Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

UPAYA PENGELOLAAN PERIKANAN DI INDONESIA UNTUK HASIL YANG OPTIMAL

NAMA : ANUGERAH SAMARA

NIM : 420220107005

PROGRAM STUDI BUDIDAYA IKAN

VAKULTAS LOGISTIK MILITER

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUPLIK INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas selesainya makalah yang berjudul "Upaya Pengelolaan Perikanan Untuk Hasil Yang
Optimal". Tidak lupa pula dukungan baik secara materil dan nonmateril yang diberikan kepada
penulis dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa
terima kasih kepada ibu dosen yang telah membimbing kami dalam penyelesaian tuga makalah
ini
Penulis sadar bahwa makalah yang disusun ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
dengan rendah hati penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selamat Membaca !

Atapupu, 24 Mei 2023


Penulis

(ANUGERAH SAMARA)
BAB 1
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang

Potensi sumber daya ikan di Indonesia sangat tinggi dan keberadaannya tersebar hampir
seluruh wilayah perairan Indonesia. Wilayah perairan Indonesia terbagi atas sebelas
perairan utama yang dikenal dengan Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPPI).
Menurut Wirjawan dan Solihin (2015) pembagian ini merupakan suatu cara pengelolaan
terhadap kegiatan penangkapan ikan, konservasi, penelitian dan pengembangan perikanan
sehingga terciptanya pemanfaatan sumber daya ikan yang berkelanjutan. Sumber daya ikan
diharapkan menjadi sumber peningkatan kualitas hidup dalam hal pendapatan, kesediaan
lapangan kerja dan sumber hewani bagi masyarakat.

Selat Malaka merupakan salah satu perairan utama Indonesia yang terletak di bagian
Timur pulau Sumatera yang termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 571.
Sumber daya ikan di perairan ini didominasi oleh ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar dan
ikan demersal. Kegiatan penangkapan ikan di Selat Malaka memiliki tantangan, memiliki
luas perairan yang besar yang termasuk di dalamnya perairan kepulauan, perairan teritorial
dan perairan ZEE Selat Malaka menuntut dan membuat pemanfaatan sumber daya ikan
yang tinggi dengan daerah penangkapan yang jauh yang dilakukan oleh kapal perikanan.
Kewenangan atas daerah fishing ground yang berada di WPP 571 (Selat Malaka dan Laut
Andaman) dan WPP 711 (Laut Natuna) merupakan wilayah otoritas Pelabuhan Perikanan
Samudera Belawan. Sumber daya ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera
Belawan berdasarkan data statistik total produksi PPS Belawan pada tahun 2014
didominasi oleh ikan jenis demersal sebanyak 19.269 ton (38,70 %), ikan pelagis kecil
sebanyak 16.142 ton (32,42%) dan ikan pelagis besar sebanyak 5.556 ton (11,16%).
Produksi perikanan di PPS Belawan tersebut mengalami penurunan setiap tahunnya, untuk
jenis ikan pelagis kecil dan ikan demersal memiliki presentase penurunan sebesar -5,38 %
per tahun dan -1,04 % per tahun (Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, 2015).
Kegiatan perikanan tangkap di perairan Selat Malaka hingga saat ini, dalam hal
pengelolaan sumberdaya ikan masih kurang efisien. Kegiatan illegal fishing berupa tidak
adanya surat izin penangkapan ikan, lokasi izin daerah penangkapan 2 2 tidak sesuai dan
penggunaan alat tangkap terlarang masih sering ditemukan kasusnya. Keadaan tersebut
membuat Kementrian Kelautan dan Perikanan menerapkan suatu sistem pemantauan kapal
untuk kapal-kapal yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan.
Vessel Monitoring System (VMS) atau yang lebih dikenal dengan Sistem Pemantauan Kapal
Perikanan, merupakan salah satu bentuk pengawasan di bidang penangkapan dan
pengangkutan ikan menggunakan satelit dan peralatan transmitter yang ditempatkan pada
kapal (PSDKP, 2014).

Kapal-kapal purse seine yang lebih dari 30 GT memiliki daya jelajah yang cukup jauh
dari 24 mil hingga >200 mil ke arah laut dari pelabuhan pangkalan. Kondisi ini, kapal- kapal
purse seine melakukan kegiatan penangkapan dari laut teritorial hingga perairan ZEE Selat
Malaka.
Penggunaan alat tangkap purse seine oleh nelayan PPS Belawan saat ini sangat optimal
dalam kegiatan perikanan tangkapnya.

1.2 Rumusan Masalah

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas perairan mencapai 3,25 juta
km2 atau sekitar 63 persen wilayah Indonesia. Laut Indonesia memiliki potensi produksi
lestari ikan laut yang cukup besar, dengan asumsi sekitar 6,51 juta ton/tahun atau 8,2% dari
total potensi produksi ikan laut dunia. Statistik Perikanan Tangkap (2011) menunjukkan
terdapat 2,7 juta jiwa nelayan dan Statistik Perikanan Budi daya (2011) menunjukkan jumlah
pembudi daya ikan mencapai 3,3 juta. Sedangkan Sensus Pertanian yang dilakukan BPS
pada tahun 2013, menunjukkan jumlah 860 ribu rumah tangga kegiatan penangkapan ikan
(nelayan) dan 1,19 juta rumah tangga kegiatan budi daya ikan.

Selain itu, Sumber pendapatan nelayan tidak hanya dihasilkan melalui sumber daya
perikanan tetapi melakukan usaha-usaha budi daya ikan di tambak, budi daya rumput laut
dan pengolahan ikan tradisional. Kegiatan pembudi dayaan ikan dan pengembangannya
dilakukan nelayan karena hasil yang didapat dari melaut belum mencukupi kebutuhan
kehidupan mereka. Pembudi daya ikan ada yang berasal dari nelayan tangkap dan
melakukan pembudi dayaan ikan pada saat tertentu (biasanya pada saat musim tidak dapat
melaut). Namun, ada juga pembudi daya ikan yang menggantungkan penghasilannya
semata-mata dari berbudi daya ikan. Pembudidaya ikan juga rentan terhadap permasalahan
yang dapat mengakibatkan kemiskinan, mulai dari minimnya luas lahan tambak, kurangnya
permodalan, tatacara pembudi dayaan yang kurang baik, sampai dengan kesulitan
mengolah dan memasarkan hasil budi daya perikanan.

Memperhatikan hal tersebut, diperlukannya upaya dalam pengelolaan perikanan untuk


hasil yang optimal agar mortalitas dalam penangkapan tidak melampaui kemampuan
populasi untuk bertahan dan tidak mengancam atau merusak kelestarian dan produktivitas
dari populasi ikan yang sedang dikelola.Adapun permasalahan adalah
 Berapa besar dan apa jenis hasil tangkapan yang menjadi target tangkapan olah kapal
purse seine yang berpangkalan di Pelabuhana Perikanan Samudera Belawan?
 Dimana wilayah penyebaran daerah penangkapan oleh kapal purse seine yang
berpangkalan di Perikanan Samudera Belawan.

1.3 Tujuan

Pelaksanaan pengelolaan perikanan di Indonesia dilakukan bertujuan untuk:


 Mempertahankan kelestarian sumber daya ikan dan kelanjutan kegiatan produksi ikan
melalui pemanfaatan sumber daya pantai sebagai mata pencaharian masyarakat pantai
yang bersangkutan.
 Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi nelayan.
 Menjamin upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat industri terhadap sumber
makanan dari perikanan pantai.

1.4 Manfaat

Hasil perikanan dapat berupa perikanan darat maupun laut. Adapun manfaat hasil
perikanan bagi penduduk, antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan gizi dan pangan penduduk
2. Menambah pendapatan penduduk.
3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
4. Meningkatkan devisa dari hasil ekspor perikanan.
BAB II
PEMBAHASAN

Prinsip Dasar Ekonomi Sumber Daya Ikan Ikan merupakan salah satu komoditi yang
berperan penting dalam kehidupan manusia. Di negara berkembang seperti Indonesia,
Malaysia, Filipina, dan Peru, produksi dari perikanan selain bisa digunakan konsumsi
pemenuhan kebutuhan protein hewani, juga merupakan sumber penghasilan negara (devisa)
berupa ekspor. Pada mulanya, pengelolaan sumber daya ini banyak didasarkan pada faktor
biologis semata, dengan pendekatan yang Dengan tercapainya tingkat MSY Dengan tercapainya
tingkat. MSY maka akan tercapai produksi yang maksimum secara ekonomi dan merupakan
tingkat upaya yang optimal secara sosial (Fauzi, 2008:
Pengertian pengelolaan sumber daya perikanan adalah rangkaian tindakan yang
terorganisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terutama untuk memanfaatkan dan
memelihara sumber daya perikanan secara berkelanjutan. Indonesia sebagai Negara
Kepulauan, yang luas wilayahnya 70% merupakan wilayah lautan. Di wilayah lautan ini
terkandung potensi ekonomi kelautan yang sangat besar dan beragam, antara lain sumber
daya ikan Secara umum nelayan diartikan sebagai orang yang mata pencahariannya
menangkap ikan, pe nangkap ikan di laut (W.J.S. Purwodarminto, h.674). pengertian nelayan di
bedakan menjadi dua yaitu: nelayan pemilik dan nelayan penggarap. Nelayan pemilik ialah
orang atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu kapal atau perahu
yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat-alat penangkapan ikan. Nelayan
penggarap ialah semua orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tenaganya turut
serta dalam usaha penangkapan ikan di laut. Pendugaan potensi sumberdaya ikan
menggunakan data produksi dan upaya penangkapan yang dilakukan tiap tahunnya.
Data ikan Tongkol Krai pada penelitian ini adalah data 5 tahun terakhir, mulai dari tahun
2009 hingga 2013 Pada era tahuan 1990an dan 2000an, mesin sudah menjadi alat
penggerak utama pada kapal-kapal yang digunakan oleh nelayan dalam melakukan operasi
penangkapan ikan. Pengelolaan perikanan menyangkut berbagai tugas yang kompleks yang
bertujuan untuk menjamin keberlanjutan produksi sumber daya, terciptanya tujuan perikanan
lainnya, dan menjamin adanya hasil dari sumber daya alam yang optimal bagi masyarakat,
daerah dan negara, yang diperoleh dari memanfaatkan sumber daya ikan secara berkelanjutan.
Salah satu contoh pengelolaan perikanan adalah pengelolaan wilayah pantai
 Aspek biologi
Tujuan pengelolaan yang berorientasi pada aspek biologi adalah untuk mencapai
pemanfaatan sumber daya ikan dengan menghasilkan jumlah tangkapan yang maksimum
secara berkelanjutan pada waktu yang tidak terbatas. Salah satu cara untuk mencapai tujuan
biologi adalah dengan mengaplikasikan metode penentuan nilai maximum sustainable yield
(MSY). Walaupun beberapa ahli perikanan menyatakan bahwa metode MSY sederhana, tetapi
mengingat sifat stok ikan yang sangat beragam seperti sifat spesies tunggal, multispesies, ada
yang bermigrasi dan sebagainya, maka sebenarnya metode MSY ini menjadi tidak sederhana.
 Aspek Sosial
Di berbagai negara berkembang yang perikanan rakyatnya bersifat subsisten dan
artisanal, perikanan masih menjadi kegiatan utama dari masyarakat pantai. Tujuan utama
pengelolaan perikanan adalah untuk memelihara keseimbangan struktur kehidupan komunitas
pantai dalam kegiatan sehari-hari. Peningkatan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap dalam
kegiatan perikanan pantai merupakan indikator yang kuat bagi pembuat keputusan
pengelolaan. Indikator lainnya adalah pemerataan pendapatan bagi komunitas pantai dan
terpeliharanya pola hidup di desa atau kota di kawasan pantai yang cukup memuaskan
masyarakat atau penduduk setempat.

 Aspek regrease
Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan dan penghasilan, banyak kegiatan perikanan
berorientasi pada aspek rekreasi dan hiburan pariwisata. Pemancingan komersial merupakan
salah satu kegiatan perikanan yang berorientasi rekreasi, di mana kegiatan perikanan semacam
ini masih terbuka luas untuk dikembangkan.
B. Dimana wilayah penyebaran daerah penangkapan oleh kapal purse seine yang
berpangkalan di Perikanan Samudera Belawan
Menurut Salmarika et al. (2019) peningkatan intensitas penangkapan ikan akan mendorong
nelayan untuk melakukan perluasan daerah penangkapan ikan ke perairan yang lebih jauh
untuk memenuhi kapasitas penangkapan. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan
merupakan salah satu pelabuhan perikanan kelas A yang menjadi lokasi pendaratan ikan di
sekitar Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 571 Selat
Malaka.
 Tangkapan MSE (Usaha Maksimum Lestari)
Penangkapan berlebih diartikan sebagai jumlah usaha penangkapan sedemikian tinggi dimana
stok ikan tidak mempunyai kesempatan (waktu) untuk berkembang, sehingga total hasil
tangkapan lebih rendah dibandingkan pada jumlah usaha yang lebih rendah (Sparre & Venema,
1992). Sebagai gantinya, pengelolaan harus difokuskan pada perkiraan jumlah unit usaha penangkapan
yang menghasilkan nilai MSY, yaitu MSE atau Usaha Maksimum Lestari Pengelola perikanan
tidak memperhatikan MSE sehingga hampir tidak mempunyai strategi yang jelas tentang
pembatasan usaha penangkapan. Sistem perijinan usaha yang ada saat ini bisa digunakan
untuk membatasi jumlah usaha melalui pembatasan jumlah ijin usaha, namun sejauh ini belum
ada ketentuan, baik untuk membatasi kapasitas penangkapan maupun prosedur untuk
menghentikan perijinan ketika batas (kapasitas penangkapan) tersebut sudah tercapai.
2.2 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Masyarakat (CBFM)
Pengelolaan Berbasis Masyarakat atau biasa disebut Community Based Fisheries Management
(CBFM) merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam, misalnya
Perikanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai
dasar pengelolaannya. Nijikuluw (2002), menyatakan CBFM dapat dikembangkan melalui tiga
cara:
Pemerintah beserta masyarakat mengakui praktik-praktik pengelolaan sumberdaya perikanan
yang selama ini dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun dan merupakan adat atau
budaya yang dianut selama ini; nilai budaya tetap dijaga, kebijakan pengelolaan berdasarkan
nilai budaya setempat.
Pemerintah dan masyarakat menghidupkan kembali atau merevitalisasi adat dan budaya
masyarakat dalam mengelola sumberdaya perikanan. Pemerintah memberikan tanggung jawab
sepenuhnya dari wewenang pengelolaan sumberdaya kepada masyarakat. Pada peran
masyarakat kita dapat memahami langkah alternatif solusi pengelolaan sumberdaya perikanan.
Pertama, pada level masyarakat, ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam
mengelola sumberdaya perikanan, yaitu:
a. Menguatkan kelembagaan dan institusi lokal untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan dan pengawasan sumberdaya perikanan.
b. Melakukan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan berbasis masyarakat.
c. Pengembangan industri perikanan yang mampu memberi nilai tambah melalui diversifikasi
produk perikanan.
Pomeroy dan Williams (1994) dalam An (2004) menjelaskan bahwa
pengelolaan sumberdaya alam seperti perikanan, terumbu karang, mangrove dan lain
sebagainya. Dalam konsep co-management, masyarakat lokal merupakan partner penting
bersama-sama dengan pemerintah dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan sumberdaya
alam di suatu Kawasan.
Saad (2010) menjelaskan bahwa prinsip co-management diwujudkan dalam bentuk penyerahan
hak milik atas sumberdaya alam perikanan kepada masyarakat. Pelaksanaan hak milik tersebut
dibimbing oleh empat prinsip, yaitu kesamaan, pemberdayaan, pelestarian, Co - Management
Pembagian Tanggung jawab & wewenang Informatif Advokatif Konsultatif Instruktif Masyarakat
Pemerintah Pengelolaan Oleh Pemerintah Pengelolaan Oleh Masyarakat 20 dan orientasi
system.
BAB III

PENUTUP

1) Wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia untuk penangkapan ikan dan/atau


pembudidayaan ikan meliputi:
a) perairan Indonesia;
b) ZEEI;
2) Pengelolaan perikanan di luar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, persyaratan, dan/atau standar internasional yang diterima secara
umum.
DAFTAR PUSTAKA
Rosana, N. (2004). Analisis potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan di selatan
Jawa Timur. Neptunus; Majalah Ilmiah Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya, 2(10).

Anda mungkin juga menyukai