Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH BIOLOGI LAUT


(MANGROVE)

Dosen Pengampu: Aditya Hikmat Nugraha, S.I.K., M.Si

Kelompok : 6A
Nama : Isman Hadi
NIM : 2202010029
Asisten Praktikum : Tri Nurdinda Lubis

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2023
1

PRAKATA

Dengan rasa syukur, saya mengucapkan Alhamdulillah atas


kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, saya berhasil
menyelesaikan laporan praktikum ini. Laporan ini saya susun dengan penuh
dedikasi dan mendapat dukungan dari berbagai sumber, yang membantu
lancarnya pembuatan makalah ini. Terima kasih juga kepada Bapak Aditya
Hikmat Nugraha, S.I.K., M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Biologi
Laut. Semoga makalah ini memberikan pemahaman lebih mendalam
tentang karakteristik jenis mangrove dan biota asosiasinya.
Meskipun demikian, saya sadar bahwa laporan ini belum sempurna.
Oleh karena itu, saya sangat menghargai kritik dan saran yang membangun
untuk kemajuan saya di masa mendatang. Terima kasih.

Tanjungpinang, 9 Desember 2023

Isman Hadi
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2


DAFTAR TABEL .................................................................................................. 3
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... 4
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 5
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 5
1.2. Tujuan Praktikum ...................................................................................... 5
1.3. Manfaat Praktikum .................................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 6
2.1. Ekosistem Mangrove ................................................................................. 6
2.2. Biota Asosiasi............................................................................................ 6
2.3. Wilayah Pesisir Desa Pengudang ............................................................. 6
BAB III. METODE PRAKTIKUM........................................................................... 8
3.1. Waktu dan Tempat .................................................................................... 8
3.2. Alat dan Bahan .......................................................................................... 8
3.3. Prosedur Praktikum ................................................................................... 9
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 10
4.1. Hasil Praktikum ....................................................................................... 10
4.2. Pembahasan ........................................................................................... 10
4.2.1. Spesies mangrove ............................................................................ 10
4.2.2. Biota asosiasi yang ditemukan .......................................................... 15
BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 18
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 18
5.2. Saran ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN ........................................................................................................ 21
3

DAFTAR TABEL
Table 1. Alat dan Bahan yang digunakan ............................................................ 8
Table 2. Spesies mangrove Desa Pengudang ................................................... 10
Table 3. Spesies biota asosiasi Desa Pengudang ............................................. 10
4

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1. Peta lokasi praktikum ......................................................................... 8


Gambar 2. Rhizophora apiculata ....................................................................... 10
Gambar 3. Rhizophora mucronata ..................................................................... 11
Gambar 4. Sonneratia alba ................................................................................ 12
Gambar 5. Akar napas S. alba ........................................................................... 12
Gambar 6. Xylocarpus granatum ....................................................................... 13
Gambar 7. Akar papan X.granatum ................................................................... 13
Gambar 8. Lumnitzera littorea............................................................................ 14
Gambar 9. Bruguiera cylindrica.......................................................................... 15
Gambar 10. Scylla paramamosain ..................................................................... 15
Gambar 11. Telescopium telescopium ............................................................... 16
Gambar 12. Terebralia sulcata........................................................................... 17
5

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dengan jumlah pulau yang mencapai 17.499 dan panjang garis
pantai kurang lebih 81.000 kilometer, Indonesia disebut sebagai Negara
Kepulauan yang mengandalkan kawasan pesisir menjadi salah satu
sumber pokok pendapatan masyarakat Indonesia. Kawasan pesisir
memiliki tiga ekosistem produktif, salah satunya ekosistem mangrove. Di
Asia, keberadaan ekosistem mangrove hampir 50% terdapat di Indonesia
yang sebagian besar terdapat di Provinsi Papua, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Riau dan Sumatera Selatan (Purnobasuki, 2011).
Meski ekosistem mangrove menyebar secara luas di wilayah Indonesia,
masih banyak masyarakat yang awam mengenai pentingnya mengenal
mangrove dan peranan ekosistem tersebut terhadap wilayah pesisir, baik
itu untuk biota lain maupun untuk manusia itu sendiri. Rendahnya
kesadaran dalam pelestarian hutan mangrove juga disebabkan oleh
ketidaktahuan masyarakat terhadap manfaat morfologi dan ekologi hutan
mangrove, atau bahkan terhadap jenis mangrove itu sendiri. Untuk
menghadapi permasalahan yang ada, kita perlu mendalami informasi
mengenai ekosistem mangrove dan mengetahui ciri-ciri jenis mangrove dan
biota asosiasi yang ada di dalamnya.

1.2. Tujuan Praktikum


Mendapat informasi baru mengenai jenis-jenis mangrove dengan
biota asosiasinya dan bagaimana keseimbangan ini dapat mendukung
kehidupan laut yang beragam menjadi potensi pemanfaatan yang
berkelanjutan.

1.3. Manfaat Praktikum


1. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan
peneliti dalam melakukan analisis masalah dalam bidang ekonomi
sumber daya alam dan lingkungan serta menerapkannya dalam
kehidupan masyarakat.
2. Sebagai bahan kajian dan studi pustaka bagi pihak-pihak terkait.
6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Mangrove


Ekosistem mangrove adalah salah satu ekosistem yang memiliki
berbagai fungsi dan terpengaruh oleh pasang surut, terdiri dari spesies
pohon atau semak yang bersifat khusus yang saling berhubungan dengan
sinergistik di dalam suatu ekosistem. Mangrove dapat hidup di lingkungan
yang penuh tantangan, seperti air laut yang berkadar garam tinggi,
perubahan pasang-surut, dan kondisi tanah lumpur. Mangrove bersifat
kompleks dan dinamis namun labil. Kompleks karena selain sebagai
vegetasi mangrove juga sebagai habitat satwa dan biota perairan. Dinamis
karena tumbuh dan berkembang terus menerus dan labil dikarenakan
mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali (Budiarsa dan Samsul,
2014). Komunitas mangrove yang tumbuh pada pulau-pulau kecil memiliki
peranan yang cukup signifikan secara ekologi, fisik, dan sosial ekonomi.
Bersama dengan lamun dan terumbu karang, mangrove membentuk satu
ekosistem pesisir yang lengkap untuk mendukung siklus hidup biota laut.
Biota yang bernilai ekonomis tinggi menjadi sumber pangan dan
perdagangan diperoleh dari ekosistem mangrove.

2.2. Biota Asosiasi


Biota asosiasi menggambarkan hubungan antara organisme yang
hidup bersama. Hubungan ini seperti simbiois, termasuk pertukaran
makanan, perlindungan, atau kompetisi, atau hubungan tidak langsung,
seperti dampak lingkungan, keseimbangan ekologis, atau adaptasi evolusi.
Biota asosiasi ekosistem mangrove adalah biota/beberapa organisme yang
hidup di sekitar vegetasi, biota asosiasi berperan penting dalam
memproduksi biomasa, tetapi juga mengatur salinitas dan kadar oksigen.
Interaksi biotik yang kompleks terjadi antara biota asosiasi dan mangrove,
di mana mangrove berfungsi sebagai habitat bagi berbagai spesies seperti
moluska, krustasea, dan ikan. Di dalam ekosistem mangrove, biota asosiasi
mencakup berbagai bentuk kehidupan, seperti ikan, moluska, krustasea,
burung, mamalia, dan organisme mikro. Ketergantungan ini dapat bersifat
langsung atau tidak langsung terhadap struktur dan fungsionalitas
mangrove. Sebagai contoh, ikan mungkin mencari tempat berlindung di
antara akar-akar mangrove saat mereka masih muda atau mencari
makanan di zona pasang surut yang melimpah dengan plankton dan
invertebrata.

2.3. Wilayah Pesisir Desa Pengudang


Wilayah pesisir merupakan wilayah datarannya berbatasan
langsung dengan lautan yang mempunyai potensi sumber daya alam juga
7

berpotensi untuk berbagai macam kegunaan. Wilayah pesisir terdiri dari


bermacam- macam aktivitas manusia mempengaruhi wilayah pesisir
secara langsung dan tidak langsung, baik di lingkungan daratan maupun
lingkungan perairan. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa wilayah
pesisir itu merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem lingkungan
daratan dan lingkungan perairan serta aktivitas manusia baik aktivitas sosial
maupun ekonomi.

Desa Pengudang merupakan sebuah desa yang terletak di Pulau


Bintan, tepatnya di Kecamatan Telok Sebong, Kabupaten Bintan,
Kepulauan Riau. Desa pengudang merupakan salah satu desa wisata
(ekowisata) yang ada di Pulau Bintan, dimana terdapat beebrapa objek
wisata yang dikelola oleh kelompok masayarakat setempat, yaitu wisata
pantai batu junjung, wisata pengudang bintan mangrove dan juga wisata
jendela dunia pak madun. Penelitian ini bermaksud untuk membantu
masyarakat setempat dengan memperkenalkan jenis-jenis dari mangrove
dan biota asosiasinya kepada pengunjung ataupun kepada masyarakat
sekitar bahwa dengan terus memantau dan memperdalam pemahaman
mengenai ekosistem mangrove, itut termasuk salah satu cara untuk
membantu pemerintah setempat/peneliti untuk mengumpulkan
indormasi/data dasar melakukan suatu konservasi ekosistem mangrove
yang berkelanjutan.
8

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2023 di Desa
Pengudang, Kabupaten Bintan. Lokasi ditampilkan pada Gambar 1. Berikut:

Gambar 1. Peta lokasi praktikum

3.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini disajikan
dalam Table 1. berikut:

Table 1. Alat dan Bahan yang digunakan

No Nama Alat dan Bahan Fungsi/kegunaan


1 GPS Mengambil titik koordinat praktikum
Menyimpan sampel agar tersusun
2 Plastik Sample
rapi
Mencatat koordinat dan hasil
3 Alat Tulis
identifikasi
4 Alkohol Mengawetkan sampel
Pelindung sampel dari udara dan
5 Koran
matahari
6 Cotton bud Mengaplikasikan alkohol ke sampel
9

Penempatan sampel untuk


7 Kertas laminating
herbarium

3.3. Prosedur Praktikum

Persiapan

Pengambilan sampel Pengolahan sampel


secara in situ herbarium

Menyiapkan alkohol,
Mengambil sampel
koran, cotton bud, dan
daun hingga akar lamun
sampel

Menandai sampel Pengeringan sampel di


dengan nama spesies tempat tertutup
pada plastik sampel

Menempatkan sampel
pada kertas herbarium
dan menuliskan
identifikasi pada label
10

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum

Didapatkan 6 jenis spesies mangrove seperti pada table 2. di bawah:


No Spesies
1 Rhizophora apiculata
2 Rhizophora mucronata
3 Sonneratia alba
4 Xylocarpus granatum
5 Lumnitzera littorea
6 Bruguiera cylindrica
Table 2. Spesies mangrove Desa Pengudang

Untuk hasil identifikasi biota asosiasi mangrove bisa dilihat pada Table 3.
berikutL
No Spesies
1 Scylla paramamosain
2 Telescopium telescopium
3 Telebralia sulcata
Table 3. Spesies biota asosiasi Desa Pengudang

4.2. Pembahasan
4.2.1. Spesies mangrove
4.2.1.1. Rhizophora apiculata
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Dicotiledonae
Order : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Species : Rhizophora apiculata
Habitatnya ada di daerah
pasang surut yang bervariasi seperti
lumpur, pasir, dan batu. Memiliki kulit
kayu yang bercelah berwarna abu-abu
hingga hitam. Memilik akan tunjang
yang mencuat dari bawah.. Daunnya
berbentuk lanset melebar dengan
ujung meruncing, memiliki gagang
berwarna hijau, dengan panjang
gagang 1-3,5 cm dan panjang pinak
Gambar 2. Rhizophora apiculata
daun sekitar 4-6 cm. Bunga
11

Rhizophora apiculata berkembang biseksual dengan bentuk kepala cagak,


terdiri atas 8-16 bunga per kelompok, dan melekat pada gagang individu
yang panjangnya berkisar antara 2,5-5 cm, ditempatkan di ketiak daun.
Buahnya berbentuk pir, berwarna coklat, dan berisi satu biji fertil.

4.2.1.2. Rhizophora mucronata

Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Species : Rhizophora mucronata

Dibandingkan dengan R.
apiculata, pohon ini dapat
dibedakan oleh daun yang
besar, panjang tengah
maksimum, dan benang
sari yang pendek.
Rhizophora jenis ini dapat
mencapai ketinggian
hingga 30 m dengan
diameter batang yang
mencapai 35 cm. Daunnya
yang lebar berbentuk elipa
dan berwarna hijau tua di Gambar 3. Rhizophora mucronata
bagian atas dan hijau muda kekuningan di bagian bawah. Permukaan
bawah daun memiliki bercak hitam yang tersebar. Kelompok bunga, yang
berjumlah 4-8, bergantung di ketiak daun, dengan mahkota berwarna putih
berbulu dan kelopak yang berwarna kuning susu hingga hijau kekuningan.
Buahnya memiliki ukuran 2-2,3 cm diameter dan 50-70 cm panjang, bersifat
vivipar dan hipokotil, serta berubah warna menjadi hijau hingga kekuningan
saat matang. Batangnya memiliki kulit luar yang bervariasi antara abu-abu
terang, abu-abu tua, atau coklat terang, dengan permukaan yang kasar dan
bersisik. Kulit dalamnya berserabut, berwarna merah muda hingga merah
tua. Akarnya menonjol dari batang dengan bentuk tunjang, dilengkapi
dengan lentisel untuk pernapasan.

4.2.1.3. Sonneratia alba


Kingdom : Plantae
12

Phylum : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Myrtales
Family : Lythraceae
Genus : Sonneratia
Species : S. alba

Jenis pohon ini dapat tumbuh hingga 40


meter dengan akar napas yang berbentuk
pensil. Kulit kayunya berwarna abu-abu
hingga coklat muda, kasar bercelah, dan
terkelupas dengan karakteristik yang khas.
Daunnya hijau, berbentuk bulat telur
terbalik, dengan ujung yang membundar,
disusun secara sederhana dan
berlawanan. Bunganya bersifat biseksual
dan muncul secara soliter, membentuk
kelompok 1-3 bunga per kelompok. Daun
mahkotanya berwarna putih, sementara
kelopak
bunganya
Gambar 4. Sonneratia alba terdiri dari
6-8 bagian. Benang sari yang banyak
bertangkai berwarna kuning dengan ujung
yang berwarna putih, menambah
keindahan estetik bunga ini. Buahnya
berbentuk bulat agak pipih, dengan ujung
yang bertangkai dan dasarnya dibungkus
oleh kelopak bunga.

4.2.1.4. Xylocarpus granatum


Kingdom : Plantae
Phylum : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida Gambar 5. Akar napas S. alba
Order : Sapindales
Family : Meliaceae
Genus : Xylocarpus
Species : X. granatum
13

Xylocarpus granatum adalah pohon yang


mencapai ketinggian 10-20 m dan diameter
1 m. Daunnya bersusunan majemuk,
berseling, dan tebal. Bunga tumbuh dalam
malai di ketiak daun, dengan tandan bunga
2-7 cm panjangnya. Buahnya mirip kelapa,
berdiameter 10-25 cm, berat 1-2 kg,
berwarna hijau kecokelatan. Biji persegi
empat, coklat, rapat seperti puzzle.
Batangnya seringkali berlubang, kulitnya
cokelat muda-kekuningan. Akarnya
berbentuk banir dan papan, sering memiliki
akar napas atau permukaan seperti pita.
Banir tumbuh baik, dengan buah bulat
Gambar 6. Xylocarpus granatum keras seperti melon berwarna coklat
kekuningan. Berbunga sepanjang tahun,
berbuah terutama Juli-Agustus dan
November-Desember. Tumbuh di
pinggiran pasang surut mangrove bagian
dalam. Kulit batangnya kaya akan tanin
untuk pewarna pakaian, batangnya
digunakan sebagai kayu bakar, dan pohon
ini digunakan dalam rehabilitasi kawasan
pantai.

4.2.1.5. Lumnitzera littorea


Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae Gambar 7. Akar papan X.granatum

Order : Myrtales
Family : Combretaceae
Genus : Lumnitzera
Species : L. Littorea
14

Jenis ini tumbuh tersebar


dan selalu hijau, dengan tinggi
maksimal mencapai 25 m, meskipun
umumnya lebih rendah. Akarnya
berbentuk lutut, berwarna coklat tua,
dan kulit kayunya memiliki celah atau
retakan memanjang. Daunnya agak
tebal, keras, atau kaku, berkumpul di
ujung dahan, dan panjang tangkainya
mencapai 5 mm. Daunnya bersifat
sederhana dan bersilangan,
berbentuk bulat telur terbalik dengan
ujung yang membunda.. Bunga pohon
ini bersifat biseksual, berwarna merah
cerah, harum, dan penuh dengan
nektar. Panjang tangkai bunga
Gambar 8. Lumnitzera littorea mencapai 3 mm, membentuk tandan
sepanjang 2-3 cm. Terdapat dua buah pinak daun berbentuk bulat telur
dengan ukuran 1 mm pada bagian pangkalnya. Bunga terletak di ujung
dengan formasi bulir. Daun mahkota berjumlah 5, berwarna merah, dan
berukuran 4-6 x 1,5-2 mm, sedangkan kelopak bunga berjumlah 5,
berwarna hijau dengan ukuran 1-12 mm. Benang sari kurang dari 10
dengan panjang benang sari dua kali ukuran daun mahkota. Pembungaan
pohon ini terjadi sepanjang tahun. Buahnya berbentuk seperti pot atau
jambangan tempat bunga/elips, berwarna hijau keunguan, agak keras, dan
bertulang. Buah memiliki panjang 9-20 mm dan diameter 4-5 mm/ Buahnya
ringan dan dapat mengapung, sangat mendukung penyebaran melalui air.
Kayunya berat, keras, kuat, dan awet. Spesies ini hanya tumbuh sebagai
semak atau pohon kecil (<6 m) di daerah marjinal, dan jika berada di lokasi
yang menguntungkan, dapat mencapai ketinggian hingga 25 m.

4.2.1.6. Bruguiera cylindrica

Kingdom : Plantae
Phylum : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Malpighiales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Species : Bruguiera cylindrica
15

Biasanya memiliki tinggi yang mencapai


20 m, memiliki ciri khas pada akarnya
seperti lutut dan papan (banir kecil) yang
terletak dekat pangkal pohon. Kulit
kayunya berwarna abu-abu dengan
adanya lentisel kecil, sementara daunnya
berwarna hijau hingga hijau menguning,
berbentuk elips, dan tersusun secara
berlawanan, dengan bagian ujung yang
meruncing. Bunga-bunga tumbuh
mengelompok di ujung tandan, memiliki
daun mahkota putih yang berubah menjadi
coklat seiring bertambahnya umur, dan
kelopak bunga yang berjumlah 8 berwarna
Gambar 9. Bruguiera cylindrica
hijau kekuningan. Buahnya memiliki
hipokotil yang berbentuk lurus atau melengkung, dan berwarna hijau yang
berubah menjadi ungu di bagian ujungnya.

4.2.2. Biota asosiasi yang ditemukan

4.2.2.1. Scylla paramamosain


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Malacostraca
Order : Decapoda
Family : Portunidae
Genus : Scylla
Species : Scylla paramamosain

Scylla paramamosain adalah


kepiting bakau dengan kaki yang
bercorak dan cangkangnya berwarna
hijau hingga hampir hitam. Biasanya,
cangkangnya hijau muda hingga
hijau tua, dan bagian bawah dan
pangkal jari-jarinya berwarna kuning
pucat. Sayap segitiga renangnya
memiliki ujung yang tumpul.
Gambar 10. Scylla paramamosain
16

4.2.2.2. Telescopium Telescopium

Kingdom : Animalia
Phylum : Molusca
Class : Gastropoda
Ordo : Neotaenioglossa
Family : Potamididae
Genus : Telescopium
Species : Telescopium telescopium

Telescopium telescopium
adalah jenis siput laut
dengan cangkang kerucut
yang dapat mencapai
ukuran hingga delapan
hingga sepuluh sentimeter.
Siput-siput ini hidup di hutan
mangrove di berbagai
tempat, seperti Goa, India,
Thailand Tenggara, Filipina,
Queensland, Australia, dan
sebagainya. Siput ini
Gambar 11. Telescopium telescopium
bereproduksi dengan
membuahi telur di dalam tubuhnya. Meskipun siput jantan tidak memiliki
penis, spermanya dikeluarkan dalam paket melalui lubang di atas telur siput
betina.

4.2.2.3. Terebralia sulcata


Kingdom : Animalia
Phylum : Molusca
Class : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Family : Potamididae
Genus : Terebralia
Species : Terebralia sulcata

Siput Terebralia sulcata, yang juga dikenal sebagai Sulcate swamp


cerith, memiliki cangkang yang berat dan memiliki 9 hingga 10 whorls.
Permukaan cangkangnya dipenuhi dengan alur-alur dan tonjolan kotak
17

yang saling menyilang. Ada


bagian khusus yang disebut
sutura yang terdapat di
sepanjang cangkang.
Bagian dalam cangkang,
yang disebut columella,
halus dan lebih tebal di
bagian bawah. Warna
cangkangnya bisa coklat
tua atau hijau dengan
bercak kuning.
Gambar 12. Terebralia sulcata
18

BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Hasil identifikasi praktikum ini terdapat 6 spesies mangrove yang
ditemui dan 3 spesies biota asosiasi ekosistem tersebut. 6 spesies
mangrove tersebut yakni Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata,
Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Lumnitzera littorea, dan Bruguieera
cylindrica. Sedangkan biota asosiasinya meliputi Scylla paramamosain,
Telescopium Telescopium, dan Telebralia sulcata.

5.2. Saran
Hasil ini menunjukkan bahwa ekosistem mangrove tidak hanya
memiliki nilai ekologis yang tinggi, tetapi juga memiliki peran krusial dalam
mendukung kehidupan beragam jenis flora dan fauna. Kesimpulan ini dapat
menjadi dasar untuk pemahaman lebih lanjut tentang ekologi mangrove dan
pentingnya pelestarian serta keberlanjutan ekosistem ini. Selanjutnya,
upaya konservasi dan pengelolaan yang tepat perlu diterapkan untuk
menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove dan melindungi
keanekaragaman hayati yang dimilikinya.
19

DAFTAR PUSTAKA
Farid, A., Rosi, M. F., & Arisandi, A. (2022). Struktur Komunitas Mangrove
di Ekowisata Mangrove Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten
Pamekasan. JURNAL KELAUTAN NASIONAL, 17(3), 231–242.
Halidah, H. (2014). Lumnitzera littorea (Jack) Voight, Mangrove Sejati yang
Terancam Punah. Buletin Eboni, 11(2), 129–137.
Harahap, I. M., Syahrial, S., Erniati, E., Erlangga, E., Imanullah, I., &
Ezraneti, R. (2022). Gastropoda Telescopium telescopium
(Linnaeus, 1758) di Hutan Mangrove Desa Cut Mamplam Provinsi
Aceh, Indonesia. Jurnal Kelautan Tropis, 25(2), 156–168.
https://doi.org/10.14710/jkt.v25i2.13353
Kristian, I. (2021). Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu Dan
Berkelanjutan Yang Berbasis Masyarakat. Jurnal RASI, 1(1), 49–63.
https://doi.org/10.52496/rasi.v1i1.29
Kurniawati, A., Bengen, D. G., & Madduppa, H. (2014). Characteristics of
Telescopium telescopium on mangrove ecosystem at the Segara
Anakan Lagoon, Cilacap District, Central Java. Bonorowo Wetlands,
4(2), 71–81. https://doi.org/10.13057/bonorowo/w040201
Nurdiansah, D., & Dharmawan, I. W. E. (2021). COMMUNITY
STRUCTURE AND HEALTHINESS OF MANGROVE IN
MIDDLEBURG-MIOSSU ISLAND, WEST PAPUA. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Kelautan Tropis, 13(1), 81–96.
https://doi.org/10.29244/jitkt.v13i1.34484
Purnobasuki, H. (2011). Ancaman Terhadap Hutan Mangrove di Indonesia
dan Langkah Strategis Pencegahannya. Bulletin PSL Universitas
Surabaya, 25, 3–6.
Rusila Noor, Y., Khazali, M., & Suryadiputra, I. N. N. (1999). Panduan
Pengenalan Mangrove di Indonesia (3 ed.).
SIbua, J., Nurafni, Wahab, I., & Koroy, K. (2021). Karakteristik Morfometrik
Keong Bakau (Telescopium Telescopium) di Ekosistem Mangrove
Desa Daruba Pantai Kabupaten Pulau Morotai. Jurnal Laot Ilmu
Kelautan, 3(2).
Suhendra, T., Nugraha, sapta, Pradana, L., Putra, R. D., Prayetno, eko,
andrizal, Hayaty, N., Laziola, G., Padli, & Rosma, I. H. (2022).
Implementasi Energi Baru Terbarukan untuk Mendukung Ekowisata
Terpadu Masyarakat Desa Pengudang Pasca Pendemi COVID-19.
Jurnal Sustainable: Jurnal Hasil Penelitian dan Industri Terapan,
11(2), 83–89. https://doi.org/10.31629/sustainable.v11i2.5122
Syarif, I. A., Edy Utomo, & Eko Prihartanto. (2021). IDENTIFIKASI
POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KELURAHAN
KARANG ANYAR PANTAI KOTA TARAKAN. Jurnal Cakrawala
20

Ilmiah, 1(3), 225–232.


https://doi.org/10.53625/jcijurnalcakrawalaindonesia.v1i3.604
Takandare, L., & Papilaya, P. M. (2018). ASOSIASI GASTROPODA
DENGAN TUMBUHAN MANGROVE PADA EKOSISTEM PANTAI
DI NEGERI TIOUW DAN NEGERI HARIA KECAMATAN
SAPARAUA KABUPATEN MALUKU TENGAH. BIOPENDIX: Jurnal
Biologi, Pendidikan Dan Terapan, 4(2), 83–96.
https://doi.org/10.30598/biopendixvol4issue2page83-96
21

LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil identifikasi spesies mangrove dan biota asosiasi

Gambar 2. Rhizophora apiculata Gambar 3. Rhizophora mucronate

Gambar 4. Sonneratia alba Gambar 5. Akar napas S. alba Gambar 6. Xylocarpus granatum

Gambar 7. Akar papan X. Gambar 8. Lumnitzera littorea Gambar 9. Bruguiera cylindrica


granatum
22

Gambar 10. Scylla paramamosain

Gamabr 11. Telescopium telescopium

Gambar 13. Terebralia sulcata

Anda mungkin juga menyukai