Anda di halaman 1dari 5

Bentuk Adaptasi Biota

Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan


sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada organ atau alat-alat tubuh
untuk mempertahankan hidup dengan baik. Adaptasi fisiologi ini penekanannya
menyangkut fungsi alat-alat tubuh yang umumnya terletak di bagian dalam tubuh
mengalami perubahan sehingga tetap bertahan hidup.
A. Adaptasi Ikan Terhadap Salinitas
Menurut Fujaya (2004), osmoregulasi adalah upaya hewan air untuk
mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau suatu
proses pengaturan tekanan osmose. Hal ini penting dilakukan, terutama oleh
organisme perairan karena:
1) Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan
2) Membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa
substansi yang bergrak cepat
3) Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Menurut Fahmi (2010), Ikan air tawar mengalami kondisi hiperosmotik
terhadap lingkungan. Untuk mencapai kondisi isoosmotik, ikan tersebut akan
mengeluarkan ion-ion badan melalui urin dan akan minum banyak untuk mengatur
volume cairan tubuh. Sebaliknya ikan laut mengalami kondisi hipoosmotik
terhadap lingkungan. Organ tubuh yang berperan penting dalam proses
osmoregulasi insang, ginjal dan kulit.
Jadi, untuk megatur keseimbagan cairan dalam tubuh, ikan air tawar
melakukan adaptasi denga cara mengeluarkan sedikit ion-ion melalui urin dan
memperbanyak minum air. Sedangkan untuk ikan air laut, melakukan adaptasi
dengan cara mengeluarkan urin dalam jumlah yang banyak dan sedikit minum air.
B. Adaptasi Terhadap Metabolisme Ikan
Setiap ikan yang melakukan migrasi akan menyimpan energi dan membuat
mekanisme metabolisme yang spesifik supaya migrasi yang dilakukan berjalan
sukses. Hewan migran menyimpan banyak energi saat melakukan migrasi ke
tempat sumber makanan. Selanjutnya energi tersebut akan dikeluarkan dalam
jumlah yang banyak untuk melakukan migrasi ke habitat lain seperti tempat
pemijahan atau ekspansi ke wilayah yang baru. Energi yang dikeluarkan oleh ikan
saat bermigrasi digunakan untuk kebutuhan dasar (basal metabolic) seperti untuk
berenang, osmoregulasi, respirasi, excretory, dan hormonal regulation.
Pengeluaran energi oleh migran sangat efektif karena berasosiasi dengan
perubahan morfologi, tingkah laku dan pengaturan hormon. Hormon-hormon yang
berperan aktif dalam mengatur mekanisme metabolik adalah growth hormon,
thyroid hormon, insulin dan prolactin (Fahmi, 2010).

C. Adaptasi Terhadap Kadar Oksigen


Di dataran rendah kadar oksigen di udara cukup tinggi sehingga absorbsi
oksigen oleh pembuluh kapiler darah paru-paru dapat berlangsung secara efektif
dengan jumlah eritrositnya yang normal. Oleh karena yang bertugas mengangkut
oksigen di dalam tubuh adalah eritrosit, tubuh akan beradaptasi secara fisiologis
dengan meningkatkan jumlah eritrosit (sel darah merah). Dengan demikian,
pengikatan oksigen di dalam alat pernapasan dapat berjalan efektif (Farhan,
2013).

Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan
dengan kebutuhan organisme hidup. Pada biota laut dalam, adaptasi morfologi
dapat dilihat dari bentuk tubuh biota laut dalam yang kecil dan pada umumnya
bertubuh transparan karena tubuhnya tidak mengandung pigmen. Secara
morfologis, senjata pembunuh seperti rahang, tengkorak dan dimensi mulut
mengalami perubahan pada organisme laut dalam. Ciri umum mereka adalah
mulut yang melebar, rahang yang kuat dan gigi-gigi tajam. Mereka harus seoptimal
mungkin mencari mangsa yang jarang di laut dalam. Praktek kanibalisme juga
sering terjadi di beberapa spesies.
Selain itu bentuk tubuh ikan juga merupakan salah satu adaptasi ikan,
Lerman (1986) dalam Wahyuningsih dan Ternala (2006), membedakan bentuk
tubuh ikan menjadi 4 yaitu :
1. Bentuk fusiform atau lurus seperti pada ikan tuna, hiu. Bentuk tubuh seperti ini
memungkinkan ikan untuk bergerak cepat yang terutama dalam menangkap
mangsa.
2. Bentuk pipih tegak seperti pada ikan Pontus triacanthus, memungkinkan untuk
mudah bergerak diantara tumbuh-tumbuhan air dan areal yang sempit. Tubuh
yang pipih memudahkan ikan tersebut menghindari tentakel beracun dari
predator dan masuk kedalam celah-celah karang atau di bawah vegetasi air.
3. Bentuk tubuh ikan lainnya adalah bentuk pipih datardan bentuk tipis
memanjang seperti belut. Belut dan beberapa ikan bentuk ini mensekresi
semacam lendir yang dapat membantu gerakan di substrat lumpur dan
mengurangi terjadinya perlukaan pada tubuhnya.
Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup
terhadap lingkungannya dengan cara memperlihatkan tingkah laku. Biasanya pada
pada ikan paus sesekali menyemburkan diri ke permukaan untuk mendapatkan
oksigen setiap 30 menit sekali dan pada biota di zona intertidal biasanya pada saat
air surut biota-biota seperti kepiting, cacing-cacingan menenggelamkan diri ke
dalam pasir dan pada saat pasang tinggi biota tersebut aktif untuk mencari makan,
selain itu pada kerang-kerangan misalnya pada jenis kerang hijau (Perna viridis)
untuk menghindari kuatnya arus dengan melekatkan tubuhnya sangat erat ke batu-
batuan menggunakan bysus. Dan pada jenis kerang lain seperti kerang darah,
pada kondisi kualitas air yang buruk maka kerang tersebut menutup tubuhnya
rapat-rapat dan akan membuka kembali sampai kondisi perairan tersebut normal.
Selain itu, beberapa organisme yang mengalami siklus reproduksi, akan
mempunyai perilaku yang unik untuk menarik pasangannya di tengah kegelapan.
Mereka akan memendarkan cahaya yang tampak kontras dengan kondisi sekitar
yang serba gelap. Dalam ekosistem dasar laut sebisa mungkin mereka dapat
memperoleh sumber energi atau makanan agar dapat bertahan hidup, oleh karena
itu beberapa ikan yang hidup di ekosistem ini dilengkapi keahlian khusus agar
dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan mangsa.

Adaptasi Reproduksi
Menurut Fahmi (2001), Ikan-ikan yang hidup di laut dalam, mereka
mempunyai cara-cara khusus agar dapat mempertahankan hidupnya, termasuk
dalam hal reproduksi. Langkanya sumber makanan yang ada di laut dalam
mengakibatkan sangat rendahnya kepadatan organisme, Juga menimbulkan
masalah sulitnya memperoleh pasangan dari jenis kelamin yang berbeda untuk
keperluan reproduksi dalam habitat yang sangat luas dan gelap gulita tersebut.
Salah satu adaptasi yang dilakukan tampak pada ikan- ikan pemancing (Angler
fishes) dari bangsa Ceratoidea adalah ikan-ikan jantan tersebut menemukan
pasangannya melalui indra olfaktorik. Ketika ikan jantan tersebut menemukan
betinanya, ia langsung menempelkan mulutnya di tubuh ikan betina dengan gigi-
giginya yang tajam dan tidak pernah melepaskannya lagi. Kulit ikan jantan lambat-
laun bersatu dengan tubuh ikan betina. Sistem sirkulasinya juga ikut bersatu,
sehingga tubuh ikan jantan menjadi tergantung pada ikan betina. Ikan jantan akan
menghabiskan sisa hidupnya sebagai parasit dengan menempel pada tubuh ikan
pasangannya, ia mendapatkan makanan dengan menyerap dari tubuh betina
tersebut. Ketika ikan betina tersebut memijah, maka telur-telurnya akan segera
dibuahi oleh ikan jantan.
Selain itu terjadi perubahan badan pada ikan sidat saat melakukan persiapan
pemijahan dan bermigrasi. Menurut pankhrust (1982) dalam Fahmi (2010),
menyatakan bahwa membesarnya mata saat memijah sampai empat kali dari
sebelumya. Selain mata, perubahan badan lainnya ketika akan memijah antara
lain warna sirip pectoral yang makin gelap, perubahan komposisi sel pada retina,
perubahan warna badan menjadi silver, sisik membesar, dermis menebal, densitas
sel mukus meningkat terutama pada betina, bentuk kepala agak pipih, adanya
peningkatan panjang dan diameter kapiler pada gelembung renang, peningkatan
aktivitas Na+/K+ -ATP ase pada insang, usus mengalami peningkatan bobot
namun jumlah lipatannya menurun, serta otot tunus meningkat.

Adaptasi Food & Feeding


Bentuk, ukuran dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan
tersebut. Ikan-ikan yang berada di bagian dasar mempunyai bentuk mulut yang
subterminal sedangkan ikan-ikan pelagik dan ikan pada umumnya mempunyai
bentuk mulut yang terminal. Ikan pemakan plankton mempunyai mulut yang kecil
dan umumnya tidak dapat ditonjolkan ke luar. Pada rongga mulut bagian dalam
biasanya dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang panjang dan lemas untuk
menyaring plankton. Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak mempunyai
gigi. Ukuran mulut ikan berhubungan langsung dengan ukuran makanannya. Ikan-
ikan yang memakan invertebrata kecil mempunyai mulut yang dilengkapi dengan
moncong atau bibir yang panjang. Ikan dengan mangsa berukuran besar
mempunyai lingkaran mulut yang fleksibel (Wahyuningsih dan Ternala, 2006).
Selain itu, apabila dalam lingkungan tempat hidup ikan tersebut tidak terdapat
banyak makanan maka ikan-ikan tersebut beradaptasi dengan melakukan migrasi
ke tempat yang terdapat banyak makanan, misalnya pada larva ikan, karena
kuning telur sudah habis dan didaerah tersebut tidak terdapat makanan maka larva
ikan tersebut akan bermigrasi ke pinggiran sungai yang terdapat banyak makanan
yang sesuai dengan bukaan mulutnya.
Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata.
Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makanan terutama
oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam
perairan keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari makanan akan
mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi
ikan yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak melakukan
pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau
ditolak (Effendie, 2002).

Adaptasi Pertahanan
Dalam system pertahanan diri biasanya pada pengeluaran tinta pada Cumi-
cumi untuk penyelamatan diri. Serta beberapa ikan di dasar laut yang dapat
berubah bentuk mengikuti kondisi lingkungannya seperti bersembunyi atau
menyerupai pasir di dasar laut serta menyerupai tumbuhan–tumbuhan dasar laut
untuk menghindari dari para predator yang ingin memangsanya contohnya ikan
pari yang ekornya sangat beracun, lalu juga ada lion fish yang dapat menyengat
jika disentuh atau mengalami gangguan dari predator lain hewan ini sangat
berbahaya bagi para penyelam (Darmadi, 2010).
Pada ikan buntal, untuk mempertahankan diri dari predator ikan tersebut
mengeluarkan duri-duri pada tuuhnya dengan membesarkan tubuhnya sehingga
predator akan sulit untuk memangsa ikan buntal tersebut. Selain itu menurut
Subekti, et al. (2010), untuk menghindari dari pengganggu atau pemangsa yaitu
eviserasi. Eviserasi ialah pelepasan salah satu atau kedua pohon pernafasan,
usus atau gona, atau semuanya melalui sobekan cloaca. Pemangsa akan
memakan bagian yang terlepas, sementara timun laut menyelamatkan diri
kemudian regenerasi untuk mengganti bagian yang hilang.

Anda mungkin juga menyukai