Dibuat Oleh:
(05182211013)
Judul Laporan :
Komposisi Niali :
a) Nilai Laporan :
b) Nilai Ujian Praktikum :
c) Nilai Akhir :
d) Kualifikasi : Lulus / tidak lulus
Ternate, …………………….2023
Dosen PJ. Matah Kuliah Asisten Kordinator Praktikum
i
ii
KATA PENGANTAR
Assala’muaalaikum warahmatullah wabarakatuh
Segala Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya sehingga Saya dapat menyusun makalah inidengan
sebaik-baiknya. Shalawat dan salam tak lupa Saya ucapkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari kegelapan menuju alam
yang terang benderang ini. Alhamdulillah, Laporan Praktikum yang di ampuh oleh
Dosen Bapak Dr. Salim Abubakar, S.Pi, M.Si. dapat Saya selesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa Hasil Laporan Praktikum ini mungkin masih terdapat
kesalahan baik dari pengolahan kata, ejaan kata yang tidak benar dan lain
sebagainya. Segala masukan baik berupa kritik ataupun saran sangat Saya
butuhkan dari pembacaagar dalam penyusunan Laporan Praktikum Ini
selanjutnya tidak berlarut-larut dalam kesalahan yang sama serta dapat menjadi
motivasi bagi Saya untuk membuat Tugas ini yang lebih baik lagi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL...............................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................vii
I. PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum............................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................4
2.1. Definisi Echinidermata.............................................................................................4
2.2. Klasifikadi Echinodermata........................................................................................5
2.2.1. Klasifikasi Holothuroidae (Timun Laut atau Teripang Laut).............................5
2.2.2. Klasifikasi Echinoidea (Bulu babi)....................................................................6
2.2.3. Klasifikasi Asteroidea (bintang Laut)................................................................6
2.2.4. Klasifikasi Ophuroidea (bintang ular)................................................................6
2.2.5. Klasifikasi Crinoidea (lili laut)..............................................................................7
2.3. Morfologi Echinodermata.........................................................................................7
2.4. Pola Penyebaran dan Habitat....................................................................................9
2.5. Struktur Komunitas...................................................................................................9
2.6. Parameter Lingkungan............................................................................................10
2.6.1 Salinitas.............................................................................................................10
2.6.2. Suhu.................................................................................................................10
2.6.3. Potential Hidrogen (PH)...................................................................................10
2.6.4. Do/02 Terlarut..................................................................................................11
III. METODE PENELITIAN.............................................................................................12
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum.................................................................................12
3.2. Alat dan Bahan Praktikum......................................................................................12
3.3. Metode Pengambilan Data......................................................................................13
3.4. Metode Analisis Data..............................................................................................14
3.4.1. Kepadatan.........................................................................................................14
3.4.2. Keanekaragaman Jenis.....................................................................................14
iv
3.4.3. Dominasi Jenis.................................................................................................15
3.4.4. Kemerataan Jenis (Wibosono, 2005)...............................................................15
3.4.6. Asosiasi Antar Jenis Organisme (Rondo, 2004)...............................................18
3.4.7. Pola Kekayaan Spesies.....................................................................................19
3.4.8. Pengukuran Relung..........................................................................................19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................21
4.1. DESKRIPSI LOKASI.............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................22
LAMPIRAN.......................................................................................................................24
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Alat dan Bahan yang digunakan saat praktikum.............................................12
vii
DAFTAR LAMPIRAN
NO Halaman
viii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia termasuk negara yang memiliki, total luas negara 5.193.250 km²
(mencakup lautan dan daratan).(Supriadi & Alim,2011:2) Dengan luas ini
Indonesia termasuk sebagai negara terluas ke-7 didunia setelah Kanada. Amerika
Serikat, Kanada, Rusia, China dan Brazil. Indonesia memiliki luas lautan yang
lebih besar dibandingkan luas daratan dan merupakan negara kedua terluas di
Asia. (Siombo,2009) dalam (Sari, 2019).
Indonesia merupakan negara maritime terbesar di dunia yang memiliki
bentangan garis pantai dengan panjang 81.000 KM, sehingga menjadikan laut
Indonesia dan wilayah pesisir Indonesia memiliki kandungan kekayaan dan
sumber daya alam hayati laut yang sangat berlimpah, seperti ikan, terumbu karang
hutan mangrove dan sebagainya. Keadaan tersebut menjadikan Indonesia
termasuk ke dalam negara yang memiliki kekayaan sumber daya perairan yang
tinggi dengan sumber daya hayati perairan yang sangat beranekaragam.
Keanekaragaman sumber daya perairan Indonesia meliputi sumber daya ikan
maupun sumber daya terumbu karang. Terumbu karang yang dimiliki Indonesia
luasnya sekitar 7000 km2 dan memiliki lebih dari 480 jenis karang yang telah
berhasil dideskripsikan. Luasnya daerah karang yang ada menjadikan Indonesia
sebagai Negara yang memiliki kenekaragaman ikan yang tinggi khususnya ikan -
ikan karang yaitu lebih dari 1.650 jenis spesies ikan (Wilater, 2014) dalam
(Kurniawan, 2018).
Dilihat dari survey yang ada di buku Prioritas Geografi Keanekaragaman
Hayati Laut Untuk Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia, 5
wilayah teratas yang memiliki biota laut terbanyak dan terindah adalah Papua,
Laut Banda, Nusa Tenggara, Laut Sulawesi/Selat Makassar, dan Halmahera.
Namun sangat di sayangkan Papua dan Nusa Tenggara dari segi aksesibilitas dan
fasilitas masih sangat kurang memadai di bandingkan wilayah lainnya. Laut
Banda sendiri merupakan laut dengan cekungan yang dalam sehingga masih
terdapat biota laut yang belum ditemukan oleh peneliti namun tekanan
penangkapan ikannya sangat berat dan berbahaya. Sedangkan Laut Sulawesi/selat
Makassar merupakan wilayah stategis yang berada di tengah-tengah Indonesia
1
namun sayang jumlah biota lautnya hanya berada pada posisi 4. Dari keterangan
di atas dapat di simpulkan bahwa wilayah Laut Banda dan Selat Makassar sangat
berpotensi untuk aktivitas penelitian dan pengembangan biota laut. Salah satu
lokasi yang berada di 2 wilayah tersebut adalah pulau Selayar. Selain itu
aksesibilitas di Pulau Selayar
Indonesia Juga dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan
keanekaragaman yang sangat tinggi, termasuk pada biodiversitas lautnya serta
memiliki nilai jual yang tinggi untuk kegiatan pariwisata. Salah satu organisme
laut yang banyak dijumpai hampir diseluruh kelautan Indonesia adalah Filum
Echinodermata, Filum Echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu kelas
Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (Bintang Ular), kelas Echinoidea
(Landak Laut), kelas Crinoidea (lilia laut), dan kelas Holothuroidea (Tripang
Laut) (Katili, 2011) dalam (Jannah, 2019).
Istilah Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos yang artinya
duri, derma yang artinya kulit. Echinodermata secara umum dapat diartikan
sebagai hewan yang berkulit duri. Echinodermata memiliki kemampuan
autotomi serta regenerasi pada bagian tubuh yang hilang, putus maupun rusak.
Semua hewan yang termasuk dalam kelas ini memilki bentuk tubuh radial
simetris dan kebanyakan mempunyai penyusun kulit yang berasal dari zat kapur
dengan memiliki tonjolan berupa duri. Kelompok utama Echinodermata terdiri
dari lima kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang laut) contohnya, Archaster
typicus, kelas Ophiuroidea (Bintang Ular) contohnya, Amphiodiaurtica, kelas
Echinoidea (Landak Laut) contohnya, Diademasetosium, kelas Crinoidea (lilia
laut) contohnya, Antedon rosacea, dan kelas Holothuroidea (Tripang Laut)
contohnya, Holothuria scabra (Katili, 2011) dalam (Amirudin, 2021).
Echinodermata memiliki berbagai ukuran, bentuk, struktur dan warna, ada yang
seperti bintang, bulat, pipih, bulat memanjang dan seperti tumbuhan bunga. (Hewan
ini merupakan penghuni perairan dangkal, yang umumnya terdapat di terumbu
karang dan ekosistem lamun. Echinodermata memiliki kemampuan autotomi serta
regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak (Budiman dkk, 2014).
Echinodermata memiliki peranan, yaitu sebagai organisme kunci yang dapat
berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut, dimana Holothuroidea dan
2
Echinoidea memiliki peranan sebagai pendaur ulang nutrient (Sese dkk, 2018). Selain
itu, Echinodermata bersifat pemakan seston atau pemakan detritus, sehingga
kegunaannya dalam suatu ekosistem adalah sebagai perombak sisa-sisa bahan
organik yang tidak terpakai oleh spesieslain, tetapi dapat dimanfaatkan oleh beberapa
jenis Echinodermata sebagai makanannya (Kambey dkk,2015).
Berdasarkan Praktikum yang di Lakukan di Pulau maitara dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis Echinodermata yang ditemukan di Pulau Maitara?
2. Bagaimana Korelasi Faktor Habitat hidup Dari Jenis – jenis Organisme Padang
Lamun di pulau Maitara?
3. Berapa indeks keanekaragaman, indeks dominansi, indeks kelimpahan,
Kepadatan, Keanegaragaman jenis, dominasi Jenis, kemerataan jenis, pola
sebaran asosiasi antar jenis, pola kekayaan spesies, lebar relung dan tumpah
tindih relung mikrohabitat Pulau Maitara?
3
3. Untuk mengenalkan Mahasiswa Struktur komunitas Organisme
Padang Lamun.
4
sebanyak kurang lebih 141 jenis, bintang laut 87 jenis, bintang ular 142 jenis
bulu babi 84 jenis dan lili laut 91 jenis (Yusron, 2013).
5
b. Holothuria Argus (Jaeger)
c. Holothuria vagabunda (Salenka)
d. Holothuria atra (Jaeger)
Genus : 2. Muelleria
Spesies : a. Muelleria Lecanora (Jaeger)
Genus : 3. Stichopus
Spesies : a. Stichopus ananas (Jaeger)
b. Stichopus variegatus
Klasifikasi bulu babi Diadema setosum menurut (Pratt,1953) dalam (Suryati, 2019).
Kelas : Echinoidea
Ordo : Cidaroidea
Famili : Diadematidae
Genus : Diadema
Spesies : Diadema setosum
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Asteroidea
Order : Valvatida
Family : Oreasteridae
Genus : Protoreaster
6
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Class : Ophiuroidea
Ordo : Ophiurida
Family : Ophiocamidae
Genus : Ophiarachna
Spesies : Ophiarachna affinis
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Class : Crinoidea
Ordo : Cyrtocrinida
Family : Holopodidae
Genus : Holopus
Spesies : Holopus sp
7
. Echinometra mathaei Mespilia globulus
8
Phylum Echinodermata mempunyai peran penting dalam ekosistem
khususnya ekosisitem laut, peran pentingnya yaitu sebagai detritivor yang mana
itu adalah bertindak sebagai pembersih karena memakan bangkai atau sisa-sisa
kotoran hewan dilaut dan rumput laut yang bisa mengganggu ekosistem karang
dilaut maupun juga dipantai. Dari lima kelas yang ada, echinoidea adalah
kelompok yang paling penting di ekosistem lamun Karibia, karena mereka adalah
kelompok pemakan yang utama Echinodermata besar lain seperti Protoreaster,
Peintacerater dan Culcita sp. cenderung pengurai dan pemakan segala dan tidak
memakan lamun secara langsung (Suryati,2019).
9
2.5. Struktur Komunitas
Komunitas adalah kumpulan dari populasi-populasi yang terdiri dari
spesies berbeda yang menempati. daerah tertentu. Komunitas dapat
diklasifikasikan bedasarkan bentuk atau sifa sturktur utama seperti spesies
dominan, bentuk-bentuk hidup atau indicator, habitat fisik dari komunitas dan
sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional. Struktur komunita dapat dipelajari melalui
kelimpahan, keanekaragaman, dominasi, dan kemerataan spesies, (Efendi dkk,
2016).
2.6.1 Salinitas
2.6.2. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyebaran organisme. Suhu memengaruhi aktivitas
metabolisme dan reproduksi organisme yang hidup di perairan perubahan suhu
dapat menjadi isyarat bagi organisme untuk memulai atau mengakhiri aktivitas,
misalnya reproduksi. Peningkatan suhu perairan dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme tubuh organisme yang hidup didalamnya, dampaknya konsumsi
oksigen akan menjadi lebih tinggi. Peningkatan suhu perairan sebesar 10oC dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik
10
sebanyak dua sampai tiga kali lipat Perkins (1974) mengemukakan bahwa kisaran
suhu yang dianggap layak bagi organisme akuatik bahari adalah 25-32oC.
Derajat keasaman (pH) pada perairan laut relatif stabil serta berada dalam kisaran
7,5-8,4 Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai nilai pH sekitar 7-8,5.
Peran penting sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota air
Kadar oksigen di perairan dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan turbulensi air.
Kadar oksigen terlarut berkurang seiring dengan naiknya suhu, ketinggian
(altitude) dan salinitas, serta berkurangnya tekanan atmosfer Kelarutan oksigen
lebih tinggi di kolom perairan dibandingkan di dalam substrat karena tingginya
kandungan bahan organik dalam substrat. Secara ekologis, konsentrasi oksigen
terlarut akan menurun dengan adanya penambahan bahan organik, karena bahan
organik tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme yang mengonsumsi oksigen
yang tersedia dalam suatu perairan.
11
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Pelaksanaan praktikuam yang dilakukan pada tanggal 28 oktober 2023, Pada
Jam 10.00 – 12.00 WIT, pengambilan data dengan cara melakukan pengamatan
pada jenis filum Echinodermata dengan menggunakan kuadran. Kegiatan ini
dilaksanakan di perairan Pulau Maitara Kecamatan Tidore Utara, Provinsi maluku
Utara.
12
14 Meteran Roll Mengukur Luas Kuandarn
13
Laut
Kuadran (1 x 1 m)
20 m Lintasan
50 m
Darat
Gambar 2 1 Desain Samping Kuadran Pengamatan Echinodermata
s
¿
H ' =−∑ ¿ In N
i:I N
14
Keterangan :
H= Kanekaragaman jenis
ni = Jumlah individu jenis-i
N = Jumlah seluruh individu
Dengan kriteria :
( )
2
¿
C=∑ N
Keterangan :
ni = jumlah individu tiap jenis
N = jumlah individu seluruh jenis
Dengan kriteria :
Nilai C berkisar 0 – 1.
Jika C mendekati 0 berarti tidak ada spesies yang mendominasi dan apabila nilai
C mendekati 1 berarti adanya salah satu spesies yang mendominasi.
'
H
E=
Hmax
Keterangan:
E = Indeks kemerataan
H’ =Keanekaragaman jenis
Hmax =LnS
S = Jumlah taksa
Dengan kriteria:
15
˃ 0,81 = penyebaran jenis sangat merata
0,61 – 0,81 = penyebaran jenis lebih merata
0,41 – 0,60 = penyebaran jenis merata
0,21 – 0,40 = penyebaran jenis cukup merata
˂ 0,21 = penyebaran jenis tidak merata
2
Σ Xi −ΣXi
Id = n × ( ΣΧ i )2 −ΣΧ i
Keterangan :
Id = Indeks morisita
n = Jumlah kuadran pengambilan jenis ke-i
∑xi = Jumlah individu pada kuadran jenis ke-i
∑xi² = Jumlah kuadran total individu jenis ke-i
Dengan ketentuan:
Id =1, Pola sebaran acak
Id <1, Pola sebaran seragam
Id >1, Pola sebaran mengelompok
Uji lanjut dilakukan dengan perbandingan nilai indeks Morisita yang dibakukan
(Id) dengan konstanta +0,5 berdasarkan nilai-nilai pada batas kepercayaan 95%.
Prosedur pengujian sebagai berikut:
Penetapan 2 titik signifikan (tingkat nyata) yaitu :
2
X .0,975−n+∑ Xi
Indeks penyebaran seragam Mu = ( Σ Xi )−1
2
X .0,025−n+∑ Xi
Indeks penyebaran mengelompok Mc = ( Σ Xi )−1
Keterangan :
2
X =¿ Nilai chi kuadrat dari tabel pada derajat bebas (n-1) dengan α ₁ = 0, 975
dan α ₂ = 0, 025.
16
Perhitungan Indeks Morisita yang Standarisasikan dengan ketentuan sebagai
berikut :
Jika
17
X² hit < X² tab = Id sama dengan 1,0
[ N (|ad−bc|−N ∕ 2)² ]
N < 30 = X² = Dengan derajat bebas (r-1) (c-1) atau
[ ( a+b )( c+ d )( a+ c ) (b+ d)]
(baris – 1) = (2 – 1) (2 – 1) = 1 dan tingkat kepercayaan 5% atau 1%.
18
Kaidah pengambilan keputusan:
(ad−bc )
V=
√( a+b )( c +d ) ( a+ c )(b+d )
Jika V bernilai positif, maka kedua spesies berasosiasi positif
Jika V bernilai negative, maka kedua spesies berasosiasi negative.
Keterangan:
S = Estimasi jumlah spesies
s = Jumlah spesies total yang ada dalam n kuadran (sampel)
n = Jumlah total kuadran
k = Jumlah spesies unik
19
1
B = ∑ P12(S)
s
i=I
Dimana:
Pi = proporsi spesies yang terdapat dalam unit ke-I dari sumberdaya dari
S-unit (semua sumberdaya yang ditemukan), sehingga B berkisar dari 1/S = 1,0
b. Tumpah Tindih Relung Levin:
aij = ∑ ⁿ PihPij( B)
Dimana:
aij = Kealing-lingkupan/tumpah tindih relung microhabitat dari jenis i terhadap
jenis i
Pih, Pjh = Proporsi tiap jenis dalam tipe microhabitat ke – h
B = lebar relung
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DESKRIPSI LOKASI
Desa Maitara Tengah secara administratif terletak di Kota Tidore
Kepulauan, Kecamatan Tidore Utara. Desa Maitara Tengah letaknya sangat
strategis karena berhadapan dengan Kel. Rum Kota Tidore Kepulauan di sebelah
Utara berbatasan dengan Desa Maitara Induk, di sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Maitara Selatan. Secara geografis desa ini terletak pada 0 43
ˈ45.50” LU dan 12722ˈ40.63” BT. Perairan tersebut juga memilki subsrat dasar
yang bervariaasi seperti subsrat pasir berlumpur, pasir berkarang dan lumpur
berpasir. Adanya kondisi subsrat yang bervariasi ini menyebabkan perairan
tuada memiliki berbagai jenis sumber daya hayati.
Dari hasil di lapangan, praktikum di lakukan pada tempat wisata pantai Posi-
posi Ngusu Lenge, yang ada di Desa Maitara Utara Kec. Tidore Utara Yang
terletak di bagian Desa Maitara Tengah merupakan tempat pariwisata yang dekat
dengan pemukiman penduduk tempat tersebut sering di kunjungi oleh berbagai
wisatawan yang datang untuk berkunjung atau refresing karna tempat ini memiliki
kedudukan yang strategis serta memiliki pemandangan yang sangat indah. dan
juga terdapat beberapa jenis tumbuhan seperti mangrove dan lamun. Sedangkan di
bagian Selatan yang jauh dari pemukiman terdapaat perkebunan kelapa
penduduk.Tempat pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arnone, M. I., Byrne, M., & Martinez, P. 2015. Echinodermata. In Evolutionary
Developmental Biology of Invertebrates 6: Deuterostomia (pp. 1–58 Hal).
Lika, A. G., Santrum, M. J., Nahak, S. 202. Keanekaragaman Jenis Dan Pola
Distribusi Filum Echinodermata Di Pantai Air Dao Kecamatan Kupang Barat.
[Jurna Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam]. Pendidikan Biologi FKIP,
Universitas Nusa Cendana. 1 – 12 hal.
22
Muthia, P. T. 2021. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Biota Laut Di Selayar.
[Skripsi]. Makassar: Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin. 68 Hal.
Rompis, B. R., Langoy, M. L., Katili, D. Y., & Papu, A. 2013. Diversitas
Echinodermata di Pantai Meras Kecamatan Bunaken Sulawesi Utara
(Diversity of Echinoderms on the Meras Beach, Bunaken District, North
Sulawesi). Jurnal Bios Logos, 3(1).
23
Yusron, E. 2013. Biodiversitas Fauna Echinodermata (Holothuroidea,
Echinoidea,Asteroideadan Ophiuroidea) di Perairan Pulau Lombok, Nusa
Tenggara Barat. Zoo Indonesia. 22(1): 1-10
24
LAMPIRAN
25