Anda di halaman 1dari 28

IDENTIFIKASI TUMBUHAN MANGROVE DIKAWASAN PANTAI

KAWANG MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI


DAN PEMANFAATANYA SEBAGAI
KARYA ILMIAH POPULER

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan dan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S1) pada Program Studi
Pendidikan Biologi

Oleh:
Fertiangga Wahyu Budi Pratama
NIM 140210103045

Dosen Pembimbing Utama : Siti murdiyah, S.Pd.,M.Pd


Dosen Pembimbing Anggota : Dra. Pujiastuti, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian ...........................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Pengertian Identifikasi....................................................................................5
2.2 Tumbuhan mangrove .....................................................................................6
2.3 Kawasan Pantai Kawang Muncar................................................................10
2.4 Karya ilmiah populer.....................................................................................10
2.5 Kerangka konseptual.....................................................................................13
BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................14
3.1 Jenis Penelitian...............................................................................................14
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................14
3.3 Alat dan Bahan Penelitian............................................................................14
3.4 Definisi Operasional......................................................................................15
3.5 Design Penelitian...........................................................................................16
3.6 Prosedur Penelitian.......................................................................................18
3.7 Penyusunan Buku Ilmiah Populer...............................................................19
3.8 Analisis Data..................................................................................................21
3.9 Bagan Alur Penelitian...................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................24

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan mangrove didefinisikan sebagai Ekosistem hutan yang tumbuh pada
daerah pasang surut air laut (Departemen Kehutanan, 2007). Sekitar 3 juta hektar
hutan mangrove tumbuh disepanjang 95.000 kilometer pesisir Indonesia. Jumlah
ini mewakili 23% dari keseluruhan ekosistem mangrove dunia (Giri et al.,2011).
Tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi menjadikan hutan mangrove sebagai
aset yang berharga tidak hanya dilihat dari manfaat ekologisnya, tetapi juga dari
manfaat ekonomisnya (Dahuri, 1996).
Manfaat bakau bisa dibagi menjadi 3 bagian yaitu dari segi fisik, biologis,
dan ekonomis. Manfaat bakau dari segi fisik, untuk menjaga garis pantai agar
tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, serta
menahan badai atau angin kencang dari laut. Manfaat bakau dari segi biologis
yaitu sebagai tempat memijah dan berkembang biaknya ikan, kerang, kepiting dan
udang, tempat berlindung, bersarang dan berkembangbiak berbagai burung dan
satwa lain. Sedangkan manfaat bakau secara ekonomis kayu mangrove dijual
untuk bisnis bubur kertas, produksi arang, dan bahan baku industri (tanin, tekstil,
makanan, obat-obatan, kosmetik) (Suryono, 2013: 18). Produk-produk tersebut
dipanen pada skala kecil dan besar, berkontribusi bagi penghidupan lokal dan
ekspor nasional (Evans, 2013). Manfaat nyata dari sistem mangrove termasuk
juga fungsi sosial dan budaya. Hutan mangrove menyokong nilai religi dan
spiritual, selain nilai estetis dan rekreasi untuk ekowisata (UNEP, 2014).
Kondisi Indonesia saat ini telah kehilangan sekitar 40% areal mangrovenya.
Letaknya yang strategis di wilayah pesisir, menjadikan ekosistem mangrove
merupakan obyek dari berbagai aktifitas pembangunan, sehingga ekosistem
mangrove terus mengalami perubahan formasi (Saenger et al. dalam Arief, 2001).
Kerusakan mangrove tersebut akan berdampak pada penurunan fungsi dan
manfaat dari hutan mangrove tersebut. Namun, hal yang dikhawatirkan dari
kerusakan mangrove yaitu hilangnya spesies mangrove yang menyebabkan
berkurangnya keanekaragaman jenis dari ekosistem mangrove (Saenger et al.

1
dalam Arief, 2001). Hutan mangrove yang mengalami kerusakan saat ini adalah
hutan mangrove yang berada di pesisir Jawa Timur.Hutan mangrove di pesisir
Jawa Timur mengalami kerusakan sekitar tujuh ribu hektare rusak parah, 128 ribu
hektare rusak sedang, dan hanya 12 ribu hektare dalam kondisi baik (Data Dinas
Kehutanan Propinsi Jawa Timur, 2010). Sejumlah kawasan hutan mangrove
berubah menjadi pemukiman, industri dan tambak. Akibatnya luas hutan
mangrove dipesisir Jawa Timur akan mengalami banyak kerusakan dan
jumlahnya akan semakin menyusut.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi terjadinya kerusakan mangrove
yaitu faktor alami yang meliputi perubahan kadar salinitas, temperatur, dan pH
perairan. Kadar salinitas untuk pertumbuhan mangrove di daerah estuaria berkisar
antara 10-30 ppm, jika salinitas yang sangat tinggi terjadi melebihi salinitas
umum(± 3 5 ppm) maka dapat berpengaruh buruk terhadap vegetasi mangrove
(Bengen,2000). Tumbuhan mangrove dapat tumbuh dengan baik pada daerah
tropis dengan suhu diatas 20oC (Kennish dalam Aksornkoae, 1993). Parameter
lain dari kualitas perairan yang perlu mendapat perhatian adalah pH, hal tersebut
dikarenakan pH yang rendah akan menggangu proses pertumbuhan mangrove
yang kemungkinan disebabkan polusi air, udara dan adanya efek hujan asam
disekitarnya (Lugo and Snedaker, 1974).
Kawasan pantai pesisir Kawang adalah salah satu kawasan yang menjadi
pusat kegiatan perikanan laut di kabupaten Banyuwangi. Keberadaan mangrove
dikawasan tersebut memiliki peran penting diantaranya sebagai habitat fauna,
perlindungan fisik untuk garis pantai, spawning, nursery dan feeding ground bagi
beberapa spesies ikan dan udang-udangan serta berfungsi pencegah adanya
pencemaran pesisir pantai.
Pengembangan kegiatan perikanan yang bertujuan untuk peningkatan
pendapatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan
budidaya tambak, alat tangkapan ikan, pelabuhan, industri, pengolahan ikan akan
mengancam kelestarian ekosistem mangrove. Tekanan lingkungan akibat aktivitas
manusia tersebut dapat mengurangi fungsi ekologis mangrove dan mengganggu
keberadaan fauna akuatik yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove di

2
Kawasan pesisir Kawang, sehingga dapat mempengaruhi potensi fauna akuatik di
ekosistem hutan mangrove. Dengan adanya kerusakan tersebut perlu adanya
edukasi yang bisa diberikan kemasyarakat di daerah tersebut yang bisa dimulai
dengan memberikan pengetahuan tentang identifikasi spesies tumbuhan mangrove
didaerah pantai pesisir Kawang muncar kabupaten Banyuwangi. Identifikasi
bertujuan untuk mengetahui nama dari tumbuhan dan klasifikasinya sebagai awal
upaya konservasi terhadap hutan mangrove serta menjadikan wilayah hutan
mangrove kawasan pantai pesisir Kawang sebagai kawasan edukasi masyarakat.
Hasil Identifikasi tersebut dapat diinformasikan dalam bentuk karya ilmiah
populer. Karya ilmiah populer dipilih karena bahasa yang digunakan memilki
makna kata-kata yang lugas harfiah, sehingga tidak terjadi kesalahan penafsiran
oleh pembacanya. Karya ilmiah populer tersebut dalam rangka mengenalkan jenis
mangrove dan pentingnya upaya pelestariannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut.
a. Apa saja jenis mangrove yang ditemui dikawasan Hutan mangrove pantai
pesisir Kawang kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi?
b. Bagaimana hasil uji validasi buku karya ilmiah yang disusun dari hasil
identifikasi jenis mangrove dikawasan Hutan mangrove pantai pesisir
Kawang kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi?

1.3 Batasan Masalah


Untuk mempermudah pemahaman dan mengurangi kerancuan dalam
menafsirkan masalah yang terkandung di dalam penelitian ini, maka permasalahan
dibatasi sebagai berikut:
a. Penelitian dilakukan di Kawasan Hutan mangrove pantai pesisir Kawang
kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.
b. Identifikasi direncanakan dilakukan sampai tingkat jenis, bila tidak
memungkinkan sampai tingkat genus.

3
c. Identifikasi dan inventarisasi dilakukan dengan cara studi pustaka dan
observasi langsung di kawasan Hutan pantai pesisir Kawang kecamatan
Muncar Kabupaten Banyuwangi.
d. Sumber yang digunakan yaitu buku identifikasi mangrove meliputi
1) Handbook of Mangroves in Indonesia Kitamura, S., C. Anwar, A.
Chaniago & S. Baba
2) Panduan Pengenalan dan Analisis Hutan Mangrove. Onrizal
3) Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Noor, Y.R., M. Khazali
& I.N.N. Suryadiputra
4) Laman web, Artikel, dan foto yang valid dan relevan.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut
a. Bagi peneliti adalah dapat mengetahui jenis-jenis tumbuhan mangrove
secara langsung di kawasan hutan mangrove pantai Kawang Kecamatan
Muncar Kabupaten Banyuwangi.
b. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakuan penelitian
selanjutnya serta dapat dijadikan sumber referensi bagi peneliti terkait.
c. Bagi pihak pengelola hutan mangrove pantai Kawang kecamatn Muncar
Kabupaten Banyuwangi dapat dijadikan upaya untuk melestarikan jenis
mangrove yang mulai langka.
d. Bagi masyarakat, dapat menjadi sumber informasi tentang jenis mangrove
dan pemanfaatannya, serta dapat membantu pemerintah dalam upaya
konservasi terhadap mangrove

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Identifikasi


Identifikasi merupakan upaya untuk menetapkan identitas dari suatu
organisme yang tepat dalam klasifikasi.Identifikasi suatu organisme didasarkan
atas spesimen nyata, baik yang masih hidup atau yang telah diawetkan
(Tjitrosoepomo, 2009). Sebelum spesimen dapat diidentifikasi perlu disiapkan
daftar karakteristik dari organisme yang diidentifikasi (Singh, 2010).
Identifikasi suatu organisme yang tidak dikenal namun sudah dikenal oleh
ilmu pengetahuan, dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
a. Menanyakan identitas organisme kepada seseorang yang dianggap ahli
dalam bidang taksonomi. Cara ini lazim dilakukan oleh orang yang awam
yang tempat tinggalnya tidak jauh dari universitas atau lembaga penelitian
taksonomi.
b. Mencocokan dengan spesimen awetan yang telah diidentifikasi.Cara ini
lazimnya dilakukan oleh orang-orang profesional yang memang menguasai
bidang taksonomi.
c. Mencocokkan dengan gambar yang ada dalam buku. Cara ini dapat
dilakukan oleh setiap orang yang setidaknya menguasai peristilahan yang
lazim digunakan dalam menidentifikasi. Biasanya cara ini juga memerlukan
peralatan tertentu seperti kaca pembesar atau mikroskop.
d. Menggunakan kunci determinasi. Cara ini memerlukan kesabaran dan
kecermatan pengamatan.
e. Penggunaan lembar identifikasi jenis. Lembar Identifikasi jenis ini
merupakan sebuah gambar suatu jenis organisme yang disertai dengan
nama, klasifikasi dan keterangan-keterangan tambahn mengenai jenis yang
bersangkutan.

5
2.2 Tanaman Mangrove
Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup
diantara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove
seringkali ditemukan ditempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang
kemudian menjadi pelindung daratan dari gelomban laut yang besar.Sungai
mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang pohon mangrove
dikelilingi oleh air garam atau air payau (Irwanto, 2006).

2.2.1 Morfologi
Karakteristik yang menarik dari spesies mangrove dapat dilihat dari sistem
perakaran dan buah. Tanah pada habitat mangrove adalah anaerobik(hampa udara)
bila berada dibawah air. Beberapa spesies memiliki sistem perakaran khusus yang
disebut akar udara yang cocok untuk kondisi tanah yang anaerobik.
Ada beberapa tipe perakaran yaitu, akar tunjang, akar nafas, akar lutut, dan
akar papan banir. Semua spesies mangrove memproduksi buah yang biasanya
disebarkan melalui air. Ada beberapa macam bentuk buah seperti berbentuk
silinder (Rhizophoraceae), bulat (Sonneratia dan Xylocarpus) dan berbentuk
kacang (Avicenniaceae) (Noor dkk, 1999).
a. Sistem akar
Pohon mangrove memiliki sistem perakan yang khas yaitu bertipe cakar
ayam yang mempunyai pneumatofora misalnya: Avicennia
spp .,Xylicarpus spp., dan Sonneratia spp yang berfungsi untuk
mengambil oksigen dari udara. Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil
dan adanya pasang surut dengan mengembangkan struktur akar yang
sangat eksentif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar.Disamping
untuk memperkokoh pohon,akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil
unsur hara dan menahan sedimen(Tjitrosoepomo, 1989).
b. Daun
Daun merupakan organ yang penting pada tumbuhan dan pada umumnya
setiap tumbuhan mempunyai sebagian besar daun. Daun hanya terdapat
pada bagian batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain

6
tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun
dinamakan buku (nodus), dan tempat diatas daun yang merupakan sudut
antara batanf dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya
tipis melebar dan kaya akan klorofil, oleh karena itu daun mangrove
biasanya berwarna hijau (Tjitrosoepomo, 1989).Bentuk daun mangrove
tipe lancelote contohnya adalah Acanthus ilicifolius, Avicennia alba, Nypa
fructicans. Bentuk daun ellictical contohnya dari famili Euphorbiaceae
adalah Excoecaria agallocha,Avicennia marina, Braguiera gymnorrhiza,
Rhizophora mucronata, Rhizopora apiculata, Rhizopora stylosa,
Heriteriera littoralis. Bentuk daun oval contohnya Sanneratia caseolaris.
Bentuk daun obovate contohnya Ceriops tagal,Xylocarpus
granatum,Sonneratia alba, Aegiceras corniculatum, Ceriops decandra,
Lumnitzera racemosa.Bentuk daun tipe cordate adalah Hibisscus
tiliaceus,Thespesia populnea (Hidayat, 1994).
c. Buah
Semua jenis mangrove menghasilkan buah yang penyebarannya dilakukan
oleh air (arus).Bentuk-bentuk buah tersebut antara lain berbentuk bola, biji
buncis, dan silinder atau tongkat. Avicennia memiliki bentuk buah seperti
biji buncis, Aegiceras buahnya berbentuk silinder dan Nypa memiliki buah
yang bertipe cryptovivipar, yaitu kecambahnya masih terbungkus oleh
kulit buah sebelum lepas dari tanaman induknya. Buah Sonneratia dan
Xylocarpus berbentuk seperti bola yang terdiri dari perkecambahan normal
(Noor dkk, 1999).

2.2.2 Jenis Mangrove


1. Avicennia marina (Forsk.) Vierh
A. marina memiliki akar nafas kwcil seperti pensil berwarna coklat terang.
Habitus pohon, batang berwarna krem, permukaan batang halus. Daun berbentuk
elips panjangnya 10-13 cm, ujung dan pangkal meruncing, tepi rata, permukaan
atas berwarna hijau dan bawah berwarna putih.bunga majemuk berbatas
pleiochasial dan memiliki bau yang harum, mahkota bunga berjumlah 4 berwarna

7
kuning pucat, kelopak bunga berjumlah 5 dan benang sari berjumlah 4. Buah
berbentuk bulat, berwarna hijau gelap, permukaan buah halus dan ujung buah
agak tajam seperti paruh(Noor dkk, 1999).
2. Rhizophora apiculata Blume.
R. apiculata memiliki akar tunjang. Habitus pohon, kulit batang berwarna
coklat, permukaan batang bercelah. Daun tunggal susunan daun spiral, bentuk
daun memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, tulang daun menyirip,daun
berdaging tebal seperti kulit, permukaan licin berwarna hijau, kuncup batang
tertutup oleh daun yang menggulung berwarna merah.Bunga berkelompok 2,
terletak di ketiak daun, mahkota berjumlah 4 berwarna kuning,kelopak berjumlah
4 berwarna kuning kecoklatan dan melengkung.Buah berbentuk bulat memanjang
berwarna coklat permukaan kasar. Hipokotil silindris berbintil, berwarna hijau,
leher kotiledon berwarna merah jika sudah matang(Noor dkk, 1999).
3. Sonneratia alba Smith.
S. alba memiliki akar nafas berbentuk kerucut dan tumpul. Habitus pohon,
kulit kayu berwarna coklat dan bercelah longitudinal dan halus. Daun tunggal
susunan daun berhadapan daun berbentuk bulat telur sungsang (obovatus), tepi
daun rata,permukaan licin berwarna hijau. Bunga 1-3 perkelompok, terletak di
ujung cabang, mahkota berwarna putih, kelopak berjumlah 6-8 dengan kulit luar
berwarna hijau dan dalam berwarna merah, berbentuk seperti lonceng ketika
masih kuncup. Benang sari berjumlah banyak berwarna putih pada bagian
ujungnya, bagian pangkal warna kuning dan mudah rontok. Buah berbentuk
seperti bola, bagian ujung bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak
bunga berwarna hijau(Noor dkk, 1999).
4. Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob.
C. tagal memiliki akar tunjang. Habitus pohon dengan bagian pangkal
menggebung, kulit kayu berwarna abu-abu permukaannya halus. Daun berwarna
hijau, mengkilap dan tebal. Daun berbentuk elips, ujung membulat pangkal
meruncing, tepi daun melengkung ke dalam. Bunga berkelompok 5-10, letak
bunga diketiak daun. Mahkota bunga berjumlah 5 berwarna putih, kelopak bunga
berwarna hijau. Buah berbentuk silindris panjangnya 10-20 cm, beralur dan

8
berbintil pada bagian permukaannya. Leher kotiledo berwarna kuing jika sudah
tua(Noor dkk, 1999).
5. Xylocarpus granatum Koen.
X. granatum memiliki akar papan dan meliuk-liuk. Habitus pohon, kulit
batang berwarna coklat kekuningan, tipis dan mengelupas. Daun tunggal susunan
berseling, bentuk daun bulat lonjong, ujung membulat, pangkal meruncing, tepi
rata, permukaan licin berwarna hijau. Bunga 8-20 perkelompok tersusun acak
muncul di ketiak tangkai daun dan tangkai bunga. Mahkota bunga berjumlah 4
berwarna putih kehijauan, kelopak berjumlah 4 berwarna kuning cerah. Benang
sari berwarna putih dan menyatu dalam tabung. Buah dari Xylocarpus granatum
berbentuk bulat dan bergelantungan pada dahan. Di dalam buah terdapat 6-16 biji
besar-besar, berkayu dan berbantuk tethrahedral pecah saat kering. Buah
berdiameter 10-20 cm (Noor dkk, 1999).
2.2.3 Adaptasi Hutan Mangrove
Mangrove tumbuh di wilayah ekstrim yaitu kadar oksigen rendah,kadar
garam yang tinggi dan kondisi tanah yang kurang stabil akibat pasang surut air
laut,sehingga untuk kelangsungan hidupnya tumbuhan ini harus mampu
beradaptasi dengan baik(Bengen, 2001).Bentuk adaptasinya yaitu dengan
membentuk perakaran yang khas yang terdiri (a) Akar pasak merupakan akar yang
muncul dari sistem akar yang menjulang ke tanah. Akar pasakini terdapat pada
Avicennia, Xylocarpus dan Sonneratia. (b) Akar lutut (knee root),merupakan akar
yang muncul dari tanah kemudian melengkung ke bawah sehingga bentuknya
menyerupai lutut. Akar ini berfungsi untuk mengambil oksigen di udara.(c) Akar
lutut seperti ini terdapat pada Bruguiera sp. (d) Akar gantung (aerial root),
merupakan akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang
bagian bawah tetapi biasanya tidak mencapai substrat. Akar gantung terdapat pada
Rhizophora, Avicennia dan Acanthus. (e) Akar tunjang (stilt root), merupakan
akar yang ke luar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat. Akar ini terdapat
pada Rhizophora sp. Akar papan (buttress root), akar ini hampir sama dengan akar
tunjang tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng.

9
Untuk mengatasi kadar garam yang tinggi di wilayah tumbuhnya,
mangrove memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan
garam. Selain itu jenis mangrove pada umumnya memiliki daun yang kuat dan
tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam serta
daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.Hutan
mangrove juga dapat beradaptasi terhadap tanah yang kurang stabil karena adanya
pasang surut air laut yaitu dengan cara mengembangkan struktur akar yang sangat
eksentif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar. Di samping untuk
memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara
dan menahan sedimen (Jacoby dalam Pessarakli, 2002).

2.3 Kawasan Pantai Kawang Muncar


Kawasan pantai Kawang di Muncar merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Banyuwangi yang secara geografis berada dikawasan pesisir, yang
berbatasan langsung dengan perairan Selat bali.Kondisi geografis Kecamatan
Muncar yang berada dikawasan pesisir membuat Kecamatan Muncar memiliki
berbagai ekosistem khas kawasan pesisir seperti salah satunya adalah ekosistem
hutan mangrove.
Pantai kawang yang berada di Desa Wringin Putih Kecamatan Muncar
merupakan kawasan konservasi mangrove dengan luas kurang lebih 5 hektar di
areal pinggiran pantai Muncar tepatnya di Teluk Pangpang. Pada perbatasan utara
dan selatan dibatasi oleh sungai. Pada perbatasan timur terdapat wilayah
perkampungan dan pada batas wilayah barat yaitu bibir Pantai.

2.4 Karya Ilmiah Populer


Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional mengklasifikasikan
buku-buku pendidikan menjadi empat jenis buku pendidikan, yaitu buku teks
pelajaran,buku pengayaan, buku referensi, dan buku panduan pendidik.
Klasifikasi ini diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 2 tahun 2008 pasal 6 (2) yang menyatakan bahwa “Selain buku teks

10
pelajaran, pendidik dapat mengguanakn buku panduan pendidik, buku pengayaan,
dan buku refrensi daam proses pembelajaran”(Ezms, 2014).
Buku referensi terdiri atas bermacam-macam, salah satunya adalah buku
karya ilmiah popular. Lubis, (2004) mengatakan bahwa karya ilmiah merupakan
suatu istilah untuk suatu tulisan yang mendalam sebagai hasil kajian dengan
metode ilmiah. Ciri khas dari sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan metode
ilmiah adalah keobyektifan pandangan yang dikemukakan dan kedalaman makna
yang disajikan.Kedua hal tersebut sangat penting dalam penulisan karya yang
bersifat ilmiah.Sebuah tulisan dikatakan ilmiah apabila tulisan tersebut
mengandung kebenaran secara obyektif, karena didukung oleh informasi yang
sudah teruji kebenarannya(dengan data pengamatan yang tidak subyektif) dan
disajikan secara mendalam dengan penalaran serta analisa hingga ke dasar
masalah.Suatu tulisan ilmiah akan kehilangan keilmiahannya apabila dalam
tulisan tersebut yang dikemukakan hanya ilmu (teori dan fakta) pengetahuan yang
sudah diketahui oleh umum dan berulang kali dikemukakan.Penulis dituntut untuk
memiliki keterampilan khusus dalam penulisan ilmiah, karena di samping harus
mengumpulkan data dan menganalisa data menggunakan metode ilmiah juga
menyajikan dalam bentuk tulisan.Bahasa yang digunnakan dalam karya ilmiah
harus memilki makna kata-kata yang lugas/harfiah sehingga tidak terjadi
kesalahan penafsiran dalam pembacanya.
Penulisan karya ilmiah populer berbeda dengan kajian untuk artikel jurnal.
Bahasa yang dipakai lebih populis, mudah dimengerti, menarik, jelas dan kompak.
Tidak diperlukan dalam karya ilmiah populer sajian seperti penulisan:abstrak,
kata-kata kunci, daftar pustaka, catatan kaki, penjelasan refrensi, dan lain-lain.
Adapun hakekat dari tulisan ilmiah populer, kerangka isinya lebih bebas. Tidak
menggunakan urutan kerangka isi yang baku. Tujuannya penulisan secara populer
adalah agar menarik dan mudah dipahami oleh para pembacanya.Sebagaimana
tulisan ilmiah pada umumnya, kerangka isi tulisan ilmiah populer terdiri dari 3
(tiga) bagian, yaitu pendahuluan, isi dan penutup (Chotimah, 2009).
Penulisan karya ilmiah populer perlu memperhatikan layout atau tata letak
elemen-elemen karya tulis ilmiah populer pada suatu bidang dua dimensi untuk

11
mendukung konsep/pesan yang dibawanya. Tujuannya adalah mengolah tampilan
elemen gambar dan teks agar komnikatif dan menarik melalui cara tertentu yang
dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan. Elemen layout
invisible element. Elemen teks merupakan bagian yang terdiri atas tulisan atau
kata-kata, misalnya: bagian pendahuluan, isi dan penyudah(kesimpulan). Elemen
visual adalah semua elemen bukan teks yang terdiri dalam sebuah layout biasanya
berupa foto, gambar berfungsi untuk memperjelas informasi yang ingin
disampaikan Invisible element merupakan fondasi atau kerangka yang berfungsi
sebagai acuan penempatan semua elemen layout,contohnya:margin(Wiana,2011).

12
2.5 Kerangka konseptual

Identifikasi merupakan upaya untuk menetapkan identitas dari suatu organisme


yang tepat dalam klasifikasi.Identifikasi suatu organisme didasarkan atas spesimen
nyata, baik yang masih hidup atau yang telah diawetkan(Tjitrosoepomo, 2009).

Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup diantara
laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali
ditemukan ditempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian
menjadi pelindung daratan dari gelomban laut yang besar.Sungai mengalirkan air
tawar untuk mangrove dan pada saat pasang pohon mangrove dikelilingi oleh air
garam atau air payau (Irwanto, 2006).

Kawasan pantai Kawang Muncar merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten


Banyuwang yang secara geografis berada di kawasan pesisir,yang berbatasan
langsung dengan perairan Selat Bali.Kondisi geografis Kecamatan Muncar yang
berada dikawasan pesisir membuat Kecamatan Muncar memiliki berbagai
ekosistem khas kawasan pesisir seperti salah satunya adalah ekosistem hutan
mangrove.

Pengembangan kegiatan perikanan Kawasan pantai Kawang Muncar yang


bertujuan untuk peningkatan pendapatan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat melalui pengembangan budidaya tambak, alat tangkapan ikan,
pelabuahan, industri, pengolahan ikan akan mengancam kelestarian
ekosistem mangrove

Dengan adanya ancaman tersebut perlu adanya edukasi yang bisa diberikan
kemasyarakat di daerah tersebut yang bisa dimulai dengan memberikan
pengetahuan tentang identifikasi spesies tumbuhan mangrove didaerah pantai
pesisir Kawang muncar kabupaten Banyuwangi.

Identifikasi tersebut dapat diinformasikan dalam bentuk karya ilmiah populer.


Karya ilmiah populer dipilih karena bahasa yang digunakan memilki makna kata-
kata yang lugas harfiah, sehingga tidak terjadi kesalahan penafsiran oleh
BAB 3. METODE PENELITIAN
pembacanya.

13
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Peneliti mencari,
mengumpulkan, mendiskripsikan, mengidentifikasi dan menginterpretasikan data
penelitian yang diperoleh di lapang secara sistematis, faktual dan akurat.
Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan mangrove yang
ada dikawasan Desa Kawang Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Hasil
penelitian akan disusun menjadi buku ilmiah populer.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian tahap pertama dilakukan di kawasan pantai pesisir Kawang
kecamatan Muncar,kabupaten Banyuwangi. Pada bulan Desember 2019 sampai
minggu keempat dibulan Januari 2020 Pengujian produk berupa karya ilmiah
populer dilakukan di bulan Februari 2020.

3.3 Alat dan Sampel Penelitian


3.3.1 Alat penelitian
a. Kamera
b. pH meter
c. Termometer
d. Refraktometer
e. Anemometer
f. Alat tulis
g. Kertas koran
h. Alkohol

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tumbuhan
mangrove yang berasal dari kawasan pantai pesisir Kawang kecamatan Muncar,
Kabupaten Banyuwangi. .

14
3.4 Definisi Operasional
Peneliti memberikan pengertian untuk menjelaskan variabel operasional
penelitian agar tidak menimbulkan makna ganda sebagai berikut:
a. Identifikasi merupakan upaya untuk menetapkan identitas dari suatu
organisme yang tepat dalam klasifikasi.Identifikasi suatu organisme
didasarkan atas spesimen nyata, baik yang masih hidup atau yang telah
diawetkan(Tjitrosoepomo, 2009).Identifikasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan secara morfologi terhadap
tanaman mangrove. Pengamatan morfolologi yang diamati meliputi
morfologi daun, bunga, buah serta sistem perakarannya.
b. Mangrove yang dimaksud adalah tanaman tropis yang bersifat halophytic
atau toleran terhadap garam. Tanaman yang mampu tumbuh di tanah basah
lunak, habitat air laut dan terkena fluktuasi pasang surut. Biasanya
memilki perakaran udara yaitu Akar tunjang, akar nafas, akar lutut dan
akar papan (banir). Ada yang berbuah bentuk buahnya biasanya
Silinder,bulat dan bebentuk kacang.
c. Karya ilmiah populer yang dimaksud yaitu buku yang mengandung unsur
ilmiah, berdasarkan fakta, serta dikemas secara menarik dengan bahasa
yang sederhana, singkat dan jelas. Buku ini akan berisi materi hasil
penilitian serta kumpulan hasil kajian pustaka dari beberapa literatur
tentang identifikasi mangrove.
d. Pantai Kawang yang berada di Desa Wringin Putih Kecamatan Muncar
merupakan kawasan konservasi mangrove dengan luas kurang lebih 5
hektar di areal pinggiran pantai Muncar tepatnya di Teluk Pangpang.Batas
utara dan selatan sungai Sedangkan pada batas Timur terdapat wilayah
perkampungan dan pada batas wilayah barat yaitu Bibir Pantai.

15
3.5 Design Penelitian
3.5.1 Teknik Pengamatan dan Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode plot pada kawasan
pengambilan sampel.
1. Menentukan Letak
Yaitu menentukan letak yang digunakan sebagai plot yang nantinya dibagi
menjadi 3 kawasan yang disetiap kawasannya dibuat 3 plot yang diletakkan
secara acak setelah itu dilakukan pencatatan data mangrove di dalam plot.

Keterangan

Letak plot =

Kawasan dibagi
menjadi

I,II,III

10 m2

5 m2

1 m2

Keterangan:
a. 10 x 10 m2 untuk tingkat pohon yang memiliki diameter ≥ 10 cm,
b. 5 x 5 m2 untuk kategori pancang yaitu anakan pohon dengan diameter < 10
meter dan tinggi > 1,5 m,

16
c. Ukuran 1 x 1 m2 untuk kategori semai, yaitu anakan pohon mulai
kecambah sampai tingginya diameter ≤ 1,5 m.
2. Pencatatan Data Mangrove
Setiap plot dilakukan pencatatan data tumbuhan mangrove dengan cara
mencatat nama setiap jenis tumbuhan mangrove yang ditemukan di dalam
plot.Jika tidak diketahui nama dan jenisnya maka diberi label atau tanda dan
diambil sampelnya yang dapat dijadikan herbarium seperti bentuk daun,bunga dan
buah.
3. Pembuatan Herbarium
Untuk keperluan identifikasi, dibutuhkan spesimen tumbuhan yang akan
diidentifikasi. Spesimen dalam penelitian berupa herbarium kering. Tahapan
pembuatan herbarium mengikuti acuan Bean (2013).
a. Preparasi sampel
Sampel diambil dibersihkan dari kotoran, disimpan dalam kertas koran dan
masukkan dalam kantong plastik, setelah spesimen disiram dengan alkohol
70% hingga kertas koran basah. Bagian penting yang diambil untuk herbarium
morfologi mangrove tersebut.
b. Pengepresan dan Pengeringan
Sampel ditata rapi pada kertas koran kemudian dilapisi dengan kertas karton
dan dipres menggunakan kayu atau tripleks. Setelah itu dikeringkan dengan
melalui sinar matahari hingga spesimen kering.
c. Pendinginan
Setelah spesimen kering, spesimen dikeluarjan dari oven dan disimpan.
Spesimen sudah dapat digunakan untuk identifikasi dan diberi label.
d. Kelengkapan Data Herbarium
Sampel dipindah ke kertas bebas asam dan diplak dengan jahit atau dengan
selotip. Bagian bunag atau buah/biji yang mudah rontok dimasukkan ke dalam
amplop. Kelengkapan data herbarium antara lain, nama spesimen, tanggal,
tempat ditemukan, tempat tumbuh, nama kolektor, catatan khusus, nama
familia, nama jenis dan titik koordinat tempat ditemukan.

17
3.6 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
3.6.1 Persiapan Logistik Penelitian
Logistik penelitian merupakan segala sesuatu (alat dan bahan) yang
diperlukan dalam penelitian. Studi pustaka juga dilakukan untuk memulai
penelitian ini. Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari sumber-sumber
informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti sehingga dapat
mendukung keberhasilan penelitian.Pustaka yang menjadi acuan peneliti
adalah buku identifikasi mangrove,jurnal,foto dan sumber internet valid.
3.6.2 Pengukuran Faktor Abiotik
Keberagaman mangrove pada habitatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor
abiotik,sehingga guna mengetahui pengaruh faktor tersebut terhadap
pertumbuhan mangrove maka diperlukan pengukuran terhadap faktor-faktor
yang meliputi.
a. Suhu udara yang diukur dengan menggunakan termometer
b. pH tanah dan kelembaban tanah diukur dengan menggunakan soiltester
c. Kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer.
d. Salinitas yang dapat diukur menggunakan refraktometer
3.6.3 Identifikasi
Identifikasi mangrove dilakukan sebagai berikut
a. Menentukan letak tumbuhan mangrove dengan membagi kawasan
mangrove tersebut dan kemudian menggunakan metode plot untuk
mengamati tumbuhan mangrove secara acak.
b. Mengamati sample mangrove satu persatu dari mulai akar, daun,bunga dan
buah
c. Mengambil sample yang tidak dapat diamati dan didentifikasi secara
langsung seperti daun,bunga dan buah yang nantinya diawetkan sebgai
herbarium kering yang nantinya akan dikirm ke LIPI untuk mengetahui
identifikasi tumbuhan tersebut.

18
d. Melakukan proses klasifikasi dan pemberian nama terhadap mangrove
sesuai dengan beberapa sumber valid yang ,meliputi :website LIPI
(lipi.go.id/), website Jurnal Internasional Identifikasi Mangrove
e. Sumber yang digunakan pada tingkat jenis dengan menggunakan acuan
buku identifikasi mangrove meliputi
1. Handbook of Mangroves in Indonesia Kitamura, S., C. Anwar, A.
Chaniago & S. Baba
2. Panduan Pengenalan dan Analisis Hutan Mangrove. Onrizal
3. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Noor, Y.R., M. Khazali
& I.N.N. Suryadiputra
4. Laman web, Artikel, dan foto yang valid dan relevan.
3.6 Penyusunan Buku Ilmiah Populer
Adapun tahapan penyusunan buku ilmiah populer yang dilakuakn adalah
sebagai berikut sesuai Trianto (2013):
a. Tahap Pendifinisian
Tahap pendefinisian bertujuan untuk menetapkan dan mendifinisikan
syarat-syarat penyampaina informasi atau publikasi kepada sasaran.
Penentuan dan penetapan syarat-syarat tersebut diawali dengan analisis
tujuan pengembangan dari hasil penelitian. Tahap ini dikatakan selesai
apabila tujuan intruksional sebagai petunjuk dalam proses pengembangan
produk berupa media informasi atau publikasi.
b. Tahap Perancangan
Tahap perancangan bertujuan untuk menyiapkan rancangan produk buku
yang akan disusun dan dikembangkan. Tahap ini dimulai setelah
ditetapkan tujuan intruksional. Buku ilmiah populer yang akan disusun
pada penelitian ini dikembangkan sesuai dengan outline sebagai berikut.
1. Sampul judul
2. Halaman Judul
3. Halaman persembahan
4. Kata Pengantar
5. Daftar isi

19
6. Daftar tabel
7. Daftar gambar
8. Bagian 1. Pendahuluan
9. Bagian 2. Deskripsi mangrove
10. Bagian 3. Jenis-jenis mangrove yang ditemukan dikawasan pantai
kawang Kec Muncar Kab Banyuwangi
11. Bagian 4. Manfaat mangrove
12. Daftar bacaan
13. Glosarium
c. Tahap Validasi Kelayakan Buku
Tahap validasi kelayakan buku bertujuan untuk menghasilkan
produk pengembangan yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari para
pakar. Tahap ini meliputi validasi oleh pakar dan diiukuti dengan
revisi,stimulasi rencana, dan validasi coba terbatas dengan sasaran yang
sesungguhnya. Hasil simulasi rencana, dan uji coba sebagai bahan revisi.
validasi buku ini bertujan untuk menilai kelayakan produk buku ilmiah
ilmiah populer yang akan digunakan sebagai buku bacaan masyarakat.
Validasi buku ilmiah populer ini dilakukan oleh 2 validator ahli yaitu: 1)
Dosen ahli materi di Pendidikan Biologi Universitas Jember dan 2) Dosen
ahli media dan pengembangan di Pendidikan Biologi Universitas
Jember.Selain itu buku juga divalidasi oleh kalangan masyarakat yaitu 1)
Pengelola,2) Masyarakat,3) Pengunjung
d. Revisi Buku
Revisi buku dilakukan dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan masukan-masukan baik dari validator. Revisi buku
bertujuan untuk menghasilkan buku ilmiah populer yang benar-benar
layak digunakan.

20
3.8 Analisis Data
Buku ilmiah populer disusun untuk menjadi buku bacaan bagi masyarakat
umum, sehingga sampel yang digunakan harus mampu mewakili masyarakat yang
ada. Buku ilmiah populer yang dihasilkan akan divalidasi oleh validator.Analisis
data yang diperoleh dari validator bersifat deskriptif yang berupa saran-saran serta
komentar-komentar dan bersifa kuantitatif yang berupa data hasil perkalian antara
skor dan bobot pada tiap aspek penilaian
Analisis data berupa kuantitatif yang merupakan data hasil perkalian
antara skor dan bobot yang terdapat pada setiap aspek, sebagian kecil bersifat
deskriptif yaitu berupa saran dan komentar tentang kelemahan dan keunggulan
buku. Analisis data yang dipakai dalam buku ilmiah popular ini merupakan data
kuantitatif dengan menggunakan 4 tingkatan penilaian dengan tingkatan sebagai
berikut:
Skor 4 - Apabila validator memberikan nilai sangat baik
Skor 3 - Apabila validator memberikan nilai baik
Skor 2 - Apabila validator memberikan nilai kurang
Skor 1 - Apabila validator memberikan nilai kurang sekali
Prosentasi capaian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
P = Skor yang didapat X 100%
Skor maksimal
Tahap selanjutnya yaitu data prosentase yang telah diperoleh diubah menjadi data
kuantitatif deskriptif dengan menggunakan kriteria validasi seperti pada tabel
berikut ini.
1. Nilai 81%-100% kualifikasinya Sangat layak Keputusannya produk baru
siap dimanfaatkan di lapangan sebenarnya.
2. Nilai 61%-80% kualifikasinya layak Produk dapat dilanjutkan dengan
memanfaatkan sesuatu yang kurang, melakukan pertimbangan tertent,
penambahan yang dilakukan tidak terlalu besar dan tidak mendasar
3. Nilai 41%-60% kualifikasi kurang layak Merevisi dengan meneliti kembali
secara seksama dan mencari kelemahan-kelmahan produk untuk
disempurnakan

21
4. Nilai 20%-40% kulaifikasi Tidak layak merevisi secara besar-besaran dan
mendasar tentang isi produk.
(Sudjana dalam Hakim,2012)
Apabila hasil yang telah dieproleh dari hasil validasi mencapai 61 % maka
buku karya ilmiah populer yang dibuat dapat dipublikasikan lebih lanjut.

22
3.9 Bagan Alur Penelitian

Melakukan observasi awal

Melakukan persiapan logistik penelitian

Menentukan daerah sampling dengan menggunakan metode plot

Mengukur parameter lingkungan yang meliputi suhu, pH tanah, kecepatan


angin,dan salinitas

Melakukan pengambilan sampel yang telah ditentukan

Mengawetkan sampel dengan membuat herbarium kering

Melakukan identifikasi terhadap mangrove yang ditemukan dengan


menggunakn buku identifikasi mangrove dari berbagai sumber seperti
jurnal,artikel,skripsi dan sumber lain yang relevan

Melakukan pembuatan produk yang berupa buku ilmiah populer

23
DAFTAR PUSTAKA

Aksornkoae, S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. IUCN, Bangkok.


Thailand.

Alongi, D.M., Murdiyarso, D., Fourqurean, J.W., Kauffman, J.B. et al. 2015.
Indonesia’s blue carbon: A globally significant and vulnerable sink for
seagrass and mangrove carbon. Wetlands Ecology and Management.
Submitted.

Alongi, D. M. (2014). Carbon cycling and storage in mangrove forests. Annual


review of marine science, 6, 195-219.

Bean, T. 2013. Collecting and Preserving Plant Specimens, A manual.


Queensland:State of Queensland,Departement of Science

Chotimah, U. 2009. Karya Tulis Ilmiah Sebagai Salah Satu Karya Pengembangan
Profesi Guru. http://eprints.unsri.ac.id (Diakses pada 17 Desember 2018)

Campbell, A., &Brown,B.(2015).Indonesia’s vast manroves are a treasure worth


saving. The Conversation.from http://theconversation.com/indonesias-vast-
mangroves-are-a-treasure-worth-saving-39367 (Diakses pada 18 Desember
2018)

Dinas Kehutanan dan Perkebunan. 2007. Fungsi dan Pemanfaatan Hutan


Mangrove. Jakarta.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan. 2010. Fungsi dan Pemanfaatan Hutan


Mangrove.Surabaya.

Dahuri R, J. Rais, S.P.Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya


Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.Jakarta: P.T. Saptodadi.

Donato, D.C., Kauffman,J.B., Murdiyarso D., Kurnianto, S., Stidham, M., &
Kanninen, M. (2011). Mangroves among the most carbon rich forests in the
tropiscs. Nature Geoscience,4(5), 293-297

Ekotama, Suryono. (2013). Cara Mudah Bikin SOP. Media Pressindo.


Yogyakarta.

Evans, K. (2013). Could sustainable logging save Indonesia’s mangroves? Forest


News: A blog by the Center for International Forestry Research. from
http://forestsnews.cifor.org/14229/could-sustainable-logging-save-indonesias-
mangroves#.VZIkIlxTDhI (Diakses pada 18 Desember 2018)

FAO. (2007). The world’s mangroves 1980-2005.Rome: Food and Agriculture


Organization of the United Nations.

24
Giri, C., Ochieng, E., Tieszen, L. L., Zhu, Z., Singh, A., Loveland, T., . . . Duke,
N. (2011). Status and distribution of mangrove forests of the world using
earth observation satellite data. Global Ecology and Biogeography, 20(1),
154-159.

Jacoby, B. 1999. Mechanism Involved in Salt Tolerance of Plants dalam


Pessarakli,M (Ed.). Handbook of Plants and Crop Stress. 2sd edition. Marcel
Dekker,Inc. New York. pp. 97-124.

Lubis, Suwardi. 2004. Teknik Penulisan Ilmiah populer.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3777/1/komunikasisuwardi
%20lbs2.pdf. (Diakses pada 17 Desember 2018).

Lugo A and SC Snedker. 1974. The Ecology of Mangroves. Annual Review of


Ecology and Systematic 5: 39-64.

M.Gufran H. Kordi K. Ekosistem mangrove potensi, fungsi dan pengelolaan.


Jakarta:Rineka cipta, 2012.

Ministry of Forestry Republic of Indonesia. (2014). Recalculation of Indonesia’s


land cover in 2013 (in Indonesian): Direktorat Jenderal Planalogi
Kehutanan.

Noor, Y., R. Khazali, M. Suryadiputra, I. N. N. 1999. Panduan Pengenalan


Mangrove di Indonesia. Wetlands Internasional-Indonesia Progamme.
Bogor.

Pendleton, L. Donato, D.C., Murray, B.C.et al. (2012) Estimating global “Blue
Carbon” emissions from conversion and degradation of vegetated coastal
ecosystems. PLoS ONE 7 (9):e43542.

Ruitenbeek, H. (1994). Modelling economy-ecology linkages in mangroves:


Economic evidence for promoting conservation in Bintuni Bay, Indonesia.
Ecological Economics, 10, 233-247.

Saenger, P., E. J. Hegerl & J. D. S. Davie, 1983. Global Status of Mangrove


Ecosystems. IUCN Commission on Ecology Papers No. 3. 1-88.

Singh, G. 2010. Plant Systematics An Integrated Approach. 3rd Edition. New


York: Science Publishers.

Tomlinson, P.B. The botany of mangroves. Cambridge: Cambridge University


Press.,1986.

Tjitrosoepomo, G. 1998, Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

25
Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Umum (Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan).
Cetakan Ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep,


Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tigkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

UNEP. (2014). Importance of Mangroves to People: A Call to Action: United


Nations Environment Programme World Conservation Monitoring Centre,
Cambridge.

26

Anda mungkin juga menyukai