Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

“Resume Jurnal Pengelolaan Perikanan Dari Tiga Aspek : Ekonomi, Ekologi, dan
Sosial/Kelembagaan”

Disusun oleh

Luh Novita Sari


1913521061

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2021
Jurnal 1 : Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan Waduk Cirata : Pendekatan
Model Bio-Ekonomi Logistik
Permasalahan 1. sektor perikanan tangkap perairan umum daratan waduk belum
mendapatkan perhatian lebih dibandingkan dengan sektor perikanan
lainnya.
2. banyaknya permasalahan kompleks pada pengelolaan perikanan waduk.
Secara institusi misalnya, pengelolaan waduk ini masih tumpang tindih,
antara pemerintah daerah dan pusat (sektoral).
3. pemanfaatan waduk bersifat paradoks, dimana di satu sisi potensinya
sangat besar, namun di sisi lain produksinya masih jauh dari optimal,
bahkan sampai saat ini, waduk-waduk di Jawa Barat misalnya, telah
banyak mengalami degradasi, sudah banyak berkurang luasannya
bahkan hilang sama sekali.
4. potensi sumber daya perikanan dari perairan waduk menjadi berkurang
dengan ketiadaannya pengelolaan sumber daya dan lingkungan waduk.
5. Kondisi kualitas lingkungan perairan yang menurun menyebabkan
perikanan tangkap waduk menjadi tidak dapat diandalkan, karena
berdampak pada stok ikan yang terdegradasi.

Hasil Instrumen pengelolaan yang diterapkan sebagai upaya pembatasan


pengelolaan output perikanan menggunakan perhitungan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan (JTB) dan kuota dengan membagi jumlah alat tangkap yang
ada dengan jumlah output JTB. Jumlah produksi yang didapat memang kecil,
namun demikian sebagai tangkapan subsisten dan sebagai bagian dari
ketahanan pangan sudah cukup memadai. Dengan demikian akan
menyebabkan meningkatnya kemampuan daya dukung lingkungan bagi
perikanan tangkap dan dinamika tangkapan sustainable. Implikasi kebijakan
yang dilakukan dapat meningkatkan kemampuan daya dukung lingkungan
yang lebih tinggi lagi sehingga kapasitas stok dapat meningkat, dengan
perbaikan lingkungan perairan baik dengan teknik fisik, biologi maupun
teknik lainnya. Pemberlakuan pengurangan jumlah jaring terapung juga
berdampak pada kesesuaian dengan daya dukung lingkungan, dan
berkembangnya perikanan tangkap yang dapat memberikan sumbangan
kepada ekonomi masyarakat di samping sebagai bagian dari ketahanan
pangan.
Pengelolaan sumber daya alam lainnya yang diusulkan pada
perikanan tangkap Waduk Cirata ini adalah Community based Fisheries
Management. untuk memaksimalkan implikasi kebijakan saat ini diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi dari kualitas habitat perairan
terhadap dinamika produksi dan juga sustainable yield di Waduk Cirata,
analisis kaitan perikanan budidaya terhadap perikanan tangkap, pengelolaan
perikanan tangkap yang berkelanjutan dengan melalui pembatasan input atau
output, sehingga dapat meningkatkan kemampuan daya dukung dan juga
peningkatan jumlah stok, dan peningkatan jumlah stok dapat juga dilakukan
dengan kebijakan restocking, namun demikian harus tetap diikuti dengan
pengelolaan pembatasan jumlah input dan output.

Jurnal 2 : Konsep Pengelolaan Perikanan Tangkap Cakalang (Katsuwonus Pelamis) di


Kawasan Teluk Bone Dalam Perspektif Keberlanjutan

Permasalahan 1. saat ini sudah banyak sumberdaya akuatik sudah melebihi kapasitas
tangkapan dan kapasitas penangkapan yang
2. membahayakan konservasi dan pemanfaatan yang rasional, maka
diperlukan pengubahan teknologi yang bertujuan semata-mata pada
keberlanjutan ekologi, peningkatan lebih lanjut kapasitas
penangkapan.
3. Di perlukannya suatu pendekatan bersifat kehati-hatian
(precautionary approach) pada pengubahan teknologi perlu segera di
lakukan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan konservasi dan
kelestarian jangka panjang sumberdaya akuatik hayati; (2) mencegah
kerusakan yang tak terbalikkan atau yang tidak bisa diterima terhadap
lingkungan; (3) meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi yang
diperoleh dari penangkapan dan (4) meningkatkan keselamatan dan
kondisi kerja para karyawan perikanan

Hasil Konsep pengelolaan perikanan tangkap yang dihasilkan dari pola


pengelolaan pemanfaatan sumberdaya perikanan di kawasan Teluk Bone adalah
dilakukan dalam empat cara, yaitu (1) pembatasan jumlah hasil tangkapan
(2) pengaturan jumlah upaya penangkapan, (3) menentukan bulan
penangkapan berdasarkan ukuran ikan layak tangkap dan (4) menentukan
bulan penangkapan berdasarkan kelimpahan hubungannya dengan SPL dan
klorofil-a. teknologi penangkapan cakalang yang dilakukan oleh armada pole
and line, pure seine, jaring insang hanyut dan pancing tonda tidak boleh
menangkap juvenil ikan, hasil tangkapan yang diperbolehkan (JTB) ikan
cakalang tidak melebihi produksi optimum, operasi penangkapan ditutup
secara serentak pada waktu (bulan) musim puncak pemijahan atau saat
ukuran ikan belum layak tangkap (Januari sampai April), dan membentuk
kawasan konservasi perairan di Zona Utara untuk dijadikan sebagai daerah
nursery ground. Konsep pengelolaan ini dapat mengendalikan jumlah
tangkapan dan ukuran ikan sebagai respon terhadap kondisi peikanan yang
tingkat eksploitasinya relatif sudah berlebih. Sehingga operasi penangkapan
dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan ekologi dan
sumberdaya ikan cakalang dimana tingkat pemanfaatan tidak melampaui
daya dukung (carrying capacity) lingkungan perairan atau kemampuan pulih
sumberdaya ikan (MSY).

Jurnal 3 : Analisis Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Kabupaten


Maluku Tengah
Permasalahaa 1. tingginya kontribusi sektor perikanan terhadap PDB Nasional, tidak
n diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan,
khususnya nelayan tradisional
2. banyaknya nelayan tradisional yang hidup di bawah garis
kemiskinan hampir diseluruh wilayah Indonesia.
3. Menurut Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Nelayan Seluruh
Indonesia (DPP HNSI, 2008), sedikitnya 14,58 juta atau sekitar 90%
dari 16,2 juta jumlah nelayan di Indonesia masih berada di bawah
garis kemiskinan.

Hasil Model tata kelola kelembagaan sumberdaya perikanan tangkap


pengelolaan dalam penelitian ini mengacu pada kerangka analisis kelembagaan yang
dikembangkan oleh Pido et al (1979), yang membagi tata kelola
sumberdaya perikanan kedalam beberapa beberapa atribut yaitu 1). atribut
biofisik dan teknologi, 2) atribut pasar, 3) atribut pemegang kepentingan, 4)
atribut tatanan dan indicator pengambilan keputusan 5) atribut kelembagaan
dan organisasi eksternal dan 6). Atribut eksogen. Desain Kelembagaan
pengelolaan sumberdaya perikanan di Kecamatan Leihitu Kabupaten
Maluku tengah menunjukan adanya keterkaitan antara pihak pengambil
kebijakan dalam hal ini Pemerintah (collective chois level) dengan lembaga
pelaksana kebijakan yang (Operasional Choise Level). Aktor-aktor yang
telibat secara langsung dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di
Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah adalah Departemen
Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Maluku,
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah, Lembaga
Masyarakat yang tergabung dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Masyarakat Nelayan, Kelompok pengusaha dan pedagang pengumpul /
papalele dan serta polisi perairan dan Angkatan laut. Sehingga disarankan
adanya kebijakan pemerintah yang mengatur tentang aktifitas penangkapan
dilaut, mengingat pada kondisi optimal hasil produksi telah melampaui
batas kapasitas ketersediaan ikan. Dengan demikian, maka strategis
kebijakan itu harus mengacu kepada pengurangan effort/ upaya tangkap.

DAFTAR PUSTAKA
Anna, Z. (2016). Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan Waduk Cirata: Pendekatan
Model
Bio-Ekonomi Logistik. Jurnal Sosek Kelautan Perikanan, 11(2), 161-172.
Marasabessy, A. Z., & Najamuddin, N. (2015). Analisis Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya
Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. OCTOPUS: JURNAL ILMU
PERIKANAN, 4(1), 320-326.
Jamal, M., Sondita, F. A., Wiryawan, B., & Haluan, J. (2014). Konsep Pengelolaan Perikanan
Tangkap Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Kawasan Teluk Bone dalam Perspektif
Keberlanjutan. PERENNIAL, 1(2).

Anda mungkin juga menyukai