Anda di halaman 1dari 47

Laporan Praktikum Sumberdaya Hayati Perairan

SUMBERDAYA HAYATI PERAIRAN IKAN DEMERSAL DI


TPI/PPN Belawan

Oleh :
Kelompk III/B
Rahma Fahira 190302020
Persada Hermansyah Tampubolon 190302038
Dewi Cyntia Sembiring 190302042
Matthew Frederich Willyam Silaban 190302060

LABORATORIUM SUMBERDAYA HAYATI PERAIRAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Sumberdaya Hayati Perairan Ikan Demersal di


TPI/PPN Belawan
Tanggal Praktikum : 31 Agustus 2021
Nama : Rahma Fahira 190302020
Persada Hermansyah Tampubolon 190302038
Dewi Cyntia Sembiring 190302042
Matthew Frederich Willyam Silaban 190302060
Kelompok/Grup : III/B
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Diketahui oleh, Diperiksa oleh,


Asisten Koordinator Asisten Korektor

Yubdina Yuha Anggita Haikal Pasyah


NIM. 170302036 NIM.180302018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan laporan berjudul “Sumberdaya Hayati
Perairan Ikan Demersal di TPI/PPN Belawan” dengan baik.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan Terima Kasih kepada dosen
yaitu Ibu ibu Desrita, S.Pi, M.Si, ibu Vindy Rilani Manurung, S.Pi, M.Sp dan
bapak Rizky Febriansyah S.Pi, M.Si selaku dosen penanggung jawab Pratikum
Sumberdaya hayati perairan dan kepada seluruh asisten laboratorium Sumberdaya
hayati perairan yang membantu dan mendukung sepenuhnya dalam penyelesaian
laporan ini.
Demikian laporan ini penyusun selesaikan, penyusun mengharapkan kritik
dan saran demi perbaikan laporan selanjutnya, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................ 1
Tujuan Praktikum ........................................................................ 5
Manfaat Praktikum ....................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis Ikan Demersal ...................................................................... 6
Distribusi ikan demersal ............................................................... 9
Potensi dan Pemanfaatan Ikan Demersal ....................................... 11
Status Kelestarian Ikan Demersal ................................................. 14
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum ...................................................... 16
Alat dan Bahan Praktikum ............................................................ 16
Prosedur Praktikum ...................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................. 17
Pembahasan.................................................................................. 21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...................................................................................... 24
Saran ............................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau besar
dan kecil dengan garis pantai yang sangat panjang, dan sebagian besar wilayahnya
terdiri dari pesisir. Kehidupan masyarakat pesisir terdapat perbedaan dengan
aspek kehidupan pada masyarakat agraris (penduduk yang tinggal di daerah
pedesaan pada umumnya). Hal ini disebabkan faktor lingkungan alam, karena
masyarakat pantai lebih terkait dengan laut yang dominan, sedangkan masyarakat
agraris oleh lingkungan alam yang berupa sawah, tegalan atau ladang. Dengan
kondisi yang berbeda, ini memungkinkan mereka mempunyai kultur dan sistem
pengetahuan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (Sukari, 2014).
Potensi sumber daya ikan bila diusahakan secara maksimal tanpa
mengganggu kelestarian akan dapat memberikan dampak positif dalam upaya
peningkatan pendapatan nasional dan peningkatan devisa negara. Ikan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan, juga untuk meningkatkan
penghasilan sekaligus pendapatan untuk kesejahteraan nelayan khususnya dan
rakyat banyak pada umumnya. Potensi sumber daya ikan terdiri dari kelompok
ikan pelagis, pelagis kecil, demersal, udang dan kelompok ikan hias. Sumber daya
ikan bersifat milik umum (common property), namun pemanfaatannya diperlukan
penataan dan pengaturan agar sumber daya ikan dapat dimanfaatkan secara terus-
menerus. Selain itu sumber daya ikan termasuk dalam kategori sumber daya dapat
pulih (renewable), yaitu sumber daya hayati yang mempunyai kemampuan
berproduksi dimana tergantung dari kondis-kondisi dalam lingkungan hidupnya
dan dari jumlah individu yang berproduksi, tetapi jika tidak ada pengelolaan yang
baik akan mengakibatkan terjadinya kepunahan (Nelwan et al., 2015).
Sumber daya perikanan adalah segala macam yang menjadi masukan
(input) yang berguna sehingga kegiatan perikanan terjadi. Dalam perikanan
tangkap, yaitu jenis kegiatan yang bersifat mengumpulkan atau menangkap ikan
yang ada di alam bebas, masukan tersebut di antaranya dari sumber daya ikan,
sumber daya manusia, teknologi, dan instrumen kelembagaan berupa kebijakan
dan peraturan-peraturan. Kegiatan perikanan tangkap tidak akan terjadi jika ikan
2

yang menjadi sasaran penangkapan tidak ada, demikian juga jika tidak ada
nelayan, kapal dan alat penangkapan ikan, serta kebijakan perikanan tangkap
(Sondita et al, 2019).
Sumberdaya perikanan sebagai usaha milik bersama (common property)
memungkinkan masuknya nelayan baru kewilayah areal penangkapan ikan akan
membuat intensitas penangkapa akan bertambah. Namun demikian, karena jumlah
potensi perairan terbatas pada akhirnya akan menurunkan produksi hasil
tangkapan per unit usaha. Untuk meningkatkan produksi, maka nelayan akan terus
berusaha meningkatkan kapasitas penangkapan dengan menambah jumlah alat
tangkap. Potensi sumberdaya perikanan disuatu perairan selalu dikaitkan dengan
produksi, hasil tangkapan per unit usaha dalam kegiatan perikanan tangkap.
Menurut Dirjen Perikanan Tangkap perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi
dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup
di laut atau perairan umum secara bebas (Hendrik, 2010).
Sumberdaya ikan demersal di perairan dangkal sering menjadi sasaran eksploitasi
karena nilai jual yang relatif tinggi dan juga kemudahan menjangkau daerah
penangkapan. Penangkapan ikan demersal di desa-desa yang masih bersifat open access
(terbuka bagi setiap nelayan), dikhawatirkan dapat menyebabkan penangkapan berlebih
(over fishing). Hal ini jelas akan mempengaruhi potensi lestari dan hasil upaya tangkapan
sumberdaya ikan demersal yang ada di desa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu adanya penelitian untuk mendapatkan data dan informasi tersebut. Sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pengelolaan perikanan secara berkelanjutan. Sumberdaya perikanan
merupakan sumberdaya yang sifatnya terbatas dan dapat pulih (renewable), yang berarti
bahwa setiap pengurangan yang disebabkan kematian maupun penangkapan akan dapat
memulihkan sumberdaya tersebut kembali ke tingkat produktivitas semula. Pemanfaatan
sumber daya ikan demersal telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi sektor
perikanan. Akan tetapi belum diketahui berapa besar potensi dan tingkat pemanfaatannya
(Fitriana et al., 2016).
Perikanan merupakan kegiatan yang memanfaatkan sumber daya ikan,
kekayaan alam penting yang tersedia melimpah di perairan Indonesia, baik di laut
maupun perairan umum. Kegiatan ini menghasilkan komoditi jenis bahan pangan
yang merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Sumber daya perikanan ini
perlu dikelola dengan baik agar manfaat optimum dapat diperoleh, yaitu manfaat
3

bagi masyarakat luas, pelaku usaha, dan juga menjaga kelestarian sumber daya
hayati ikan (Sondita et al,2019).
Untuk mengetahui sumberdaya ikan pada suatu perairan tidak dapat
terlepas dari faktor lingkungan perairan itu sendiri sebagai ekosistem dengan
komponen-komponennya. Hasil penelitian mengenai sumberdaya ikan di perairan
Laut Cina Selatan menunjukkan adanya pengelompokan jenis ikan tertentu.
Pengelompokan tersebut diduga erat hubungannya dengan variasi faktor
lingkungan perairan tersebut (Ridho et al., 2014).
Pemanfaatan sumber daya ikan demersal di perairan Laut Jawa sudah
berlangsung sejak lama dan telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
sektor perikanan. Laut Jawa sebagai bagian dari Paparan Sunda memiliki
kedalaman perairan yang relatif dangkal. Perairan utara Jawa Tengah yang
merupakan bagian dari Laut Jawa adalah daerah penangkapan ikan demersal yang
telah diusahakan sejak awal tahun 1970 (Hendrik, 2010)
Akibat pemanfaatan berlebih terhadap Sumberdaya kawasan antara lain
penurunan produktifitas perikanan, kemudian berkembang isu tentang
penangkapan ikan yang cenderung meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya
kompetisi penangkapan yang berakibat menurunnya produksi Ikan Demersal.
Berdasarkan data dari salah satu alat tangkap tradisional cantrang yang didaratkan
di TPI Tawang Weleri yang menurun dari tahun ke tahun (Sandria et al., 2014).
Ikan merupakan salah satu jenis organisme penghuni perairan yang rentan
terhadap perubahan lingkungan seperti penangkapan ikan secara besar-besaran.
Sungai Batang Uleh adalah perairan yang memiliki sumber daya ikan. Sungai
Batang Uleh memainkan perang penting dalam potensi baik perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya. Sungai yang mempunyai keanekaragaman jenis ikan
yang cukup tinggi sehingga masyarakat sekitar memanfaatkan sebagai sumber
perikanan tangkap (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo
(Budiman et al., 2021).
Ikan demersal adalah jenis ikan yang habitatnya berada di bagian dasar
laut, dengan ciri utama sumberdaya ikan demersal antara lain memiliki aktifitas
rendah, gerak ruang yang tidak terlalu jauh dan membentuk gerombolan tidak
terlalu besar, sehingga penyebarannya relatif merata dibandingkan dengan ikan
4

pelagis. Jenis ikan ini pada umumnya menyenangi


dasar perairan bersubstrat lumpur atau lumpur berpasir. Perikanan demersal
Indonesia menghasilkan berbagai jenis ikan (multi species) yang dieksploitasi
dengan menggunakan berbagai alat tangkap (multi gear). Hasil tangkapan ikan
demersal pada umumnya terdiri atas berbagai jenis yang jumlah masing-masing
jenis tersebut tidak terlalu besar. Ikan tersebut antara lain kakap merah
(Lutjanus spp), peperek (Leiognatus spp), manyung (Arius
spp), kurisi (Nemipterus spp), kuniran (Upeneus spp), tiga waja (Epinephelus
spp), dan bawal (Pampus spp) (Fakhrurrizal et al., 2018).
Ikan Demersal merupakan Sumberdaya Ikan yang cukup penting di Laut
Jawa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Komisi Ilmiah Stock
Assessment tahun 2001, potensi lestari ikan demersal di Indonesia diduga sebesar
1.370,10 juta ton/Tahun. Dari potensi tersebut, sebesar 27% berada di Laut Jawa,
yaitu 375,20 juta ton / Tahun. Sebagai akibat dilarangnya pengoperasian Trawl,
berdasarkan Keppres No. 39 Tahun 1980, secara nasional Sumberdaya Ikan
Demersal diperkirakan semakin meningkat (Hendrik, 2010).
Definisi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berdasarkan Biro Pusat Statistik
ialah sebuah pasar atau market yang sebagian banyak terdapat pada kawasan
pelabuhan atau pangkalan mendaratkan ikan. Pada tempat tersebut juga banyak
dilakukan penjualan ikan dari hasil laut, mulai dari cara langsung atau cara
dilelangkan (Sensus Pertanian, 1993). Kebanyakan Tempat Pelelangan Ikan yang
telah ada adalah dikoordinasi oleh Dinas Perikanan atau juga Pemerintahan
Daerah (Lubis et al., 2021).
Hal terpenting pada suatu lelang adalah batas waktu minimum dan
maksimum harga penawaran disamping itu juga terkadang juga terdapat peraturan
khusus agar dapat menentukan penawar yang menang dan harga. Peserta lelang
terkadang dapat mengetahui identitas atau tindakan dari peserta lain. Tergantung
pada lelang, penawar dapat hadir secara langsung atau melalui perwakilannya,
termasuk telepon dan internet. Penjual biasanya terdapat komisi untuk pelelang
atau perusahaan lelang berdasarkan presentase harga penjualan terakhir
(Abidin et al. 2013).
5

Nilai dari CPUE menggambarkan tingkat produktivitas dari upaya


penangkapan (effort). Nilai CPUE semakin tinggi menunjukkan bahwa tingkat
produktivitas alat tangkap yang digunakan semakin tinggi pula. Jika dibandingkan
dengan upaya tangkap, maka peningkatan upaya tangkap justru menurunkan hasil
tangkapan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selalu penambahan alat tangkap
akan menaikkan produksi. semakin meningkatnya upaya penangkapan maka hasil
tangkapan per unit upaya akan semakin kecil. Tren CPUE yang naik merupakan
gambaran bahwa tingkat eksploitasi sumberdaya ikan dapat dikatakan masih pada
tahapan berkembang. Trend CPUE yang mendatar merupakan gambaran bahwa
tingkat eksploitasi sumberdaya ikan sudah mendekati kejenuhan upaya, sedangkan
trend CPUE yang menurun merupakan indikasi bahwa tingkat eksploitasi
sumberdaya ikan apabila terus dibiarkan akan mengarah kepada suatu keadaan
yang disebut ‘over-fishing’ atau bahkan ‘overfished’. Dengan berfluktuasinya nilai
CPUE yang diperoleh, perlu di ketahui hubungan antara nilai CPUE dengan
effort. Dari hasil perhitungan regresi, korelasi antara CPUE dengan effort
menunjukkan hubungan yang negatif, yaitu semakin tinggi effort semakin rendah
nilai CPUE. Korelasi negatif antara CPUE dengan effort mengindikasikan bahwa
produktivitas alat tangkap ikan demersal dengan cantrang akan menurun apabila
effort mengalami peningkatan (Cahyani et al., 2013).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari Ptaktikum ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis jenis ikan demersal di TPI Belawan
2. Untuk mengetahui distribusi ikan demersal di TPI Belawan
3. Untuk mengetahui potensi dan pemanfaatan ikan demersal di TPI Belawan
4. Untuk mengetahui status kelestarian ikan demersal

Manfaat Pratikum
Manfaat dari penyusunan laporan ini adalah untuk dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi praktikan menganai jenis jensi ikan demersal
yang berapa di TPI Belawan.
6

TINJAUAN PUSTAKA

Jenis Ikan Demersal


Perairan yang relatif dangkal yang dikenal sebagai continental shelf
dengan dasar yang relatif rata dan berlumpur merupakan daerah penangkapan
sumber daya ikan demersal. Kelompok ikan demersal adalah jenis-jenis ikan yang
sebagian besar dari siklus hidupnya berada di dasar atau sekitar dasar perairan.
Ciri-ciri kelompok ikan tersebut adalah aktivitas yang rendah dan gerak ruaya
yang tidak jauh (Badrudin et al., 2016).
Beberapa ikan demersal lebih me-nyukai terumbu karang sebagai
tempat hidupnya dan mencari makan, namun ada beberapa ikan demersal
yang lebih menyukai substrat pasir atau lumpur sebagai tempat hidupnya dan
mencari makan. Pada substrat pasir atau lumpur terdapat berbagai jenis bentos
yang hidup di dalamnya. Ikan demersal sebagai mak-rofauna juga sangat
bergantung pada substrat dasar perairan, hal ini dise-babkan karena ikan
demersal banyak mengambil makanan di substrat dasar perairan. Makanan
ikan demersal beru-pa bentos, moluska maupun biota kecil lainnya yang
berada pada substrat dasar perairan. Substrat dasar juga berperan sebagai
tempat tinggal bagi ikan demersal (Akbar et al., 2018).
Ikan layur sebagai ikan demersal merupakan salah satu komoditas ekspor
dan banyak ditemukan di pantai-pantai Jawa dan muara sungai di Sumatera.
Daerah penyebaran ikan layur ini meliputi perairan pantai seluruh Indonesia,
seperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung Genteng, dan
Sukawayana. Ikan layur termasuk jenis ikan karnivor yang dilengkapi dengan gigi
yang kuat dan tajam pada kedua rahangnya. Makanannya berupa udang-udangan,
cumi-cumi, dan ikan kecil seperti teri, sardin, dan yuwana ikan layur
(Abidin et al. 2013).
Ikan layur hidup di perairan pantai yang dalam dengan dasar berlumpur,
perairan estuaria, rawa pantai, mangrove, hingga perairan payau. Ikan layur dapat
ditemukan hingga kedalaman 250 – 300 m dan biasanya muncul ke permukaan
pada waktu senja untuk mencari makan. Ikan ini bersifat peruaya rendah,
cenderung menetap dan soliter, sehingga memiliki daya tahan rendah terhadap
7

tekanan penangkapan. Kondisi tersebut menyebabkan ikan layur lebih rentan


terhadap eksploitasi (Agustina et al., 2015).
Ikan lidah (Achiroides leuchorhinchos) ini merupakan ikan demersal yang
dicirikan dengan bentuk mulut letaknya agak ke bawah yang digunakan untuk
mencari makanan di dasar atau dalam substrat. Ikan lidah
(Achiroides leuchorhinchos) termasuk ke dalam ordo Pleuronectiformes yang
merupakan kelompok ikan berbentuk pipih dan memiliki ke-2 mata di 1
permukaan badan. Pleuronectiformes beranggotakan jenis ikan sebelah (famili
Bothidae) (famili Bothidae) dan ikan lidah (Achiroides leuchorhinchos, famili
Cynoglossidae dan Soleidae). Ikan sebelah (famili Bothidae) memiliki sirip
punggung dan sirip dubur yang terpisah dengan sirip ekor, sedangkan pada ikan
lidah (Achiroides leuchorhinchos) sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor
bersatu. Kedua mata ikan lidah (Achiroides leuchorhinchos) famili Cynoglossidae
terletak di sebelah kiri, sedangkan Soleidae di sebelah kanan. Achiroides
leuchorhinchos termasuk ke dalam famili Soleidae (Nurhayat dan prianto, 2017).
Ikan Sebelah (Psettodes erumei) merupakan ikan demersal yang hidup di
dasar perairan. Berdasarkan hasil yang didapatkan memiliki bentuk tubuh non
bilateral simetris dan termasuk ke dalam kelompok ikan yang memiliki bentuk
tubuh pipih mendatar. Ikan sebelah memiliki bentuk mulut terminal dan bentuk
ekor truncate, Sirip ekor meruncing (pointed) dan memiliki warna badan putih
kemerahan. ikan sebelah biasanya hidup di dasar yang dangkal dan mendatar.
Biasanya menghabiskan waktunya menggeletak di dasar dengan salah satu sisi
tubuhnya menghadap kebawah. Sisi yang menghadap kebawah rata mendatar dan
berwarna putih atau sangat pucat, sedangkan sisi yang menghadap keatas
bentuknya cembung dan berwarna. Warna tubuh biasanya serasi dengan
lingkungan sekitarnya. Ikan Sebelah belum memberikan kontribusi yang bernilai
ekonomis penting, tidak menutup kemungkinan pada masa mendatang bisa
dijadikan sebagai komoditas ekspor maupun bahan konsumsi di dalam negeri
(Lubis et al., 2021).
Cucut merupakan ikan demersal sehingga perlu diketahui kedalaman suatu
perairan untuk mengetahui habitatnya. Cucut dapat ditemukan di seluruh perairan
laut di dunia, mulai dari perairan tropis hingga ke daerah sub tropis, dan dari
8

perairan pantai hingga ke lautan terbuka. Pada umumnya cucut hidup pada
kedalaman 50 meter dari permukaan laut, tapi beberapa jenis cucut bahkan ada
yang dapat hidup hingga kedalaman 800 meter. faktor yang sangat berpengaruh
terhadap penyebaran cucut adalah kedalaman perairan dan suhu, karena kedua
faktor ini relatif tidak berubah. Kedalaman rata-rata dimana cucut berada, berkisar
antara 70 - 1000 meter, walaupun demikian ada beberapa cucut yang hidup pada
kedalaman lebih dari 1000 meter (Fakhrurrizal et al., 2018).
Ikan kerapu macan (Epinephelus sexfasciatus) memiliki ciri-ciri morfologi
ikan antara lain bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang
dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan
kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol
melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan
memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang
berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di bawah sirip dada, serta badan
ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid. Ikan kerapu macan (E. sexfasciatus)
merupakan salah satu jenis ikan laut yang hidup di perairan dalam maupun payau
yang bersalinitas 20-35 ppt. Kepala dan badan berwarna coklat kemerahan. Badan
dengan enam strip tegak lebar coklat tua. Sirip-sirip kecoklatan. Sirip dada
kemerahan (Mariskha dan Abdulgani, 2018).
Beberapa ikan bawal memiliki bentuk morfologi berbeda, walaupun dalam
spesies yang sama. Hal ini, dikarenakan adanya perbedaan pertumbuhan umur
pada saat ikan itu tertangkap. Secara umum, ikan bawal hidup bergerombol
menurut jenis dan termasuk ikan beruaya jauh. Jenis sickle pomfret menghuni di
lingkungan perairan yang sifat bentopelagis, artinya kelompok ikan ini secara
bermusim menghuni di dasar sampai permukaan perairan. Jangkauan kedalaman
renangnya adalah 50-700 m. Ikan bawal ini berada di perairan laut tropis,
sehingga jenis ikan bawal ini sering tertangkap di Samudera Hindia. Jenis brilliant
pomfret tergolong penghuni laut bathypelagis, artinya beruaya pada tempat yang
remang-remang, dingin, dan di permukaan samudera dalam. Jangkauan
kedalaman renangnya adalah 1-520 m. Kebanyakan ikan bawal ini menghuni
perairan laut dalam seperti di Samudera Pasifik dan selama observasi laut, ikan
bawal ini jarang tertangkap. Ikan bawal jenis pomfret termasuk penghuni laut
9

bentopelagis, sama dengan sickle pomfret. Jangkauan kedalaman renangnya


adalah 1- 400 m dan berada di perairan tropis. Selama observasi, jenis sickle
pomfret lebih banyak tertangkap, diikuti oleh pomfret dan brilliant pomfret
(Brata et al ., 2019).
Lutjanus sp. atau yang dikenal dengan ikan kakap termasuk ikan demersal
(ikan yang hidup pada dasar perairan) yang dapat hidup pada daerah perairan
dangkal sampai laut dalam. Ikan kakap memiliki tubuh yang memanjang dan
melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung. Jenis ikan ini
umumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke muka, gigi konikel pada taring-
taringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan serangkaian gigi canin-nya
yang berada pada bagian depan. Ikan kakap mengalami pembesaran dengan
dengan bentuk segitiga maupun bentuk “V” atau tanpa penambahan pada bagian
ujung maupun penajaman. Ikan kakap memiliki bagian bawah penutup insang
yang berduri kuat dan bagian atas penutup insang terdapat cuping bergerigi. Ikan
kakap berukuran kecil jugasering kali dijumpai beragregasi pada waktu siang hari
di dekat perairan yang berkarang (Nurbaitirrahmi dan Syuhriatin, 2020).

Distribusi Ikan Demersal


Kondisi lingkungan pada bagian utara dipengaruhi oleh Laut Andaman,
sedangkan pada bagian selatan dipengaruhi oleh masuknya aliran sungai yang
terdapat di wilayah Sumatra Utara, Riau, dan Malaysia terutama saat musim
hujan. Perairan ini telah lama diidentifi kasi sebagai daerah padat nelayan.
Sumberdaya ikan yang terdapat di perairan Selat Malaka terdiri atas sumberdaya
udang, demersal, pelagis besar, dan pelagis kecil. Aktivitas eksploitasi
sumberdaya perikanan dilakukan secara intensif baik oleh negara berkembang
maupun modern, baik legal maupun ilegal. Sehubungan dengan itu, pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di kawasan ini perlu didukung oleh
kegiatan evaluasi dan penelitian terbaru, sebagai data dasar untuk memahami
kaitan antara kapasitas penangkapan, upaya dan pola penangkapan dengan
sumberdaya terkait serta untuk mengantisipasi terselenggaranya penelitian dan
pengelolaan bersama di antara negara negara yang berkepentingan di kawasan
tersebut (Wedjatmiko, 2018).
10

Distribusi vertikal ikan demersal dipengaruhi oleh berbagai faktor selain


kedalaman perairan. Tipe substrat dasar perairan juga sangat berpengaruh
terhadap distribusi ikan-ikan demersal dan menunjukkan pola distribusi yang
berbeda pada beberapa spesies ikan demersal. Adanya perbedaan dasar perairan
sebagai habitat ikan demersal dapat menyebabkan perbedaan komposisi jenis ikan
demersal. Ketersediaan makrozoobentos pada substrat dasar perairan juga
berpengaruh terhadap distribusi ikan demersal, dimana makrozoobentos tersebut
berperan sebagai makanan bagi ikan demersal. Selain itu, faktor oseanografi
perairan seperti salinitas dan suhu perairan sangat berpengaruh terhadap distribusi
sumberdaya ikan demersal. Distribusi ikan demersal sangat dipengaruhi oleh tipe
substrat dasar dan kedalaman perairan. Dari 27 schooling ikan demersal yang
terdeteksi, sebagian besar terkonsentrasi pada perairan dangkal dengan kedalaman
maksimal 10 m yang didominasi oleh ikan demersal berukuran kecil hingga
sedang. Schooling ikan demersal banyak terdeteksi pada lokasi tumbuhnya
vegetasi lamun pada perairan dangkal (Pujiyati et al., 2020).
Penyebaran atau distribusi ikan sangat berguna untuk beberapa tujuan
sehubungan dengan pencarian ikan dan pemilihan teknik penangkapan yang
sesuai. Pola kehidupan ikan tidak dapat dipisahkan dari ada berbagai kondisi
lingkungan perairan dan fluktuasi keadaan lingkungan tersebut. Faktor-faktor
lingkungan ini meliputi faktor fisik, kimia, dan biologi lingkungan. Suhu dan
salinitas merupakan parameter fisika yang penting artinya dalam mempelajari
kehidupan biota laut, perubahan kedua faktor tersebut akan mempengaruhi
keadaan organisme di suatu perairan (Priatna dan Natsir, 2017).
Ukuran Ikan Demersal yang tertangkap umumnya berukuran kecil atau
usia muda (juvenile) hal ini mungkin perairan Kendal merupakan kawasan muara
dari banyak sungai, hal ini ditandai dengan salinitas rendah, dan banyaknya sungai
besar / kecil yang bermuara di perairan tersebut sehingga lebih bersifat nursery
ground bagi organisme perairan yang ditandai dengan tertangkapnya ikan
berukuran kecil pada segala kedalaman. Potensi Lestari Ikan Demersal di
Indonesia diduga sebesar 1.370,10 juta ton/Tahun. Dari potensi tersebut, sebesar
27% berada di Laut Jawa, yaitu 375,20 juta ton / Tahun (Fitriana et al., 2016).
11

Ikan kerapu merupakan salah satu sumber daya ikan yang bernilai
ekonomis dan penting karena memiliki daging yang tebal, lezat, dan berprotein
tinggi, juga dapat dibudidayakan sebagai ikan hias. Musim pemijahan ikan kerapu
di perairan tropis dapat terjadi pada setiap tahun atau sepanjang tahun. Musim
pemijahan kerapu di Indonesia berlangsung dari bulan Januari sampai November.
Ikan kerapu memiliki habitat di dasar perairan laut tropis dan subtropis. Pada
umumnya kerapu bersifat soliter, tetapi saat akan memijah ikan bergerombol.
Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan ikan kerapu dari muda hingga dewasa
bersifat demersal (Mariskha dan Abdulgani, 2018).

Potensi dan Pemanfaatan Ikan


Sumberdaya alam ikan merupakan sumberdaya alam yang tergolong dapat
diperbaharui (renewable resources). Sifat dapat diperbaharui berarti
sumberdaya alam tersebut secara alamiah bisa memperbanyak dengan
sendirinya atau reproduksi. Reproduksi ini bisa terjadi jika ikan yang
dieksploitasi hanya sebagian, sehingga ikan yang tertinggal mempunyai
kemampuan untuk memperbaharui dirinya dengan berkembang biak. Sifat
tersebut berarti stockatau populasi sumberdaya ikan tidak boleh diambil secara
tidak bertanggung jawab tanpa memperhatikan struktur umur dan rasio
kelamin dari populasi ikan yang tersedia, namun yang terjadi justru
sebaliknya (Sutikno dan Maryunani, 2006).
Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan
berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka
bumi ini. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan
pengelolaan sumberdaya ikan adalah bagaimana sumberdaya ikan
tersebut dikelola agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya ikan itu sendiri
(Fauzi, 2006).
Perairan Kendal dengan dasar perairan pasir berlumpur sangat sesuai
untuk habitat Ikan Demersal. Pada akhir-akhir ini berkembang isu tentang
penurunan kualitas lingkungan dan pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal
berlebihan. Akibat pemanfaatan berlebih terhadap Sumberdaya kawasan antara
lain penurunan produktifitas perikanan, kemudian berkembang isu tentang
12

penangkapan ikan yang cenderung meningkat. Hal ini ditandai dengan


adanya kompetisi penangkapan yang berakibat menurunnya produksi Ikan
Demersal.Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut, pertama
mengetahui dan menganalisis nilaiestimasi stok, (CPUE) Catch per Unit
Effort, Potensi Lestari / (MSY) Maximum Sustainable Yieldikan demersaldi
perairan. Kedua, mengetahui dan menganalisis statuskondisi daerah
penangkapan ikan melaluitingkat pemanfaatan sumber daya ikan demersal pada
perairan (Budiman et al., 2006).
Sumberdaya ikan demersal di perairan dangkal sering menjadi sasaran
eksploitasi karena nilai jual yang relatif tinggi dan juga kemudahan menjangkau
daerah penangkapan. Penangkapan ikan demersal di desa-desa yang masih
bersifat open access (terbuka bagi setiap nelayan), dikhawatirkan dapat
menyebabkan penangkapan berlebih (over fishing). Hal ini jelas akan
mempengaruhi potensi lestari dan hasil upaya tangkapan sumberdaya ikan
demersal yang ada di desa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya
penelitian untuk mendapatkan data dan informasi tersebut. Sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pengelolaan perikanan secara berkelanjutan. Sumberdaya
perikanan merupakan sumberdaya yang sifatnya terbatas dan dapat pulih
(renewable), yang berarti bahwa setiap pengurangan yang disebabkan kematian
maupun penangkapan akan dapat memulihkan sumberdaya tersebut kembali ke
tingkat produktivitas semula. Pemanfaatan sumber daya ikan demersal telah
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi sektor perikanan. Akan tetapi
belum diketahui berapa besar potensi dan tingkat pemanfaatannya
(Fitriana et al., 2016).
Ikan demersal adalah kelompok ikan yang mendiami atau mempunyai
habitat berada antara kolom air hingga dekat dasar perairan. Ikan-ikan ini
umumnya aktif mencari makan pada malam hari, dan juga bersifat pasif dalam
pergerakannya, karena tidak ada mobilitas dalam jarak yang jauh. Kelompok ikan
ini adalah termasuk jenis-jenis ikan karang. Salah satu faktor yang dapat
berpengaruh terhadap penurunan populasi ikan demersal adalah pertambahan
jumlah upaya penangkapan (trip). Akan tetapi, jika terjadi penurunan pada bulan
yang sama, maka produksi tangkapan ikan demersal mungkin dipengaruhi oleh
13

berbagai faktorseperti perubahan lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap


kelimpahan ikan (Noija et al., 2014).
Tingkat pemanfaatan wilayah pengelolaan perikanan di Indonesia secara
umum telah mencapai 79,73% dari JTB. Tetapi di beberapa wilayah perairan telah
mengalami over fishing. Pemanfaatan sumberdaya Ikan Demersal di wilayah Laut
Jawa dan Selat Sunda telah mencapai 111,58%. Perikanan Demersal merupakan
tipe perikanan multi species yang dieksploitasi menggunakan berbagai jenis alat
tangkap (Multi gears). Hasil tangkapan Ikan Demersal terdiri dari berbagai jenis
yang tidak terlalu besar. Dalam rangka pemanfaatan sumberdaya Ikan Demersal
yang berkelanjutan harus mempertimbangkan beberapa sifat sumberdaya seperti
aktivitas rendah ruaya yang tidak jauh serta laju pertumbuhan individu yang tidak
terlalu tinggi. Sifat tersebut merupakan rendahnya daya tahan terhadap tekanan
penangkapan, sehingga bila intensitas penangkapan tersebut ditingkatkan maka
kematian karena penangkapan akan meningkat pula. Di Laut Jawa sejak
dihapuskannya Trawl di era 1980-an telah berkembang pesat alat tangkap
cantrang yang digunakan secara luas untuk menangkap Ikan Demersal di Pantai
Utara Jawa. Di Kendal cantrang mulai ± tahun 1995, kemudian tahun 2000-an di
Pantai Utara Jawa berkembang alat tangkap arad dengan sasaran utama udang dan
Ikan Demersal (Budiman, 2006).
Sumberdaya ikan demersal merupakan salah satu potensi perikanan yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga perlu adanya pengelolaan sumberdaya
ikan demersal yang baik dan tepat dengan memperhatikan aspek ekologi, aspek
ekonomi, dan aspek sosial masyarakat. Seperti halnya dengan memperhatikan
teknik pengoperasian alat tangkap yang digunakan, area penangkapan, serta
besarnya produksi ikan yang nantinya akan mempengaruhi menipisnya stok ikan
yang ada di alam. Pemanfaatan sumberdaya ikan hingga kini diusahakan oleh
nelayan skala kecil dengan menggunakan berbagai macam alat tangkap seperti
arad, payang, gill net, dan bundes. Berbagai macam ikan demersal di perairan
Kabupaten Pekalongan seperti ikan beloso, peperek, kuniran, tiga waja, layur, dan
pari merupakan hasil tangkapan dari nelayan-nelayan tradisional tersebut. Namun,
informasi mengenai seberapa besar potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya
ikan demersal yang ada belum diketahui (Fitriana et al., 2016).
14

Sumberdaya perikanan laut sebagai sumberdaya yang dapat pulih


(renewable); bila dieksploitasi secara optimal nelayan akan memperoleh manfaat
secara berkelanjutan. Hal ini harus dilakukan dengan tetap menjaga
kelestariannya. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 995/Kpts/IK.210/9/
1999 tentang Potensi Sumberdaya Ikan dan Jumlah Tangkapan yang
diperbolehkan, sumberdaya ikan di wilayah perikanan Indonesia dikelompokkan
menjadi 6 kelompok sumberdaya ikan. Menurut kajian potensi dan penyebaran
sumberdaya ikan di perairan Indonesia tahun 1991, luas daerah penangkapan ikan
di Jawa Tengah adalah seluas 72.000 km2. Dari luasan ini, potensi lestari Ikan
Demersal di Pantai Utara Jawa Tengah diduga sekitar 47.000 ton per tahun, tetapi
baru dimanfaatkan sebesar 42%. Selain dari potensi tersebut, perkiraan hasil
tangkap per upaya dapat diketahui dari indek kelimpahan stock yang
perhitungannya diperoleh dari hasil tangkapan dibagi dengan jumlah upaya
(effort) tahunan. Indek ini dapat dikonversikan kedalam suatu ukuran absolut
biomassa dengan menggunakan metoda daerah sapuan (Budiman, 2006).

Status Kelestarian Ikan


Nilai dari CPUE menggambarkan tingkat produktivitas dari upaya
penangkapan (effort). Nilai CPUE semakin tinggi menunjukkan bahwa tingkat
produktivitas alat tangkap yang digunakan semakin tinggi pula. Jika dibandingkan
dengan upaya tangkap, maka peningkatan upaya tangkap justru menurunkan hasil
tangkapan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selalu penambahan alat tangkap
akan menaikkan produksi. semakin meningkatnya upaya penangkapan maka hasil
tangkapan per unit upaya akan semakin kecil. Tren CPUE yang naik merupakan
gambaran bahwa tingkat eksploitasi sumberdaya ikan dapat dikatakan masih pada
tahapan berkembang. Trend CPUE yang mendatar merupakan gambaran bahwa
tingkat eksploitasi sumberdaya ikan sudah mendekati kejenuhan upaya, sedangkan
trend CPUE yang menurun merupakan indikasi bahwa tingkat eksploitasi
sumberdaya ikan apabila terus dibiarkan akan mengarah kepada suatu keadaan
yang disebut ‘over-fishing’ atau bahkan ‘overfished’. Dengan berfluktuasinya nilai
CPUE yang diperoleh, perlu di ketahui hubungan antara nilai CPUE dengan
effort. Dari hasil perhitungan regresi, korelasi antara CPUE dengan effort
menunjukkan hubungan yang negatif, yaitu semakin tinggi effort semakin rendah
15

nilai CPUE. Korelasi negatif antara CPUE dengan effort mengindikasikan bahwa
produktivitas alat tangkap ikan demersal dengan cantrang akan menurun apabila
effort mengalami peningkatan (Cahyani et al., 2013).
Salah satu aspek penting dalam menetukan kebijakan/institusi pengelolaan
adalah mengetahui kondisi sumberdaya ikan apakah sudah terdegradasi atau
belum. Terkait dengan hal tersebut, informasi mengenai laju degradasi
sumberdaya alam dapat dijadikan titik referensi (reference point) maupun early
warning signal untuk mengetahui apakah ekstraksi sumberdaya alam sudah
melampaui kemampuan daya dukungnya atau belum. Degradasi diartikan sebagai
penurunan kualitas/kuantitas sumberdaya alam dapat diperbaharukan, misalnya
sumberdaya ikan laut. Agar upaya penangkapan optimum dilakukan
pengalokasian jumlah unit penangkapan. Degradasi sumberdaya penting untuk
diperhitungkan, sebab kebijakan pengelolaan yang mengabaikan degradasi
sumberdaya alam akan menghasilkan kebijakan yang misleading. Dengan adanya
informasi status sumberdaya diharapkan tidak terjadi mismanagement, terdapat
mismanagement perikanan sekitar pantai di daerah tropik (tropical nearshore
fishery) dalam mengimplementasikan program yang mengaplikasikan pendekatan
dan model Barat (Yulianto et al., 2016).
Dengan diketahuinya nilai MSY maka tingkat pemanfaatan suatu
sumberdaya ikan diharapkan tidak melebihi nilai MSY-nya agar kelestarian
sumberdaya dapat tetap terjaga. . Agar upaya penangkapan dapat optimum maka
perlu dilakukan pengalokasian jumlah unit penangkapan menurut daerah
penangkapan ikan Dengan kata lain jumlah hasil tangkapan yang optimal perlu
diketahui agar setiap usaha penangkapan tidak merugikan kelangsungan
sumberdaya tersebut. Manfaat dilakukannya pendugaan tingkat upaya
penangkapan yang optimum adalah agar kerugian waktu, tenaga dan biaya operasi
penangkapan dapat diperkecil dan usaha penangkapan yang dilakukan diharapkan
akan selalu mencapai hasil yang optimal. Agar upaya penangkapan dapat
optimum maka perlu dilakukan pengalokasian jumlah unit penangkapan menurut
daerah penangkapan ikan dan musim penangkapan. Pemanfaatan sumberdaya
perikanan di atas 80% tidak mendukung keberlanjutan sumberdaya tersebut
(Cahyani et al., 2013).
16

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu 03 September 2021, Pukul 10.00
WIB sampai dengan selesai di TPI/PPS Belawan Kota Medan.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu kamera untuk
mendokumentasikan ikan yang diidentifikasi dan Milimeter blok untuk
meletakkan ikan dan untuk mengukur panjang ikan.
Bahan yang digunakan adalah beberapa jenis ikan demersal yang di
jumpai di TPI belawan sebagai bahan utama dalam praktikum ini.

Prosedur Praktikum
1. Di Persiapkan Alat dan Bahan.
2. Di datangi TPI( Tempat Pelelangan Ikan) Belawan.
3. Di Lihat Jenis Ikan Demersalnya.
4. Di identifikasi Jenis Ikan demersal dengan melihat bentuknya
5. Di ukur panjang setiap ikan dengan millimeter blok
6. Di Foto saat mengidentifikasinya sebagai dokumentasi.
17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Adapun hasil hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. 10 Jenis Ikan yang ditemukan di TPI Pelabuhan Belawan
No Jenis Ikan Klasifikasi Ciri-Ciri
1. Kerajaan: Animalia Badan sangat panjang, gepeng,
Filum: Chordata ekornya panjang bagai cemeti.
Ordo: Perciformes Kulitnya tidak bersisik,
Famili: Trichiuridae warnanya putih seperti perak,
Ikan Layur
Genus: Trichiurus sedikit kekuningan. Sirip perut
(Trichiurus lepturus)
Spesies: T. lepturus tidak ada, sedangkan sirip
Panjang : 40 cm
duburnya terdiri dari sebaris
duri-duri kecil.
2. Kerajaan: Animalia Bentuk tubuh agak bulat, bentuk
Kelas: Actinopterygii tubuhnya pipih, ukuran sisik
Ordo: Perciformes kecil, kepalanya hampir bulat,
Subordo: Percoidei lubang hidung tampak besar,
Ikan Bawal Superfamili: sirip dada berada di bawah tutup
(Bramidae) Percoidea insang, antara sirip perut dan
Panjang : 17 cm Famili: Bramidae sirip dubur terpisah, serta
punggung berwarna abu- abu
tua, perut putih abu-abu dan
merah.
3. Kerajaan: Animalia Bentuk badan pipih (lateral),
Filu: Chordata mulut lebar posisi terminal dan
Kelas: Pisces kedua mata berada pada satu sisi
Ordo: Pleuronectiform tubuh bagian atas. Ikan ini
Ikan Sebelah
Genus: Pleuronectidae berenang di atas dasar, kadang
(Pleuronectiformes)
Spesies: menyembunyikan diri di dasar
Panjang : 27,5 cm
Pseudorhombus arsius pasir atau pasir berlumpur,
termasuk ikan predator, jenis
18

makanan ikan kecil dan Benthos


4. Kerajaan: Animalia Bentuk badan yang memanjang
Filum: Chordata dan dapat mencapai ukuran 200
Kelas: Actinopterygii sentimeter. Umumnya, rentang
Ordo: Perciformes tubuhnya sekitar 25 hingga 100
Ikan Merah Famili: Lutjanidae sentimeter dengan bentuk tubuh
(Lutjanus Genus: Lutjanus gepeng. Batang sirip ekor dan
campechanus) Spesies: L.bitaeniatus mulutnya lebar yang sedikit
Panjang : 23 cm serong dengan gigi-gigi halus.
5. Kerajaan: Animalia Bentuk tubuh gepeng melebar
Filum: Chordata (depressed) dimana sepasang
Sub filum: Vertebrata sirip dada (pectoral, fins)-nya
Kelas: Pisces melebar dan menyatu dengan
Ikan Pari (Batoidea) Sub kelas: sisi kiri-kanan kepalanya,
Panjang : 25 cm Elasmobranchii sehingga tampak atas atau
Ordo: Batoidei tampak bawahnya terlihat
Famili: Trygonidei bundar atau oval. Ikan pari
Genus: Dasyatis umumnya mempunyai ekor yang
Spesies : Dasyatis sp. sangat berkembang
(memanjang) menyerupai
cemeti.
6. Kerajaan:Animalia Bentuk tubuh pipih dan ramping.
Filum: Chordata Ukuran mata besar. Moncong
Kelas: Actinopterygii panjang dan ujungnya runcing.
Ikan Cucut Ordo: Perciformes Warna tubuh bagian atas abu-
(Rhizoprionodon Famili: Lutjanidae abu, sementara tubuh bagian
acutus) bawah berwarna putih. Tekstur
Panjang : 68 cm kulit ikan cucut mirip kulit
hewan ternak di daratan. Ukuran
tubuh bervariasi tergantung
spesiesnya, namun cucut
termasuk ikan besar dengan
19

panjang kurang lebih 1 meter. Di


sudut mulutnyaterdapat garis
atau guratan panjang, jika dilihat
dari dekat terlihat adanya pori
yang membesar tepat di atas
garis tersebut, jumlahnya 7
hingga 15 pori
7. Kerajaan: Animalia bentuk tubuh bulat pipih dan
Filum: Chordata memanjang. Terdapat sirip di
Kelas: Actinopterygii perutnya dengan bagian
Ikan Kakap Ordo: Perciformes punggung anal.
(Lutjanidae) Famili: Serranidae Tubuh Ikan Kakap juga gepeng
Panjang : 37 cm Subfamili: atau lonjong, kepala cembung
Epinephelus atau sedikit cekung. Jenis ikan
iniumumnya bermulut lebar dan
agak menjorok ke muka, gigi
konikel pada taring taringnya
tersusun dalam satu atau dua
baris dengan serangkaian gigi
canin-nya yang berada pada
bagian depan.
8. Kerajaan: Animalia Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar
Filum: Arthropoda tubuh lebih kecil dari pada
Subfilum: Crustacea panjang dan tinggi tubuh.
Ikan Kerapu Kelas: Malacostraca Rahang atas dan bawah
(Epinephelus) Ordo: Decapoda dilengkapi dengan gigi yang
Panjang : 27 cm Infraordo: Brachyura lancip dan kuat. Mulut lebar,
Superfamili: serong ke atas dengan bibir
Portunoidea bawah yang sedikit menonjol
Famili: Portunidae melebihi bibir atas. Sirip ekor
berbentuk bundar, sirip
punggung tunggal dan
20

memanjang dimana bagian yang


berjari-jari keras kurang lebih
sama dengan jari-jari lunak.
Posisi sirip perut berada di
bawah sirip dada. Badan ditutupi
sirip kecil yang bersisik stenoid.
9. Kerajaan: Animalia Bentuk karapas berbentuk bulat
Filum: Arthropoda pipih, sebelah kiri-kanan mata
Subfilum: Crustacea terdapat duri sembilan buah, dі

Kepiting Rajungan Kelas: Malacostraca mаnа duri уаng terakhir

(Portunidae) Ordo: Decapoda berukuran lebih panjang.

Panjang : 16 cm Subordo: Rajungan mempunyai 5 pasang


Dendrobranchiata kaki, уаng terdiri аtаѕ 1 pasang
Famili: Penaeidae kaki (capit) berfungsi ѕеbаgаі
Genus: Penaeus pemegang dan memasukkan
Spesies: P. monodon makanan kedalam mulutnya, 3
pasang kaki ѕеbаgаі kaki jalan
dan sepasang kaki terakhir
mengalami modifikasi menjadi
alat renang уаng ujungnya
menjadi pipih
10. Kerajaan: Animalia Rostum udang windu
Filum: Arthropoda mempunyai rumus 7/3 yang
Subfilum: Crustacea artinya gigi pada bagian atas
Udang Windu Kelas: Malacostraca cucuk kepala ada 7 buah dan
(Penaeus monodon) Ordo: Decapoda dibagian bawah ada 3 buah.
Panjang : 12 cm Subordo: Badannya berloreng-loreng
Dendrobranchiata besar melintang berwarna hijau
Famili: Penaeidae kebiru-biruan, jika dialam liar
Genus: Penaeus udang windu memiliki warna
Spesies: P. monodon agak kehitaman dengan kulit
relatif keras dan tebal.
21

Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa sumberdaya perairan
termasuk kedalam sumberdaya yang dapat diperbaharui jika eksploitasi yang
dilakukan tidak secara keseluruhan atau berlebihan. Sumberdaya perairan dapat
memperbaiki sendiri kondisinya dan dapat melakukan reproduksi sendiri agar
siklusnya tidak terputus. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sutikno dan
Maryunani (2006) yang menyatakan bahwa, Sifat dapat diperbaharui berarti
sumberdaya alam tersebut secara alamiah bisa memperbanyak dengan
sendirinya atau reproduksi. Reproduksi ini bisa terjadi jika ikan yang
dieksploitasi hanya sebagian, sehingga ikan yang tertinggal mempunyai
kemampuan untuk memperbaharui dirinya dengan berkembang biak.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui sumberdaya perairan atau jenis-
jenis ikan damersal yang ditemui di TPI Pelabuhan Belawan antara lain ikan
layur, ikan pari, ikan kakap, ikan bawal, ikan kerapu, ikan cucut, kepiting
rajungan, udang windu, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Fitriana et al., (2016) yang menyatakan bahwa, Berbagai macam ikan demersal di
perairan seperti ikan beloso, peperek, kuniran, tiga waja, layur, dan pari
merupakan hasil tangkapan dari nelayan-nelayan tradisional tersebut. Namun,
informasi mengenai seberapa besar potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya
ikan demersal yang ada belum diketahui.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa jenis ikan damersal menjadi
salah satu jenis ikan yang saat ini menjadi salah satu sasaran tangkap dan sasaran
eksploitasi oleh para nelayan. Ini disebabkan daerah penangkapannya yang mudah
dijangkau dan nilai jualnya yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dari Fitriana et al., (2016) yang menyatakan bahwa, Penangkapan ikan demersal
di desa-desa yang masih bersifat open access (terbuka bagi setiap nelayan),
dikhawatirkan dapat menyebabkan penangkapan berlebih (over fishing). Hal ini
jelas akan mempengaruhi potensi lestari dan hasil upaya tangkapan sumberdaya
ikan demersal yang ada di desa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
adanya penelitian untuk mendapatkan data dan informasi tersebut. Sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pengelolaan perikanan secara berkelanjutan.
22

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa alat tangkap yang digunakan


untuk menangkap jenis ikan damersal sangatlah beragam mulai dari ukuran
hingga teknik pengoperairan alat tangkapnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dari Fitriana et al., (2016) yang menyatakan bahwa, Sumberdaya ikan demersal
merupakan salah satu potensi perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi,
sehingga perlu adanya pengelolaan sumberdaya ikan demersal yang baik dan tepat
dengan memperhatikan aspek ekologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial
masyarakat. Seperti halnya dengan memperhatikan teknik pengoperasian alat
tangkap yang digunakan, area penangkapan, serta besarnya produksi ikan yang
nantinya akan mempengaruhi menipisnya stok ikan yang ada di alam.
Pemanfaatan sumberdaya ikan hingga kini diusahakan oleh nelayan skala kecil
dengan menggunakan berbagai macam alat tangkap seperti arad, payang, gill net,
dan bundes.
Berdasarkan hasil praktikum diketahu bahwa semakin tinggi nilai CPUE
menunjukkan bahwa tingkat produktivitas alat tangkap yang digunakan semakin
tinggi pula. Bila dibandingkan dengan upaya tangkap, maka peningkatan upaya
tangkap justru menurunkan hasil tangkapan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Cahyani et al., (2013) yang menyatakan bahwa, semakin meningkatnya upaya
penangkapan maka hasil tangkapan per unit upaya akan semakin kecil. Tren
CPUE yang naik merupakan gambaran bahwa tingkat eksploitasi sumberdaya ikan
dapat dikatakan masih pada tahapan berkembang. Trend CPUE yang mendatar
merupakan gambaran bahwa tingkat eksploitasi sumberdaya ikan sudah
mendekati kejenuhan upaya, sedangkan trend CPUE yang menurun merupakan
indikasi bahwa tingkat eksploitasi sumberdaya ikan apabila terus dibiarkan akan
mengarah kepada suatu keadaan yang disebut ‘over-fishing’ atau bahkan
‘overfished’.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa penangkapan yang
dilakukan untuk distribusi ikan demersal sudah mencapai titik maksimum setiap
tahunnya, seperti halnya di TPI Belawan, distribusi ikan demersal juga sudah
termasuk dalam titik maksimumnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Fitriana et al (2016) yang menyatakan bahwa potensi Lestari Ikan Demersal di
23

Indonesia diduga sebesar 1.370,10 juta ton/Tahun. Dari potensi tersebut, sebesar
27% berada di Laut Jawa, yaitu 375,20 juta ton / Tahun.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa pengelolaan ikan demersal
diberbagai perairan di sekitar perairan belawan terglong dalam status cukup
dimana kondisi ikan demersal d perairan belawan masih terglong dalam kuantitas
yang baik dan untuk segi harga cukup tergolong tinggi, dimana setiap kg beratnya
bernilai 40.000 bahkan bisa lebih. Hal ini sesuai dengan Fitriana et al (2016) yang
menyatakan bahwa sumberdaya ikan demersal merupakan salah satu potensi
perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga perlu adanya pengelolaan
sumberdaya ikan demersal yang baik dan tepat dengan memperhatikan aspek
ekologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial masyarakat. Seperti halnya dengan
memperhatikan teknik pengoperasian alat tangkap yang digunakan, area
penangkapan, serta besarnya produksi ikan yang nantinya akan mempengaruhi
menipisnya stok ikan yang ada di alam. Pemanfaatan sumberdaya ikan hingga kini
diusahakan oleh nelayan skala kecil dengan menggunakan berbagai macam alat
tangkap seperti arad, payang, gill net, dan bundes.
Berdasarkan hasil praktikum kelapangan diketahui bahwa penangkapan
ikan damersal hampir mengalami overfishing. Hal ini terbukti ketika
mewawancarai salah satu anggota TPI belawan yang mengaku bahwa
penggunakan alat tangkap yang salah dan berlebihan membuat penangkapan ikan
yang berlebihan dan berdampak pada kerusakan habitat asli ikan damersal, hal ini
didukung oleh jurnal Budiman et al (2006) yang menyatakan bahwa pada akhir-
akhir ini berkembang isu tentang penurunan kualitas lingkungan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan demersal berlebihan. Akibat pemanfaatan
berlebih terhadap Sumberdaya kawasan antara lain penurunan produktifitas
perikanan, kemudian berkembang isu tentang penangkapan ikan yang cenderung
meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya kompetisi penangkapan yang
berakibat menurunnya produksi ikan demersal. Maka dari itu dilaksanakan
penelitian dengan tujuan mengetahui dan menganalisis nilai estimasi stok,
(CPUE), (MSY) demersal di perairan. Menganalisis statuskondisi daerah
penangkapan ikan lewat pemanfaatan sumber daya ikan demersal pada perairan.
24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengamatan dari praktikum ke TPI Belawan, tedapat 10 jenis ikan
damersal yang berhasil diamati, diantaranya adalah Kepiting Rajungan
(Portunidae sp), Ikan Layur (Trichiurus lepturus), Ikan Bawal (Bramidae sp),
Udang Windu (Penaeus monodon), Ikan Kerapu (Epinephelus sp), Ikan Cucut
(Rhizoprionodon acutus) Ikan Pari (Batoidea sp), Ikan Merah (Lutjanus
campechanus), Ikan Sebelah (Pleuronectiformes sp)
2. Hasil pengamatan dari praktikum ke TPI Belawan, didapat bahwa distribusi
ikan demersal mengalami distribusi yang disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa faktornya adalah tipe substrat dasar perairan, ketersediaan
makrozoobentos pada substrat, selain itu faktor salinitas dan suhu perairan
sangat berpengaruh terhadap distribusi sumberdaya ikan demersal.
3. Hasil pengamatan dari praktikum ke TPI Belawan, didapat bahwa ikan
damersal memiliki potensi dengan nilai ekonomis tinggi, dan pemanfaatannya
juga sangat diperlukan untuk konsumsi masyarakat sehari-hari.
4. Hasil pengamatan dari praktikum ke TPI Belawan, didapat bahwa status
kelestarian ikan damersal hampir mengalami overvishing, hal ini terjadi
ketika penggunakan alat tangkap yang salah dan berlebihan membuat
penangkapan ikan yang berlebihan dan berdampak pada kerusakan habitat
asli ikan damersal.

Saran
Saran dari laporan ini adalah agar praktikum lebih memahami tentang
materi yang dibawakan agar dapat memaknai dalam pembuatan laporan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin. K. Z., Sri. R., Amabariyant. 2018. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Layur
(Trichiurus Lepturus) di Perairan Pantai Bandengan Kabupaten Jepara dan
di Perairan Tawang Weleri Kabupaten Kendal. Journal Of Marine
Research. 3(2): 95-103.

Agustina,S., Boer, M. & Fahrudin, A. (2015). Dinamika populasi sumber daya


ikan layur (Lepturacanthus savala) di Perairan Selat Sunda. Marine
Fisheris. 6(1), 77-85.

Akbar. H., Sri. P. M. Matsir. 2018. Hubungan Tipe Dasar Perairan dengan
Distribusi Ikan Demersal di Perairan Pangkajene Sulawesi Selatan. Jurnal
Teknologi Perikanan dan Kelautan. 4(1): 31-39.

Badrudi., Aisyah., dan Tri. E. 2018. Kelimpahan Stok Sumber Daya Ikan
Demersal di Perairan. J. Lit. Perikan. Ind. 17(1).

Barata. A dan Budi. I. 2019. Beberapa Jenis Ikan Bawal (Angel Fish, Bramidae)
Yang Tertangkap dengan Rawai Tuna (Tuna Long Line) di Samudera
Hindia dan Aspek Penangkapannya. Bawal. 2(5). : 231-235.

Budiman, B., Syafrialdi, S., & Hertati, R. (2021). Keanekaragaman Jenis Ikan di
Perairan Sungai Batang Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Jurnal SEMAH
Pengelolaan Sumber Daya Air , 5 (1).

Fakhrurrizal. R., Sahala. H. Agus H. 2014. Analisa Sebaran Spasial Ikan Cucut
(Ordo Rajiformes) Berdasarkan Variasi Kedalaman di Perairan Laut Jawa.
Diponegoro Journal Of Maquares. 3(1): 71-80.
Hendrik, H. 2010. Potensi Sumberdaya Perikanan Dan Tingkat Eksploitasi
(Kajian terhadap Danau Pulau Besar dan Danau Bawah Zamrud
Kabupaten Siak Provinsi Riau). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 15(02),
121-131.

Lubis. E. K., Yesika. S. T. Susiana. 2019. Inventarisasi Ikan Demersal Dan Ikan
Pelagis Yang Didaratkan Di PPI Kijang Kecamatan Bintan Timur
Kabupaten Bintan. Jurnal Akuatik Lestari. 4(2) : 47-57.

Mariskha. P. R. dan Nurlita. A. 2012. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan


(Epinephelus Sexfasciatus) di Perairan Glondonggede Tuban. Jurnal Sains
Dan Seni ITS. 1(1).

Nelwan, F. A., Sudirman, Mukti, Z., dan Kurnia, M. 2015. Produktivitas


Penangkapan Ikan Pelagis Besar Menggunakan Pancing Ulur yang
Berpangkalan di Kabupaten Majene. Jurnal Marine Fisheries. 6(2): 129-
142.

Nurbaitirrahmi dan Syuhriatin. Identifikasi Ikan di Danau Satonda, Kabupaten


Dompu. Lombok Journal Of Science (LJS). 2(1): 12 -. 15
Nurhayati dan Eko P. 2018. Aspek Biologi Ikan Lidah (Achiroides
Leuchorhinchos) Dan Sebaran di Sungai Musi, Sumatera Selatan. J. Lit.
Perikan. Ind. 4(3) : 273-277.

Priatna, A., dan Natsir, M. 2017. Distribusi Kepadatan Ikan Pelagis di Perairan
Pantai Utara Jawa Bagian Timur, Pulau-Pulau Sunda, dan Laut
Flores. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 13(3): 223-232.
Pujiyati. S., HAMUNA. B., Dimara, L., Nyman, N. N. 2020. Departemen Ilmu
Dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Ridho, M. R., Kaswadji, R. F., Jaya, I., & Nurhakim, S. (2004). Distribusi
sumberdaya ikan demersal di perairan laut cina selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia, 11(2), 123-128.
Sandria, F., Fitri, A. D. P., & Wijayanto, D. (2014). Analisis potensi dan Tingkat
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Kabupaten
Kendal (Doctoral dissertation, Diponegoro University)
Sondita, I. M. F. A. 2019. Pengertian Manajemen dan Alasan Mengapa Sumber
Daya Perikanan Perlu Dikelola.
Wedjatmiko, 2018. Komposisi Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Selat
Malaka. Jurnal Perikanan. J. Fish. Sci. XII (2): 101-106.
LAMPIRAN
Alat

Gambar 1. Kamera HP Gambar 2. Milimeter blok

Bahan

Gambar 3. Di ambil ikan bawal Gambar 4. Diambil ikan


kemudian di ukur dengan mili meter blok sebelah di ukur panjangnya

Gambar 5.Di ambil Kakap Merah Gambar 7. Diambil ikan kerapu


Diukur panjang badannya Diukur panjang badannya
Ganbar 7.Diambil Kepiting rajungan Gambar 8. Diambil Ikan kakap
Diukur panjang tubuhnya Diangkat untuk melihat
panjangnya

Gambar 9. Di ambil Ikan Pari Gambar 10. Diambil Ikan LIdah


Di angkat untuk melihat besar badannta Dihitung panjang tubuhnya

Gambar 11. Diambil Ikan Cucut Gambar 12. Diambil Ikan layur
Di angkat untuk melihat panjang di ukur panjang tubuhnya
Tubuhnya
Gambar 13. Diambil Udang windu di identifikasi warna bentuk dan panjang
tubuhnya.

Anda mungkin juga menyukai