NIM : 180254241054
KATA PENGANTAR
Penyusun mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
nafas kehidupan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Keanekaragaman Hayati Pesisir dan Laut dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan. Penyusun telah menyelesaikan laporan praktikum ini sebagai
salah satu tugas Mata Kuliah Keanekaragaman Hayati Laut yang penyusun tempuh. Kiranya
laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ita Karlina S.Pi., M.Si. dan Rika Anggraini S.Pi., M.Si.; selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Keanekaragaman Hayati Laut;
2. Agung Waluyo dan Nurhasima; selaku asisten dosen yang memberi pengarahan dan
bantuan kepada penyusun untuk memperoleh data praktikum;
3. Ayahanda dan Ibunda; selaku orangtua penyusun yang selalu memberikan semangat
kepada penyusun; dan
4. Rekan-rekan sekelompok yang membantu penyusun dalam mengumpulkan data
praktikum.
Demikianlah laporan praktikum ini penyusun buat, penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan laporan praktikum di masa mendatang.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
lainnya. Sedangkan biota akuatik yang biasa ditemukan di ekosistem mangrove berupa
kerang, ikan, udang dan lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan penebangan mangrove yang tidak terkontrol, sehingga kawasan ekosistem mangrove
pantai mengalami perubahan (Alwi et al. 2019).
2.3 Parameter Fisika, Kimia dan Biologi yang Mempengaruhi Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove dipengaruhi oleh parameter fisika, kimia, dan biologi. Sebaran jenis
vegetasi mangrove banyak dipengaruhi oleh kondisi lama rendaman pasut, dan salinitas,
serta pH perairan. Artinya ketiga parameter tersebut merupakan faktor utama yang
menentukan apakah ekosistem tersebut sesuai untuk pertumbuhan jenis mangrove tertentu.
Mughofar (2018) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan mangrove adalah salinitas (6 ppt) pada zonasi II dan zonasi I. Ekosistem
mangrove yang dibangun selama rentang waktu yang panjang melalui proses umpan balik
termasuk aktivitas biotik, evolusi bentuk tanah, dan aliran air (Wijaya dan Huda 2018).
Parameter salinitas dan lama rendaman berada dekat dan mengelompok dengan jenis
vegetasi. Hal ini sesuai dengan matrik korelasi (Pearson) dimana vegetasi mangrove
dengan parameter salinitas memiliki koefisien korelasi 0,896 (korelasi sangat kuat),
sedangkan vegetasi mangrove dengan parameter substrat memiliki koefisien korelasi 0,297
(korelasi sangat lemah). Strauch et al. (2012) menyimpulkan bahwa kondisi tanah dan
genangan pasut mempengaruhi distribusi jenis mangrove di Kepulauan Karibia.
Salah satu parameter yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah suhu. Suhu
yang baik memerlukan suhu rata-rata minimal lebih besar dari 20°C. Suhu merupakan salah
satu parameter yang penting bagi keberlangsungan hidup biota laut. Suhu dapat
mempengaruhi proses-proses seperti fotosentesis dan respirasi. Selain suhu, salinitas juga
merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove.
Nilai salinitas cenderung tinggi jika lokasi penelitian merupakan pulau kecil yang tidak
terpengaruh oleh aliran air tawar dari daratan yang dapat menurunkan nilai salinitas. Nilai
salinitas menunjukan tidak terdapat perbedaan signifikan antar setiap lokasi. Akbar et al.
(2017) mengatakan salinitas merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya tahan dan
zonasi jenis mangrove.
6
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah tanah atau
substrat. Pada umumnya mangrove tumbuh dengan baik pada tanah yang berlumpur
terutama di daerah endapan lumpur yang terakumulasi. Di Indonesia substrat berlumpur ini
sangat baik untuk jenis tegakan Rhizophora mucronata dan Avicennia marina. Menurut
Darmadi et al. (2012), karakteristik substrat merupakan faktor pembatas kehidupan
mangrove. Jenis substrat sangat memepengaruhi sususan jenis dan kerapatan vegetasi
mangrove yang hidup di atasnya. Semakin cocok substrat untuk vegetasi mangrove jenis
tertentu dapat dilihat dari seberapa rapat vegetasi tersebut menutupi area hidupnya.
Substrat pasir berlempung ditumbuhi oleh satu jenis yaitu Rhizophora apiculata dan pada
substrat liat ditumbuhi oleh jenis yang lebih beragam seperti jenis Rhizophora dan Avicenia.
Masing-masing jenis mangrove memiliki kerapatan yang berbeda-beda perbedaan
kerapatan ini diduga disebabkan oleh jenis substrat yang berbeda-beda pula (Prinasti et al.
2020).
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
7. Analisis 1-6 dilakukan 2 kali pengulangan untuk analisis mangrove dan bentos.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
gelombang laut. Apabila hutan mangrove mengalami kerusakan, maka daratan yang berada
di belakang mangrove akan mengalami abrasi akibat gelombang laut. Selain itu, mangrove
juga merupakan habitat bagi biota-biota asosiasinya.
Kegiatan manusia yang merusak ekosistem mangrove seperti polusi, penebangan dan
eksploitasi dapat ditemukan pada ekosistem mangrove di Pulau Dompak Tanjungpinang
dimana hal ini akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan ekosistem tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan sampah rumah tangga yang hanyut di ekosistem
ini. Kegiatan manusia seperti ini akan memberikan dampak bagi ekosistem mangrove
karena akan menyebabkan degradasi dan menghambat pertumbuhan mangrove. Cara yang
dapat dilakukan untuk mengatasi ancaman terhadap ekosistem mangrove adalah dengan
tidak membuang sampah di daerah mangrove dan juga melakukan kegiatan penanaman
kembali (reboisasi).
Mangrove jenis Rhizophora sp. dapat ditemukan pada seluruh subtransek (lihat Tabel
2.). Hal ini disebabkan karena mangrove jenis tersebut memiliki sistem perakaran yang kuat
sehingga tingkat toleransinya terhadap kondisi lingkungan berupa substrat yang tidak stabil
sangat tinggi (Prinasti 2020). Kerapatan tertinggi adalah mangrove jenis Rhizophora
12
apiculata karena pada setiap subtransek mangrove jenis ini memiliki jumlah individu
terbanyak dibandingkan Rhizophora stylosa, dan Xylocarpus granatum.
Rhizopora apiculata merupakan spesies bakau mayor (true mangrove) yang berarti
memiliki sifat sepenuhnya hidup di kawasan pasang surut atau dapat pula tumbuh pada
daerah berlumpur agak keras, memiliki peranan penting dalam membentuk struktur
komunitas bakau, dan dapat membentuk tegakan murni (Wiarta et al. 2017). Rhizophora
apiculata memiliki tinggi mencapai 30 m dengan diameter batang hingga 50 cm. Batang
Rhizopora apiculata ini memiliki perawakan pohon berkayu (woody, ligneous, lignified), tipe
kayu keras dan kulit kayu berwarna abu-abu tua.
Rhizophora apiculata memiliki perakaran khas berupa akar tunjang (stilt roots). Bentuk
daun lonjong, tepi daun rata, serta ujung daun meruncing memiliki duri. Panjang daun
berkisar 3-13 cm dengan lebar berkisar 1-6 cm. Panjang tangkai daun berkisar 10-50 cm
berwarna coklat keputihan. Di setiap ujung tangkai daun (stipula) memiliki kuncup dengan
bentuk memanjang ke atas berwarna kemerahan (Hadi et al. 2016; Ciptaningrum 2019).
Spesies mangrove lain yang ditemukan pada pengamatan di Pulau Dompak
Tanjungpinang adalah Rhizopora stylosa. Rhizopora stylosa memiliki karakteristik yaitu
ketinggiannya tidak melebihi 3 sampai 5 meter dan propagul tumbuh dengan panjang 20
sampai 30 cm. Pada daerah tropis seperti bagian Utara Australia atau Indonesia,
Rhizophora stylosa dapat mencapai ketinggian hingga 30 meter dan propagule dengan
panjang sampai dengan 65 cm (Mandosir et al. 2017). Rhizhopora stylosa memiliki
permukaan daun yang berukuran ± 8 cm dengan permukaan bawah tulang daun berwarna
hijau. Bunga Rhizhopora stylosa terletak pada bagian daun dengan memiliki cabang 2-3 kali
yang dimana masing-masing cabang terdiri dari 4-16 bunga tunggal (Tala 2020).
Xylocarpus granatum juga ditemukan pada ekosistem mangrove di Pulau Dompak
Tanjungpinang. Spesies ini memiliki daun agak tebal dengan susunan berpasangan
(umumnya 2 pasang pertangkai) dan ada pula yang menyendiri. Bentuk daun mangrove ini
adalah elips (bulat telur) terbalik dengan ujung membundar dan berukuran 4,5-17 cm x 2,5-
9 cm. Mangrove ini memiliki buah seperti bola (kelapa) dengan berat hingga 1-2 kg berwarna
hijau kecoklatan berdiameter 10-20 cm (Handayani 2018).
13
30
20 14,16
10
1 1 0,33
0
Rhizophora apiculata Rhizophora stylosa Xylocarpus granatum
Tabel 3. Kepadatan Individu dan Kepadatan Relatif Bentos pada Ekosistem Mangrove di
Pulau Dompak Tanjungpinang
Sub Jumlah Kepadatan Kepadatan
Spesies
Transek Individu Individu Relatif
1 33 33 68,75
Clypeomorus 2 41 41 62,12
3 27 27 61,36
1 0 0 0
Laemodota 2 13 13 19,70
3 0 0 0
1 7 7 14,58
Pirenella 2 12 12 18,18
3 17 17 38,64
1 5 5 10,42
Olivia 2 0 0 0
3 0 0 0
1 3 3 6,25
Semincinula 2 0 0 0
3 0 0 0
Berdasarkan Tabel 3. diketahui bahwa kepadatan individu dan kepadatan relatif bentos
tertinggi pada ekosistem mangrove di Pulau Dompak Tanjungpinang adalah Clypeomorus.
15
30
25
20
15 11,11 11,11 11,11
10
5 1 0,33 1 0,33 0,33
0
Clypeomorus Laemodota Pirenella Olivia Seminicinula
Frekuensi dipakai sebagai parameter yang dapat menunjukan distribusi atau sebaran
spesies dalam ekosistem. Spesies yang distribusinya luas, memiliki nilai frekuansi yang
besar. Hal ini menunjukan bahwa frekuansi dapat menggambarkan tingkat penyebaran
spesies dalam suatu ekosistem (Nanlohy et al. 2017). Berdasarkan Gambar 4. diketahui
bahwa frekuensi kehadiran individu dan frekuensi relatif kehadiran bentos tertinggi adalah
jenis Clypeomerus dan Pirenella. Sementara Laemodota, Olivia, dan Seminicirula hanya
ditemukan pada 1 subtransek sehingga frekuensi kehadiran individu dan frekuensi relatifnya
rendah.
16
Dari Gambar 5. dapat diketahui bahwa kelimpahan organisme dan kelimpahan relatif
tertinggi adalah Cypeomorus dengan nilai kelimpahan organisme 33,67 dan kelimpahan
relatif dengan nilai 52,88%. Dari pengamatan yang dilakukan, makrozoobenthos yang
ditemukan pada semua stasiun terlihat bervariasi, baik kelimpahan individu maupun
kelimpahan relatifnya. Berdasarkan hasil pengamatan, bentos yang ditemukan adalah jenis
gastropoda. Hal ini dikarenakan gastropoda memiliki kemampuan adaptasi yang baik
terhadap lingkungan perairan di ekosistem mangrove.
Gastropoda mempunyai operkulum yang menutup rapat celah cangkang. Ketika pasang
turun mereka masuk kedalam cangkang lalu menutup celah menggunakan operkulum
sehingga kekurangan air dapat diatasi. Kelas gastropoda mempunyai anggota terbanyak
dan merupakan moluska yang paling sukses karena mempunyai jenis habitat yang
bervariasi. Selain itu, gastropoda memiliki pola adaptasi yang cukup besar dengan
perubahan faktor lingkungan yang disebabkan oleh pasang surut (Alwi et al. 2020).
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ekosistem mangrove memiliki banyak peran baik dari segi ekonomi maupun peran
ekologisnya. Namun demikian, masih terdapat ancaman terhadap ekosistem ini, salah
satunya pencemaran oleh sampah. Pada ekosistem mangrove di Pulau Dompak
Tanjungpinang, ditemukan pencemaran oleh sampah rumah tangga yang terbawa arus
hingga masuk ke perairan di ekosistem mangrove. Pencemaran ini tentunya akan
memberian dampak terhadap ekosistem mangrove karena akan menyebaban degradasi
dan penurunan pertumbuhan mangrove.
Pada ekosistem mangrove di Pulau Dompak Tanjungpinang ditemukan 3 jenis
mangrove. Mangrove tersebut adalah spesies Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa,
dan Xylocarpus moluccensis. Spesies mangrove yang memiliki kerapatan dan kelimpahan
tertinggi adalah Rhizophora apiculata. Sedangkan mangrove dengan kerapatan dan
kelimpahan terendah adalah Xylocarpus granatum. Frekuensi kehadiran tertinggi adalah
mangrove jenis Rhizophora apiculata dan Rhizophora stylosa karena dapat ditemukan pada
seluruh subtransek.
Ekosistem mangrove juga memiliki biota asosiasi, salah satunya bentos. Bentos yang
ditemukan pada ekosistem mangrove di Pulau Dompak Tanjungpinang adalah jenis
gastropoda. Gastropoda yang ditemukan adalah Clypeomorus, Laemodota, Pirenella,
Olivia, dan Seminicinula. Bentos dengan kepadatan dan kelimpahan tertinggi adalah jenis
Clypeomorus. Sedangkan bentos dengan frekuensi kehadiran tertinggi adalah Clypeomorus
dan Pirenella.
5.2 Saran
Pengamatan lebih lanjut terkait spesies mangrove pada komunitas mangrove di Pulau
Dompak Tanjungpinang perlu dilakukan dengan transek dan subtransek yang lebih luas
sehingga dapat diketahui spesies lain yang terdapat pada komunitas ini. Pengamatan
mengenai biota asosiasi juga perlu dilakukan karena tidak ditemukannya bioata akuatik
berupa ikan dan krustasea, seperti yang diketahui bahwa ekosistem mangrove merupakan
nursery ground bagi ikan dan krustasea.
18
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, N., et al. 2017. Struktur Komunitas Hutan Mangrove di Teluk Dodinga, Kabupaten
Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara. Jurnal Enggano. 2(1): 78-89.
Akbar, N., Haya, N., Baksir, A., Harahap, Z.A., Tahir, I., Ramili, Y., Kotta., R. 2017. Struktur
Komunitas dan Pemetaan Ekosistem Mangrove di Pesisir Pulau Maitara, Provinsi Maluku
Utara, Indonesia. Depik Jurnal. 6(2): 167-181.
Alwi, D., Koroy, K., Laba, E. 2019. Struktur Komunitas Ekosistem Mangrove di Desa Daruba
Pantai Kabupaten Pulau Morotai. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. 5(4): 33-46.
Alwi, D., Muhammad, S.H., Herat, H. 2020. Keanekaragaman dan Kelimpahan
Makrozoobenthos pada Ekosistem Mangrove Desa Daruba Pantai Kabupaten Pulau
Morotai. Jurnal Enggano. 5(1): 64-77.
Angelia, D., Adi, W., Adibrata, S. 2019. Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos
di Pantai Batu Belubang Bangka Tengah. Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan. 13(1):
68-78.
Arifin, M.Z., Mulalinda, P., Kalesaran, J., Tauladani, S.A., Asia. 2019. Studi Tingkat
Keberhasilan Penanaman Mangrove di Pesisir Desa Dagho, Kabupaten Kepulauan
Sangihe, Desa Matahit Kabupaten Kepulauan Talaud dan Kelurahan Pasirpanjang,
Kecamatan Lembeh Selatan, Kota Bitung. Jurnal Frontiers. 2(1): 21-33.
Cahyanto, T., Kuraesin, R. 2013. Struktur Vegetasi Mangrove di Pantai Muara Marunda Kota
Administrasi Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Istek. 7(2): 73-88.
Ciptaningrum, I. 2019. Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol Kulit Batang Rhizophora
apiculata Terhadap Histopatologi Hepar Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Galur
Sparague dawley. [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Darmadi, A.A.K., Ardhana, I.P.G. 2010. Komposisi Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove di
Kawasan Hutan Prapat Benoa Desa Pemogan Denpasar Selatan, Kodya Denpasar
Provinsi Bali. Jurnal Ilmu Dasar. 11(2): 167-171.
Hadi, A.M., Irawati, M.H., Suhadi. 2016. Karakteristik Morfo-Anatomi Struktur Vegetatif
Spesises Rhizopora apiculata (Rhizoporaciae). Jurnal Pendidikan. 1(9): 1688-1692.
Handayani, S. 2018. Identifikasi Jenis Tanaman Mangrove sebagai Bahan Pangan Alternatif
di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Jurnal Teknologi Pangan. 12(2): 33-46.
19
Nanlohy, L.H., Maruapey, A., Malaum, Y. 2017. Komposisi Jenis dan Zonasi Mangrove di
Kampung Gisim Kabupaten Sorong. Jurnal Median. 9(1): 25-35.
Prinasti, N.K.D., Dharma, I.G.B.S., Suteja, Y. 2020. Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove
Berdasarkan Karakteristik Substrat di Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Journal of
Marine and Aquatic Sciences. 6(1): 90-99.
Setyawan, A.D., Winarno, K. 2006. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa
Tengah dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya; Kerusakan dan Upaya Restorasinya.
Jurnal Biodiversitas. 7(3): 282-291.
Strauch, A.M., S. Cohen, G.S. Ellmore. 2012. Environmental Influences on the Distribution
of Mangroves on Bahamas Island. Journal Wetlands of Ecology. 6:16-24.
Suriani, M., Najmi, N., Rahmi, M.M., Zurba, N. 2020. Keanekaragaman Jenis Mangrove di
Pantai Lam Naga, Peunaga Rayeuk, Aceh Barat. Journal of Aceh Aquatic Science. 4(1):
48-54.
Tala, W.D.S. 2020. The Study of Mangrove Reproductive Phenology in The Rhizophoraceae
Family (Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk., Ceriops tagal (Perr.) C.B. Rob., Rhizophora
apiculata Blume. and Rhizophora mucronata Lamk.). Jurnal Biologi Tropis. 20(3): 406-
415.
Tefarani, R. 2018. Keanekaragaman Spesies Mangrove dan Zonasi di Wilayah Mangunharjo
Kecamatan Tugu Kota Semarang. [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Tefarani, R., Martuti, N.K.T., Ngabekti, S. 2019. Keanekaragaman Spesies Mangrove dan
Zonasi di Wilayah Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang. Jurnal Life
Science. 8(1): 41-53.
Wiarta R, Astiani D, Indriyani Y, Mulia F. 2017. Pendugaan Jumlah Karbon Tersimpan pada
Tegakan Jenis Bakau (R. Apiculata) di IUPHHK PT. Bina Ovivipari Semesta Kabupaten
Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari. 5(2): 356-364.
Wijaya, N.I., Huda, M. 2018. Monitoring Sebaran Vegetasi Mangrove yang Direhabilitasi di
Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. 10(3): 747-755.
21
LAMPIRAN