Anda di halaman 1dari 22

HUKUM MARITIM DAN PERIKANAN

Judul Modul Ajar Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkap


Ikan
Peruntukan Modul Kelas X
Program Keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan
Jumlah Jam 18 JP (3x6x45 menit)
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami proses bisnis nautika kapal penangkap
ikan sebagai bagian integral dari bisnis pelayaran perikanan, antara lain tentang
penerapan prosedur darurat dan K3LH, persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku
pelaut, sertifikasi, hukum maritim dan hukum perikanan, penangkapan ikan
PERTEMUAN 3
(6JP)
TUJUAN PEMBELAJARAN KRITERIA KETERCAPAIAN
Memahami proses bisnis nautika kapal ✓ Memahami dan menerapkan hukum
penangkap ikan sebagai bagian integral dari maritim dan hukum perikanan untuk
bisnis pelayaran perikanan mengetahui kebijakan dan pencegahan
polusi laut
✓ Menerapkan penangkapan dan
penanganan pasca penangkapan ikan
untuk memahami perikanan
berkelanjutan dan tanggung jawab

KONSEP UTAMA PENGETAHUAN/KETERAMPILAN


PRASYARAT
Memahami proses bisnis nautika kapal Mampu menjelaskan hukum maritime dan
penangkap ikan perikanan serta penangkapan dan
penanganan ikan

PROFIL PELAJAR PANCASILA


1. Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia: Peserta didik
mengembangkan kemampuan beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dengan
menciptakan karya yang berhubungan dengan Tuhan YME, dirinya sendiri, orang lain
maupun lingkungan
2. Mandiri : Peserta didik mengembangkan sikap mandiri untuk mengekspresikan dirinya
dalam bentuk karya
3. Bernalar Kritis : Peserta didik Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri
4. Gotong Royong : Peserta didik memiliki kemampuan gotong royong, yang memiliki
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama agar pekerjaan berjalan
lancar
KATA KUNCI, TOPIK/KONTEN INTI
Hukum maritime dan Perikanan, Penangkapan, Penanganan Ikan

SARANA DAN PRASARANA


Laptop/Gadget/Komputer, Jaringan Interbnet, Proyektor/LCD

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK


Target perangkat ajar ini dapat digunakan guru untuk mengajar:
Peserta didik regular/tipikal (tanpa ketunaan dan kesulitan belajar atau berpencapaian
tinggi)
Jumlah peserta didik dalam pembelajaran untuk maksimal 28 peserta didik

MODEL PEMBELAJARAN
Problem Based Learning
✓ Tatap Muka
ASESMEN JENIS ASESMEN
Individu Perfoma dalam presentasi hasil
Kelompok Tertulis (tes objektif, esai)

KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pengaturan Peserta Didik
✓ Berkelompok (5-6 orang)
Metode
✓ Ceramah
✓ Diskusi
✓ Presentasi
MATERI, ALAT DAN BAHAN
✓ Materi Ajar
Ruang Lingkup Materi:
1. Hukum maritim dan hukum perikanan
2. Penangkapan dan penanganan pasca penangkapan ikan
HUKUM MARITIM DAN HUKUM PERIKANAN

A. Deskripsi
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, bahwa
:
1. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan sumber
daya perikanan.
2. Sumber Daya Perikanan adalah potensi semua sumber daya ikan,
sumber daya lingkungan, dan segala sumber daya buatan manusia yang
digunakan untuk memanfaatkan sumber daya ikan.
3. Sumber Daya Ikan adalah potensi semua jenis ikan dan organisme lain
yang berhubungan dengan ikan.
4. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari
siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
5. Pengelolaan Perikanan adalah upaya pelindungan, pemanfaatan, dan
pelestarian Perikanan, untuk mencapai kelangsungan produktivitas
Sumber Daya Perikanan yang berkelanjutan.
6. Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk memperoleh Ikan di perairan
yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat dan cara yang
mengedepankan asas keberlanjutan dan kelestarian, termasuk kegiatan
yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
Pengelolaan Perikanan dalam WPPNKRI dilakukan untuk melindungi,
memanfaatkan, dan melestarikan Sumber Daya Perikanan secara optimal
dan berkelanjutan, dengan mempertimbangkan potensi Sumber Daya
Perikanan Indonesia. Setiap Orang yang melakukan usaha Perikanan di WPPNKRI wajib
memiliki SIUP, Kewajiban memiliki SIUP dikecualikan bagi Nelayan Kecil, Nelayan
Tradisional, dan/atau Pembudi Daya Ikan Kecil. Nelayan Kecil, Nelayan Tradisional, dan
Pembudi Daya Ikan Kecil harus mendaftarkan diri, usaha, dan kegiatannya kepada
instansi Perikanan setempat tanpa dikenakan biaya. SIUP untuk jenis usaha Penangkapan
Ikan mencantumkan koordinat daerah Penangkapan Ikan, jumlah dan ukuran kapal
Perikanan, jenis alat penangkap Ikan yang digunakan, dan pelabuhan pangkalan.
Pemerintah sendiri sebagai upaya menjaga keberlanjutan aktivitas
penangkapan ikan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 29
tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan
Bidang Penangkapan Ikan, pasal 8, disebutkan apabila tingkat pemanfaatan
statusnya sudah mencapai O (Over fishing) atau F (Fully Fishing) untuk
sementara pemerintah, dalam permen yang sama pasal 9 telah mengeluarkan
kebijakan antara lain:
Tabel 4. Kebijakan Pemerintah Menghadapi Over dan Fully Exploited

Status Potensi Kebijakan Pemerintah


Perikanan
Over Exploited (O) • Tidak memperpanjang Surat Izin
Penangkapan Ikan (SIPI) yang telah habis
masa berlakunya dan/atau
• Pengurangan kapasitas alat penangkap ikan
atau alat bantu penangkapan ikan dalam
rangka mengurangi ikan hasil tangkapan
Fully Exploited (F) • Tidak menerbitkan Surat izin Penangkapan
Ikan (SIPI) yang baru, dan/atau
• Tidak melakukan perubahan SIPI yang
berakibat pada meningkatnya jumlah hasil
tangkapan

Upaya tersebut ditujukan sebagai upaya mengurangi tekanan di samping sebagai


langkah mengembalikan keseimbangan stok sumber daya ikan sendiri. Selama ini dunia
perikanan lebih mengenal ancaman over fishing sebagai musuh utama aktivitas perikanan
tangkap. Padahal dunia internasional telah memberikan peringatan trilogi permasalahan
utama perikanan tangkap yaitu:

a. Illegal Fishing; pencurian ikan, penangkapan di wilayah negara lain tanpa


izin pemeritah / otoritas setempat;
b. Unreported Fishing; penangkapan ikan yang tidak dilaporkan sehingga
pemerintah kesulitan menduga ketersediaan stok yang tersisa
c. Unregulated Fishing; penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan peraturan
(misal dengan alat penangkap ikan yang dilarang oleh pemerintah).

Pengelolaan perikanan di Indonesia selama ini didasarkan pada konsep maksimum


yang lestari (Maximum Sustainable Yield) dimana konsep intinya adalah menjaga
keseimbangan biologi dari sumber daya ikan agar dapat dimanfaatkan secara maksimum
dalam waktu yang panjang. Dalam konsep ini hanya mempertimbangkan faktor biologi
semata. Konsep ini hanya berangkat dari dinamika suatu stok ikan yang dipengaruhi oleh 3
(tiga) faktor utama yaitu; tambahan individu ikan (recruitment), pertumbuhan individu ikan
(growth) dan kematian individu ikan (mortalitas).
Yang menjadi garapan penting serta tanggung jawab pemerintah adalah
menduga/ mengestimasi potensi perikanan diwilayahnya setelah di hitung jumlah hasil
tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan sebagai barometer tinggi rendahnya
mortalitas melalui penangkapan. Dari perhitungan tersebut, maka pemerintah akan
mengeluarkan status perairan yang dikelolanya untuk diketahui khalayak khususnya nelayan.
Status tadi memberikan gambaran tentang pemanfaatan sumber daya perikanan di wilayah
tersebut. Sehingga para pemegang kebijakan di daerah bisa mengambil langkah-langkah
sesuai dengan otoritas pusat dalam upaya menyelamatkan sumber daya ikan yang ada.
Tabel 5. Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan
No Status Pengertian
1 Unexploited Stok sumber daya ikan berada pada kondisi belum
tereksplotasi, sehingga aktivitas penangkapan ikan sangat
dianjurkan diperairan ini guna mendapatkan keuntungan
dari produksi
2 Lightly Exploited Stok sumber daya ikan baru tereksplotasi dalam jumlah
sedikit (kurang dari 25% MSY). Pada kondisi ini,
peningkatan jumlah usaha penangkapan sangat dianjurkan
karena tidak mengganggu kelestarian
sumber daya ikan dan hasil tangkapan per unit upaya
(Catch per Unit Effort-CPUE)
masih mungkin meningkat.
3 Moderatly Exploited Stok sumber daya ikan sudah terekspoitasi ½ dari MSY.
Pada kondisi ini peningkatan jumlah upaya penangkapan
masih dianjurkan tanpa mengganggu kelestarian sumber
daya ikan, akan tetapi hasil tangkapan per unit upaya
mungkin makin menurun
4 Fully Exploited Stok sumber daya ikan sudah tereksploitasi mendekati nilai
MSY. Disini peningkatan jumlah upaya penangkapan
sangat tidak dianjurkan, walaupun hasil tangkapan masih
dapat meningkat. Peningkatan upaya
penangkapan akan mengganggu kelestarian
sumber daya ikan, dan hasil tangkapan per
unit upaya pasti turun
5 Over Exploited Stok sumber daya ikan sudah menurun,
karena tereksplotasi melebihi nilai MSY. Pada kondisi ini,
upaya penangkapan harus diturunkan agar kelestarian
sumber daya ikan tidak terganggu.
6 Depleted Stok sumber daya ikan dari tahun ke tahun
jumlahnya mengalami penurunan secara
drastis, dan upaya penangkapan sangat dianjurkan untuk
dihentikan. Hal ini
berkaitan dengan kondisi kelestarian sumber daya ikan
yang sudah sangat terancam
Sumber: Suyasa (2007)
Untuk mempermudah pengawasan dan penandaan status wilayah pengelolaan
perikanan, Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI nomor Per.02/MEN/
2011 memberikan kejelasan, Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia adalah yang
selanjutnya disebut WPPRI adalah wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan
yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan dan
Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Khusus pada wilayah ZEE ini, Indonesia hanya
memiliki hak berdaulat dalam pengelolaan sumber daya ikan sehingga dalam penerapan
hukum nasional di wilayah ini perlu memperhatikan juga hukum internasional. Misalnya
dalam UNCLOS 1982 pasal 62, negara pantai wajib memberikan kesempatan atau akses
kepada pihak asing untuk memanfaatkan potensi sumber daya perikanan di ZEE-nya.
Pembagian WPPRI ini berdasarkan pada daerah tempat ikan hasil tangkapan didaratkan
dipelabuhan.
Siombo (2010) menjelaskan, pengaturan WPPRI ini dimaksudkan agar tercapainya
pemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan dalam pengelolaan perikanan serta
terjaminnya kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan. Baru-baru ini pada tahun 2011
pemerintah melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45 tahun 2011
tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia, mengeluarkan hasil perhitungan terakhir yang menyatakan kelimpahan
potensi ikan Indonesia pada tahun 2011 adalah sekitar 6,520 juta ton / tahun. Potensi
kekayaan bangsa ini ditabulasikan dari potensi 11 (sebelas) Wilayah Pengelolaan Perikanan
Republik Indonesia (WPPRI).
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan di atas membagi wilayah perairan
Republik Indonesia ke dalam 11 (sebelas) Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia
yang diberikan kode angka berdasarkan wilayahnya

Tabel 6. Pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Indonesia (WPPRI)


berdasarkan Kepmen No. 45 tahun 2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan Di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

NO WPPRI Wilayah
1 5-71 Selat Malaka dan laut Andaman
2 5-72 Samudera Hindia, sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda
3 5-73 Samudera Hindia, Selatan Jawa sampai sebelah selatan Nusa
Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor Bagian Barat
4 7-11 Laut China Selatan, Perairan Selat Karimata dan Laut Natuna
5 7-12 Perairan Laut Jawa
6 7-13 Selat Makasar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali
7 7-14 Laut Banda dan Perairan teluk Tolo
8 7-15 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan
Teluk Berau
9 7-16 Laut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau Halmahera
10 7-17 Perairan Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik
11 7-18 Laut Aru, Laut Arafura dan Laut Timor Bagian Timur

WPPRI ini selanjutnya dibagi menjadi jalur-jalur penangkapan yang bertujuan untuk
membatasi ruang gerak penangkapan ikan yang berlebihan. Pembatasan ini diuraikan
didalam pasal 4 Kepmen Kelautan dan Perikanan nomor 02 /MEN/ 2011 yang nantinya akan
terkait dengan pengaturan jenis dan ukuran alat tangkap serta ukuran Gross Tonage (GT)
kapal penangkap ikan yang dioperasikan. Berikut pembagian Jalur Penangkapan Ikan
berdasarkan Kepmen di atas:
Tabel 7. Pembagian Jalur Penangkapan Ikan berdasarkan Kepmen KP No. 02 / 2011
Tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkap Ikan dan Alat Bantu
Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

NO Jalur Penangkapan Area


Ikan
1 IA Meliputi perairan pantai sampai 2 (dua) mil laut yang
diukur dari laut pada saat surut terendah
IB Meliputi perairan pantai diluar 2 (dua) mil laut sampai
dengan 4 (empat) mil laut
2 II Meliputi daerah di luar jalur penangkapan ikan I sampai
dengan 12 (dua belas) mil di laut diukur dari permukaan
air laut pada saat surut terendah
3 III Meliputi Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) dan
perairan di luar jalur penangkapan ikan II

Pencegahan Polusi Lingkungan Laut

Polusi laut merupakan suatu peristiwa masuknya material pencemar seperti partikel
kimia, limbah industri, limbah pertanian dan perumahan, ke dalam laut, yang bisa merusak
kondisi lingkungan laut. Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang bermacam-
macam dalam lingkungan laut dan dalam kehidupan manusia. Ada yang berdampak langsung,
maupun tidak langsung
Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin,
terhanyut dari sungai , gunung, maupun melalui tumpahan apapun yang tidak dihasilkan oleh
alam. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah operasional kapal yang dapat mencemari
sungai dan samudera dalam banyak cara. Melalui tetesan dan tumpahan minyak, air
penyaring dan residu bahan bakar. Pencemaran dari kapal dapat mencemari pelabuhan,
sungai dan lautan. Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan organisme
perairan, dan air dari balast tank yang bisa mempengaruhi suhu air sehingga menganggu
kenyamanan organisme yang hidup dalam air.

Gambar Pencemaran laut limbah cair


(Google images, 2021)
Berbagai jenis sampah yang sampai ke laut seperti pestisida dan plastik, merupakan
jenis sampah buatan manusia, sebagai zat asing yang muncul dan tidak ada di alam secara
alami. Berbeda dengan beberapa bahan berikut ini memang ada dan disediakan di alam
secara alami:
a. Bahan organik yang bisa terdegradasi;
b. Logam dari pengikisan batuan;
c. Minyak dari rekahan alam;
d. Bahan tersuspensi dari erosi;
e. Air panas dari sumber air panas;
f. Radioaktif dari alam
Sedangkan untuk kata “polusi” biasa digunakan untuk memberi arti khusus pada
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh sampah yang dibuang ke laut. Sehingga Polusi
Laut (Marine Pollution) sering diartikan sebagai kerusakan lingkungan laut akibat masuknya
berbagai jenis “sampah” buata manusia yang tidak ada di alam sehingga menghasilkan efek
berbahaya bagi ekologi manusia maupun bagi ekologi di laut itu sendiri. Sebagian besar
sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui
tumpahan. Berikut beberapa sumber polutan yang masuk ke laut.
a. Buangan Kapal
b. Plastik
c. Racun
d. Eutrofikasi
e. Peningkatan keasaman
f. Polusi Kebisingan
g. Tindakan Pencegahan
Beberapa jenis bahan pencemar yang mudah ditemui di laut
Beberapa jenis “bahan” pencemar yang mudah kita temui di laut antara lain:
a. Keberadaan sampah di laut;
b. Sampah itu sendiri;
c. Sampah terdegradasi;
d. Pupuk;
e. Sampah / Polusi yang dihamburkan;
f. Sampah konservatif: logam berat, pestisida, radioaktif;dan
g. Sampah padat: dredging, hasil tambang

Pola masuknya bahan pencemar tersebut bisa berupa masukan langsung maupun
masukan tidak langsung. Beberapa masukan langsung bisa didapat dari:
a. Estuaria;
b. Kota pantai;
c. Industri di pantai;
d. Sungai;
e. Kapal/perkapalan;
f. Masukan dari lepas pantai
g. Dredging;
h. Lumpur;
i. Industri lepas pantai; dan
j. Masukan dari atmosfer.
Sedangkan masukan yang tidak langsung contoh disebabkan oleh terjadinya booming
beberapa jenis organisme di laut (seperti alga-algaan) sehingga mempengaruhi kualitas air di
perairan tersebut. Akibatnya akan terjadi mortalitas pada organisme lain yang tak mampu
menyesuaikan diri dengan kualitas lingkungannya.
PENTINGNYA PEMBERLAKUAN KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCEGAHAN
POLUSI LAUT

Sejarah mencatat, sejak tahun 1885 kapal pengangkut minyak pertama dilayarkan
dengan menggunakan mesin diesel. Sejak itulah ancaman terbesar terhadap pencemaran laut
dimulai. Dunia internasional selah terjadinya perang dunia ke II mulai serius membahas
pencegahan dan penanggulangan pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak.
Terlebih setelah terbentuknya lembaga International Maritime Organization (IMO) dalam
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948.
Upaya dunia internasional semakin serius ketika pada tahun 1967 terjadi bencana
terbesar ketika kapal tanker Torrey Canyon yang kandas di pantai selatan Inggris telah
menumpahkan 35 juta gallons crude oil dan mengakibatkan pencamaran dalam skala besar.
Sebagai hasil dari tragedi di atas lahirlah International for prevention of Pollution from Ship
pada tahun 1973 yang kemudian disempurnakan dengan Tanker Safety and Pollution
Prevention (TSPP) sesuai protokol tahun 1978 dan konvensi ini terkenal dengan istilah
MARPOL 1973/19 Selanjutnya pada tahun 1970-an IMO membuat peraturan yang lebih
berhubungan dengan maritime pollution, yakni melakukan kontrol yang ketat pada struktur
kapal untuk mencegah jangan sampai terjadi tumpahan minyak atau pembuangan campuran
minyak ke laut.
Dengan pendekatan demikian, MARPOL ’73/78 memuat peraturan untuk mencegah
sebanyak mungkin minyak yang akan mencemari laut. Tapi kemudian pada tahun 1984
dilakukan beberapa modifikasi oleh IMO yang menitik beratkan pencegahan pada kegiatan
operasi tanker pada Annex I dan yang terutama adalah keharusan kapal untuk dilengkapi
dengan Oil Water Separating Equipment dan Oil Dischare Monitoring System.
Karena itu pada peraturan MARPOL ’73/78 dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori :
a. Peraturan untuk mencegah terjadinya pencemaran;
b. Peraturan untuk menanggulangi pencemaran ;dan
c. Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut

Dokumen penting yang menjadi bagian intergral dari Annex I adalah:

a. Appendix I Mengenai daftar dan jenis minyak


b. Appendix II Bentuk format dari IOPP Certificate
c. Appendix III Bentuk format dari Oil Record Book

Berikut ini adalah isi dan bentuk dari dokumen dimaksud berdasarkan MARPOL ‘73/78
seperti terlampir

1. List of Oil atau daftar minyak sesuai Appendix I MARPOL ’73/78; adalah daftar dari minyak
yang akan menyebabkan pencemaran apabila tumpah ke laut dimana daftar tersebut tidak
akan sama dengan daftar minyak sesuai kriteria industri perminyakan.
2. International Oil Pollution Prevetion Certificate (IOCP Certificate); Untuk semua kapal
dagang dimana supplement atau lampiran mengenai ”Record of Contruction an
Equiepment for Other tahn Oil Tankers and Oil Tankers” dijelaskan secara terpisah di dalam
Appendix II MARPOL ‘73/78 dimana struktur, peralatan, system, kelengkapan perencanaan
dan kondisi kapal memuaskan dan memenuhi ketentuan sesuai Annex I Konvensi MARPOL
1973.
3. Oil Record Book Buku ini merupakan buku catatan minyak yang ditempatkan di atas kapal,
untuk mencatat semua kegiatan penanganan pembuangan sisa-sisa minyak, campuran
minyak dan air got (bilga) di kamar mesin, semua jenis kapal dan untuk kegiatan bongkar
muat muatan dan air ballast pada kapal tank

Tabel 14. Lampiran dalam MARPOL 1973 / 1978


LAMPIRAN Materi yang dibahas
(ANNEX)
Annex 1 Peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh minyak
Annex 2 Peraturan tentang bahan cair beracun dalam bentuk
curah
Annex 3 Peraturan tentang barang berbahaya dalam bentuk kon
Annex 4 Peraturan tentang berbagai macam kotoran dari ka
Annex 5 Peraturan tentang pencemaran sampah dari kapa
Annex 6 Tentang pencemaran laut dari udara

TINDAKAN PENCEGAHAN TERHADAP PENCEMARAN LAUT SESUAI DENGAN


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MARPOL ’73/74

a. Oil Record Book


Buku ini merupakan buku catatan minyak yang ditempatkan di atas kapal, untuk
mencatat semua kegiatan penanganan pembuangan sisa-sisa minyak, campuran minyak
dan air got (bilga) di kamar mesin, semua jenis kapal dan untuk kegiatan bongkar muat
muatan dan air ballast pada kapal tanker.
b. Prosedur Kegiatan Bunker
✓ Pekerjaan muatan harus dipimpin oleh seorang Mualim I yang cakap, bertanggung
jawab dan memenuhi persyaratan ijazah untuk kapal itu.
✓ Sebelum pemuatan atau pembongkaran dimulai, nakhoda atau mualim I diharuskan
untuk memeriksa dan mengisi sendiri di formulir Check-List, bahwa ketentuan
setempat mengenai keselamatan, pencegahan kebakaran dan pencegahan
pencemaran laut telah dilaksanakan.
✓ Di pelabuhan bongkar atau muat, nakhoda, kepala kamar mesin, dan mualim-mualim
yang bertugas diharuskan mengetahui fasilitas-fasilitas setempat yang ada serta
mengetahui cara-cara yang tepat untuk menghubungi instalasi darat, regu pemadam
kebakaran dan pencegahan pencemaran.
✓ Pekerjaan muatan dan pengisian bahan bakar harus dilakukan dengan hati-hati
untuk mencegah terjadinya tumpahan minyak.
✓ Selama pemuatan dan pembongkaran, jika tak ada bak penampungan yang tetap
harus ditempatkan loyang penampung minyak yang cukup besar gergaji dan
biserpant yang setiap saat dapat dipergunakan
c. Pengenalan Peralatan Pencegahan Pencemaran Laut Untuk memastikan pembuangan
keluar tabung kapla dan kamar mesin sesuai dengan peraturan pembuangan, maka
perlu memperhatikan peralatan agar bekerja dengan baik sesuai denga ketentuan yang
ada:
➢ Peralatan tersebut adalah sebagai berikut:
✓ Oil Water Separator dari filter dapat bekerja pada kadar 15 ppm
✓ Oil discharge monitoring dan sytem control
✓ Automatic Stop dan alarm pada DWS (Deck Water Seal)
✓ Standar sambungan buangan.
➢ Peralatan yag diperlukan untuk kapal tanker adalah:
✓ Crude oil washing & Equipment Manual
✓ Oil Record Cargo Book
✓ Segregated clean ballast tank
✓ Dedicated clean ballast tank
✓ Oil Discharge monitoring

d. Pengoperasian Dan Perawatan Peralatan Pencegahan Pencemaran Laut


Untuk mengontrol memonitoring pembuangan minyak digunakan alat Oily
Discharge Monitoring dan System Control dan Oil Separator untuk memisahkan antara
minyak dan air yang akan memudahkan pompa pembuangan, yang diatur dakam
peraturan MARPOL ’73/78 Annex I Reg. 1.6. menyebutkan bahwa:

✓ Kapal ukuran 400 GT atau lebih tetapi lebih kecil dari 1000 GT harus dilengkapi dengan
Oil Separator Equipment yang dapat menjamin pembuangan minyak kel laut setalh
melalui system tersbut denga kandunga minyak kurang dari 100 ppm.
✓ Kapal ukuran 10.000 GT atau lebih harus dilengkapi dengan: kombinasi antara Oily
Water Separating Equipment dengan Oil Discharge and Controling system atau
dilengkapi dengan oil Filter Equipment yang dapat mengatur buangan. Campurkan
minyak ke laut tidak lebih dari 15 ppm, (alarm akan berbunyi bila melebihi ukuran
tersebut).

e. Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Laut Pembagian bahan-bahan yang


berbahaya GESAMP (Group of Expert on the Scientific Aspect of Marine Pollution atau
kelompok ahli di bidang ilmu pencemaran lingkungan laut diminta untuk membuat item
evaluasi bahan-bahan ini di dasarkan atas pengaruh pada:
1) Kehidupan bila terakumulasi
2) Kerusakan pada sumber daya
3) Bahaya pada kesehatan manusia (bila tertelan)
4) Bahaya pada kesehatan manusia (bila terkena kulit)
5) Degradasi kehidupan

f. Prosedur Pembersihan Tumpahan Minyak Banyak pengalaman menunjukan bahwa cara


pembersihan minyak tidak selalu sama. Area tumpahan yang kecil dan dapat diisolir
tentu lebih mudah dibandingkan dengan area yang luas.
✓ Menghilangkan minyak secara mekanik Memakai bom atau barier, pemakaian bom
ini akan baik pada laut yang tidak berombak, dan arusnya tidak kuat (maksimum 1
knot). Juga tebal minyak yang tidak melampaui tinggi bom
✓ Absorbents Zat untuk mengabsor minyak, ditaburkan di atas tumpahan minyak
tersebut kemudian zat tersebut diangkut yang berarti minyak akan turut terangkut
bersamanya.
✓ Menengelamkan minyak Suatu campuran 3000 ton Calcium Carbonate yang
ditambah dengan 1% Sodium pernah dicoba dan berhasil menenggelamkan 20000
ton minyak. Setelah 14 bulan kemudian tidak lagi ditemui tanda-tanda adanya minyak
di dasar laut tersebut.
✓ Dispersant Fungsi Dipersant adalah guna pencampuran dengan 2 komponen yang
lain dan masuk ke lapisan minyak kemudian membentuk emulsi. Stabilizer akan
menjaga polusi tadi tidak pecah. Dispersant ini menenggelamkan minyak dari
permukaan air. Keuntungan cara ini adalah mempercepat hilangnya minyak dari
permukaan dan mempercepat proses penghancuran secara mikroba.
✓ Pembakaran
Pembakaran minyak di atas laut umumnya sedikit sekali dapat berhasil, karena
minyak yang terkandung telah menguap secara cepat. Juga panas yang dibutuhkan
guna menahan api cepat sekali diserap oleh air sehinga panas tidak cukup untuk
mendukung pembakaran tersebut. Banyak teknik baru yang dikembangkan,
contohnya adalah menaburkan zat-zat ringan di atas lapisan minyak tersebut yang
nantinya berfungsi untuk menambahkan api dengan air. Teknik pembakaran ini akan
mengakibatkan polusi udara
g. Tumpahan Minyak Di Pelabuhan
✓ Jika terjadi tumpahan minyak di geladak supaya tumpahan itu dibersihkan dengan
segera dan diusahakan agar tidak ada yang mengalir ke laut.
✓ Jika terjadi tumpahan minyak dari kapal ke laut, supaya segera dihilangkan dengan
dispersant yang tersedia. Kalau tumpahan minyak terlalu banyak dan sulit dihilangkan.
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Proses bisnis meyeluruh bidang nautika kapal penangkap ikan

Persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai:

✔ Membaca materi pembelajaran


✔ Menyiapkan lembar kerja peserta didik
✔ Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran

URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Sintak Deskripsi Kegiatan


Pendahuluan Guru menunjuk ketua kelas untuk
(3x20 menit) melakukan doa sebelum
pembelajaran
Guru melakukan presensi
kehadiran terhadap peserta didik
Guru bertanya tentang keadaan
peserta didik
Guru menerima penjelasan tujuan
dan materi yang akan dicapai serta
metode penilaian yang akan
dilaksanakan
Guru menyampaikan kepada
peserta didik bahwa materi yang
akan dipelajari adalah tentang
Hukum Maritim dan Hukum
Perikanan, Penangkapan dan
penanganan pasca penangkapan
ikan
Guru mengaitkan Hukum Maritim
dan Hukum Perikanan,
Penangkapan dan penanganan
pasca penangkapan ikan saat
diatas kapal
Kegiatan Inti Orientasi siswa pada Guru menyampaikan tujuan
( 3x95 menit) masalah pembelajaran mengenai topic
yang akan dibahas
Guru memberikan pertanyaan
kepada peserta didik:
1. Apa yang kalian pahami
tentang hukum maritime dan
hukum perikanan?
2. Apa keuntungan kita
mempelajari hukum maritime
dan hukum perikanan di
Indonesia?
3. Indonesia memiliki garis pantai
yang sangat panjang dan
memiliki kekayaan alam yang
sangat melimpah, apakah
hukum maritime dan peraturan
perikanan di Indonesia sudah
terlaksana dengan baik?
Peserta didik menerima informasi
kompetensi materi dan tujuan
pembelajaranyang akan
dilaksanakan
Guru menyarankan untuk
menyiapkan media, alat dan buku
untuk pembelajaran
Guru membagi peserta didik
menjadi 4 kelompok yang
maksimal terdiri 7 orang
menyesuaikan jumlah peserta
didik
✓ Kelompok 1-2 : membahas
tentang Hukum Perikanan dan
Hukum Perikanan
✓ Kelompok 3-4: membahas
tentang Penangkapan dan
penanganan pasca
penangkapan ikan
Peserta didik dalam kelompok
mengamati tayangan video yang
disajikan oleh guru
Peserta didik mengamati dan
menperhatikan penjelasan yang
diberikan guru
Guru membagikan Lembar Kerja
dan peserta didik membaca
petunjuk
Guru memotivasi peserta didik
dalam kelompok atau individu
untuk menuliskan atau
menanyakan permasalahan yang
belum dipahami dari masalah yang
disajikan dalam Lembar Kerja,
serta guru mempersilahkan
peserta didik dari kelompok lain
untuk memberi tanggapan
Mengorganisasi siswa Peserta didik melakukan diskusi
dalam kelompok masing-masing
atau individual dengan guru
berdasarkan petunjuk yang ada
dalam LK (misalkan: dalam LK
berisikan permasalahan dan
langkah-langkah pemecahan serta
meminta peserta didik dalam
kelompok untuk bekerja sama
untuk menyelesaikan masalah
berkaitan dengan pembahasan).
Peserta didik dalam kelompok atau
individual melakukan bertukar
fikiran dengan cara berbagi
informasi, dan klarifikasi informasi
tentang permasalahan yang
dibahas dalam kehidupan sehari-
hari.
Membimbing Peserta didik masing-masing
Penyelidikan kelompok atau individual juga
membahas dan berdiskusi tentang
permasalahan berdasarkan
petunjuk LK untuk:
✓ Menemukan materi
pembahasan melalui
penyelidikan dan diskusi
tentang Hukum maritime dan
hukum Perikanan

Peserta didik melakukan eksplorasi


dimana mereka juga diharapkan
mengaitkan pada saat diatas kapal

Guru memberikan bantuan kepada


peserta didik dalam kelompok atau
individual untuk masalah yang sulit
bagi peserta didik

Guru mengarahkan peserta didik


dalam kelompok atau indivisual
untuk menyelesaikan
permasalahan dengan cermat dan
teliti
Mengembangkan dan Guru meminta peserta didik untuk
menyajikan hasil mendiskusikan cara yang
digunakan untuk menemukan
semua kemungkinan pemecahan
masalah terkait masalah yang
diberikan
Peserta didik dalam kelompok
masing-masing atau individual
dengan bimbingan guru untuk
dapat mengaitkan, merumuskan,
dan menyimpulkan tentang
Hukum maritime dan hukum
Perikanan, Penangkapan dan
penanganan pasca penangkapan
ikan untuk menyajikan hasil
pemecahan masalah yang telah
diperoleh.
Peserta didik dalam kelompok atau
individual menyusun laporan hasil
diskusi penyelesaian masalah yang
diberikan terkait tentang Hukum
maritime dan hukum Perikanan,
Menganalisis dan Guru menginstruksikan kepada
evaluasi masalah peserta didik untuk
mempresentasikan hasil temuan
bersama kelompoknya

Beberapa perwakilan kelompok


atau secara individual menyajikan
secara tertulis dan lisan hasil
pembelajaran atau apa yang telah
dipelajari pada tingkat kelas atau
tingkat kelompok mulai dari apa
yang telah dipahami berkaitan
dengan permasahan kehidupan
sehari-hari berdasarkan hasil
diskusi dan pengamatan.
Peserta didik yang lain dan guru
memberikan tanggapan dan
menganalisis hasil presentasi
meliputi tanya jawab untuk
mengkonfirmasi, memberikan
tambahan informasi, melengkapi
informasi ataupun tanggapan
lainnya.
Refleksi Peserta didik melakukan refleksi,
resume dan membuat kesimpulan
secara lengkap, komprehensif dan
dibantu guru dari materi yang yang
telah dipelajari terkait hukum
martitim dan peraturan perikanan

Guru memberikan apresiasi atas


partisipasi semua peserta didik
Penutup Guru menggunakan metode tanya
( 3x20 menit) jawab kepada peserta didik
Guru memberikan pertanyaan
pemantik kepada peserta didik:
1. Apa yang kalian pahami
tentang hukum maritim?
2. Bagaimana penerapan
peraturan perikanan di
Indonesia ?
Peserta didik mendengarkan
arahan guru pada materi
selanjutnya
Untuk memperkuat materi guru
memberikan referensi materi dari
buku maupun dari internet untuk
persiapan ujian
Guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan syukur dan
berdoa menurut keyakinan
masing-masing
KRITERIA PENGUKURAN KETERCAPAIAN
Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik:
✓ Peserta didik mampu menjelaskan Hukum maritime dan
✓ Peserta didik mampu menjelaskan Hukum Perikanan

STRATEGI ASESMEN
✓ Observasi guru selama kegiatan belajar berlangsung
1. Keaktifan peserta didik saat tanya jawab
2. Kesantunan dalam proses belajar
✓ Penilaian hasil presentasi hasil diskusi
✓ Penilaian hasil lembar kerja peserta didik
✓ Asesmen tulis
Soal Essay
1. Bagaimana Pengelolaan perikanan di Indonesia saat ini?
2. Sebutkan status Pemanfaatan Sumber daya Ikan!
3. Sebutkan 11 Pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia?
4. Apa yang kalian ketahui tentang Oil Record Book?
5. Apa yang dimaksud Penangkapan Ikan?

REFLEKSI

PESERTA DIDIK GURU


1. Manfaat apa yang kamu peroleh dari 1. Apakah dalam membuka pelajaran dan
materi pembelajaran? memberikan penjelasan teknis atau
2. Sikap positif apa yang kamu peroleh intruksi yang disampaikan untuk
selama mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
pembelajaran? dapat dipahami oleh peserta didik?
3. Kesulitan apa yang kamu alami dalam 2. Bagain manakah pada rencana
pembelajaran? pembelajaran yang perlu diperbaiki?
4. Apa saja yang kamu lakukan untuk 3. Bagaimana tanggapan peserta didik
belajar yang lebih baik? terhadap materi atau bahan ajar,
pengelolaan kelas, latihan dan
penilaian yang telah dilakukan dalam
pembelajaran?
4. Apakah dalam berjalannya proses
pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan?
5. Apakah arahan dan penguatan materi
yang telah dipelajari dapat dipahami
oleh peserta didik?
Jawaban Soal Essay
1. Bagaimana Pengelolaan perikanan di Indonesia saat ini? (Skore : 10)
Pengelolaan Perikanan dalam WPPNKRI dilakukan untuk melindungi, memanfaatkan,
dan melestarikan Sumber Daya Perikanan secara optimal dan berkelanjutan, dengan
mempertimbangkan potensi Sumber Daya Perikanan Indonesia. Setiap Orang yang
melakukan usaha Perikanan di WPPNKRI wajib memiliki SIUP, Kewajiban memiliki SIUP
dikecualikan bagi Nelayan Kecil, Nelayan Tradisional, dan/atau Pembudi Daya Ikan
Kecil. Nelayan Kecil, Nelayan Tradisional, dan Pembudi Daya Ikan Kecil harus
mendaftarkan diri, usaha, dan kegiatannya kepada instansi Perikanan setempattanpa
dikenakan biaya.

2. Sebutkan status Pemanfaatan Sumber daya Ikan! (Skore : 40)


No Status Pengertian
1 Unexploited Stok sumber daya ikan berada pada kondisi belum tereksplotasi,
sehingga aktivitas penangkapan ikan sangat dianjurkan
diperairan ini guna mendapatkan keuntungan dari produksi
2 Lightly Exploited Stok sumber daya ikan baru tereksplotasi dalam jumlah sedikit
(kurang dari 25% MSY). Pada kondisi ini, peningkatan jumlah
usaha penangkapan sangat dianjurkan karena tidak
mengganggu kelestarian sumber daya ikan dan hasil tangkapan
per unit upaya (Catch per Unit Effort-CPUE) masih mungkin
meningkat.
3 Moderatly Exploited Stok sumber daya ikan sudah terekspoitasi ½ dari MSY. Pada
kondisi ini peningkatan jumlah upaya penangkapan masih
dianjurkan tanpa mengganggu kelestarian sumber daya ikan,
akan tetapi hasil tangkapan per unit upaya mungkin makin
menurun
4 Fully Exploited Stok sumber daya ikan sudah tereksploitasi mendekati nilai MSY.
Disini peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat tidak
dianjurkan, walaupun hasil tangkapan masih dapat meningkat.
Peningkatan upaya penangkapan akan mengganggu kelestarian
sumber daya ikan, dan hasil tangkapan per
unit upaya pasti turun
5 Over Exploited Stok sumber daya ikan sudah menurun,
karena tereksplotasi melebihi nilai MSY. Pada kondisi ini, upaya
penangkapan harus diturunkan agar kelestarian sumber daya
ikan tidak terganggu.
6 Depleted Stok sumber daya ikan dari tahun ke tahun
jumlahnya mengalami penurunan secara drastis, dan upaya
penangkapan sangat dianjurkan untuk dihentikan. Hal ini
berkaitan dengan kondisi kelestarian sumber daya ikan yang
sudah sangat terancam
3. Sebutkan 11 Pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia?
(Skore :30)

NO Wilayah
1 Selat Malaka dan laut Andaman
2 Samudera Hindia, sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda
3 Samudera Hindia, Selatan Jawa sampai sebelah selatan Nusa
Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor Bagian Barat
4 Laut China Selatan, Perairan Selat Karimata dan Laut Natuna
5 Perairan Laut Jawa
6 Selat Makasar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali
7 Laut Banda dan Perairan teluk Tolo
8 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan
Teluk Berau
9 Laut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau Halmahera
10 Perairan Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik
11 Laut Aru, Laut Arafura dan Laut Timor Bagian Timur

4. Apa yang kalian ketahui tentang Oil Record Book? (Skore : 10)
Oil Record Book merupakan buku catatan minyak yang ditempatkan di atas kapal,
untuk mencatat semua kegiatan penanganan pembuangan sisa-sisa minyak,
campuran minyak dan air got (bilga) di kamar mesin, semua jenis kapal dan untuk
kegiatan bongkar muat muatan dan air ballast pada kapal tanker.

5. Apa yang dimaksud Penangkapan Ikan? (Skore : 10)


Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk memperoleh Ikan di perairan yang tidak
dalam keadaan dibudidayakan dengan alat dan cara yang mengedepankan asas
keberlanjutan dan kelestarian, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya.

Bulakamba, Juli 2022


Waka Kurikulum Guru Mapel,

Nurfitriyatin, S.Pd Suhandi, A.Pi


NIP. 19781013 200701 2 006 NIP. 19740613 200903 1 001
Mengetahui,
Kepala SMKN 1 Bulakamba

Dra. RR. Ismijarti Dwi Retnaningtyas


NIP. 19641105 198902 2 004

Anda mungkin juga menyukai