Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EKOSISTEM MANGROVE

Dosen Pengampu :
Evan Vria Andesmora, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Andika Firmansyah (207210082)
Dewi Ayu Rahmawati (207210028)
Ismu Qori’ah (207210024)
Melly Rosiana (207210012)
Rikke Wahyuni (207210077)
Suhailah Murtaza (207210052)
Yulia Gustina (207210023)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah swt
karena berkat rahmat dan nikmat-Nya, makalah kami yang membahas mengenai
“EKOSISTEM MANGROVE” dengan dosen pengampu Bapak Evan Vria Andesmora, S.Si,
M.Si. ini dapat diselesaikan.
Adapun makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi
Tumbuhan dan menambah wawasan kami sebagai mahasiswa tentang apa saja permasalahan
pada ekosistem mangrove serta bagaimana untuk melestarikan ekosistem mangrove. Dalam
penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata-mata.
Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak Evan Vria Andesmora, S.Si, M.Si.
yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini. Penulis juga berterima kasih kepada
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman penulis masih
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari
berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaaat. Akhir kata penulis ucapkan
semoga Allah Yang Maha Esa selalu membalas budi baik kita semua aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmaullahi wabarakatuh.

Jambi, 2 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusuan Masalah ......................................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II ....................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3

A. Pengertian Ekosistem Dan Mangrove ............................................................................. 3

B. Ekosistem Mangrove ...................................................................................................... 4

C. Kerusakan Pada Ekosistem Mangrove............................................................................ 6

D. Solusi Pengelolaan dan Pelestarian Ekosistem Mangrove.............................................. 8

E. Studi Kasus Ekosistem Mangrove .................................................................................. 9

BAB III.................................................................................................................................... 12

PENUTUP ............................................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12

B. Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Ekosistem Mangrove............................................................................................. 3
Gambar 1. 2 Mangrove bentuk pantai........................................................................................ 4
Gambar 1. 3 Mangrove bentuk muara sungai ............................................................................ 5
Gambar 1. 4 Mangrove bentuk pulau ........................................................................................ 5

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim yang sangat besar, sehingga memiliki potensi
sumber daya alam yang luar biasa. Namun, dibalik itu semua Indonesia juga memiliki
potensi ancaman yang dapat menganggu kelangsungan dari potensi sumber daya alam
tersebut. Potensi sumber daya hayati laut di Indonesia terutama di wilayah pesisir selalu
dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ekonomi dan sosial budaya.
Ada bermacam-macam tipe ekosistem, yaitu ekosistem alam dan ekosistem buatan.
Ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Berdasarkan
perbedaan salinitas, ekosistem perairan dibagi menjadi beberapa tipe yaitu perairan tawar,
perairan payau, dan perairan laut. Salah satu contoh bentuk ekosistem perairan laut adalah
ekosistem mangrove.
Ekosistem mangrove merupakan penyangga dan memiliki multifungsi. Secara fisik,
mangrove memiliki peranan dalam melindungi pantai dari angin, gelombang, dan badai.
Secara ekologi, ekosistem mangrove berperan sebagai sistem penyangga kehidupan
berbagai organisme akuatik ataupun organisme terrestrial, baik digunakan sebagai tempat
mencari makan (feeding ground), tempat asuhan (nursery ground), maupun tempat
berkembangbiak (spawning ground). Selain itu, ekosistem mangrove berkontrubusi
sebagai pengendali iklim global melalui penyerapan karbon.
Tentu saja ekosistem mangrove yang memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan
ini juga memiliki potensi ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup dari
tumbuhan mangrove. Kerusakan ekosistem mangrove didasarkan oleh faktor alam dan juga
faktor manusia. Oleh karena itu, pengelolaan dan pelestarian ekosistem mangrove harus
dilakukan. Tujuannya, agar seluruh manfaat dari sumber daya alam mangrove tersebut
dapat digunakan baik sebagai tempat organisme laut ataupun sebagai pengembangan
ekonomi masyarakat dan hal lainnya.
Ada banyak studi kasus yang membahas tentang permasalahan ekosistem mangrove.
Dimana rata-rata permalasahannya sama yaitu karena faktor alam maupun faktor ulah
manusia. Namun, disetiap permasalahan pasti akan ada solusi untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.

1
B. Rumusuan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang yang telah diuraikan yaitu sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan ekosistem dan mangrove?


2. Bagaimana dengan ekosistem mangrove?
3. Apa saja kerusakan yang terjadi pada ekosistem mangrove?
4. Apa solusi dalam pengelolaan dan pelestarian ekosistem mangrove?
5. Bagaimana contoh studi kasus ekosistem mangrove yang ada di Indonesia dan
bagaimana solusinya?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang dihasilkan dari rumusan masalah di atas yaitu:

1. Untuk mengetahui dan memahami penjelasan tentang ekosistem dan mangrove.


2. Untuk mengetahui dan memahami penjelasan tentang ekosistem mangrove.
3. Untuk mengetahui dan memahami penjelasan tentang kerusakan yang terjadi pada
ekosistem mangrove.
4. Untuk mengetahui dan memahami penjelasan tentang solusi dalam pengelolaan dan
pelestarian ekosistem mangrove.
5. Untuk mengetahui dan memahami penjelasan tentang studi kasus mangrove yang ada
di Indonesia dan solusinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekosistem Dan Mangrove

Ekosistem adalah sebuah hubungan atau sistem ekologi yang dibentuk melalui
hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkunganya. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan.

Menurut Odum (1996), ekosistem atau sistem ekologi merupakan pertukaran bahan-
bahan antara bagian-bagian yang hidup dan yang tak hidup di dalam sistem. Ekosistem
adalah seperangkat unit fungsional dasar dalam suatu ekologi yang di dalamnya tercakup
organisme dan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan biotik dan
abiotik yang keduanya kemudian saling mempengaruhi.

Ada dua komponen ekosistem yang saling berintekrasksi yaitu komponen biotik
(terdiri dari makhluk hidup) dan komponen abiotik (terdiri dari komponen tak hidup).

Gambar 1. 1 Ekosistem Mangrove


(Sumber: diction.id)

Menurut Odum kata mangrove berasal dari kata `mangal` yang berarti komunitas
suatu tumbuhan. Selanjutnya Supriharyono menunjukkan bahwa kata mangrove
mempunyai dua arti yakni pertama sebagai komunitas tumbuhan ataupun hutan yang tahan
akan kadar salinitas/ garam (pasang surutnya air laut), dan kedua sebagai individu spesies.
Macnae (1968) menyebutkan bahwa mangrove merupakan perpaduan antara bahasa

3
Portugis mangue dan bahasa Inggris grove, yang berarti semak belukar yang tumbuh di tepi
laut. Tomlinson (1986) dan Wightman (1989) mendefinisikan mangrove sebagai tumbuhan
yang terdapat di daerah pasang surut.
Mangrove dalam bahasa Indonesia disebut juga hutan pasang surut, hutan payau,
rawa-rawa payau, dan hutan bakau. Namun, dianjurkan penggunaan istilah mangrove
dibandingkan bakau karena bakau adalah nama lokal untuk anggota genus Rhizophora.

B. Ekosistem Mangrove

Tumbuhan mangrove memiliki daya adaptasi yang sesuai dengan habitat yang
terpengaruh oleh pasang surut dan salinitas air laut. Adaptasi genangan air ditandai dengan
pembentukan akar napas (pneumotofor), akar lutut, akar tunjang, serta perkecambahan biji
saat buah masih menempel di atas pohon. Sistem perakaran ini merupakan suatu cara
adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Mangrove
tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung
dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh
dengan sempurna dan menancapkan akarnya. Kandungan garam sangatlah menentukan
daya tumbuh dan reproduksi mangrove. Hampir semua jenis mangrove adalah jenis yang
toleran akan garam, namun bukan menjadi jenis yang memerlukan garam untuk hidupnya.
Segala tumbuhan dalam hutan mangrove saling berinteraksi dengan lingkungannya,
baik yang bersifat biotik maupun yang abiotik. Seluruh sistem yang saling bergantung
membentuk apa yang disebut sebagai ekosistem mangrove. Ekosistem hutan mangrove
dapat dibedakan dalam tiga-tipe utama yaitu bentuk pantai/delta, bentuk muara
sungai/laguna dan bentuk pulau.

Gambar 1. 2 Mangrove bentuk pantai


(Sumber: unair.ac.id dan envira.id)

4
Gambar 1. 3Mangrove bentuk muara sungai
(Sumber: tempatwisata.pro)

Gambar 1. 4 Mangrove bentuk pulau


(Sumber: mongotrip)

Mangrove tumbuh pada berbagai jenis substrat yang bergantung pada proses
pertukaran air untuk memelihara pertumbuhan mangrove. Secara umum hutan mangrove
dan ekosistemnya cukup tahan terhadap berbagai gangguan dan tekanan Iingkungan.
Namun, mangrove sangat peka terhadap pengendapan atau sedimentasi, tinggi rata-rata
permukaan air, pencucian serta tumpahan minyak.

Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung
(non economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan manusia (economic
vallues). Beberapa manfaat mangrove antara lain adalah:

1. Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai. Adanya sistem perakaran mangrove


yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sisa bahan organik dan
endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan.
2. Menjernihkan air. Akar pernafasan (akar pasak) berperan juga dalam menangkap
endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari
daratan dan mengalir ke laut.

5
3. Mengawali rantai makanan. Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air.
Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil
penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada
gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim
atau berkunjung di habitat mangrove.
4. Manfaat bagi manusia. Pohon mangrove adalah pohon berkayu yang kuat dan
berdaun lebat. Mulai dari bagian akar, kulit kayu, batang pohon, daun dan bunganya
semua dapat dimanfaatkan manusia. Beberapa kegunaan pohon mangrove yang
langsung dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari
5. Obat-obatan. Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-
obatan. Macam-macam obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran
kulit batang beberapa species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal
atau peradangan pada kulit.

C. Kerusakan Pada Ekosistem Mangrove

Kerusakan yang terjadi pada ekosistem mangrove biasanya disebabkan oleh faktor
alam maupun faktor ulah manusia. Pada umumnya, tingkat keterbukaan wilayah hutan
mangrove cenderung tinggi. Lokasi hutan juga terbilang dekat dengan berbagai pusat
kegiatan perekonomian masyarakat.
1. Kerusakan Akibat Faktor Alam
Faktor alam merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan mangrove yang
bersifat sekunder. Dengan kata lain, penyebab tersebut hanya terjadi sewaktu-waktu
dan wilayah yang terdampak relatif sempit. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Angin topan, dapat mencabut pohon bakau hingga akarnya atau oleh
pengendapan masif atau mengubah salinitas air dan tanah.
b. Gelombang tsunami, juga dapat mencabut pohon bakau.
c. Organisme isopoda kecil. Isopoda Sphaeroma terebrans melubangi akar bakau
sehingga pohon bakau tumbang.

6
2. Kerusakan Akibat Ulah Manusia
Ada 5 faktor utama yang menyebabkan kerusakan pada kawasan mangrove, yaitu:
a. Pencemaran.
b. Pembangunan dermaga.
c. Perluasan areal tambak.
d. Kurangnya perhatian terhadap faktor lingkungan dalam melakukan konversi
area mangrove.
e. Penebangan serta pencemaran yang berlebihan (pencemaran minyak, logam
berat).
f. Konversi lahan juga dilakukan guna budidaya perikanan, pertanian, ekspansi
jalan, kawasan industri, pemukiman, pertambangan dan penggalian pasir.

Kegiatan lain akibat ulah manusia adalah sebagai berikut:


a. Konversi untuk pemukiman.
b. Konversi untuk tambak.
c. Pengambilan kayu.
d. Pencemaran.

Faktor penyebab kerusakan hutan mangrove juga bersifat primer di mana hal
penyebabnya dapat terjadi kapan saja dengan wilayah kerusakan yang cukup luas.
a. Konversi alih fungsi hutan mangrove, landasan kegiatan konversi ini adalah
demi kepentingan ekonomi dan mengabaikan fungsi ekologi. Kegiatan ini
berdampak pada kerusakan hutan dalam jangka pendek dan bahkan jangka
panjang.
b. Ekploitasi berlebihan terhadap hutan mangrove guna memanfaatkan kayu pohon
dalam berbagai keperluan sehingga merusak ekosistem dan sumber daya alam
kawasan tersebut.
c. Pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir yang belum terarah. Pengelolaan
dan pemanfaatan kawasan pesisir, utamanya wilayah mangrove, belum
dilakukan secara serius oleh pemerintah daerah.
d. Penegakkan hukum yang lemah. Beberapa pihak yang terlibat dalam
pengelolaan sumber daya hayati hutan bakau cenderung mengabaikan keadaan
ekologi kawasan tersebut. Tindakan hukum yang dilakukan secara tidak tegas

7
memperparah dampak yang ditimbulkan oleh eksploitasi oleh pihak-pihak
tersebut.
e. Rusaknya vegetasi mangrove diakibatkan berbagai pemanfaatan kayu hutan
yang dilakukan secara berlebihan oleh masyarakat. Kerusakan kawasan
mangrove juga disebabkan oleh proses tebang pilih yang kurang tepat.
f. Konversi hutan mangrove cenderung mengabaikan upaya pelestarian lingkungan
sekitar kawasan.
g. Pembuangan limbah produksi ataupun rumah tangga seringkali dibuang di
kawasan sungai sehingga limbah mengalir ke arah hutan bakau.

Turunnya daya ekosistem mangrove dapat menyebabkan turunnya keanekaragaman


hayati di kawasan pesisir, peningkatan abrasi pantai, penurunan sumber makanan, tempat
pemijah, serta bertelurnya biota laut. Hal ini mengakibatkan turunnya produksi tangkapan
ikan, turunnya daya ekosistem dalam menahan tiupan angin, gelombang air laut, dan
sebagainya. Peningkatan pencemaran pantai. Disamping itu, terdapat dampak lainnya yang
mendapatkan imbasnya pada alam, yaitu erosi pantai dan instrusi air laut.

D. Solusi Pengelolaan dan Pelestarian Ekosistem Mangrove

Pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan mengacu kepada konsep pembangunan


berkelanjutan seperti termuat dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup , yaitu upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi kedalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan. Terlihat bahwa intinya berada pada integrasi
tiga pilar konsep pembangunan berkelanjutan yaitu dimensi ekonomi, ekologi dan sosial
sehingga memberikan jaminan akan keberadaan mangrove untuk dinikmati bagi semua
generasi di bumi.
Ada beberapa solusi dalam mengelola dan melestarikan ekosistem mangrove,
diantaranya:
1. Perlindungan Hutan Mangrove
Pengelolaan dan perlindungan hutan mangrove adalah suatu upaya pelestarian
serta perlindungan hutan mangrove agar menjadi kawasan hutan konservasi serta
rehablitasi hutan mangrove.

8
2. Rehabilitasi dan Pemulihan Hutan Mangrove
Rehabilitasi adalah kegiatan/upaya, juga terliput didalamnya pemulihan serta
penciptaan habitat dengan cara mengubah sistem yang rusak menjadi lebih stabil.
Sedangkan pemulihan adalah suatu kegiatan dalam menciptakan suatu ekosistem atau
dengan kata lain memperbaharuinya agar kembali pada fungsi alamiahnya.

Pengelolaan ekosistem hutan mangrove melalui keterlibatan masyarakat dibutuhkan


untuk kepentingan pengelolaan dengan berkelanjutan pada sumberdaya, dan secara umum
kelompok masyarakat yang berbeda akan berbeda pula untuk kepentingannya pada
sumberdaya tersebut. Pelaksanaan rehabiltasi hutan mangrove dengan penekanan pada
pemberdayaan masyarakat setempat ini biasanya dikenal dengan istilah pendekatan
bottom-up. Hasil dari kegiatan melalui pendekatan bottom up ini akan menjadikan
masyarakat enggan merusak hutan mangrove yang telah mereka tanam sendiri, meskipun
tidak ada yang mengawasinya, sebab masyarakat sadar bahwa kayu yang mereka potong
tersebut sebenarnya adalah milik mereka bersama.

E. Studi Kasus Ekosistem Mangrove

Kota Ternate merupakan sebuah kota tua dengan wilayah relatif kecil yang terletak
di bagian timur wilayah Indonesia. Kota ternate terdiri dari 8 pulau, 5 pulau berpenghuni
serta 3 pulau tidak berpenghuni dengan luas daratan 250,80 Km2 sementara lautannya
5.547,55 Km2. Penyebaran penduduk yang tidak merata ini menyebabkan wilayah yang
lebih banyak dimanfaatkan adalah wilayah pesisir pantai. Daerah ini memiliki potensi
hutan mangrove yang cukup luas.
Dinas perikanan pada 2007 mengatakan data dari dinas pertanian dan kehutanan Kota
Ternate menunjukkan luas wilayah ekosistem mangrove14,65 Ha dengan tingkat kerusakan
78,57%. Kerusakan hutan mangrove di Kota Ternate ini di akibatkan oleh aktivitas yang
dilakukan manusia seperti tebang habis, konversi menjadi lahan pemukiman dan pertanian,
pembuangan sampah padat, pencemaran tumpahan minyak, pembuangan sampah cair
maupun reklamasi pantai. Kerusakan ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang manfaat dari ekologi hutan mangrove. Kerusakan mangrove
disebabkan adanya fakta bahwa sebagian manusia perlu memenuhi kebutuhan hidupnya

9
dengan mengintervensi hutan mangrove. Hal itu pada dasarnya hutan mangrove memang
memiliki fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah
hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove.
Kerusakan ini jika dalam jangka panjang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
mangrove. Kerusakan hutan mangrove di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara saat ini
sudah sangat menghakwatirkan, sehingga Pemerintah Daerah, dan Dinas terkait perlu
melakukan tindakan nyata untuk menyelamatkan hutan mangrove yang masih tersisa.
Perlu dilakukan upaya rehabilitasi. mangrove, selanjutnya dibentuk suatu network pusat
capacity building di sepanjang pantai untuk membantu sosialisasi dan pengawasan
program- program yang akan dibuat. Lembaga harus dikenal luas oleh masyarakat
setempat dan harus sukses dalam jangka panjang. Beberapa kegiatan rehabilitasi
mangrove berguna untuk:
1. Meningkatkan akses informasi kepada masyarakat tentang pentingnya rehabilitasi
mangrove karena peranannya sangat besar bagidaerah pesisir.
2. Melakukan training dalam usaha penanaman mangrove.
3. Mengadakan pelatihan menyangkut pengusahaan bibit mangrove guna rehabilitasi,
terhadap lahan yang telah mengalami kerusakan.

Diperlukan program penyadaran dini bagi masyarakat yang hidup di sekitar


hutan mangrove, berupa pendidikan konservasi dan lingkungan yang dintegrasikan ke
kurikulum sekolah di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara, baik pada jenjang SD, SMP
maupun SMA. Cara memasukkan pembelajaran konservasi dan lingkungan dalam
pembelajaran di sekolah dapat dilakukan melalui 2 metode, yaitu: .
1. Metode infusi. Metode infusi ini disebut juga “Metode Sisip”, yaitu memadukan
muatan konservasi dan lingkungan dengan kurikulum yang ada. Salah satu contoh
cara menyisipkan pembelajaran pendidikan konservasi dan lingkungan kedalam mata
pelajaran IPA yang sudah ada di dalam kurikulum KTSP yakni dengan menyisispkan
kompetensi dasar, berupa: (1) pengetahuan tentang hubungan manusia dan alam,
(2) pengetahuan tentang potensi sumberdaya pesisir dan permasalahannya,
(3) pengetahuan tentang sampah dan pengelolannya, dan (4) pengetahuan tentang
keanekaragaman hayati lokal.
2. Metode block. Metode block adalah pembelajaran pendidikan lingkungan dan
konservasi diajarkan dengan mata pelajaran yang berdiri sendiri. Ada dua cara dalam

10
pembelajaran metode block ini, yaitu dengan memasukkan ke dalam kurikulum
sekolah dan di luar kurikulum sekolah. Jika dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah,
biasanya berupa mata pelajaran muatan lokal (mulok). Jika tidak dimasukkan dalam
kurikulum sekolah maka konservasi dan lingkungan hidup dapat dimasukkan dalam
ektrakurikuler

Selain dari dua metode tersebut perlu dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat
dengan menggunakan pendekatan Buttom Up. Pendekatan Buttom Up dilakukan untuk
memulihkan hutan mangrove yang telah rusak dengan melibatkan masyarakat. Masyarakat
merasa mempunyai andil dalam upaya rehabilitasi hutan mangrove tersebut, sehingga
status mereka akan berubah, yaitu bukan sebagai kuli lagi melainkan ikut memilikinya.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan yang sudah diuraikan ialah:
 Ekosistem adalah satu kesatuan tatanan yang terbentuk oleh interaksi (hubungan)
timbal balik antara makhluk hidup (biotik) dengan unsur-unsur nonhayati (abiotik)
dalam suatu wilayah. Sedangkan Mangrove adalah individu jenis tumbuhan
maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut.
 Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada
pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya,
benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan akarnya.
 Seluruh sistem yang saling bergantung membentuk apa yang disebut sebagai
ekosistem mangrove. Ekosistem hutan mangrove dapat dibedakan dalam tiga-tipe
utama yaitu bentuk pantai/delta, bentuk muara sungai/laguna dan bentuk pulau.
 Solusi dalam mengelola dan melestarikan ekosistem mangrove, diantaranya:
perlindungan hutan mangrove, dan rehabilitas dan pemulihan hutan mangrove.
 Selain mengedukasi sedari dini dengan menanamkan ilmu pengetahuan
pelestarian ekosistem mangrove ke anak-anak dengan metode infusi dan metode
blok, masyarakat juga diajak bekerja sama dalam pelestarian mangrove dengan
cara pendekatan buttom up.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah penulis menyadari bahwa tentunya ada kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan dan pengembangan
penulis dalam penyusunan makalah kedepannya. Penulis juga menyarankan kepada
pembaca untuk dapat memahami isi pembahasan dalam makalah ini, dan diharapkan
pembaca dapat memanfaatkan pengetahuan ini dalam proses pendidikan sebenarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Muhtadi, Ahmad. dkk. (2017). Ekosistem Pesisir Dan Laut Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Fitriah, Eka. dkk. (2013). "Studi Analisis Pengelolaan Hutan Mangrove Kabupaten Cirebon".
Jurnal Scientiae Educatia. 2 (2).

Majid, Ilham. dkk. (2016). "Konservasi Hutan Mangrove Di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi Dengan Kurikulum Sekolah". Jurnal Bioedukasi, 4 (2), 488-496.

Latuconsina, Husain. (2019). Ekologi Perairan Tropis: Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber
Daya Hayati Perairan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahim, Sukirman. dan Dewi W. K. B. (2017). Hutan Mangrove Dan Pemanfaatannya.


Yogyakarta: Deepublish.

Riwayati. (2014). "Manfaat Dan Fungsi Hutan Mangrove Bagi Kehidupan". Jurnal Keluarga
Sehat Sejahtera, 12 (24), 20-22.

13

Anda mungkin juga menyukai