Disusun Oleh :
TANJUNGPINANG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia–Nya Karya Ilmiah yang mengangkat sub materi tentang MANGROVE dengan topik
“IDENTIFIKASI KERUSAKAN DAN UPAYA REHABILITASI EKOSISTEM
MANGROVE” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas individu dari Bapak Tri
Yulianto S.Pi., M.PSDA, pada Mata kuliah Pengantar Ilmu Teknologi dan Kemaritiman.
Hendaknya kami berharap melalui makalah ini tentunya dapat bermanfaat dan
berguna bagi para pembaca, guna menambah pengetahuan serta wawasan terkait topik yang
akan dibahas.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan barangkali terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan dari para pembaca, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
ABSTRAK
Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam yang mempunyai berbagai keragaman potensi
yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, baik manfaat hutan mangrove secara
langsung maupun secara tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat yang tinggal dekat
kawasan maupun yang tinggal jauh dari kawasan hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kerusakan mangrove, mengetahui factor penyebab dari kerusakan
mangrove dan membuat strategi upaya rehabilitasi ekosistem mangrove. Metode penelitian
dilakukan melalui pengamatan dengan seksama. Faktor penyebab kerusakan secara umum
adalah disebabkan oleh factor manusia dan alam. Prioritas utama dalam memperbaiki
kerusakan dan upaya rehabilitasi mangrove diantaranya adalah dengan menjalin kerjasama
yang sinergis antara pelaksanaan program pemerintah dengan keinginan masyarakat lokal
melalui revitalisasi kawasan pesisir akibat abrasi dengan cara penanaman kembali pohon
mangrove ataupun bisa kita kenal dengan Reboisasi.
DAFTAR ISI
Abstrak .....................................................................................................................
1.1......................................................................................................................... Latar
Belakang ........................................................................................................
2.1......................................................................................................................... Rumusan
Masalah .........................................................................................................
3.1......................................................................................................................... Tujuan
Penelitian .......................................................................................................
4.1......................................................................................................................... Metode
Penelitan ........................................................................................................
2.1......................................................................................................................... Pengertian
Hutan Mangrove ............................................................................................
2.2......................................................................................................................... Jenis
Hutan Mangrove ............................................................................................
2.3......................................................................................................................... Fungsi
dan Manfaat Mangrove .................................................................................
2.4.........................................................................................................................
Pengelolaan Hutan Mangrove .......................................................................
2.5......................................................................................................................... Kebijakan
Ekosistem Mangrove .....................................................................................
2.6......................................................................................................................... Tingkat
Kerusakan Ekosistem Mangrove ...................................................................
2.7......................................................................................................................... Faktor
Penyebab Kerusakan Ekosistem Mangrove ..................................................
2.8.........................................................................................................................
Strategi/Upaya Rehabilitasi Hutan Mangrove
Melalui Kegiatan Reboisasi ..........................................................................
3.1.........................................................................................................................
Kesimpulan....................................................................................................
3.2......................................................................................................................... Saran
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Dari berbagai jenis mangrove tersebut, yang hidup di daerah pasang surut,
tahan air garam dan berbuah vivipar terdapat sekitar 12 famili (Irwanto, 2006). Jenis
mangrove yang banyak ditemukan di Indonesia antara lain adalah jenis api-api
(Avicennia alba sp), bakau (Rhizophora sp.), tanjang (Bruguiera sp.) dan bogem atau
pedada (Sonneratia sp.), merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak
dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap,
menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya (Irwanto, 2006).
Fungsi dan manfaat hutan mangrove dibagi kedalam tiga golongan besar yaitu,
secara fisik, dapat menjaga kestabilan garis pantai, mempercepat perluasan lahan,
melindungi pantai dari tebing sungai, dan mengolah bahan limbah, secara biologis,
merupakan tempat pemijahan dan pembesaran benih-benih ikan, udang dan kerang-
kerangan, tempat bersarang dan mencari makan burung-burung, dan habitat alami
bagi kebanyakan biota, secara ekonomi, merupakan salah satu daerah pesisir yang
cocok untuk tambak, tempat pembuatan garam, rekreasi, dan produksi kayu. (Anwar
et, al. 1984).
Mangrove memiliki fungsi dan manfaat penting bagi darat dan laut. Berikut
fungsi fisik, biologis dan ekonomi :
a) Fungsi Fisik
Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan
lumpur dan perangkap sedimen (bengen,2004). Kerapatan pohon mampu
meredam atau menetralisir peningkatan salinitas,perakaran yang rapat akan
menyerap unsur-unsur yang mengakibatkan meningkatnya salinitas, bentukbentuk
perakaran yang telah beradaptasi terhadap kondisi salinitas tinggi menyebabkan
tingkat salinitas di daerah sekitar tegakan menurut (Arief, 2003). Selain itu akar-
akar mangrove dapat pula menahan adanya pengendapan lumpur yang dibawa
oleh sungai-sungai di sekitarnya, sehingga lahan mangrove dapat semakin luas
tumbuh keluar.
b) Fungsi Biologis
Sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding
ground) berbagai jenis ikan, udang dan berbagai jenis biota laut lainnya, penghasil
sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove (bengen, 2004).
Daerah hutan mangrove dapat dihuni bermacam-macam fauna. Hewan-hewan
darat termasuk serangga, kera pemakan daun-daunan yang suka hidup dibawah
naungan pohon – pohonan, ular dan golongan melata lainnya. Hewan laut diwakili
oleh golongan epifauna yang beraneka ragam dimana hidupnya menempel pada
batang – batang pohon dan golongan infauna yang tinggal di dalam lapisan tanah
atau lumpur. Kayu dari pohon mangrove itu sendiri adalah suatu hasil produksi
yang berharga (Hutabarat et,al, 1984).
c) Fungsi Ekonomi
Sebagai sumber bahan bakar dan bangunan, lahan untuk perikanan dan
pertanian serta tempat tersediannya bahan makanan (Arief, 2003). Selanjutnya
nontji (2002) menambahkan bahwa berbagai tumbuhan dari hutan mangrove
dimanfaatkan untuk bermacam keperluan. Produk hutan mangrove antara lain
digunakan untuk kayu bakar, pembuatan arang, bahan penyamak (tanin), perabot
rumah tangga, bahan konstruksi bangunan, obat-obatan dan sebagai bahan untuk
industri kertas.
Dunn (1994), mengemukakan bahwa kebijakan pada dasarnya terdiri dari tiga
elemen yaitu: kebijakan publik (public policies) merupakan rangkaian pilihan yang
saling berhubungan termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat
oleh badan atau pejabat pemerintah, selanjutnya diaplikasikan di berbagai bidang
termasuk kebijakan lingkungan hidup. Definisi dan formulasi masalah kebijakan
sangat tergantung dari keterlibatan para pelaku kebijakan (policy stakeholders), yaitu
individu atau kelompok yang mempunyai andil di dalam formulasi kebijakan, karena
mereka berpengaruh dan dipengaruhi oleh keputusan dan kebijakan pemerintah,
kebijakan lingkungan (policy environment) merupakan konteks khusus dimana
kejadian-kejadian di sekeliling isu-isu kebijakan terjadi dapat dipengaruhi oleh
pembuat kebijakan public, dan kebijakan operasional (policy operation) yang
didasarkan pada suatu pijakan landasan kerja, yang merupakan dasar dari kebijakan
yang ditempuh atau dengan kata lain kebijakan merupakan dasar bagi pelaksanaan
atau pengambilan keputusan.
Angka ini terus mengalami penurunan signifikan dan kenaikan yang tak jauh,
hingga tahun 2017 berdasarkan Satu Peta Mangrove Indonesia yang menggunakan
metode Citra Satelit Landsat dari Badan Informasi Geospasial dengan metode
interpretasi manual, merilis luas lahan mangrove di seluruh Indonesia menjadi
3.361.216. Di samping itu, National Geographic Indonesia pada tahun 2019
menyebutkan bahwa terdapat 50% wilayah hutan mangrove yang musnah. Penelitian
lebih lanjut menunjukkan bahwa 80% hutan mangrove di Pulau Jawa sudah
mengalami kerusakan dan di Jakarta hanya tersisa 99 hektare kawasan hutan
mangrove yang masik menunjukkan ‘kehidupan’, dari 300 hektare kawasan yang
tersedia. Tak hanya itu, Indonesia juga pernah dikenal sebagai negara dengan lahan
mangrove terbesar di dunia, yakni seluas 3,5 juta hektare atau mewakili 20% dari total
lahan mangrove di dunia. Sayangnya, kini terus mengalami degradasi lahan.
Data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Tahun 2021, menyebutkan bahwa total luas hutan mangrove di Indonesia mencapai
3.364.076 Hektare. Dari total tersebut, terdapat 93% hutan mangrove lebat, 5% utan
mangrove sedang, dan 2% hutan mangrove jarang. Sebaran hutan mangrove sendiri
jatuh ke Provinsi Papua dengan total luas hutan mangrove lebat lebih dari 1 juta
hektare. Tampak ada penurunan yang sangat signifikan apabila dibandingkan dengan
lebih dari satu dekade belakangan.
Oleh karena itu, dengan menurunnya areal hutan mangrove yang cukup drastis
pada beberapa dekade terakhir ini, akan menimbulkan dampak yang cukup rumit
dan sangat kompleks, antara lain adalah terjadinya erosi garis pantai, intrusi air
laut, banjir, menurunnya kualitas perairan dan selanjutnya menyebabkan
menurunnya produksi perikanan.
Namun hal tersebut masih belum efektif karena mangrove yang baru ditanam
mudah rusak terkena gelombang laut sehingga dilakukan pembuatan breakwater
(pemecah ombak) yang berfungsi meredam gelombang. Dengan demikian dapat
memberi kesempatan kepada tanaman bakau untuk tumbuh dan berkembang.
Rehabilitasi pada kasus ini memiliki kategori penyelesaian tertentu untuk masing-
masing tingkat kerusakan hutan mangrove. Untuk kategori rusak berat diatasi dengan
pembuatan greenbelt. Sedangkan untuk kerusakan sedang direhabilitasi dengan pola
empang parit. Tambak sistem empang parit pada dasarnya merupakan tambak yang
pelatarannya berada diantara parit, hanya saja pelataran tersebut ditanami oleh
mangrove dan pengairannya diatur dnegan satu buah pintu air.
Pada literatur lain menyebutkan bahwa terkait dengan sebagian besar kondisi
hutan mangrove yang di beberapa pesisir Indonesia yang semakin parah, serta melihat
dengan adanya berbagai peraturan yang telah dicanangkan sebagai payung dalam
pengelolaan hutan mangrove, maka dibuat program kegiatan "pengelolaan dan
rehabilitasi mangrove" yang tepat dan siap atau mudah untuk diterapkan. Adapun
program yang perlu dilkakukan tersebut seyogyanya terdiri dari beberapa komponen,
antara lain adalah sebagai berikut:
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan
khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan atau pulau-pulau
kecil, dan merupakan potensi sumber daya alam yang sangat potensial. Hutan
mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan
terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan
dan pengelolaannya.Kondisi hutan mangrove pada umumnya memiliki tekanan berat,
sebagai akibat dari tekanan krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Perubahan yang terjadi pada wilayah pesisir dan laut pada umumnya
dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang ada disekitarnya. Tekanan tersebut muncul
dari aktivitas pembangunan seperti pembangunan pemukiman dan aktivitas
perdagangan karena wilayah pesisir paling rentan terhadap perubahan baik secara
alami maupun fisik sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan, salah satunya
adalah ekosistem mangrove.
3.2. Saran
Mangrove merupakan sumber daya alam yang mempunyai berbagai fungsi
sebagai habitat tempat berkembang biak dan berlindung bagi sumber daya hayati laut
dan harus tetap dipelihara kelestariannya. Dengan semakin meningkatnya kegiatan
pembangunan dapat menimbulkan dampak terhadap kerusakan mangrove, oleh karena
itu perlu dilakukan upaya pengendalian. Salah satu upaya pengendalian untuk
melindungi mangrove dari kerusakan adalah dengan mengetahui adanya tingkat
kerusakan berdasarkan kriteria baku kerusakannya.
Faktor kondisi sosial serta kurangnya pemahaman tentang fungsi dan manfaat
mangrove juga berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem mangrove. Hal ini secara
langsung menimbulkan dampak ekologis yang mengancam 4 kelestarian berbagai
biota pesisir yang menjadikan hutan mangrove sebagai habitat. Oleh karena itu,
perlindungan terhadap Kawasan hutan mangrove perlu untuk terus ditingkatkan
sehingga keberadaan dan kelestarian hutan mangrove sebagai Kawasan lindung tetap
terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Pramudji. Penanganan Hutan Mangrove Di Kawasan Pesisir Indonesia: Suatu Program Yang
Sangat Mendesak. 2004. sumber:www.oseanografi.lipi.go.id