Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL IDENTIFIKASI

SUMBER DAYA PERIKANAN

PENGANTAR ILMU PERIKANAN

Disusun Oleh
Fernanda Wahyu Setiawan (L1B023035)

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya

terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Hasil Identifikasi Sumber Daya Perikanan pada mata kuliah “Pengantar Ilmu

Perikanan”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita

Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah

untuk keselamatan umat di dunia.

Laporan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Perikanan

di Program Studi Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Universitas

Jenderal Soedirman. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Petrus Hary Tjahya Soedibya.,MS selaku dosen

pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu Perikanan dan kepada segenap Pihak yang

telah membatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah tersebut.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan

dalam penulisan laporan ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini

Purwokerto, 17 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK

Bahaya pengelolaan sumber daya perikanan yang salah adalah sebuah permasalahan
global yang memiliki dampak serius pada ekosistem laut, masyarakat pesisir, dan
ekonomi. Praktik-praktik seperti penangkapan berlebihan, penangkapan ikan yang
belum mencapai ukuran matang, penggunaan alat tangkap yang merusak, dan
penangkapan ilegal merusak keseimbangan alam dan mengancam kelangsungan hidup
sumber daya perikanan. Dampak dari pengelolaan yang salah termasuk penurunan
populasi ikan, kerusakan habitat laut, kehilangan mata pencaharian nelayan, konflik
sosial, dan kerugian ekonomi.
Untuk mengatasi bahaya ini, langkah-langkah penting termasuk penegakan peraturan
yang ketat, pengawasan yang kuat, dan edukasi masyarakat tentang pentingnya
pengelolaan yang berkelanjutan. Upaya internasional juga diperlukan untuk mengatasi
masalah perikanan yang melibatkan wilayah perairan lintas negara. Kesadaran akan
bahaya pengelolaan sumber daya perikanan yang salah adalah langkah pertama dalam
menjaga sumber daya perikanan yang berharga dan ekosistem laut yang penting bagi
keseimbangan alam dunia.
Konfigurasi kebijakan perikanan sebelum era otonomi daerah menunjukkan hegemoni
negara yang yang menganut doktrin milik bersama, sentralistik, dan anti pluralisme
hukum. Sejak era otonomi daerah pemerintah provinsi dan kabupaten/kota memiliki
kewenangan yang lebih bersar dalam pengelolaan potensi daerahnya, termasuk sumber
daya perikanan. Seiring dengan pergeseran kewenangan pengelolaan sumber daya
perikanan tersebut, daerah diharapkan dapat berperan dalam mengoptimalkan
pemanfaatan potensi perikanan. Namun disisi lain, pengelolaan sumber daya perikanan
sulit untuk diwujudkan tanpa adanya kebijakan yang harmonis antara pemerintah pusat
dan daerah. Berdasarkan pembahasan, kewenangan pemerintah daerah dalam
pengelolaan sumber daya perikanan pada era otonomi daerah meliputi kewenangan di
bidang perikanan tangkap, kewenangan di bidang perikanan budidaya, kewenangan di
bidang pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan, serta kewenangan di bidang
pengolahan dan pemasaran perikanan.

Kata kunci : kebijakan perikanan , pemerintah, sumber daya perikanan.


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau dan

luas perairan laut 5,8 juta km2 (terdiri dari luas laut territorial 0,3 juta km2 luas perairan

kepulauan 2,95 juta km2, dan luas ZEE Indonesia 2,55 juta km2. Secara geo-politik

Indonesia memiliki peran yang sangat strategis karena berada di antara Benua Asia dan

Australia, serta di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Posisi tersebut

menempatkan Indonesia sebagai poros maritim dunia dalam konteks perdagangan

global yang menghubungkan kawasan Asia-Pasifik dengan Australia (Sinaga, 2018).

Potensi sumber daya perikanan yang besar di Indonesia,tentunya membutuhkan

perhatian khusus dalam proses pengelolaan. Gjertsen (2005) menyebutkan bahwa

aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh manusia tanpa memperhatikan kaidah-

kaidah kelestarian dan berkelanjutan, akan banyak menimbulkan masalah kedepannya.

FAO (2022) juga menjelaskan dengan adanya pengelolaan sumberdaya perikanan dapat

mendorong proses penjagaan dan konservasi sumber daya perikanan dan ekosistem,

serta menyediakan sarana pemanfaatan secara berkelanjutan dengan menggunakan

pendekatan saintifik, kebijakan pemerintahan, kerjasama regional dan internasional,

aturan kesepakatan, dan pengawasan penegakan hukum. Indonesia telah menerapkan

pengelolaan sumber daya perikanan melalui penerapan kebijakan otoritas daerah dan

nasional, serta pengawasan zona ekonomi eksklusif.

Pengelolaan sumber daya perikanan Indonesia telah mengembangkan sistem,

dengan dibentuknya kementerian yang khusus mengelola sektor perikanan pada tahun

1999. Adanya sistem kementerian perikanan di Indonesia diharapkan dapat digunakan


sebagai usaha dalam pengawasan dan evaluasi terhadap pemanfaatan sumber daya

perikanan di wilayah Indonesia. Namun, faktanya permasalahan di sektor perikanan

belum mampu terselesaikan dengan baik. Tajerin dalam penelitiannya menjelaskan

pembentukan Departemen Kelautan dan Perikanan relatif belum mampu meningkatkan

peran sektor perikanan dalam pembentukan output perekonomian Indonesia (Tajerin,

2017).

Banyak faktor yang menyebabkan pengelolaan sumber daya perikanan menuju

ambang kegagalan, yaitu (1) kesalahpahaman bahwa sumber daya ikan dapat pulih

(renewable resource), sehingga dieksploitasi besar-besaran, (2) memaksimalkan hasil

produksi tangkapan ikan untuk mengejar keuntungan sebesar besarnya, dan (3)

kesalahan pemahaman bahwa usaha perikanan tangkap sebagai sesuatu yang terpisah

(bukan satu kesatuan) antara nelayan, ikan dan ekosistemnya. Terjadi banyak

permasalahan “tragedy of the open access” dalam pengelolaan sumber daya perikanan

di beberapa tempat, akibat pemahaman bolehnya eksploitasi besar-besaran tanpa batas

bagi siapa saja terhadap sumber daya perikanan (Pezzey & Urdal, 2000).

Penegakan hukum dalam bidang perikanan dirasakan sangat diperlukan dalam

mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dilapangan, hal sangat perlu dalam

penegakan hukum nasional Indonesia untuk wilayah laut terutama perikanannya.

Pemerintah Indonesia telah pula mengeluarkan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009

tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan yang

menjadi payung hukum dalam pengaturan perikanan di Indonesia. Undang-undang

perikanan yang ada, akan menjadi acuan dan panduan dalam melakukan tindakan

penegakan hukum baik oleh aparat hukum maupun oleh aparat berwenang lainnya.

Serta dengan adanya undang-undang perikanan ini maka akan dapat ditentukan tindakan
hukum yang bagaimana yang dapat dikenakan bagi para pelaku pencurian ikan di

wilayah laut Indonesia. Berdasarkan Peraturan perundang-undangan tersebutlah, Pasal

71 menjelaskan bahwa pengadilan perikanan yang berwenang memeriksa, mengadili,

dan memutus tindak pidana di bidang perikanan. Pengadilan perikanan sebagaimana

dimaksud pada berada di lingkungan peradilan umum (Lestari, 2017).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa bahaya yang timbul jika pengelolaan sumberdaya perikanan tidak sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku di wilayah kepulauan Republik
Indonesia ?
2. Apa contoh yang salah dalam pengelolaan sumber daya perikanan ?
3. Apa akibat yang ditimbulkan dari pengelolaan sumber daya perikanan yang salah ?

1.3 Tujuan

1. Menentukan apa bahaya yang terjadi jika Pengelolaan Sumber Daya Perikanan tidak

sesuai dengan Peraturan Perundang – Undangan.

2. Menemukan contoh yang salah dalam Pengelolaan Sumber Daya Perikanan.

3. Membahas akibat dari Pengelolaan Sumber Daya Perikanan yang salah.


BAB II
METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan kajian literatur. Kajian

literatur atau penelitian kepustakaan (literature review atau literature research)

merupakan penelitian yang menelaah, meninjau atau mengkaji secara kritis suatu

pengetahuan, gagasan, ide atau temuan yang terdapat dalam suatu literatur dengan

berorientasi akademik (academic-oriented literature), serta merumuskan dan

mengkonstruk kontribusi teoritis dan metodologis untuk suatu topik tertentu. 5 Fokus

dari kajian literatur adalah menemukan berbagai gagasan, prinsip, dalil, teori, atau

hukum yang digunakan untuk menelaah dan menganalisis sebagai upaya dalam

menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

Pengelolaan sumber daya perikanan adalah rangkaian tindakan yang

terorganisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terutama untuk

memanfaatkan dan memelihara sumber daya perikanan secara berkelanjutan.

Pengelolaan perikanan menyangkut berbagai tugas yang kompleks yang bertujuan untuk

menjamin keberlanjutan produksi sumber daya, terciptanya tujuan perikanan lainnya,

dan menjamin adanya hasil dari sumber daya alam yang optimal bagi masyarakat,

daerah dan negara, yang diperoleh dari memanfaatkan sumber daya ikan secara

berkelanjutan (Effendi, 2016). Salah satu contoh pengelolaan perikanan adalah

pengelolaan wilayah pantai. Pelaksanaan pengelolaan perikanan pantai dalam rangka

pembangunan perikanan bertujuan untuk: (1). Mempertahankan kelestarian sumber

daya ikan dan kelanjutan kegiatan produksi ikan melalui pemanfaatan sumber daya

pantai sebagai mata pencaharian masyarakat pantai yang bersangkutan. (2).

Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi nelayan. (3). Menjamin upaya

pemenuhan kebutuhan masyarakat industri terhadap sumber makanan dari perikanan

pantai. Dalam praktik pelaksanaan pengelolaan, pihak pengelola harus dapat

menentukan pilihan terbaik mengenai tingkat perkembangan perikanan yang diizinkan,

tingkat pemanfaatan yang diizinkan, ukuran ikan yang boleh ditangkap, lokasi

penangkapan yang dapat dimanfaatkan, dan bagaimana mengatur alokasi keuangan

untuk menyusun aturan atau regulasi pengelolaan, penegakan hukum (law

enforcement), pengembangan produksi (production enhancement) dan sebagainya

(Effendi, 2016).
3.2 Peraturan Perundang - Undangan mengenai Sumber Daya Perikanan

Peraturan yang mengatur mengenai Pengelolaan Sumber Daya Perikanan adalah

UU no. 31tahun 2004 dan UU no. 45 tahun 2009. Secara singkat isi dari peraturan

tersebut yaitu sebagai berikut :

1 . Kuota Penangkapan: Salah satu alat pengelolaan utama dalam perikanan adalah

kuota penangkapan. Kuota ini mengatur jumlah ikan yang boleh ditangkap dalam

periode waktu tertentu. Kuota ini biasanya didasarkan pada penelitian ilmiah tentang

kesehatan populasi ikan dan tingkat penangkapan yang berkelanjutan.

2. Batasan Ukuran: Beberapa peraturan mengatur ukuran minimum ikan yang boleh

ditangkap. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa ikan yang belum mencapai ukuran

matang seksual diberi kesempatan untuk berkembang biak sebelum ditangkap.

3. Musim Penangkapan: Musim penangkapan adalah periode waktu tertentu ketika

penangkapan ikan diperbolehkan. Ini juga bertujuan untuk melindungi ikan selama

musim berkembang biak atau saat mereka berada dalam masa reproduksi.

4. Pembatasan Alat Tangkap: Beberapa peraturan mengatur penggunaan alat tangkap

tertentu untuk mencegah penangkapan berlebihan atau merusak habitat laut. Hal ini

termasuk penggunaan jaring yang ramah lingkungan dan pencegahan dari metode

penangkapan yang merusak seperti trawl yang merusak dasar laut.

5. Perlindungan Spesies Terancam Punah: Peraturan juga bisa mencakup perlindungan

terhadap spesies ikan tertentu yang terancam punah. Penangkapan spesies ini sering kali

dilarang sepenuhnya atau diatur secara ketat untuk memungkinkan populasi mereka

untuk pulih.
6. Kerjasama Internasional: Beberapa perairan dan spesies ikan melintasi perbatasan

negara. Oleh karena itu, ada organisasi internasional seperti FAO (Organisasi Pangan

dan Pertanian) yang berupaya mengkoordinasikan pengelolaan sumber daya perikanan

lintas batas.

Tujuan utama dari peraturan pengelolaan sumber daya perikanan adalah untuk

memastikan bahwa penangkapan ikan dilakukan secara berkelanjutan, sehingga dapat

mempertahankan populasi ikan, menciptakan sumber daya yang berkelanjutan, dan

melindungi lingkungan laut. Peraturan ini juga bertujuan untuk menghindari kerusakan

ekosistem laut dan memastikan bahwa ikan tersedia untuk generasi mendatang

(Kementrian Perikanan dan Kelautan, 2012).

3.3 Contoh Pengelolaan Sumber Daya Perikanan yang Salah

Contoh pemanfaatan sumber daya perikanan yang tidak benar menurut undang-

undang dapat ditemukan dalam praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak beretika,

dan merusak lingkungan. Seringkali, praktik ini melanggar peraturan dan undang-

undang yang telah ditetapkan untuk melindungi sumber daya perikanan dan ekosistem

laut. Berikut adalah contoh Pengelolaan atau Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan

yang Salah:

1. Penggunaan Jaring Hanyut (Ghost Net Fishing)

Ghost net fishing adalah praktik penangkapan ikan yang melibatkan

penggunaan jaring-jaring yang ditinggalkan atau terbuang di laut. Jaring-jaring ini

sering kali merusak habitat laut, seperti terumbu karang, dan dapat menangkap ikan

dan satwa laut lainnya secara tidak selektif. Praktik ini tidak hanya merusak

ekosistem laut, tetapi juga ilegal di banyak yurisdiksi, termasuk Indonesia.

2. Penggunaan Bahan Peledak (Blast Fishing)


Blast fishing adalah praktik yang melibatkan penggunaan bahan peledak untuk

menangkap ikan. Ini merusak terumbu karang, mengancam kehidupan laut, dan

ilegal di sebagian besar wilayah. Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 45 Tahun

2009 tentang Perikanan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 2 Tahun

2015 melarang praktik ini.

3. Penangkapan Ikan yang Belum Mencapai Ukuran Matang

Penangkapan ikan yang belum mencapai ukuran matang adalah praktik yang

merugikan, karena dapat menghancurkan populasi ikan. Undang-Undang Perikanan

Indonesia (UU No. 45 Tahun 2009) dan berbagai peraturan setempat mengatur

ukuran minimum ikan yang boleh ditangkap. Namun, masih sering terjadi

pelanggaran terhadap aturan ini.

4. Penangkapan Ikan yang Dilarang:

Ada beberapa spesies ikan yang diizinkan untuk ditangkap dalam jumlah

terbatas atau di bawah regulasi tertentu untuk menjaga kelangsungan hidup mereka.

Namun, seringkali terjadi penangkapan ikan yang dilarang, termasuk spesies yang

terancam punah. Praktik ini melanggar undang-undang perlindungan spesies dan

regulasi yang ada.

Pemanfaatan sumber daya perikanan yang tidak benar, seperti praktik ilegal,

tidak etis, dan merusak, merugikan tidak hanya bagi ekosistem laut tetapi juga bagi

ekonomi dan mata pencaharian nelayan yang sah. Pentingnya penegakan hukum dan

pengelolaan sumber daya perikanan yang berkelanjutan adalah kunci untuk menjaga

kelangsungan hidup sumber daya perikanan dan melindungi lingkungan laut.

3.4 Dampak Pengelolaan Sumber Daya Perikanan yang Salah


Pengelolaan sumber daya perikanan yang salah dapat memiliki dampak yang

merugikan, baik terhadap ekosistem laut maupun masyarakat yang bergantung pada

sumber daya perikanan. Berikut adalah beberapa dampak utama dari pengelolaan

sumber daya perikanan yang salah:

1. Penurunan Populasi Ikan

Penangkapan berlebihan dan tidak berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan

drastis dalam populasi ikan. Ini mengancam kelangsungan hidup spesies ikan tertentu

dan berpotensi menyebabkan kepunahan (Worm, B., et al. 2006).

2. Rusaknya Habitat Laut

Praktik penangkapan yang merusak, seperti trawl yang merusak dasar laut, dapat

merusak habitat laut yang penting, termasuk terumbu karang dan padang lamun. Ini

berdampak pada berbagai spesies laut yang bergantung pada habitat tersebut (Sumaila,

U. R., et al. 2012).

3. Penangkapan Ikan yang masih kecil

Penangkapan ikan yang belum mencapai ukuran matang dapat menghambat

kemampuan populasi ikan untuk berkembang biak. Ini mengurangi jumlah ikan yang

dapat ditangkap di masa depan (Sumaila, U. R., et al. 2012).

4. Kehilangan Mata Pencaharian Nelayan

Penurunan hasil tangkapan ikan akibat penangkapan berlebihan dapat

mengancam mata pencaharian nelayan yang bergantung pada sumber daya perikanan

(Sumaila, U. R., et al. 2012).

5. Konflik Sosial

Persaingan antara nelayan untuk menangkap sumber daya yang semakin terbatas

dapat menyebabkan konflik sosial di antara mereka. (Worm, B., et al. 2006).
6. Kerugian Ekonomi

Penurunan hasil tangkapan ikan dan ketidakstabilan dalam pengelolaan sumber

daya perikanan dapat berdampak negatif pada ekonomi masyarakat pesisir dan industri

perikanan.

7. Peningkatan Harga Ikan

Penurunan pasokan ikan akibat penangkapan berlebihan dapat mengakibatkan

peningkatan harga ikan, yang pada gilirannya mempengaruhi akses masyarakat terhadap

sumber protein hewani.

8. Ancaman terhadap Keberlanjutan

Pengelolaan yang tidak berkelanjutan dapat mengancam keberlanjutan sumber

daya perikanan jangka panjang, mengakibatkan kerusakan yang mungkin sulit atau

bahkan tidak mungkin dipulihkan (Pauly, D., et al. (1998).

Dampak-dampak ini menyoroti pentingnya pengelolaan sumber daya perikanan

yang berkelanjutan dan penegakan peraturan yang ketat untuk melindungi ekosistem

laut dan kelangsungan hidup sumber daya perikanan. Upaya untuk mengubah praktik-

praktik yang tidak berkelanjutan dan mendorong pengelolaan yang bijaksana

merupakan langkah penting dalam menjaga sumber daya perikanan untuk generasi

mendatang (Costello, C., et al. 2016).


BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Bahaya pengelolaan sumber daya perikanan yang tidak sesuai undang-undang

adalah suatu permasalahan yang serius dan mendalam yang mengancam keberlanjutan

ekosistem laut. Praktik-praktik seperti penangkapan berlebihan, penggunaan alat

tangkap yang merusak, dan penangkapan ikan yang belum mencapai ukuran matang,

jika dibiarkan berlanjut, dapat menyebabkan penurunan drastis dalam populasi ikan,

merusak habitat laut yang penting, dan mengancam mata pencaharian nelayan. Dampak

negatif ini juga meluas hingga ke ekonomi masyarakat pesisir dan mempengaruhi rantai

pasokan makanan laut secara global. Oleh karena itu, penegakan undang-undang yang

ketat, pengawasan yang cermat, dan edukasi masyarakat tentang pentingnya

pengelolaan yang berkelanjutan adalah langkah-langkah kunci untuk menjaga

keseimbangan alam dan melindungi sumber daya perikanan bagi generasi mendatang.

Kesadaran akan bahaya pengelolaan yang tidak sesuai undang-undang adalah panggilan

untuk bertindak demi keberlanjutan ekosistem laut.


DAFTAR PUSTAKA

Sinaga F.A., 2018. Dinamika Hukum Perikanan Indonesia. Universitas Bung Karno,
Pekanbaru.

Lestari M.M., 2017. Penegakan Hukum Pidana Perikanan di Indonesia Studi Kasus
Pengadilan Negeri. Vol. 3, No. 2. Medan.

Gjertsen, H. (2005). Can habitat protection lead to improvements in human well-being?


Evidence from marine protected areas in the Philippines. World
Development, 33(2), 199-217.

Tajerin, T. (2017). Dinamika Peran Sektor Perikanan Dalam Perekonomian Indonesia:


Analisis Input-Output 1990- 2005. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan, 4(1), 59-80.

Pezzey, J. C., Roberts, C. M., & Urdal, B. T. (2000). A simple bioeconomic model of a
marine reserve. Ecological economics, 33(1), 77-91.

Effendi, I. (2006). Riset Terapan Pengembangan Sea Farming di Kepulauan Seribu.


Makalah dalam Seminar HUT 10 tahun PKSPL-IPB 15 Agustus 2006.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kementrian Kelautan dan Perikanan.co.id. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Diakses 17 September 2023

KKP.co.id . Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 2 Tahun
2015 tentang Penggunaan Alat Penangkapan Ikan. Diakses 17 September
2023

Worm, B., et al. (2006). "Impacts of Biodiversity Loss on Ocean Ecosystem Services."
Science, 314(5800), 787-790.

Sumaila, U. R., et al. (2012). "Benefits of Rebuilding Global Marine Fisheries


Outweigh Costs." PLoS ONE, 7(7), e40542.

Pauly, D., et al. (1998). "Fishing Down Marine Food Webs." Science, 279(5352), 860-
863.
Costello, C., et al. (2016). "Global Fishery Prospects under Contrasting Management
Regimes." Proceedings of the National Academy of Sciences, 113(18),
5125-5129.

Anda mungkin juga menyukai