Anda di halaman 1dari 6

Rangkuman overfishing

1. Penjelasan

A. Definisi
Overfishing merupakan suatu istilah atau status yang diberikan kepada suatu kawasan
perairan yang sumber daya ikannya telah mengalami tangkap lebih. Tangkap lebih
yang dimaksud adalah jika laju penangkapan yang dilakukan telah melampaui
kemampuan sumber daya ikan tersebut untuk pulih.

B. Penjelasan Menurut ahli


Overfishing (Hillborn, 2011) adalah proses pengambilan stok ikan secara berlebihan,
terlalu banyak sampai pada tahap sebagian besar potensi makanan dan kekayaan
yang diambil tidak berhasil dimanfaatkan sepenuhnya.

Overfishing oleh Worm (2009) bila besaran penangkapan ikan atau tingkat
eksploitasi (explotation rate) melebihi nilai batas multispecies maximum sustainable
yield (MMSY).

C. Jenis-jenis Overfishing

Growth overishing
Growth overfishing аdаlаh jenis overfishing уаng mengganggu tingkat pertumbuhan ikan. Jenis
overfishing іnі terjadi bеrdаѕаrkаn umur ikan уаng ditangkap. Ikan уаng ditangkap mаѕіh bеlum
cukup umur atau mаѕіh dalam masa pertumbuhan (growth), sehingga аkаn mengganggu
komunitas ikan.
Ukuran ikan уаng dipanen rata-rata lebih kecil dаrі ukuran уаng seharusnya уаng аkаn
memberikan hasil produksi maksimum sekali tangkap. Hal іnі аkаn menyebabkan hasil total
уаng lebih kecil bіlа ikan dipanen pada umur уаng seharusnya diperbolehkan.

Jumlah ikan уаng berkembang biak nantinya аkаn lebih sedikit karena jumlah induk ikan уаng
berkurang akibat adanya pemanenan ikan pada masa pertumbuhan.

Growth overfishing іnі јugа dараt menjadi masalah ekonomi уаng substansial dan jauh lebih
penting daripada recruitment overfishing уаng аkаn dibahas dі poin selanjutnya. Nilai ikan
tumbuh secara signifikan dі banyak perikanan komersial (Diekert, 2012).

Recruitment overfishing
Jenis recruitment overfishing іnі bеrаrtі penangkapan berlebihan pada induk ikan sehingga аkаn
berdampak pada regenerasi ikan.

Recruitment overfishing terjadi pada saat populasi ikan dewasa (ikan уаng bertelur) mengalami
deplesi hіnggа kе tingkat dimana kapasitas reproduksi tіdаk tіdаk lаgі dараt bertambah, sehingga
ada cukup ikan dewasa untuk menghasilkan keturunan.

Sеlаіn itu, recruitment overfishing іnі didorong оlеh kondisi lingkungan. Olеh karena itu, penting
untuk memperhitungkan stuktur usia dan potensi pertumbuhan alami stock ikan bіlа
dihubungkan dеngаn masalah ekonomi seperti pada growth overfishing (Diekert, 2012).

Ecosystem overfishing
Ecosystem overfishingdiartikan ѕеbаgаі bentuk pemanenan ikan berlebih уаng dараt memberi
dampak negatif dan merusak ekosistem daerah tangkapan. Jenis іnі terjadi ketika keseimbangan
ekosistem berubah dan terganggu akibat penangkapan ikan berlebih.

Rusaknya ekosistem akibat overfishing іnі dараt berakibat pada hilangnya ikan-ikan besar
dеngаn nilai jual уаng tinggi dan аkаn digantikan dеngаn ikan bernilai ekonomi rendah.

2. Contoh kasus
Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan, data potensi ikan di Indonesia sebanyak
6,5 juta ton. Sedangkan ambang batas maksimum pengambilan potensi ikan di Perairan
Indonesia adalah 80% dari total potensi ikan menurut aturan Internasional, yang artinya
Indonesia hanya boleh mengambil batas potensi ikan sebanyak 5,2 juta ton tiap tahunnya.
Tetapi Indonesia mengambil sekiranya 5,8 juta ton. Artinya Indonesia telah melakukan
overfishing sebanyak 600 ribu ton. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman tentang
manajemen perikanan, masih digunakannya alat berat seperti pukat harimau, dan
pencurian potensi ikan oleh nelayan asing di wilayah perairan Indonesia, seperti di Laut
Natuna. Belum lama ini juga pernah terjadi kasus pengambilan ikan di utara Pantai
Indramayu menggunakan pukat harimau yang menyebabkan pendapatan nelayan lokal
berkurang 50%. Sekiranya satu kapal bisa mendapat 100-200 ton, kini hanya 50-100 ton
per kapal.

3. Penyebab
A. Dampak
Dampak-dampak overfishing :

• Bagi linkungan laut :


1. Mengurangi keanekaragaman hayati laut.
2. Merusak ekosistem laut.
3. Mengganggu pembentukan dan pemulihan terumbu karang.
• Bagi kehidupan nelayan ;
1. Hasil tangkap nelayan berkurang.
2. Tempat atau wilayah penangkapan semakin jauh, menyebabkan meningkatnya biaya
nelayan untuk melaut.
3. Pendapatan nelayan menurun karena harga hasil tangkapan nelayan sangat rendah.

B. MSY
Dari aspek ekologi dan ekonomi Maximum Sustainable Yield (MSY) secara teoritis
memiliki pengertian sebagai jumlah tangkapan ikan (predator) terbesar yang dapat
diambil dari persediaan suatu jenis ikan (prey) dalam jangka waktu yang tak terbatas.
Sedangkan konsep maximum sustainable yield (MSY), bertujuan untuk
mempetahankan ukuran populasi ikan pada titik maksimum yaitu saat tingkat
pertumbuhan ikan yang maksimum (tingkat tangkapan maksimum yang memberikan
manfaat bersih ekonomi atau keuntungan bagi masyarakat), dengan memanen
individu dan menambahkannya ke dalam populasi ini memungkinkan populasi
tersebut tetap produktif
4. Landasan Hukum
A. Penjelasan menurut ahli hukum
Menurut Hilborn, secara tradisional overfishing (tangkap lebih) didefinisikan
sebagai penangkapan yang sangat intensif sehingga yield (hasil) dari stok menjadi
berkurang dari yang seharusnya.
Frederic, P.M., Vandome, A.F., Jhon McBrewster (2010) mengungkapkan bahwa
di dunia terdapat tiga tipe overfishing, yaitu sebagai berikut: Overfishing
pertumbuhan (growth overfishing), yaitu terjadi ketika ikan yang ditangkap lebih
kecil dari ukuran yang seharusnya untuk berproduksi pada tingkat yield per
recruit maximum.

Yang kedua, Recruit overfishing, yakni overfishing yang terjadi apabila populasi
ikan dewasa (biomassa yang bertelur) berkurang sampai ikan tersebut tidak
mampu lagi melakukan reproduksi untuk memperbarui spesiesnya.

Yang ketiga, Overfishing ekosistem (ecosystem overfishing), yaitu overfishing


yang terjadi ketika keseimbangan ekosistem berubah karena overfishing.

B. Penjelasan menurut Undang-Undang di Indonesia


Permasalahan overfishing di Indonesia sampai saat ini masih diatur dalam UU
Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan. Sampai sekarang, belum ada undang-
undang yang secara khusus mengatur tentang overfishing. Di dalam UU No. 45
tahun 2009 tersebut juga tidak dijelaskan pengertian dari overfishing secara
spesifik maupun dampak-dampak yang akan terjadi bila kelebihan tangkap atau
overfishing terus berlangsung. (Fahlevi, 2015)

Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor


44/KEPMEN-KP/2014 dituliskan bahwa sebagian Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP) di Indonesia telah mengalami lebih tangkap (overfishing),
sedangkan sebagian lagi masih belum termanfaatkan secara optimal.

Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor


KEP.45/MEN/2011 menunjukkan bahwa sekitar 72% sumberdaya ikan di 11
WPP Negara Republik Indonesia telah mengalami overfishing dan fully-exploited
di mana penangkapan ikan yang terjadi telah dimanfaatkan dengan maksimal,
tetapi perlu dipantau dengan ketat agar tidak menjadi overfishing.
5. Penyelesaian/solusi
A. TAC
UNCLOS 1982 mewajibkan Negara pantai untuk menentukan Total Allowable
Catch (TAC), yaitu jumlah tangkapan maksimal sumber kekayaan hayati. Di
Indonesia jumlah TAC adalah 80% dari MSY. Untuk menjaga kelestarian
sumberdaya ikan, maka nilai TAC harus dibawah Maximum Sustainable Yield
(MSY).
Dalam penerapan TAC diperlukan data stok perikanan yang akurat. Data dan
informasi ini harus selalu diperbaharui secara periodik agar perubahan stok ikan
akibat kegiatan penangkapan dan pengaruh perubahan lingkungan perairan dapat
diketahui oleh pembuat kebijakan, pelaku usaha perikanan, dan masyarakat
pesisir. Oleh sebab itu, pengembangan Sistem Informasi Perikanan adalah
landasan utama untuk menyusun perencanaan TAC.

B. Solusi lain
Mengingat dampak dari over fishing yaitu penyusutan sumberdaya biota laut,
dapat merusak ekosistem serta mengancam konservasi dan mengancam
seimbangnya ekologi laut, maka ada beberapa solusi, yaitu :
1. Menurut Petrossian (2015) dapat dilakukan dengan MCS
a. Monitoring yaitu dengan merekap data perikanan
tangkap dan digunakan dalam proses pengembangan
selanjutnya
b. Controlling untuk mengontrol dan menilai langkah
pengelolaan yang tepat
c. Surveillance yaitu dengan pengawasan agar tetap dalam
zona aman dan manajemen perikanan
2. Koordinasi antar negara agar tidak ada illegal fishing karena seringkali di
Indonesia didatangi kapal perompak yang menangkap ikan secara illegal
3. Dengan pembuatan peraturan seperti UU yang meliputi pembatasan alat
tangkap, total yang boleh ditangkap, atau tentang peraturan lain yang
berkaitan dengan perikanan
4. Koordinasi yang tegas antar instansi seperti KKP dengan TNI AL dsb.
5. Dengan teknlogi akuakultur yaitudengan membuat Batasan tertentu dalam
budidaya ikan seperti tambak.
6. Membuat area yang terlindungi untuk ikan-ikan bereproduksi dan
melindungi biota dan ekosistem laut

Anda mungkin juga menyukai