DOSEN PENGAMPU:
Disusun oleh:
21/476609/PN/17154
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
2023/2024
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN........................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
I. Latar Belakang....................................................................................................................1
II. Study Area........................................................................................................................3
III. Tujuan..............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
I. Keanekaragaman Hayati....................................................................................................5
II. Wilayah Pesisir................................................................................................................6
III. Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu............................................................................7
IV. Konservasi Sumberdaya Perikanan...............................................................................7
BAB III METODOLOGI................................................................................................................9
I. Metode Penelitian................................................................................................................9
II. Langkah Penelitian..........................................................................................................9
III. Sumber Data..................................................................................................................10
IV. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................................10
V. Analisis Data..................................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................11
I. Kesesuaian Lahan Pantai Pelangi untuk Konservasi Penyu..........................................11
II. Konservasi Penyu di Pantai Pelangi.............................................................................13
III. Permasalahan Konservasi Penyu.................................................................................14
IV. Ancaman Terhadap Konservasi Penyu........................................................................14
V. Upaya Partisipasi Stake holder.....................................................................................15
BAB V KESIMPULAN.................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Indonesia dengan negara bertatus kepulauan terbesar di dunia mempunyai
potensi laut yang besar mengingat luasnya 5,8 Juta km 2 sekitar 7,8 Juta km2 wilayah
indonesia merupakan lautan terdapat 17,480 pulau dengan garis pantai sepanjang
95.186 km. hal tersebut yang membuat Indonesia menjadi negara kedua dengan pantai
terpanjang setelah Kanada. Kombinasi lokasinya yang berada di pinggang bumi, variasi
perubahan iklim, serta interaksi jalur kedua arus samudra menjadi faktor wilayah
Indonesia sebagai mega biodiversity atau keanekaragaman hayati makhluk hidup yang
sangat besar ketiga setelah Brazil dan Republik Demokratik Kongo.
Status penyu saat ini telah masuk dalam kategori spesies terancam punah,
beberapa penelitian menyebutkan jangka waktu terahir ini jumlah populasi penyu
mengalami penurunan. Hal tersebut tidak lepas dari berbagai faktor yang mengancam
kehidupan penyu. Ancaman-ancaman tersebut seperti perburuan, perubahan ekosistem
1
hingga faktor alam. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk melindungi spesies
tersebut dari ancaman yang dapat menyebabkan kepunahan dengan perlindungan
kawasan di lingkungan alamiahnya. Berdasarkan luasannya, lautan di dunia menutupi
70% bagian bumi, namun luas kawasan perairan laut yang dilindungi sagatlah kecil.
Saat ini, keseluruhan wilayah perlindungan laut mencakup kurang dari setengah persen
Kawasan laut, kurang dari sepertinganya dengan status sangat dilindungi, dan sebanyak
71% tidak mempunyai aktivitas pengelolaan.
Upaya konservasi di Indonesia sendiri sudah ada sejak 1978 pada saat undang-
undang konservasi Internasional diratifikasi didalamnya termasuk konservasi terhadap
penyu. Kemudian turunannya yaitu Peraturan Pemerintah RI No. 8 Tahun 1999, SK
Menhut No. 447/Kpts-II/2003, Peraturan Pemerintah (PP) RI No.60 Tahun 2007 yang
mempertegas berlakunya undang-undang internasional di Indonesia. Kawasan
konservasi penyu di Indonesia yang masuk kategori baik antara lain Kabupaten Pesisir
Selatan Pulau Penyu, Rokan Ilir, Sambas, Kakaba, Aru Laut, Laut Cibateng Cikepuh,
Karimun Jawa, Pulau Togian, Pulau Pasoso, Ujung Kulon, Pengumbahan, Taka Tulang
Rate, Kangean Kalimantan Selatan, Raja Ampat, Sukamade, Kepualuan Peleng
Banggai, Alas Purwo dan lainnya (Mulyana, 2006 cit. Agung, 2017).
2
II. Study Area
Kabupaten Bantul merupakan Kabupaten yang masuk di Provinsi Istimewa
Yogyakarta (DIY). Kabupaten ini tergolong maju dan mempunyai potensi yang besar
pada beberapa sektor. Potensi yang berkembang pesat salah satunya adalah sektor
pariwisata mulai wisata religi, budaya dan alam yang berupa pantai terbentang luas di
sepanjang pesisir selayan Daerah Istimewa Yoyakarta (Wulan et al., 2016). Panjang
pantai di Kabupaten Bantul diperkirakan mencapai 16,85 km dengan empat titik lokais
konservasi penyu. Mulai dari timur ada Pantai Pelangi Depok, Samas, Goa Cemara,
dan Pantai Baru Pandansimo (Agung, 2017). Pantai Pelangi termasuk salah satu pantai
yang mengiasi sepanjang pesisir pantai di Kabupaten Bantul. Pantai Pelangi berlokasi
di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Letaknya sejajar dengan
Pantai Parangtritis, Depok dan Pantai Parangkusumo. Pantai pelagi mulai dibuka tahun
2010 sebagai alternatif wisata bagi wisatawan (Wulan et al., 2016).
3
Gambar 2. Foto Tegak Pantai Pelangi
III. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Mendeskirpsikan kondisi eksisting dan persoalan yang ada atau timbul yang
disebabkan berbagai faktor.
b. Menyajikan sisi positif dan negative penanganan yang telah dilakukan stake
holder.
c. Menyajikan alternatif cara penanganan kawasan konservasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
I. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas merupakan semua jenis makhluk
hidup baik makroorganisme seperti hewan, tumbuhan maupun mikroorganisme.
Termasuk ragam genetic setiap spesies dan ekosistem dalam lingkungan hidup. Dalam
ekosistem, Keanekaragaman hayati berperan dalam mendukung terpenuhinya
kebutuhan sandnag, papan, pangan, udara bersih serta obat-obatan bagi manusia
(Utami dan Budiantoro, 2022). Menurut LIPI (Lembaga Ilmi Pengetahuan Indonesia)
BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) menyatakan bahwa keanekaragaman
makhluk hidup di Indonesia menempati posisi tertinggi kedua dunia setelah Brazil.
Keduanya adalah representasi dari bioma hutan hujan tropis dengan abiotic yang
optimal untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pulau utama Indonesia yang punya
dominasi flora dan fauna terbanyak adalah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Maluku,
Sulawesi dan Papua (Utami dan Budiantoro, 2022). Keanekaragaman hayati sangat
penting dan dibutuhkan pada masa mendatang. Keanekaragaman hayati memberikan
banyak manfaat bagi manusia, salah satunya adalah produksi kayu di hutan dan
pengaturan iklim, ikan di ekosistem perairan dan ternak di padang rumput (Moore et
al., 2015 cit. Khairina et al., 2020). Selain itu, bermanfaat juga untuk menyimpan dan
menyerap karbon, menyediakan makanan dan air, pemeliharaan habitat dan
keanekaragaman hayati dan lainnya dianggap berkontribusi pada kehidupan manusia.
Globalisasi sebagai faktor yang mendorong overeksploitasi kekayaan alam di darat dan
laut yang membahasakan keberlangsungan kedidupan (Khairina et al., 2020). Oleh
karena itu, diperlukan upaya konservasi untuk mempertahankan keanekaragamna
hayati di wilayah Indonesia.
5
2021). Dari sisi fisiografis, wilayah pesisir merupakan daerah yang terletak diantara
garis pantai sampai ke arah darat dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dengan
kelandaian (% lereng) pantau dan dasar laut menentukan lebarnya, serta terbentuk dari
endapan lempung sampai pasir dengan sifat lepas bahkan materinya dapat berupa
kerikil. Menurut kesepatan umum dunia menyatakan wilayah pesisir merupakan daerah
peralihan darat dengan laut. Ditinjau dari coastline atau garis pantainya, wilayah pesisir
mempunyai dua batas (boundaries), yakni cross-shore atau tegak lurus terhadap garis
pantai dan longshore atau batas sejajar garis pantai. Akan tetapi, penetapan batas yang
tegak lurus terhadap garis pantai sampai saat ini belum terbentuk kesepakatan, atau
dapat disebut batas wilayah pesisir satu negara dengan negara lain berbeda. Hal
tersebut dikarenakan tiap negara mempunyai karakteristik sumber daya, lingkungan
dan sistem pemerintahannya sendiri.
6
tersebut adalah pengelolaan wilayah peisisr secara terpaduyang mempertimbangkan
semua aspek yang terkait dengan wilayah pesiisr, seperti ekonomi, lingkungan, sosial,
dan teknologi. Diharapkan bahwa penggunaan konsep ini akan membantu mengatasi
berbagai persoalan yang muncul belakangan ini dalam pengelolaan wilayah pesisir.
Berdasarkan kebijakan dan strategi Pembangunan wilayah pessir dan kelautan.
Didasarkan batas ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif), Indonesia mempunyai kewenangan
untuk mengelola wilayah kelautan sejauh 200 mill dari pasang surut terendah. Menurut
UU No. 32 Tahun 2004, provinsi memiliki wewenang untuk mengelola wilayah
kelautan sejauh 12 mil, dan kabupaten/kota memiliki wewenang sejauh 4 mil.
Berdasarkan batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), Indonesia memiliki wewenang untuk
mengelola wilayah kelautan sejauh 200 mil dari pasang surut terendah. Menurut
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, provinsi memiliki wewenang untuk mengelola
wilayah kelautan sejauh 12 mil, dan kabupaten/kota memiliki wewenang sejauh 4 mil.
7
produktivitas, daerah pemijahan ikan, daerah pengasuhan, dan habitat ikan langka.
Kriteria sosual budaya termasuk dukungan masyarakat, potensi ancaman, kearifan dan
aday istiadat setepat, serta kriteria ekomoni termasuk nilai perikanan yang signifikan,
potensi rekreasi, estetika, pariwisata dan kemudahan akses ke kawasan.
8
BAB III
METODOLOGI
I. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penyusunan makalah ini adalah Kualitatif-
Deskriptif menggunakan pendekata abalisis deskriptif dan evaluasi. Metode kualitatif
merupakan pendekatan yang berfokus pada pemahaman mendalam dan hasilkan data
berbentuk deskriptif, teks tertulis, atau lisan mengenai subjek penelitian sosial. Metode
deskriptif sebagai gambaran dan deskripsikan subjek penelitian melalui data. Metode
kualitatif adalah pendekatan yang berfokus pada pemahaman mendalam dan
menghasilkan data dalam bentuk deskripsi, teks tertulis, atau lisan tentang subjek
penelitian ilmu sosial. Metode ini didasarkan pada melihat orang dalam lingkungan
alami mereka dan berinteraksi dengan mereka dalam bahasa dan konteks yang sesuai.
Analisis deskripsi yang dipergunakan selama penyusunan makalah ini, dipergunakan
untu memberi gambaran serta deskripsi subjek yang diteliti melaluiada melalui data
yang sudah ada. Metode deskriptif akan mendeskripsikan keadaan dengan benar. Tidak
hanya menjelaskan kondisi saja, akan tetapi, menjelaskan kondisi saat ini secara
keseluruhan (Putra et al., 2020)
9
III. Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder sumber data sekunder diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
sumber hasil penelitian terdahulu, serta dari berbagai pustaka mencakup dokumentasi,
buku, jurnal penelitian, gambar, data instansi yang relevan, text book, dan Lembaga
penelitian yang berhubungan dengan perilaku Masyarakat yang mendukung konservasi
penyu di Pantai Pelangi Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
V. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilaksanakan setelah keseuruhan data
terkumpul. Analisis data dilakukukan dengan analisis deskriptif dan evaluatif. Analisis
deskripstif dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena
atau konsisi yang sedang dikaji secara factual, akurat dan sistematif. Analisis desktiptif
bertujuan menunjukkan hasil identifikasi perilaku masyarakat dalam mendukung
konservais penyu di Pantai Pelangi, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Selanjutnya
analisis evaluatif adalah metode yang dilakukan dengan mengukur serta
10
membandingkan data dari berbagai sumber untu mencapai pengambilan keputusan.
Kemudian hasilnya di interpretasikan dan di telaah
11
BAB IV
12
penyu terletak pada kemiringan yang dangkal atau rendah, itu mengakibatkan resapan
air laut yang mengurangi kelembapan dan suhu di dalam sarang.
Tabel 3. Luasan daerah yang sesuai untuk habitat bertelur Penyu Lekanag
Tabel diatas menunjukkan daerah yang “sesuai” untuk habitat bertelur penyu
mencapai 7% dari jumlah keseluruhan. Daerah “cukup sesuai” 64%, dan daerah tidak
sesuai 29%. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa kondisi lingkungan
13
penyu bertelur di Pantai Pelangi yang mendominasi adalah kelas cukup sesuai. Hal
tersebut menunjukkan bahwa beberapa faktor yang berhubungan dengan karakteristik
fisik lahan seperti suhu pemukaan, kemiringan serta penggunaan lahan di garis pantai
Pantai Pelangi mampu menyebakan induk penyu kurang berminat bertelur di peissir
Pantai Pelangi.
Pada tahun 2014 Dinas Kelautan dan Perikanan Bekerja sama dengan
Kabupaten Bantul untuk mendirikan konservasi penyu di pesisir Bantul. Tujuannya
untuk menerapkan sistem pengelolaan penyu yang berpusat pada Masyarakat. Diantara
berbagai jenis penyu, ada penyu belimbing, penyu hijau, penyu tempayan, penyu abu,
penyu sisik, dan penyu datar. Penyu-penyu tersebut menyebar di berbagai garis pantai
14
Kabupaten Bantul seperti pantai goa cemara, Pantai baru dan pantai Pelangi. Menyusul
keputusan Bupati Bantul tahun 2014 tentang reservasi kawasan Konservasi Taman
Pesisir di Pantai tersebut. Konservasi penyu bertujuan untuk melestarian hewan yang
hidup di laut dan darat pesisir Kabupaten Bantul. Konservasi penyu dimulai dengan
penemuan telur penyu, yang biasanya terjadi mulai bulan Mei sampai September.
Masyarakat sebagai kelompok pemerhati penyu menjaga telur penyu dan
memeliharanya setelah telur penyu menetas dan tukik ditemukan. Setekah 3 hari
menetas tukik dilepaskan ke laut agar hidup bebas sampai tumbuh dewasa dan kembali
ke dasar untuk bertelur lagi. Dari empat pantai, Pantai Pelangi memiliki konservasi
paling banyak dengan 14 sarang dengan 60 sampai 70 telur per sarang. Pemberdayaan
Masyarakat pesisir di Kabupaten Bantul juga dimaksudkan melalui pengelolaan
konservasi. Untuk menjaga konservasi penyu di pantai Bantul tetap ada, Masyarakat
harus sadar akan pentingnya menjaga pantai dan memahami cara menangani telur
penyu ketika ditemukan (Khairina et al., 2020).
15
memberi tahu pwisatawan mengenai penyu khususnya penyu lekang dan Pantai Pelangi
sebagau destinasi wisata edukasi di kawasan Parangtritis (Prajarini et al., 2020).
16
V. Upaya Partisipasi Stake holder
Permasalahan dalam konservasi penyu di Pantai Pelangi mulai berbenah
seiiring berjalannya waktu. Hal tersebut di dukung oleh beberapa mahasiswa yang turut
serta membantu kegiatan konservasi penyu di Pantai Pelangi. Peran mahasiswa dalam
upaya konservasi penyu dinilai mampu meningkatkan penelitian mengenai penyu,
memberi rekomendasi mengelola kawasan, meningkatkan produktifikas kawasan
konservasi penyu serta promosi pengetahuan konservasi (Jannah et al., 2022). Faktor
yang menyebabkan konservasi penyu di Pantai Bantul terhambat antara lain partisipasi
Masyarakat yang kurang terjun langsung ke lapangan atau membatu dalam pengelolaan
kawasan konservasi. Selain itu, bantuan tenaga yang kurang serta dana untuk
mengelola kawasan yang membuat konservator mengelola sendiri dan menggunakan
biaya pribadi. Hal tersebut diikuti dengan kurangnya pengetahuan untuk melaksanaan
upaya konservasi penyu utamanya Masyarakat sekitar sehingga menyebabkan upaya
konservasi penyu terhambat (Ibrahim, 2019). Sebagian besar orang yang berkontribusi
pada konservasi penyu kurang mengenal kawasan konservasinya. Konservasi penyu di
sekitar Pantai Pelangi masih sesuai untuk habitat peneluran penyu lekang atau tidak
dengan perubahan tutupan lahan serta kondisi lingkungan saat ini yang bervariasi.
17
memberikan perlindungan pada telur-telur penyu dan patroli penyu hingga pelepasan
tukik. Berikut beberapa dokumentasi yangpenulis ambil ketika mengikuti kegiatan
konservasi penyu di pantai Pelangi.
18
Gambar 6. Foto Bersama Induk Penyu Lekang
BAB V
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Agung, B. 2017. Zonasi Pantai Pendarata Penyu di Sepanjang Pantai Bantul. Jurnal Riset
Daerah. 1-21.
Ario, R., E. Wibowo,m I. Pratikto., dan S. Fajar. 2016. Pelestarian Habitat Penyu dari
Ancaman Kepunahan di Turtle Coservation and Education Center (TCEC) Bali.
Jurnal Kelautan Tropis Maret. 19(1): 60-66.
Beno, J., A. P. Silen, dan M. Yanti. 2022. Dampak Pandemi Covid-19 pada Kegiatan
Ekspor Impor (Studi pada PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Teluk
Bayur). Jurnal Saintek Maritim, Vol. 22 (2) : 117-126.
Fathin, I. N. 2016. Analisis Keseuaian Lahan Untuk Habitat Bertelur Penyu Lekang
(Lepidochelys olivacea) Di Sebagian Pesisir Pantai Pelangi Kabupaten Bantul.
Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.
Ibrahim, D. S. R. 2019. Peran Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa
YYogyakarta Terhadap Konservasi Penyu yang Terancam Punah di Bantul
Berdasarkan UUD Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi.
20
Putra, I. N. S. A., I. W. Restu., dan R. Ekawaty. 2020. Kajian Stok Ikan Lemuru (Sardenilla
lemuru) yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten
Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Current Trends in Aquatic Science. 3(1): 30-38.
21