Oleh :
Kelompk III/B
Rahma Fahira 190302020
Persada Hermansyah Tampubolon 190302038
Dewi Cyntia Sembiring 190302042
Matthew Frederich Willyam Silaban 190302060
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan laporan berjudul “Sumberdaya Hayati
Perairan Ikan Demersal di TPI/PPN Belawan” dengan baik.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan Terima Kasih kepada dosen
yaitu Ibu ibu Desrita, S.Pi, M.Si, ibu Vindy Rilani Manurung, S.Pi, M.Sp dan
bapak Rizky Febriansyah S.Pi, M.Si selaku dosen penanggung jawab Pratikum
Sumberdaya hayati perairan dan kepada seluruh asisten laboratorium Sumberdaya
hayati perairan yang membantu dan mendukung sepenuhnya dalam penyelesaian
laporan ini.
Demikian laporan ini penyusun selesaikan, penyusun mengharapkan kritik
dan saran demi perbaikan laporan selanjutnya, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................ 1
Tujuan Praktikum ........................................................................ 5
Manfaat Praktikum ....................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis Ikan Demersal ...................................................................... 6
Distribusi ikan demersal ............................................................... 9
Potensi dan Pemanfaatan Ikan Demersal ....................................... 11
Status Kelestarian Ikan Demersal ................................................. 14
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum ...................................................... 16
Alat dan Bahan Praktikum ............................................................ 16
Prosedur Praktikum ...................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................. 17
Pembahasan.................................................................................. 21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...................................................................................... 24
Saran ............................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau besar
dan kecil dengan garis pantai yang sangat panjang, dan sebagian besar wilayahnya
terdiri dari pesisir. Kehidupan masyarakat pesisir terdapat perbedaan dengan
aspek kehidupan pada masyarakat agraris (penduduk yang tinggal di daerah
pedesaan pada umumnya). Hal ini disebabkan faktor lingkungan alam, karena
masyarakat pantai lebih terkait dengan laut yang dominan, sedangkan masyarakat
agraris oleh lingkungan alam yang berupa sawah, tegalan atau ladang. Dengan
kondisi yang berbeda, ini memungkinkan mereka mempunyai kultur dan sistem
pengetahuan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (Sukari, 2014).
Potensi sumber daya ikan bila diusahakan secara maksimal tanpa
mengganggu kelestarian akan dapat memberikan dampak positif dalam upaya
peningkatan pendapatan nasional dan peningkatan devisa negara. Ikan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan, juga untuk meningkatkan
penghasilan sekaligus pendapatan untuk kesejahteraan nelayan khususnya dan
rakyat banyak pada umumnya. Potensi sumber daya ikan terdiri dari kelompok
ikan pelagis, pelagis kecil, demersal, udang dan kelompok ikan hias. Sumber daya
ikan bersifat milik umum (common property), namun pemanfaatannya diperlukan
penataan dan pengaturan agar sumber daya ikan dapat dimanfaatkan secara terus-
menerus. Selain itu sumber daya ikan termasuk dalam kategori sumber daya dapat
pulih (renewable), yaitu sumber daya hayati yang mempunyai kemampuan
berproduksi dimana tergantung dari kondis-kondisi dalam lingkungan hidupnya
dan dari jumlah individu yang berproduksi, tetapi jika tidak ada pengelolaan yang
baik akan mengakibatkan terjadinya kepunahan (Nelwan et al., 2015).
Sumber daya perikanan adalah segala macam yang menjadi masukan
(input) yang berguna sehingga kegiatan perikanan terjadi. Dalam perikanan
tangkap, yaitu jenis kegiatan yang bersifat mengumpulkan atau menangkap ikan
yang ada di alam bebas, masukan tersebut di antaranya dari sumber daya ikan,
sumber daya manusia, teknologi, dan instrumen kelembagaan berupa kebijakan
dan peraturan-peraturan. Kegiatan perikanan tangkap tidak akan terjadi jika ikan
2
yang menjadi sasaran penangkapan tidak ada, demikian juga jika tidak ada
nelayan, kapal dan alat penangkapan ikan, serta kebijakan perikanan tangkap
(Sondita et al, 2019).
Sumberdaya perikanan sebagai usaha milik bersama (common property)
memungkinkan masuknya nelayan baru kewilayah areal penangkapan ikan akan
membuat intensitas penangkapa akan bertambah. Namun demikian, karena jumlah
potensi perairan terbatas pada akhirnya akan menurunkan produksi hasil
tangkapan per unit usaha. Untuk meningkatkan produksi, maka nelayan akan terus
berusaha meningkatkan kapasitas penangkapan dengan menambah jumlah alat
tangkap. Potensi sumberdaya perikanan disuatu perairan selalu dikaitkan dengan
produksi, hasil tangkapan per unit usaha dalam kegiatan perikanan tangkap.
Menurut Dirjen Perikanan Tangkap perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi
dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup
di laut atau perairan umum secara bebas (Hendrik, 2010).
Sumberdaya ikan demersal di perairan dangkal sering menjadi sasaran eksploitasi
karena nilai jual yang relatif tinggi dan juga kemudahan menjangkau daerah
penangkapan. Penangkapan ikan demersal di desa-desa yang masih bersifat open access
(terbuka bagi setiap nelayan), dikhawatirkan dapat menyebabkan penangkapan berlebih
(over fishing). Hal ini jelas akan mempengaruhi potensi lestari dan hasil upaya tangkapan
sumberdaya ikan demersal yang ada di desa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu adanya penelitian untuk mendapatkan data dan informasi tersebut. Sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pengelolaan perikanan secara berkelanjutan. Sumberdaya perikanan
merupakan sumberdaya yang sifatnya terbatas dan dapat pulih (renewable), yang berarti
bahwa setiap pengurangan yang disebabkan kematian maupun penangkapan akan dapat
memulihkan sumberdaya tersebut kembali ke tingkat produktivitas semula. Pemanfaatan
sumber daya ikan demersal telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi sektor
perikanan. Akan tetapi belum diketahui berapa besar potensi dan tingkat pemanfaatannya
(Fitriana et al., 2016).
Perikanan merupakan kegiatan yang memanfaatkan sumber daya ikan,
kekayaan alam penting yang tersedia melimpah di perairan Indonesia, baik di laut
maupun perairan umum. Kegiatan ini menghasilkan komoditi jenis bahan pangan
yang merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Sumber daya perikanan ini
perlu dikelola dengan baik agar manfaat optimum dapat diperoleh, yaitu manfaat
3
bagi masyarakat luas, pelaku usaha, dan juga menjaga kelestarian sumber daya
hayati ikan (Sondita et al,2019).
Untuk mengetahui sumberdaya ikan pada suatu perairan tidak dapat
terlepas dari faktor lingkungan perairan itu sendiri sebagai ekosistem dengan
komponen-komponennya. Hasil penelitian mengenai sumberdaya ikan di perairan
Laut Cina Selatan menunjukkan adanya pengelompokan jenis ikan tertentu.
Pengelompokan tersebut diduga erat hubungannya dengan variasi faktor
lingkungan perairan tersebut (Ridho et al., 2014).
Pemanfaatan sumber daya ikan demersal di perairan Laut Jawa sudah
berlangsung sejak lama dan telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
sektor perikanan. Laut Jawa sebagai bagian dari Paparan Sunda memiliki
kedalaman perairan yang relatif dangkal. Perairan utara Jawa Tengah yang
merupakan bagian dari Laut Jawa adalah daerah penangkapan ikan demersal yang
telah diusahakan sejak awal tahun 1970 (Hendrik, 2010)
Akibat pemanfaatan berlebih terhadap Sumberdaya kawasan antara lain
penurunan produktifitas perikanan, kemudian berkembang isu tentang
penangkapan ikan yang cenderung meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya
kompetisi penangkapan yang berakibat menurunnya produksi Ikan Demersal.
Berdasarkan data dari salah satu alat tangkap tradisional cantrang yang didaratkan
di TPI Tawang Weleri yang menurun dari tahun ke tahun (Sandria et al., 2014).
Ikan merupakan salah satu jenis organisme penghuni perairan yang rentan
terhadap perubahan lingkungan seperti penangkapan ikan secara besar-besaran.
Sungai Batang Uleh adalah perairan yang memiliki sumber daya ikan. Sungai
Batang Uleh memainkan perang penting dalam potensi baik perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya. Sungai yang mempunyai keanekaragaman jenis ikan
yang cukup tinggi sehingga masyarakat sekitar memanfaatkan sebagai sumber
perikanan tangkap (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo
(Budiman et al., 2021).
Ikan demersal adalah jenis ikan yang habitatnya berada di bagian dasar
laut, dengan ciri utama sumberdaya ikan demersal antara lain memiliki aktifitas
rendah, gerak ruang yang tidak terlalu jauh dan membentuk gerombolan tidak
terlalu besar, sehingga penyebarannya relatif merata dibandingkan dengan ikan
4
Tujuan Praktikum
Tujuan dari Ptaktikum ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis jenis ikan demersal di TPI Belawan
2. Untuk mengetahui distribusi ikan demersal di TPI Belawan
3. Untuk mengetahui potensi dan pemanfaatan ikan demersal di TPI Belawan
4. Untuk mengetahui status kelestarian ikan demersal
Manfaat Pratikum
Manfaat dari penyusunan laporan ini adalah untuk dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi praktikan menganai jenis jensi ikan demersal
yang berapa di TPI Belawan.
6
TINJAUAN PUSTAKA
perairan pantai hingga ke lautan terbuka. Pada umumnya cucut hidup pada
kedalaman 50 meter dari permukaan laut, tapi beberapa jenis cucut bahkan ada
yang dapat hidup hingga kedalaman 800 meter. faktor yang sangat berpengaruh
terhadap penyebaran cucut adalah kedalaman perairan dan suhu, karena kedua
faktor ini relatif tidak berubah. Kedalaman rata-rata dimana cucut berada, berkisar
antara 70 - 1000 meter, walaupun demikian ada beberapa cucut yang hidup pada
kedalaman lebih dari 1000 meter (Fakhrurrizal et al., 2018).
Ikan kerapu macan (Epinephelus sexfasciatus) memiliki ciri-ciri morfologi
ikan antara lain bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang
dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan
kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol
melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan
memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang
berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di bawah sirip dada, serta badan
ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid. Ikan kerapu macan (E. sexfasciatus)
merupakan salah satu jenis ikan laut yang hidup di perairan dalam maupun payau
yang bersalinitas 20-35 ppt. Kepala dan badan berwarna coklat kemerahan. Badan
dengan enam strip tegak lebar coklat tua. Sirip-sirip kecoklatan. Sirip dada
kemerahan (Mariskha dan Abdulgani, 2018).
Beberapa ikan bawal memiliki bentuk morfologi berbeda, walaupun dalam
spesies yang sama. Hal ini, dikarenakan adanya perbedaan pertumbuhan umur
pada saat ikan itu tertangkap. Secara umum, ikan bawal hidup bergerombol
menurut jenis dan termasuk ikan beruaya jauh. Jenis sickle pomfret menghuni di
lingkungan perairan yang sifat bentopelagis, artinya kelompok ikan ini secara
bermusim menghuni di dasar sampai permukaan perairan. Jangkauan kedalaman
renangnya adalah 50-700 m. Ikan bawal ini berada di perairan laut tropis,
sehingga jenis ikan bawal ini sering tertangkap di Samudera Hindia. Jenis brilliant
pomfret tergolong penghuni laut bathypelagis, artinya beruaya pada tempat yang
remang-remang, dingin, dan di permukaan samudera dalam. Jangkauan
kedalaman renangnya adalah 1-520 m. Kebanyakan ikan bawal ini menghuni
perairan laut dalam seperti di Samudera Pasifik dan selama observasi laut, ikan
bawal ini jarang tertangkap. Ikan bawal jenis pomfret termasuk penghuni laut
9
Ikan kerapu merupakan salah satu sumber daya ikan yang bernilai
ekonomis dan penting karena memiliki daging yang tebal, lezat, dan berprotein
tinggi, juga dapat dibudidayakan sebagai ikan hias. Musim pemijahan ikan kerapu
di perairan tropis dapat terjadi pada setiap tahun atau sepanjang tahun. Musim
pemijahan kerapu di Indonesia berlangsung dari bulan Januari sampai November.
Ikan kerapu memiliki habitat di dasar perairan laut tropis dan subtropis. Pada
umumnya kerapu bersifat soliter, tetapi saat akan memijah ikan bergerombol.
Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan ikan kerapu dari muda hingga dewasa
bersifat demersal (Mariskha dan Abdulgani, 2018).
nilai CPUE. Korelasi negatif antara CPUE dengan effort mengindikasikan bahwa
produktivitas alat tangkap ikan demersal dengan cantrang akan menurun apabila
effort mengalami peningkatan (Cahyani et al., 2013).
Salah satu aspek penting dalam menetukan kebijakan/institusi pengelolaan
adalah mengetahui kondisi sumberdaya ikan apakah sudah terdegradasi atau
belum. Terkait dengan hal tersebut, informasi mengenai laju degradasi
sumberdaya alam dapat dijadikan titik referensi (reference point) maupun early
warning signal untuk mengetahui apakah ekstraksi sumberdaya alam sudah
melampaui kemampuan daya dukungnya atau belum. Degradasi diartikan sebagai
penurunan kualitas/kuantitas sumberdaya alam dapat diperbaharukan, misalnya
sumberdaya ikan laut. Agar upaya penangkapan optimum dilakukan
pengalokasian jumlah unit penangkapan. Degradasi sumberdaya penting untuk
diperhitungkan, sebab kebijakan pengelolaan yang mengabaikan degradasi
sumberdaya alam akan menghasilkan kebijakan yang misleading. Dengan adanya
informasi status sumberdaya diharapkan tidak terjadi mismanagement, terdapat
mismanagement perikanan sekitar pantai di daerah tropik (tropical nearshore
fishery) dalam mengimplementasikan program yang mengaplikasikan pendekatan
dan model Barat (Yulianto et al., 2016).
Dengan diketahuinya nilai MSY maka tingkat pemanfaatan suatu
sumberdaya ikan diharapkan tidak melebihi nilai MSY-nya agar kelestarian
sumberdaya dapat tetap terjaga. . Agar upaya penangkapan dapat optimum maka
perlu dilakukan pengalokasian jumlah unit penangkapan menurut daerah
penangkapan ikan Dengan kata lain jumlah hasil tangkapan yang optimal perlu
diketahui agar setiap usaha penangkapan tidak merugikan kelangsungan
sumberdaya tersebut. Manfaat dilakukannya pendugaan tingkat upaya
penangkapan yang optimum adalah agar kerugian waktu, tenaga dan biaya operasi
penangkapan dapat diperkecil dan usaha penangkapan yang dilakukan diharapkan
akan selalu mencapai hasil yang optimal. Agar upaya penangkapan dapat
optimum maka perlu dilakukan pengalokasian jumlah unit penangkapan menurut
daerah penangkapan ikan dan musim penangkapan. Pemanfaatan sumberdaya
perikanan di atas 80% tidak mendukung keberlanjutan sumberdaya tersebut
(Cahyani et al., 2013).
16
METODE PRAKTIKUM
Prosedur Praktikum
1. Di Persiapkan Alat dan Bahan.
2. Di datangi TPI( Tempat Pelelangan Ikan) Belawan.
3. Di Lihat Jenis Ikan Demersalnya.
4. Di identifikasi Jenis Ikan demersal dengan melihat bentuknya
5. Di ukur panjang setiap ikan dengan millimeter blok
6. Di Foto saat mengidentifikasinya sebagai dokumentasi.
17
Hasil
Adapun hasil hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. 10 Jenis Ikan yang ditemukan di TPI Pelabuhan Belawan
No Jenis Ikan Klasifikasi Ciri-Ciri
1. Kerajaan: Animalia Badan sangat panjang, gepeng,
Filum: Chordata ekornya panjang bagai cemeti.
Ordo: Perciformes Kulitnya tidak bersisik,
Famili: Trichiuridae warnanya putih seperti perak,
Ikan Layur
Genus: Trichiurus sedikit kekuningan. Sirip perut
(Trichiurus lepturus)
Spesies: T. lepturus tidak ada, sedangkan sirip
Panjang : 40 cm
duburnya terdiri dari sebaris
duri-duri kecil.
2. Kerajaan: Animalia Bentuk tubuh agak bulat, bentuk
Kelas: Actinopterygii tubuhnya pipih, ukuran sisik
Ordo: Perciformes kecil, kepalanya hampir bulat,
Subordo: Percoidei lubang hidung tampak besar,
Ikan Bawal Superfamili: sirip dada berada di bawah tutup
(Bramidae) Percoidea insang, antara sirip perut dan
Panjang : 17 cm Famili: Bramidae sirip dubur terpisah, serta
punggung berwarna abu- abu
tua, perut putih abu-abu dan
merah.
3. Kerajaan: Animalia Bentuk badan pipih (lateral),
Filu: Chordata mulut lebar posisi terminal dan
Kelas: Pisces kedua mata berada pada satu sisi
Ordo: Pleuronectiform tubuh bagian atas. Ikan ini
Ikan Sebelah
Genus: Pleuronectidae berenang di atas dasar, kadang
(Pleuronectiformes)
Spesies: menyembunyikan diri di dasar
Panjang : 27,5 cm
Pseudorhombus arsius pasir atau pasir berlumpur,
termasuk ikan predator, jenis
18
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa sumberdaya perairan
termasuk kedalam sumberdaya yang dapat diperbaharui jika eksploitasi yang
dilakukan tidak secara keseluruhan atau berlebihan. Sumberdaya perairan dapat
memperbaiki sendiri kondisinya dan dapat melakukan reproduksi sendiri agar
siklusnya tidak terputus. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sutikno dan
Maryunani (2006) yang menyatakan bahwa, Sifat dapat diperbaharui berarti
sumberdaya alam tersebut secara alamiah bisa memperbanyak dengan
sendirinya atau reproduksi. Reproduksi ini bisa terjadi jika ikan yang
dieksploitasi hanya sebagian, sehingga ikan yang tertinggal mempunyai
kemampuan untuk memperbaharui dirinya dengan berkembang biak.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui sumberdaya perairan atau jenis-
jenis ikan damersal yang ditemui di TPI Pelabuhan Belawan antara lain ikan
layur, ikan pari, ikan kakap, ikan bawal, ikan kerapu, ikan cucut, kepiting
rajungan, udang windu, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Fitriana et al., (2016) yang menyatakan bahwa, Berbagai macam ikan demersal di
perairan seperti ikan beloso, peperek, kuniran, tiga waja, layur, dan pari
merupakan hasil tangkapan dari nelayan-nelayan tradisional tersebut. Namun,
informasi mengenai seberapa besar potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya
ikan demersal yang ada belum diketahui.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa jenis ikan damersal menjadi
salah satu jenis ikan yang saat ini menjadi salah satu sasaran tangkap dan sasaran
eksploitasi oleh para nelayan. Ini disebabkan daerah penangkapannya yang mudah
dijangkau dan nilai jualnya yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dari Fitriana et al., (2016) yang menyatakan bahwa, Penangkapan ikan demersal
di desa-desa yang masih bersifat open access (terbuka bagi setiap nelayan),
dikhawatirkan dapat menyebabkan penangkapan berlebih (over fishing). Hal ini
jelas akan mempengaruhi potensi lestari dan hasil upaya tangkapan sumberdaya
ikan demersal yang ada di desa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
adanya penelitian untuk mendapatkan data dan informasi tersebut. Sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pengelolaan perikanan secara berkelanjutan.
22
Indonesia diduga sebesar 1.370,10 juta ton/Tahun. Dari potensi tersebut, sebesar
27% berada di Laut Jawa, yaitu 375,20 juta ton / Tahun.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa pengelolaan ikan demersal
diberbagai perairan di sekitar perairan belawan terglong dalam status cukup
dimana kondisi ikan demersal d perairan belawan masih terglong dalam kuantitas
yang baik dan untuk segi harga cukup tergolong tinggi, dimana setiap kg beratnya
bernilai 40.000 bahkan bisa lebih. Hal ini sesuai dengan Fitriana et al (2016) yang
menyatakan bahwa sumberdaya ikan demersal merupakan salah satu potensi
perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga perlu adanya pengelolaan
sumberdaya ikan demersal yang baik dan tepat dengan memperhatikan aspek
ekologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial masyarakat. Seperti halnya dengan
memperhatikan teknik pengoperasian alat tangkap yang digunakan, area
penangkapan, serta besarnya produksi ikan yang nantinya akan mempengaruhi
menipisnya stok ikan yang ada di alam. Pemanfaatan sumberdaya ikan hingga kini
diusahakan oleh nelayan skala kecil dengan menggunakan berbagai macam alat
tangkap seperti arad, payang, gill net, dan bundes.
Berdasarkan hasil praktikum kelapangan diketahui bahwa penangkapan
ikan damersal hampir mengalami overfishing. Hal ini terbukti ketika
mewawancarai salah satu anggota TPI belawan yang mengaku bahwa
penggunakan alat tangkap yang salah dan berlebihan membuat penangkapan ikan
yang berlebihan dan berdampak pada kerusakan habitat asli ikan damersal, hal ini
didukung oleh jurnal Budiman et al (2006) yang menyatakan bahwa pada akhir-
akhir ini berkembang isu tentang penurunan kualitas lingkungan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan demersal berlebihan. Akibat pemanfaatan
berlebih terhadap Sumberdaya kawasan antara lain penurunan produktifitas
perikanan, kemudian berkembang isu tentang penangkapan ikan yang cenderung
meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya kompetisi penangkapan yang
berakibat menurunnya produksi ikan demersal. Maka dari itu dilaksanakan
penelitian dengan tujuan mengetahui dan menganalisis nilai estimasi stok,
(CPUE), (MSY) demersal di perairan. Menganalisis statuskondisi daerah
penangkapan ikan lewat pemanfaatan sumber daya ikan demersal pada perairan.
24
Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengamatan dari praktikum ke TPI Belawan, tedapat 10 jenis ikan
damersal yang berhasil diamati, diantaranya adalah Kepiting Rajungan
(Portunidae sp), Ikan Layur (Trichiurus lepturus), Ikan Bawal (Bramidae sp),
Udang Windu (Penaeus monodon), Ikan Kerapu (Epinephelus sp), Ikan Cucut
(Rhizoprionodon acutus) Ikan Pari (Batoidea sp), Ikan Merah (Lutjanus
campechanus), Ikan Sebelah (Pleuronectiformes sp)
2. Hasil pengamatan dari praktikum ke TPI Belawan, didapat bahwa distribusi
ikan demersal mengalami distribusi yang disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa faktornya adalah tipe substrat dasar perairan, ketersediaan
makrozoobentos pada substrat, selain itu faktor salinitas dan suhu perairan
sangat berpengaruh terhadap distribusi sumberdaya ikan demersal.
3. Hasil pengamatan dari praktikum ke TPI Belawan, didapat bahwa ikan
damersal memiliki potensi dengan nilai ekonomis tinggi, dan pemanfaatannya
juga sangat diperlukan untuk konsumsi masyarakat sehari-hari.
4. Hasil pengamatan dari praktikum ke TPI Belawan, didapat bahwa status
kelestarian ikan damersal hampir mengalami overvishing, hal ini terjadi
ketika penggunakan alat tangkap yang salah dan berlebihan membuat
penangkapan ikan yang berlebihan dan berdampak pada kerusakan habitat
asli ikan damersal.
Saran
Saran dari laporan ini adalah agar praktikum lebih memahami tentang
materi yang dibawakan agar dapat memaknai dalam pembuatan laporan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. K. Z., Sri. R., Amabariyant. 2018. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Layur
(Trichiurus Lepturus) di Perairan Pantai Bandengan Kabupaten Jepara dan
di Perairan Tawang Weleri Kabupaten Kendal. Journal Of Marine
Research. 3(2): 95-103.
Akbar. H., Sri. P. M. Matsir. 2018. Hubungan Tipe Dasar Perairan dengan
Distribusi Ikan Demersal di Perairan Pangkajene Sulawesi Selatan. Jurnal
Teknologi Perikanan dan Kelautan. 4(1): 31-39.
Badrudi., Aisyah., dan Tri. E. 2018. Kelimpahan Stok Sumber Daya Ikan
Demersal di Perairan. J. Lit. Perikan. Ind. 17(1).
Barata. A dan Budi. I. 2019. Beberapa Jenis Ikan Bawal (Angel Fish, Bramidae)
Yang Tertangkap dengan Rawai Tuna (Tuna Long Line) di Samudera
Hindia dan Aspek Penangkapannya. Bawal. 2(5). : 231-235.
Budiman, B., Syafrialdi, S., & Hertati, R. (2021). Keanekaragaman Jenis Ikan di
Perairan Sungai Batang Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Jurnal SEMAH
Pengelolaan Sumber Daya Air , 5 (1).
Fakhrurrizal. R., Sahala. H. Agus H. 2014. Analisa Sebaran Spasial Ikan Cucut
(Ordo Rajiformes) Berdasarkan Variasi Kedalaman di Perairan Laut Jawa.
Diponegoro Journal Of Maquares. 3(1): 71-80.
Hendrik, H. 2010. Potensi Sumberdaya Perikanan Dan Tingkat Eksploitasi
(Kajian terhadap Danau Pulau Besar dan Danau Bawah Zamrud
Kabupaten Siak Provinsi Riau). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 15(02),
121-131.
Lubis. E. K., Yesika. S. T. Susiana. 2019. Inventarisasi Ikan Demersal Dan Ikan
Pelagis Yang Didaratkan Di PPI Kijang Kecamatan Bintan Timur
Kabupaten Bintan. Jurnal Akuatik Lestari. 4(2) : 47-57.
Priatna, A., dan Natsir, M. 2017. Distribusi Kepadatan Ikan Pelagis di Perairan
Pantai Utara Jawa Bagian Timur, Pulau-Pulau Sunda, dan Laut
Flores. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 13(3): 223-232.
Pujiyati. S., HAMUNA. B., Dimara, L., Nyman, N. N. 2020. Departemen Ilmu
Dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Ridho, M. R., Kaswadji, R. F., Jaya, I., & Nurhakim, S. (2004). Distribusi
sumberdaya ikan demersal di perairan laut cina selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia, 11(2), 123-128.
Sandria, F., Fitri, A. D. P., & Wijayanto, D. (2014). Analisis potensi dan Tingkat
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Kabupaten
Kendal (Doctoral dissertation, Diponegoro University)
Sondita, I. M. F. A. 2019. Pengertian Manajemen dan Alasan Mengapa Sumber
Daya Perikanan Perlu Dikelola.
Wedjatmiko, 2018. Komposisi Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Selat
Malaka. Jurnal Perikanan. J. Fish. Sci. XII (2): 101-106.
LAMPIRAN
Alat
Bahan
Gambar 11. Diambil Ikan Cucut Gambar 12. Diambil Ikan layur
Di angkat untuk melihat panjang di ukur panjang tubuhnya
Tubuhnya
Gambar 13. Diambil Udang windu di identifikasi warna bentuk dan panjang
tubuhnya.