Jawab:
Laju eksploitasi ikan mata besar sebesar 68% dan sebagian besar
didominasi oleh mortalitas akibat penangkapan sebesar 0.25 per tahun. Laju
eksploitasi relatif besar dan dilihat dari hubungan antara hasil tangkapan dan
upaya tangkapan diketahui bahwa hasil tangkapan ikan mata besar pada
tahun 2004, 2007, 2008, dan 2009 telah melebihi nilai potensi lestari. Dari
hal tersebut upaya pengelolaan ikan mata besar yang disarankan adalah
mengontrol upaya penangkapan dan memanfaatkan wilayah fishing ground
yang lain. Memaksimumkan yield per recruit dapat merupakan tujuan umum
sebagian besar pengelolaan perikanan, secara teoritis mudah dikerjakan
melalui control upaya penangkapan (E) dan ukuran pertama kali ikan
tertangkap (Lc). Pengontrolan upaya tangkap pada perikanan ikan mata
besar di PPN Brondong dapat dilakukan dengan pembatasan jumlah armada
yang menangkap ikan mata besar, dan pembatasan jumlah alat tangkap.
Pembatasan jumlah armada dan jumlah tangkapan mengacu pada analisis
hasil tangkapan dengan pendekatan Fox yaitu upaya penangkapan optimum
(fMSY) tidak boleh melebihi 1 055 unit per tahun dengan jumlah tangkapan
tidak lebih dari 7 638.47 ton per tahun. Selain itu, hasil tangkapan yang
melebihi nilai potensi lestarinya dipengaruhi oleh kenaikan jumlah effort yang
digunakan pada tahun sebelumnya. Pembatasan upaya tangkapan pada
penerapannya dilapangan relatif sulit karena itu, selain pambatasan upaya
tangkapan diberikan alternatif lain yaitu pemanfaatan daerah penangkapan
lainnya. Berdasarkan informasi nelayan ikan mata besar sebagian besar
menagkap ikan mata besar di perairan Pulau Bawean dan sebagian kecil di
perairan pulau Masalemboo, perairan Pulau Matasiri dan perairan Pulau
Kramean yang juga merupakan daerah fishing ground ikan mata besar
belum mampu dijangkau. Menurut informasi dari nelayan ikan mata besar
wilayah tersebut tidak mampu dijangkau karena sebagian besar kekuatan
kapalnya berkisar 10‐20 GT sehingga untuk memanfaatkan daerah
penangkapan lainnya diperlukan bantuan untuk menambah kekuatan kapal
nelayan ikan mata besar.
2. Kemungkinan keberhasilan dari Budidaya:
Menurut saya jika stok ikan mata besar/ikan swanggi ini direncanakan akan
di budidaya pada suatu media yang hampir sama dengan kondisi di
alam/laut sangat bisa menguntungkan bagi ekonomi dan biologi. Karena
diketahui bahwa Ikan swanggi (Priacanthus tayenus) memiliki potensi besar
pada ekonimi diaman dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pangan.
Ikan swanggi pada awalnya bukan merupakan ikan hasil tangkapan utama,
namun belakangan banyak didaratkan di pelabuhan perikanan sebagai salah
satu hasil tangkapan yang bersifat komersial dan menjadikan ikan ini sebagai
ikan komoditas ekspor. Sehingga dibutuhkan stok populasi untuk memenuhi
kebutuhan ekspor maupun kebutuhan pangan masyarakat. Disamping itu
tentu saja dengan dilakukannya pembudidayaan ikan swanggi ini dapat
menguntungkan dari segi biologi juga, karena salah satu dari tujuan
budidaya untuk melakukan penambahan sto dari suatu spesies. Namun
disamping itu keberhasilan dari budidaya ikan swanggi mungkin tergolong
rendah karena diketahui bahwa Ikan swanggi umumnya hidup di perairan
pantai di antara bebatuan karang dan terkadang di area yang lebih terbuka
pada kedalaman 20-200 m atau lebih dalam. Hal menandakan bahwa untuk
budidaya mungkin agak sulit untuk menyamakan habitat asli dari ikan
swanggi ini.