendapatkan kadar air benih kedelai tertinggi
didapatkan hasil rata-rata 9,28% dengan pengulangan lima kali.
Sedangkan hasil praktikum mendapatkan 7% pada metode oven.

Perbedaan hasil ini dipengaruhi oleh proses pengeringan benih


diawal berbeda dan hal ini juga dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan
genetik pada benih yang digunakan sebagai sampel. Karena kadar air
pada benih juga dipengaruhi oleh genetiknya. Hasil yang berbeda juga
didapati oleh penyimpanan benih sampel yang sudah berapa lama,
karena lama nya penyimpanan benih akan mempengaruhi kadar air benih
tersebut.

23 | P a g
DAFTAR PUSTAKA
Copeland. L.O. dan M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science
and Technology.Burgess Publishing Company. New York. 369 p.

Dinarto, W. dan Astriani, D. 2008. Pengaruh Wadah Penyimpanan dan


Kadar Air terhadap Kualitas Benih Jagung dan Populasi Hama
Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamaisMotsch). Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional dan Workshop Perbenihan dan
Kelembagaan : Peran Perbenihan dan Kelembagaan dalam
Memperkokoh Ketahanan Pangan, UPN “Veteran” Yogyakarta, 10-
11 November.

Hasanah,M.2002. Peran Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan


Industri BenihTanaman. IndustrKartasapoetra.1986

Hong T D and R H Ellis 2005. A protocol to determine seed storage


behaviour IPGRI Technical Bulletin No1. Dept. of Agric. The
University of Reading, UK.

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Penerbit ANDI, Yogyakarta

Mugnisjah, W. Q. Dan Asep Setiawan. 1990. Pengantar Produksi


Benih.Jakarta: Rajawali Press,

Priestley, D.A. 1986. Seed aging. Comstcok publishing associates. A


division of cornell Univ. Press

Syarief, R. dan J. Kumendong. 1997. Penanganan Panen dan Pasca


Panen Jagung dalam Rangka Meningkatkan Mutu Jagung untuk
Industri Ekspor. Jakarta :Temu Teknis BP BIMAS Dep. Pertanian.

Sutarno dkk,1997. Pengenalan Pemberdayaan Pohon Hutan. Prosea


Indonesia -Prosea Network Office. Pusat Diklat Pegawai & SDM
Kehutanan

Sutopo,L.2002. Teknologi Benih.Cetakan ke 5.PT.Raja Grafindo


Persada.Jakarta.

24 | P a g
MATERI III. PENGUJIAN VIABILITAS DAN VIGOR BENIH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Viabilitas benih adalah kemampuan hidup benih.bila kita menanam
benih dengan memberikan semua faktor yang dibutuhkan untuk
berkecambah, tetapi benih itu tidak berkecambah mungkin disebabkan
benih Dorman atau benih kehilangan viabilitasnya. viabilitas benih menjadi
fokus dalam ilmu dan teknologi benih titik dalam proses produksi benih,
viabilitas benih diupayakan mulai dari lapang produksi hingga di
pemasaran titik benih diperlakukan berbeda dengan biji karena benih
harus mempertahankan viabilitasnya jangan sampai menurun.Faktor yang
mempengaruhi viabilitas benih pada saat benih diproduksi di lapangan
yaitu mutu sumber benih nya ketersediaan air, ketersediaan hara , lahan
produksi benih bersih, suhu cahaya yang cukup.faktor lingkungan yang
mendukung akan memfasilitasi terjadinya penyerbukan, fertilisasi serta
perkembangan benih berjalannormal. Benih dari beberapa tanaman dapat
dideteksi viabilitasnya beberapa saat setelah fertilisasi, semakin tua umur
benih, persentase perkecambahan meningkat mencapai maksimum
(Eny,dkk.2013)

Negara Indonesia adalah negara agraris yang begitu melimpah akan


kekayaan alam dengan kondisi iklim yang sangat mendukung bagi
pengembangan budidaya tanaman. Namun demikian, petani juga
menyadari bahwa kondisi iklim dan cara bercocok tanam saja belum
menjadi jaminan bahwa tanaman dapat berproduksi secara optimal dan
kegiatan usaha tani yang dilakukan akan berhasil. Bagi petani sebagai
langkah awal di dalam usaha pembudidayaan tanaman perlu adanya
penyiapan benih dengan kualitas yang baik. Wacana tentang kualitas
benih berkaitan erat dengan viabilitas dan vigor benih (Lesilolo et al.,
2013).

25 | P a g
Viabilitas benih adalah daya hidup benih.Bila kita menanam benih
dengan memberikan semua factor yang dibutuhkan,tetapi benih tersebut
tidak berkembah ,mungkin disebabkan benih dorman atau benih Benih
yang bermutu akan menghasilkan tanaman yang bermutu pula. Mutu
benih mencakup mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisik. Mutu genetis
ditentukan oleh derajat kemurnian genetis sedangkan mutu fisiologis
ditentukan oleh laju kemunduran dan vigor benih Mutu fisik ditentukan
oleh kebersihan fisik Dari kondisi sumber benih yang telah terseleksi atau
teruji mutunya dimungkinkan dapat menghasilkan produktivitas yang
bagus (Isna .2016)

Vigor dicerminkan oleh vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan


benih. Kedua nilai fisiologis ini memungkinkan benih tersebut untuk
tumbuh menjadi normal meskipun keadaan biofisik di lapangan produksi
sub optimum. Tingkat vigor tinggi dapat dilihat dari penampilan kecambah
yang tahan terhadap berbagai faktor pembatas yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangannya. Sadjad (1999) menyatakan bahwa
ketahanan terhadap faktor pembatas juga dipengaruhi oleh mutu genetis
yang dicerminkan oleh varietas
Peningkatan mutu benih memerlukan usaha produksi benih antara
lain dilakukan di daerah dengan kondisi alam yang sesuai pertumbuhan
tanaman. Kondisi alam yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman dapat
dibagi ke dalam faktor lingkungan dan faktor sarana produksi yang
diberikan oleh manusia (Mugnisyah dan Setiawan, 1995).

Pengujian kualitas benih sangat penting karena dengan terujinya


kualitas benih dapat memberikan jaminan kepada petani dan masyarakat
untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang baik sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan tentunya dapat menghindari petani
dari berbagai kerugian yang ditimbulkan (Lesilolo et al., 2013).

Vigor merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal dan


berproduksi normal pada kondisi sub optimum. Vigor benih dipengaruhi
oleh berbagai faktor mulai dari ketika benih masih berada di tanaman

26 | P a g
induk sampai pemanenan, pengolahan, ketika dalam transportasi, sampai
sebelum ditanam.Vigor benih juga dipengaruhi oleh proses dan cara benih
dikeringkan, dibersihkan, disortir dan dikemas di unit pengolahan benih
(seed processing), serta cara dan kondisi penyimpanan benih( Ilyas 2012)

Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama,
tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya
serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal
sedangkan vigor yang rendah akan menghasilkan pohon yang buruk.
(Sudjadi, 2006)

2. Tujuan Pratikum
Untuk menentukan viabilitas dan vigor benih tanaman melalui
pengujian daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, first count test
dan index value test.

27 | P a g
B. Bahan dan Metode
1. Waktu dan Tempat
Pratikum struktur benih dilaksanakan di rumah masing-masing
pratikan dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk ke kampus.
Pratikum ini dilakukan di Dumai, Kota Dumai pada tanggal 12 Oktober
2020.
2. Alat dan bahan
Bahan dan yang digunakan untuk pratikum ini yaitu kertas stensil,
wadah plastik. Bahan yang digunakan adalah benih caisim dan benih
kacang hijau.
3. Cara Kerja
Disiapkan benih yang akan dijadikan sampel uji viabilitas dan vigor
benih, setelah benih dilakukan perendaman 6-12 jam. Benih yang sudah
selesai perendaman, dikeringkan selama 10 menit.
Disiapkan 3 lembar kertas stensil yang telah dilembabkan,
diletakkan terhampar diatas meja kerja (2 lembar untuk alas dan 1 untuk
penutup benihnya).Benih diletakkan diatas kertas yang telah dibasahi
terlebih dahulu. Banyak benih yang dikecambahkan untuk masing-
masingnya sebanyak 50 biji, benih disusun secara teratur sebanyak 5
baris,lalu ditutup dengan satu lembar kertas stensil dan dilembabkan,di
gulung kearah panjang tisu,ditempakan di wadah plastik tertutup dan
lakukan 3 kali ulangan.

28 | P a g
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Monokotil
Jenis benih Jumlah benih Jumlah Jumlah benih Jumlah
berkecambah normal kecambah keras benih mati
(sawi) abnormal
Hitungan Hitungan
pertama terakhir

Ulangan 1 43 7 11 0 0

Ulangan 2 47 3 16 0 0

Ulangan 3 46 4 10 0 0

Rata-rata 45.3 4.7 12.3 0 0

Persentase 100% 12.3% 0% 0%


(%)

Jenis Benih Daya Kecambah Benih PTM FCT IVT


( sawi)
DB Kecambah Benih Benih
abnormal keras mati
Ulangan 1 100% 22% - - 100% 86% 33,08
Ulangan 2 100% 32% - - 100% 94% 43,3
Ulangan 3 100% 20% - - 100% 92% 40,8

Dikotil
Jenis benih Jumlah benih Jumlah Jumlah Jumlah
berkecambah normal kecambah benih keras benih mati
(kacang abnormal
hijau) Hitungan Hitungan
pertama terakhir

Ulangan 1 42 5 14 1 2

Ulangan 2 45 3 9 2 0

Ulangan 3 44 1 11 2 3

Rata-rata 43.67 4.5 11.33 2.5 2.5

Persentase 96.34% 11.33% 2.5% 2.5%


(%)

29 | P a g
Jenis Benih Daya Kecambah Benih PTM FCT IVT
( kacang
hijau) DB Kecambah Benih Benih
abnormal keras mati
Ulangan 1 94% 28% 2% 4% 94% 84% 34,09
Ulangan 2 96% 18% 4% 0% 96% 90% 36,21
Ulangan 3 90% 22% 4% 6% 90% 88% 30,16

2. Pembahasan

Benih yang memiliki mutu baik, dapat dilihat dari ukuran dan berat
benih. Vigor benih biasanya berkorelasi dengan ukuran benih, yang mana
dapat diketahui bahwa benih yang memiliki ukuran dan berat yang lebih
besar mempunyai vigor yang lebih baik. Ukuran benih dapat berpengaruh
terhadap perkecambahan benih serta berat benih berpengaruh terhadap
presentase perkecambahan. Tingkat kemasakan pada benih (masak
secara fisiologis) sangat penting untuk diketahui karena hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap viabilitasbenih dan vigor benih (Surahma dkk, 2012
Vigor merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal dan
berproduksi normal pada kondisi sub optimum Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah di lakukan didapatkan hasil terdapat kecambah
normal,kecambah abnormal,benih keras dan benih mati di dalam sampel
yang diamati pada praktikum viabilitas dan Vigor benih. Perlakuan untuk
setiap benih pastinya berbeda melihat kemampuan dan panjang akar
untuk mencapai unsur hara dalam tanah.
Pada praktikum kali ini benih yang digunakan yaitu benih sawi dan
benih kacang hijau yang berjumlah 50 benih di dalam satu ulangan di
mana kita melakukan praktikum ini sebanyak 3 ulangan, untuk viabilitas
dan Vigor benih.Jadi untuk total benih yaitu 150 benih yang digunakan
untuk viabilitas maupun untuk pengujian Vigor benih. Berdasarkan hasil,
diketahui bahwa daya kecambah benih sawi sebanyak 100% sedangkan
potensi tumbuh maksimum benih yaitu 100%. Dimana persentasi untuk
daya kecambah sangat tinggi, hal ini dapat terjadi karena benih yang

30 | P a g
digunakan masih terjaga viabilitas dan vigornya. Benih sawi tidak terjadi
kemunduran benih karena disimpan pada suhu yang tepat. Namun pada
beberapa benih sawi ada yang tumbuh secara abnormal yang ditandai
dengan batang yang miring, bentuk benih yang cacat dan
pertumbuhannya tidak seimbang dengan benih yang lain.
Kecambah tidak normal (abnormal) ditandai dengan kecambah
yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah dan akar primer yang
pendek, kecambah yang bentuknya cacat, perkembangannya lemah atau
kurang seimbang dari bagian-bagian lain yang penting, kecambah yang
tidak membentuk klorofil dan kecambah yang lunak (Tamin, 2007). Benih
dorman ditandai dengan tidak tumbuhnya benih setelah dilakukan
pengujian fisiologinya, sedangkan benih yang diakhir pengujian tidak
termasuk benih keras atau segar yang ditandai dengan benih busuk,
lunak, berubah warna atau bercendawan dan tidak menunjukkan tanda-
tanda perkembangan kecambah dinyatakan sebagai benih mati
Dan untuk pengamatan Vigor benih,pada FCT dimana pada
hitungan pertama benih yang berkecambah sebanyak 50% dan hitungan
ke-2 sebanyak 50% dan hitungan ke-3 sebanyak 31,25%. Sedangkan
untuk IVT pada ulangan pertama=4,ulangan ke 2=3,ulangan 3=2,16.
Angka IVT tersebut kecil dikarenakan menggunakan jumlah sampel benih
yang kecil pula yaitu sebanyak 16 benih tiap ulangan.benih yang memiliki
figur yang tinggi akan tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak
mendukung.
Pengujian kualitas benih sangat penting karena dengan terujinya
kualitas benih dapat memberikan jaminan kepada petani dan masyarakat
untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang baik sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan tentunya dapat menghindari petani
dari berbagai kerugian yang ditimbulkan (Lesilolo et al., 2013).

31 | P a g
DAFTAR PUSTAKA

Eny,Endang,dkk.2018. dasar ilmu dan teknologi benih.Bogor : IPB press.

Leisolo, M.K., Riry, J., Matatula, E. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota
Ambon. Jurnal Agrologia 2 (1): 1-9.

Isna Tustiyani,Rama Adi,Dadi.2016. Pengujian Viabilitas Dan Vigor Dari


Tiga Jenis Kacangkacangan Yang Beredar Di Pasaran Daerah
Samarang, Garut. Jur.Agroekotek 8 (1) : 16 – 21

Sadjad, S., Muniarti, E., Ilyas, S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih
dari Komperatif ke Simulatif. Grasindo Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta.

Mugnisjah, W.Q., dan A. Setiawan. 1995. Pengantar Produksi Benih. Raja


Grafindo Persada, Jakarta

Surahman, M., E, Murniati, dan F, N, Nisya. 2012. Pengaruh Tingkat


Kemasakan Buah, Metode Ekstraksi Buah, Metode Pengeringan,
Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan pada Mutu Benih Jarak
Pagar (Jatropha curcas). Ilmu Pertanian Indonesia18(2):73-78.

Ilyas, S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih: Teori dan Hasil-hasil Penelitian.
IPB Press, Bogor

Sudjadi, B. 2006. Biologi Sains dalam Kehidupan. Yudhistira, Surabaya.

Tamin, R.P. 2007. Teknik Perkecambahan Benih Jati (Tectona grandis


Linn. F.). Jurnal Agronomi. 11(1)7-14Hal. Januari –Juni 2007.

32 | P a g
MATERI IV. PENGUKURAN PERTUMBUHAN KECAMBAH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil tanaman di
lapangan, yaitu perkecambahan benih. Salah satu masalah penting yang
dapat mempengaruhi perkecambahan, pertumbuhan dan hasil tanaman
gandum, yaitu peningkatan suhu . Suhu tinggi dapat menyebabkan
terhambatnya penyerapan air dan zat-zat yang diperlukan saat
perkecambahan.Suhu tinggi juga dapatmerusak membran tilakoid yang
berfungsidalam proses fotosintesis, menurunkan laju fotosintesis daun,
meningkatkan aborsi embrio, menurunkan jumlah biji, menurunkan durasi
dan laju pengisian biji, terjadi kerusakan protein, penghambatan sintesis
protein, inaktifasi enzim yang terdapat pada klorofil dan mitokondria
(Prakash et al. 2004; Yin et al. 2009).
Viabilitas adalah kemampuan benih untuk berkecambah pada
kondisi yang optimal. Uji viabilitasdapat dilakukan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Penggunaan tetrazolium pada uji Tz merupakan salah satu uji
viabilitas benih secara kualitatif. Benih yang viabel merupakan benih yang
menunjukkan pewarnaan pada jaringan-jaringan yang nanti akan
berkembang menjadi kecambah normal. Adapun pengujian viabilitas benih
secara kuantitatif menggunakan persentase perkecambahan benih
sebagai tolok ukurnya.(Dewi hayati,et.all.2011)

Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan berbiji dimulai


dengan perkecambahan yaitu munculnya plantula (tanaman kecil dari
dalam biji). Pada umumnya tanaman polongan dapat mempunyai
endoperma. Cadangan makanan disimpan dalam kotiledon (daun embrio),
yang terlindungi di dalam biji pada saat berkecambah plumula (ujung
embrio atau calon kecambah) diselubungi oleh kotiledon, sedangkan
calon akar (radikula) diselubungi oleh koleoriza. Bagian batang pada
kecambah di atas kotiledon disebut epikotil dan bagian batang kecambah
di bawah kotiledon disebut hipokotil. Dalam proses perkecambahan

33 | P a g
melibatkan proses fisiknya yaitu : terjadi ketika biji menyerap air (imbibisi)
akibat dari potensial air rendah pada biji yang kering. Proses kimianya
yaitu dengan masuknya air, biji mengembang dan kulit biji akan pecah.Air
yang masuk mengaktifkan embrio untuk melepaskan hormon giberelin
(GA) hormon ini mendorong aleuron (lapisan tipis bagian luar
endosperma) untuk mensistesis dan mengeluarkan enzim-enzim bekerja
enghidrolisis cadangan makanan yang terdapat dalam kotiledon dan
endosfilem. Proses ini menghasilkan molekul kecil yang larut dalam air
misalnya enzim amylase menghidrolisis pati dalam endosperma menjadi
gula. Selanjutnya gula dan zat-zat lainnya diserap dari endosperma oleh
kotiledon selama pertumbuhan embrio menjadi bibit tanaman (Pujiyanto,
2008).

Benih yang vigor memiliki kemampuan mensintesis material-


material yang baru dari proses perombakan cadangan makanan secara
efisien dan menggunakannya sebagai energy bagi perkembangan
embryonic axis dengan cepat (Copeland and McDonald, 1985; Sutopo,
2004). Pengujian dengan menentukan pertumbuhan akar dan batang dari
kecambah (Root and Shoot Growth Test)merupakan salah satu uji laju
pertumbuhan kecambah. Semakin panjang akar dan batang kecambah,
semakin tinggi vigor benih yang diuji.

Selain mengukur panjang akar dan batang kecambah, pengujian


juga bisa dilakukan dengan menimbang bobot kering kecambah (Seedling
Growth Rate Test) pada hari terakhir pengamatan (berbeda-beda untuk
setiap jenis benih). Semakin besar bobot kecambah yang diperoleh,
semakin besar kemampuan tumbuh benih di lapangan. Copeland and
McDonald (1985) menyatakan bahwa laju pertumbuhan kecambah
berkorelasi nyata dengan pertumbuhan dan perkembangan vegetatif
tanaman di lapangan.

2. Tujuan Pratikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur/menentukan
kekuatan tumbuh benih serta pertumbuhan akar dan batang kecambah.

34 | P a g
B. Bahan dan Metode
1. Waktu dan Tempat
Pratikum struktur benih dilaksanakan di rumah masing-masing
pratikan dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk ke kampus.
Pratikum ini dilakukan di Dumai, Kota Dumai pada tanggal 13 November
2020.
2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu kertas stensil,
germinator miring, handsrayer, pinset, dan alat tulis. Sedangkan bahan
yang dibutuhkan yaitu benih tanaman (jagung, kedelai, dan lain-lain).
3. Cara Kerja
Root and Shoot Growth Test (RSGT)
a) Benih dikecambahkan menurut uji daya berkecambah
menggunakan kertas stensil sebagai media perkecambahan.
Bedanya disini hanya digunakan 15 benih.
b) Benih diletakkan menurut garis lurus dari sisi memanjang yang
terletak kira-kira sepertiga dari sisi kertas. Letak masing-masing
benih dan diberi nomor 1 sampai dengan 15 pada kertas.
c) Untuk benih padi pengamatan pertama dilakukan 5 hari
sesudah perkecambahan (tergantung jenis benih). Pengamatan
dilakukan setiap dua hari berikutnya hingga 5 kali pengamatan.
Panjang akar dan batang tiap kecambah diukur dalam millimeter
(mm) dapat menggunakan mistar atau kertas millimeter block.
d) Pada akhir pengamatan, masing-masing panjang akar dan
batang kecambah dirata-ratakan. Pertambahan panjang akar
dan batang pada setiap pengamatan diplotkan dalam bentuk
grafik untuk melihat laju pertambahan panjang akar dan batang
kecambah.

35 | P a g
Seedling Growth Rate Test
a) Benih dikecambahkan sebagaimana prosedur RSGT
b) Pada akhir pengamatan atau hari ke-7 untuk jagung, hari ke-
14 untuk padi dan hari ke-8 untuk kedelai, seluruh bagian
organ penyimpan cadangan makanan (endosperm dan
kotiledon) dibuang menggunakan pinset.
c) Kecambah kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80
C selama 24 jam
d) Rata-rata bobot kering kecambah dinyatakan dalam satuan
mg.

36 | P a g
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Varietas padi Daya berkecambah
Batang Piaman 87,67%
Anak Daro 84,33%
Cisokan 80,34%

2. Pembahasan
Berdasarkan sumber jurnal diatas dapat dijelaskan bahwa varietas
Batang Piaman pada suhu 28°C memiliki daya kecambah tertinggi yaitu
87,67%.pada varietas Anak Daro pada suhu 32°C memiliki daya
kecambah tertinggi yaitu 84,33% tetapi ketika suhu meningkat
perkecambahan pun menurun dan pada varietas Cisokan pada suhu 36°C
memiliki daya kecambah tertinggi yaitu 80,34%. Dan pada varietas Batang
Piaman, Cisokan perkecambahan ikut menurun dengan meningkatnya
suhu.
Perkecambahan benih dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam.
Faktor dalam benih yaitu tingkat kemasakan benih, benih yang dipanen
sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai
viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang
cukup serta pembentukan embrio belum sempurna. Ukuran benih yang
besar dan berat juga mempengaruhi kecepatan pertumbuhan benih
karena air akan sulit masuk jika benih tersebut memiliki ukuran yang besar
dan kulit yang tebal. Hal yang paling penting adalah dormansi. Benih
dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.
Faktor lingkungan juga mempengaruhi perkecambahan benih
seperti air, perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap

37 | P a g
masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen.
Suhu juga mempengaruhi perkecambahan benih. Suhu yang
optimal akan sangat menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan benih dimana perentase perkembangan tertinggi dapat
dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26,5°C sampai 35°C
(Sutopo,2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan
perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain seperti sifat
dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh giberelin.
Perbedaan varietas juga menentukan tingkat toleransi terhadap
cekaman suhu tinggi. Anak Daro mengalami peningkatan perkecambhan
pada saat suhu meningkat dari 28°C sampai 32°C, kemudian suhu
meningkat lagi viabilitas benih menurun akibat terganggunya proses
fisiologis kecambah pada cekaman suhu tinggi.
Perlakuan suhu yang berbeda juga mempengaruhi kadar air pada
benih padi. Temperatur yang tinggi dapat menurunkan ketersediaan air
bagi tanaman karena peningkatan transpirasi tanaman.

38 | P a g
DAFTAR PUSTAKA

Copeland, L. O. dan M. B. Mcdonald. 2001. Principles of Seed Science


and Technology, 4thEdition. London: Kluwer Academic Publishers.
467p

Dewi-Hayati, P. K. dan Armansyah. 2011. Pemuliaan dan Teknologi


Produksi Tanaman Jagung. Buku Ajar. Program Studi
Agroekoteknologi, FakultasPertanian, Universitas
Andalas.Padang.Hal: 102-105
Guilioni L, Wery J, Lecoeur J. 2003.High temperature and waterdeficit may
reduce seed number infield pea purely by decreasing plant growth
rate. Funct. Plant Biol.30:1151-1164

Pujiyanto, S., (2008). Menjelajah Dunia Biologi untuk Kelas XI SMA dan
MA,Platinum, Jakarta

Sutopo,L.2004.Teknologi Benih.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Siddiqui SU, Ali A, Chaudhary MF.2008. Germination behavior of wheat


(Triticum aestivum) varieties to artificial ageing under varying
temperature andhumidity .Pak. J. Bot.40(3):1121-1127.

Yin X, Guo W, Spiertz JH. 2009. Aquantitative approach tocharacterize


sink sourcerelationships during grain fillingin contrasting wheat
genotypes.Field Crops Res.114:119-126.

Zhang JH, Huang WD, Liu YP, Pan QH.2005. Effects of temperature
acclimation pretreatment on the ultra structure of mesophyll cellsin
young grape plants (Vitis vinifera L. cv. Jingxiu) undercross-
temperature stresses. J Integr. Plant Biol. 47:959-970

39 | P a g
MATERI V. SOIL EMERGENCE TEST

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Mutu benih mencakup mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisis.
Mutu genetis ditentukan oleh derajat kemurnian genetis sedangkan mutu
fisiologis ditentukan oleh laju kemunduran dan vigor benih. Benih dengan
vigor tinggi akan tumbuh lebih cepat karena benih tersebut berkecambah
dalam waktu yang relatif singkat. Pengujian vigor atau kekuatan tumbuh
benih menggunakan campuran tanah dengan pasir dikenal sebagai uji
muncul tanah atau Soil Emergence Test (SET).
Benih dikecambahkan dengan media tanah dan pasir kemudian
diamati pertumbuhan dan daya kecambahnya. Menurut Kamil (1986)
bahwa campuran tanah dan pasir yang biasanya digunakan adalah 1 : 1
atau 1 : 2. Tanah dan pasir yang akan dipakai terlebih dahulu dibersihkan
dari kotoran, batuan dan sisa-sisa tumbuhan atau binatang. Keberhasilan
produksi tanaman di lapangan salah satunya ditentukan oleh penggunaan
benih yang baik dan bermutu. Melalui pengujian kekuatan tumbuh ini
dapat diprediksi bagaimana pertumbuhan tanaman pada stadia
selanjutnya dilapangan.
Menurut Endang, dkk (1999) vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih
yang mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang
cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan
vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan
dan perkembangan kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran
sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan
beberapa karakteristik yang berhubugan dengan penampilan suatu lot
benih yang antara lain: 1) Kecepatan dan keserempakan daya
berkecambah dan pertumbuhan kecambah; 2) Kemampuan munculnya
titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan; 3) Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami
penyimpanan.

40 | P a g
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam
akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan
kualitas yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai “kekuatan
tumbuh” untuk menjadi tanaman yang normal meskipun keadaan biofisik
lapangan kurang menguntungkan (suboptimal). Vigor dapat dibedakan
atas vigor benih, vigor kecambah, vigor bibit; vigor tanaman.
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi,
artinya dari benih bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang
tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan dengan tahan disimpan lama,
tahan terhadap serangan hama dan penyakit, cepat dan pertumbuhannya
merata, mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Benih yang memiliki vigor rendah berakibat pada kemunduran
benih yang cepat selama penyimpanan, makin sempitnya keadaan
lingkungan di mana benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih
menurun, kepekaan akan serangan hama penyakit meningkat,
meningkatnya jumlah kecambah abnormal, dan rendahnya produksi
tanaman
Pengamatan dan penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada
potensi penampilan suatu lot benih baik secara fisiologis maupun fisik.
Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian benih pada kondisi
lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat diciptakan di
laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya tumbuh
benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan
mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa
aspek penampilan kecambah.

2. Tujuan praktikum
Untuk menentukan kekuatan tumbuh benih pada media tanah.

41 | P a g
B. Bahan dan Metode

1. Waktu dan Tempat

Praktikum dasar-dasar teknologi benih topik pengujian daya


kecambah benih pada media tanah dilakukan di rumah, yang bertempat di
Dumai, Kota Dumai. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober
2020.

2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk keberlangsungan praktikum antara lain :


sekop kecil dan wadah. Bahan yang digunakan adalah media tanamn
yaitu pasir dan benih yang digunakan sebagai sampel yaitu caisim dan
kacang hijau.

3. Metode

Metode yang digunakan adalah penggunaan tanah dengan


komponen pasir, perbandingan 1:1. Kemampuan tumbuh benih dilihat dari
seberapa banyak perkecamban yang berhasil dengan ulangan tiga kali.

42 | P a g
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Monokotil
Jenis Jumlah benih berkecambah pada pengamatan Jumlah Persentase
benih ke- kecambah uji muncul
normal tanah (%)
(sawi) 1 2 3 4 5 6 7

Ulangan 1 0 9 16 13 5 7 0 50 100%

Ulangan 2 0 11 18 4 12 2 0 50 100%

Rata-rata 30,71

Jenis benih Jumlah benih


berkecambah normal
(sawi)
Hitungan I Hitungan
II

Ulangan 1 25 25

Ulangan 2 29 21

Rata-rata 27 23

Dikotil
Jenis Jumlah benih berkecambah pada pengamatan Jumlah Persentase
benih ke- kecambah uji muncul
normal tanah (%)
(kacang 1 2 3 4 5 6 7
hijau)

Ulangan 1 8 13 7 9 6 2 0 45 90%

Ulangan 2 0 5 8 12 3 0 0 28 56%

Rata-rata 25,28

43 | P a g
Jenis benih Jumlah benih
berkecambah normal
(kacang
hijau) Hitungan I Hitungan
II

Ulangan 1 28 22

Ulangan 2 13 15

Rata-rata 20,5 18,5

2. Pembahasan

Semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi,


sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan
tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas
yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai “kekuatan tumbuh”
untuk menjadi tanaman yang normal meskipun keadaan fisik lapangan
kurang mendukung atau menguntungkan bagi tanaman.

Rendahnya vigor pada suatu benih dapat disebabkan oleh


beberapa faktor seperti genetis yaitu benih tidak mampu untuk tumbuh
cepat dibandingkan dengan benih yang lainnya. Faktor fisiologis,
morfologis, dan sitologis juga mempengaruhi rendah atau tidaknnya suatu
vigor benih. Faktor mikroba, jika benih memiliki vigor rendah berakibat
pada kemunduran benih, makin sempitnya keadaan lingkungan dimana
benih dapat tumbuh, kecepatan benih berkecambah menurun, terserang
akan hama penyakit tanaman dan rendah produksi tanaman.

Media tanam adalah media/bahan yang digunakan sebagai tempat


tumbuh tanaman, media ini dapat berupa tanah maupun tidak. Media
tanam adalah komponen utama dalam kita membudidayakan tanaman.

44 | P a g
Media tanam yang digunakan harus lah tepat dan sesuai dengan tanaman
yang digunakan sehingga tidak terjadinya gagal tanam.

Campuran tanah dan pasir yang biasanya digunakan 1:1 atau 1:2.
Tanah dan pasir yang akan dipakai dibersihkan terlebih dahulu dari
kotoran ataupun dari sisa-sisa tumbuhan. Selanjutnya , benih ditanam di
media tanam tersebut. Percobaan ini tujuannya agar kita dapat
mengetahui daya kecambah benih pada lingkungan yang sub-optimal atau
biasa yang kita sebut dengan vigor benih.

Pasir merupakan campuran yang sangat umum digunakan sebab


sifat pasir yang cepat kering akan memudahkan pemindahan tanaman
dari media awal ke media lainnya setelah dirasa cukup umur. Pasir
dengan bobot yang cukup berat akan memudahkan tegaknya batang,pori-
pori pada pasir yang besar akan memudah kan tejadi nya proses airase
dan drainase.

Pada kegiatan budidaya tanaman media tanam merupakan


komponen yang sangat perlu diperhatikan, terutama terkait keberadaan
unsur hara pada tanaman tersebut. Karena keseimbangan unsur hara
akan sangat mempengaruhi dari hasil tanaman yang dibudidayakan.
Ketidak seimbangan unsur hara akan mempengaruhi sifat fisika, kimia,
dan biologi tanah.

45 | P a g
DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno. 2006. Pertumbuhan dan Perkembangan. Bandung :


Grafindo.

Hidayat, M. 2008. Perkembangan Genetik.

Nurjen, M., Sudiarso, dan Agung N. 2007. Peran pupuk kotoran ayam
dan pupuk nitrogen (urea) terhadap pertumbuhan dan hasil
kacang hijau (Phoseolus radiatus) varietas sriti. Agrivita 24 (1): 1-2.

Purnobasuki,Hery. 2011.Perkecambahan. Jakarta, Grafindo

Sutopo, 2002. Faktor-Faktor Pertubuhan. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

46 | P a g
PENUTUP

Materi I
Kesimpulan
1. Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan
perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium)
2. Benih dikotil dan monokotil memiliki perbedaan yaitu pada biji
monokotil hanya memiliki satu biji dan satu kotiledon, sedangkan pada
biji dikotil memiliki dua kotiledon.
3. Pada biji monokotil, endosperm membentuk cadangan makanan
sedangkan pada biji dikotil tidak memiliki endosperm.

Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya praktikan lebih bersungguh-
sungguh dalam melakukan kegiatan praktikum

Materi II
Kesimpulan
1. Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, sering disebut
dengan metode oven, sedangkan pengukuran kadar air secara tidak
langsung kadar air di ukur menggunakan alat yang bernama Steinlete
Moisture Tester
2. Berdasarkan kadar airnya benih tergolong atas dua jenis yaitu
rekalsitran dan orthodoks.
Saran
Diharapkan kepada pratikan agar dapat lebih banyak membaca jurnal
agar mempermudah dalam pratikum online ini.

Materi III
Kesimpulan
1. Viabilitas dan vigor benih sangat mempengaruhi perkecambahan
benih itu sendiri

47 | P a g
2. Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk
tumbuh secara normal pada kondisi yang optimum
3. Vigor adalah kemampuan benih dalam berkecambah pada lingkungan
yang sub optimal
Saran
Diharapkan pada pratikum selanjutnya pratikan lebih teliti dalam
perhitungan viabilitas dan vigor benih.

Materi IV
Kesimpulan
1. Dalam pengukuran kecambah benih dapat dilihat berdasarkan
banyak hal seperti pertumbuhan batang, akar, daun, juga termasuk
berat basah tanaman nantinya. Jurnal yang dijadikan sebagai
pembanding memilik faktor eksternal seperti suhu dan cahaya.
2. Pertumbuhan merupakan suatu peristiwa perubahan biologis yang
terjadi padamakhluk hidup yang berupa pertambahan ukuran (volume,
massa, tinggi) dan sifatnyairreversibel (tidak dapat kembali ke asal).

Saran
Diharapkan pada pratikum selanjutnya pratikan lebih serius dalam
megikuti kegiatan pratikum online

Materi V
Kesimpulan
1. Pengujian vigor atau kekuatan tumbuh benih menggunakan campuran
tanah dengan pasir dikenal sebagai uji muncul tanah atau Soil
Emergence Test (SET).
2. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh genetis benih,
fisiologis, mekanis dan mikroba
Saran
Melakukan praktikum dengan baik dan benar, perbandinga antara tanah
dan pasir harus tepat 1:1 agar hasil yang didapatkan lebih valid.

48 | P a g
LAMPIRAN
1. Data perhitungan
Kadar air

%KA = (BB+BC) – (BK+BC) X 100%


(BB+BC) – (BC)

= (5+7.1) – (4.65+7.1) X 100%


(5+7.1) – ( 7.1)
= 12.1 – 11,75 X 100%
12.1 – 7.1
= 0.35 X 100%
5
= 0.07 x 100%
= 7%.

Keterangan :

KA : Kadar air (%)

BB : Berat basah (gram)

BK : Berat kering

(gram) BC : Berat cawan

(gram)

49 | P a g
Viabilitas benih

1. daya berkecambah benih

DB =

Kecambah abnormal =

Benih keras =

Benih mati =

 monokotil

ulangan 1 : DB = = 100%
kecambah abnormal = = 22 %

ulangan 2 : DB = = 100%
kecambah abnormal = = 32 %

ulangan 3 : DB = = 100 %
kecambah abnormal = = 20 %

 dikotil

ulangan 1 : DB = = 94%
kecambah abnormal = = 28 %
benih keras = = 2%
benih mati = = 4 %

50 | P a g
ulangan 2 : DB = = 96%
kecambah abnormal = = 18%
benih keras = = 4%
benih mati = = 0%

ulangan 3 : DB = = 90%
kecambah abnormal = = 22%
benih keras = = 4%
benih mati = = 6%

2. potensi tumbuh maksimum

PTM =

 monokotil

ulangan 1 : PTM = = 100%

ulangan 2 : PTM = = 100%

ulangan 3 : PTM = = 100%

 dikotil

ulangan 1 : PTM = = 94%

ulangan 2 : PTM = = 96%

ulangan 3 : PTM = = 90%

51 | P a g
Vigor benih

1. first count test

FCT =
 monokotil

ulangan 1 : FCT = = 86%

ulangan 2 : FCT = = 94%

ulangan 3 : FCT = = 92%

 dikotil

ulangan 1 : FCT = = 84%

ulangan 2 : FCT = = 90%

ulangan 3 : FCT = = 88%

2. index value test

IVT =

IVT sawi = + + + + + + = = 33,08

IVT kacang hijau = + + + + + + = = 30,16

52 | P a g
Soil emergence

Monokotil

%muncul tanah =

Ulangan 1 : %muncul tanah = = 100%

Ulangan 2 : %muncul tanah = = 100%

Dikotil

%muncul tanah =

Ulangan 1 : %muncul tanah = = 90%

Ulangan 2 : %muncul tanah = = 56%

53 | P a g
2. Dokumentasi Kegiatan
a. Struktur benih tanaman

Kegiatan Tanggal kegiatan dokumentasi


Perendeman 30 September
benih 2020

Pemotongan
buah dan biji

Menggambar
struktur buah
dan biji

54 | P a g
b. Kadar air benih
Kegiatan Tanggal kegiatan Dokumentasi
Menonton video 24 Oktober 2020
pratikum
kegiatan 2
metode oven

Menonton video 24 Oktober 2020


pratikum
kegiatan 2
metode moisture
test

Membaca jurnal 24 Oktober 2020

55 | P a g
c. Viabilitas dan vigor benih
Kegiatan Tanggal Dokumentasi
Perendaman benih 12 Oktober 2020
kacang hijau (Vigna
radiata) dan sawi
(Brassica chinensis)

Penyusunan benih 12 oktober 2020


di kertas stensil
atau koran

Benih yang sudah 12 oktober 2020


tersusun dengan 10
benih kesamping, 5
benih ke bawah

56 | P a g
Benih yang sudah 12 oktober 2020
digulung

12 oktober 2020
Benih yang sudah
dimasukkan ke
dalam wadah
plastik dan diberi
label

Benih yang 15 oktober 2020


berumur 3 hari

57 | P a g
Benih yang 22 oktober 2020
berumur 7 hari

d. Pengukuran pertumbuhan kecambah


Kegiatan Tanggal kegiatan Dokumentasi
Menonton video 13 November
pratikum 2020
kegiatan 4

Membaca 13 November
Jurnal 2020

58 | P a g
e. Soil emergence
Kegiatan Tanggal Dokumentasi
Perendaman benih 20 oktober 2020
kacang hijau dan sawi

Persiapan media 20 oktober 2020


tanam

Benih disusun dengan 20 oktober 2020


jumlah benih yaitu 50
benih

Benih yang sudah 20 oktober 2020


ditanam disemprot
menggunakan sprayer

Umur benih 3 hari 24 oktober 2020


setelah tanam pada
Ulangan I

59 | P a g
Umur benih 3 hari
setelah tanam pada
Ulangan II

Umur benih setelah 7 29 oktober 2020


hari setelah tanam
pada Ulangan I

Umur benih setelah 7


hari setelah tanam
pada Ulangan II

60 | P a g

Anda mungkin juga menyukai