Anda di halaman 1dari 8

Rehabilitasi PSDP

Pertimbangan Restorasi Ekosistem

1. Uraikan kondisi dan luas masing-masing ekosistem mangrove,


padang lamun dan terumbu karang Indonesia!

Ekosistem mangrove di Indonesia termasuk terluas di dunia serta


memiliki keanekaragaman hayati yang paling tinggi. Dengan panjang
garis pantai sebesar 95,181 km2, Indonesia mempunyai luas mangrove
sebesar 3.489.140,68 Ha (tahun 2015). Jumlah ini setara dengan 23%
ekosistem mangrove dunia yaitu dari total luas 16.530.000 Ha.. Dari
luas mangrove di Indonesia, diketahui seluas 1.671.140,75 Ha dalam
kondisi baik, sedangkan areal sisanya seluas 1.817.999,93 Ha sisanya
dalam kondisi rusak (Radiansyah, 2017).

Ekosistem lamun bersifat dinamis, dimana kondisi-nya tidak selalu


sama setiap saat. Perubahan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi
pertumbuhan lamun, menjadi naik atau turun, sehingga luasan padang
lamun di suatu lokasi bisa berubah setiap saat. Hasil analisis menunjukkan
bahwa luasan lamun Indonesia adalah 293.464 ha. Secara umum
persentase tutupan lamun di Indonesia yang dihitung dari 110 stasiun
pengamatan adalah 42.23%. Apabila nilai tersebut digolongkan mengikuti
Kepmen LH 200 tahun 2004, maka status padang lamun di Indonesia
termasuk dalam kondisi ’kurang sehat” (Sjafrie et al, 2018).

Ekosistem terumbu karang di Indonesia berdasarkan citra satelit,


diperkirakan luasan terumbu karang adalah 2.5 juta hektar. Secara umum,
kondisi terkini terumbu karang di Indonesia sedikit mengalami perubahan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari total 1067 site, terumbu
kategori jelek sebanyak 386 site (36.18%), terumbu kategori cukup
sebanyak 366 site (34.3%), terumbu kategori baik sebanyak 245 site
(22.96%) dan kategori sangat baik sebesar 70 site (6.56%). Apabila
dibandingkan dengan tahun 2017, terumbu kategori baik dan cukup
mengalami penurunan, namun sebaliknya terumbu kategori sangat baik
dan jelek mengalami peningkatan. Dalam hal ini, beberapa terumbu karang
kategori baik naik menjadi kategori sangat baik dan beberapa turun menjadi
kategori jelek, sedangkan kategori cukup mengalami penurunan ke kategori
jelek (Hadi et al, 2018).

2. Beri Alasan mengapa ekosistem pesisir (mangrove, padang lamun


dan terumbu karang ) sangat penting untuk masyarakat dan ekologi
alam ?

Ekosistem Mangrove
Eksositem mangrove memberi kontribusi terhadap kesuburan perairan
sekitar melalui suplai hara hasil perombakan materi organik terutama dalam
bentuk nitrit dan nitrat. Selain sebagai habitat bermacam-macam organisme
bentik terutama moluska dan gastropoda, ekosistem mangrove dijadikan
sebagai bagian dari siklus hidup jenis ikan dan organisme laut tertentu.
Secara fisik, tegakan pohon mangrove yang padat menjadi perisai wilayah
pantai dari aksi gelombang, instrusi air laut, dan abrasi tidak hanya itu
memanfaatkan bagian tertentu tumbuhan mangrove untuk keperluan obat-
obatan, makanan, bahan bangunan, pengawet dan pewarna jaring ikan
yang biasa digunakan nelayan (Djamaluddin, 2018).

Ekosistem Lamun
Ekosistem lamun sebagai tumbuhan autotrofik dapat menjadi produsen
primer dapat menghasilkan oksigen, habitat biota dimana dapat
memberikan tempat perlindungan, sebagai penangkap sedimen serta
penahan arus dan gelombang, sebagai pendaur zat hara, sebagai
penyerap karbon. Lamun juga memiliki Metabolit sekunder yang dapat
dijadikan sebagai obat alami oleh masyarakat pesisir (Sjafrie et al, 2018).

Ekosistem Terumbu Karang


Ekosistem terumbu karang sangat penting karena dari segi ekologi,
terumbu karang merupakan habitat bagi banyak biota laut yang merupakan
sumber keanekaragaman hayati. Selain itu, terumbu karang merupakan
tempat memijah, mencari makan, dan berlindung bagi ikan-ikan, Terumbu
karang juga merupakan tempat dihasilkannya berbagai macam senyawa
penting untuk bahan suplemen maupun obat-obatan, terutama dari biota-
biota benthos yang berasosiasi. Terumbu karang juga mampu melindungi
pantai dari ancaman abrasi. Dari segi sosial ekonomi, pendapatan
masyarakat pesisir dapat meningkat baik itu dari hasil perikanan maupun
dari wisata bahari (Hadi et al, 2018).
3. Sebut 5-10 ancaman bagi kelangsungan ekosistem pesisir ?

Ancaman bagi kelangsungan ekosistem pesisir (Tarumingkeng et al,


2004):
a. Adanya pemanfaatan lahan yang berlebihan (Reklamasi)
b. Sebagai tempat pembuangan limbah industri, pembuangan dari zat
kimia pertanian, dan limbah rumah tangga
c. Degradasi akibat perubahan iklim global
d. Penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan seperti bom dan
trawl sehingga merusak karang dan lamun
e. Adanya penebangan hutan mangrove untuk memanfaatkan kayu
mangrove
f. Kesadaran masyarakat yang kurang
g. Pengembangan pantai akan merusak lamun karena terjadi
pengerukan, peningkatan sedimentasi
h. Peralihan lahan mangrove menjadi lahan tambak
i. Pembangunan Industri tepi pantai
j. Budidaya yang menyebabkan sisa sisa pakan yang berlebihan akan
menganggu pertumbuhan lamun.

4. Apa arti istilah berikut :


(a) Rehabilitasi
(b) Restorasi,
(c) Remediasi,
(d) Transplantasi,
(e) Restorasi Aktif,
(f) Restorasi Pasif,
(g) Restorasi Biologi,
(h) Restorasi fisik,
(i) preservasi alamia,

Arti Istilah:
a) Rehabilitasi adalah pemulihan kembali produktivitas tetapi tidak
keseluruhan jenis tumbuhan dan satwa asli ada. Untuk kepentingan/
alasan ekologi dan ekonomi hutan yang baru dapat terdiri atas jenis
yang tidak asli (Gunawan, 2014).
b) Restorasi ekologi adalah pemulihan kembali struktur, produktivitas,
dan keanekaragaman jenis asli dari hutan yang ada. Pada saatnya
proses dan fungsi ekologi akan kembali sama seperti aslinya/kondisi
hutan pada awalnya(Gunawan, 2014).
c) Remediasi yang diartikan sebagai perbaikan lingkungan secara umum
diharapkan dapat menghindari resiko-resiko yang ditimbulkan oleh
kontaminasi logam yang berasal dari alam (geochemical) dan akibat
ulah manusia (anthropogenic) (Purwani, 2010).
d) Transplantasi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki atau
mengembalikan habitat yang telah mengalami kerusakan dengan
melakukan penanaman ( Azkab, 1999).
e) Restorasi aktif adalah strategi termasuk intervensi langsung yang
bertujuan untuk mempercepat pemulihan, dan dapat mencakup strategi
seperti berkebun dan transplantasi karang (Edward dan Edgardo,
2008).
f) Strategi restorasi pasif adalah tindakan pengelolaan yang melindungi
habitat dan memungkinkan pemulihan alami dan peningkatan fungsi
ekologis (Edward dan Edgardo, 2008).
g) Restorasi Biologis adalah strategi yang terfokuskan untuk
mengembalikan biota dengan proses ekologis ke keadaan semula
(Edward dan Edgardo, 2008).
h) Restorasi Fisik adalah strategi yang mengutamakan perbaikan dengan
focus pendekatan teknik untuk fisik suatu ekosistem (Edward dan
Edgardo, 2008).

i) Preservasi alamia adalah upaya untuk menjaga dan memelihara


keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik
di dalam maupun di luar habitatnya agar keberadaannya tidak punah,
tetap seimbang dan dinamis dalam perkembangannya (Ariyani dan
Kismartini, 2017).
5. Jelaskan apa tujuan dan sasaran dari Restorasi ekosistem ?

Tujuan utama restorasi adalah untuk peningkatan kualitas ekosistem


yang terdegradasi dalam hal struktur dan fungsi ekosistem. Paramater yang
menjadi pertimbangan adalah keanekaragaman hayati dan kompleksitas di
satu sisi serta biomassa dan produktivitas di sisi lain. Tujuan restorasi
dipengaruhi oleh batasan ekonomi, hukum, sosial dan politik. Batasan ini
dapat menyetir tujuan ekologis dari suatu kegiatan dan bahkan parahnya
dapat bertentangan dengan petunjuk praktik yang baik secara ekologis.
Kegiatankegiatan yang mengabaikan kenyataan ekologis sangat beresiko
menemui kegagalan, memiliki tingkat keefektivan biaya yang rendah dan
bahkan dapat lebih berbahaya ketimbang berguna. ujuan restorasi terumbu
karang lebih baik berdasarkan batasan ekonomi, hukum, sosial dan politik,
serta kenyataan ekologi. Bagaimanapun, mengabaikan poin terakhir dapat
mengakibatkan resiko kegagalan yang tinggi (Edward dan Edgardo, 2008).

Sasaran kegiatan restorasi harus diformulasikan di awal seteliti


mungkin; cara yang paling mungkin untuk mencapai kesuksesan adalah
mempertimbangkan konteks perencanaan pengelolaan pesisir yang luas.
Sasaran dari restorasi ekosistem ialah pemulihan hidrologi, vegetasi, dan
daya dukung sosial ekonomi yang telah terdegradasi, perlindungan
ekosistem dan penataan ulang pengelolaan (pemanfaatan ekosistem )
secara berkelanjutan (Edward dan Edgardo, 2008).

6. Tuliskan daftar pustaka dari jawaban anda (minimal 5 pustaka).


a) Ariyani, N. A. E., dan Kismartini. 2017. Implementasi Kebijakan
Konservasi Pengawetan dan Pemanfaatan Lestari Sumber Daya
ALam Hayati dan Ekosistem di Taman Nasional Karimunjawa.
Proceeding Biology Education Conference: 14(1).

b) Azkab, M. H. 1999. Petunjuk Penanaman Lamun. Jurnal Oseana:


XXIV(3).

c) Djamaluddin, R. 2018. Mangrove Biologi, Rehabilitasi, dan


Konservasi. Unsrat Press: Manado.
d) Edwards, A., dan Edgardo, G. 2008. Konsep dan Panduan Restorasi
Membuat Pilihan Bijak di antara Ketidakpastian. Yayasan Terumbu
Karang Indonesia: Jakarta.

e) Gunawan, W. 2014. Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan Hutan:


Menyelaraskan Prinsip dan Aturan. Balai Penelitian Teknologi
Konservasi SDA: Jakarta.

f) Hadi, T.A., Giyanto, Bayu, P., Muhammad, H., Agus, B., dan
Suharsono. 2018. Status Terumbu Karang Indonesia 2018. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia: Jakarta Utara.

g) Purwani, J. 2010. Remediasi Tanah Dengan Menggunakan Tanaman


Akumulator Logam Berat Akar Wangi. Balai Penelitian Tanah: Bogor.

h) Radiansyah, D. 2017. Hasil Konferensi Internasional Mangrove 2017.


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Jakarta Pusat.
i) Sjafrie, N.D.M., Udhi, E.H., Bayu, P., Indarto, H.S., Marindah, Y.I.,
Rahmat., Kasih, A., Susi, R., dan Suyarso. 2018. Status Padanh
Lamun Indonesia 2018. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:
Jakarta Utara.

j) Tarumingkeng, R.C., Zahrial, C., dan Hardjanto. 2004. Ancaman


Terhadap Sumberdaya Alam Pesisir. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, N. A. E., dan Kismartini. 2017. Implementasi Kebijakan Konservasi


Pengawetan dan Pemanfaatan Lestari Sumber Daya ALam Hayati dan
Ekosistem di Taman Nasional Karimunjawa. Proceeding Biology
Education Conference: 14(1).

Azkab, M. H. 1999. Petunjuk Penanaman Lamun. Jurnal Oseana: XXIV(3).

Djamaluddin, R. 2018. Mangrove Biologi, Rehabilitasi, dan Konservasi. Unsrat


Press: Manado.

Edwards, A., dan Edgardo, G. 2008. Konsep dan Panduan Restorasi Membuat
Pilihan Bijak di antara Ketidakpastian. Yayasan Terumbu Karang
Indonesia: Jakarta.

Gunawan, W. 2014. Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan Hutan: Menyelaraskan


Prinsip dan Aturan. Balai Penelitian Teknologi Konservasi SDA:
Jakarta.

Hadi, T.A., Giyanto, Bayu, P., Muhammad, H., Agus, B., dan Suharsono. 2018.
Status Terumbu Karang Indonesia 2018. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia: Jakarta Utara.

Purwani, J. 2010. Remediasi Tanah Dengan Menggunakan Tanaman


Akumulator Logam Berat Akar Wangi. Balai Penelitian Tanah: Bogor.

Radiansyah, D. 2017. Hasil Konferensi Internasional Mangrove 2017.


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Jakarta Pusat.

Sjafrie, N.D.M., Udhi, E.H., Bayu, P., Indarto, H.S., Marindah, Y.I., Rahmat.,
Kasih, A., Susi, R., dan Suyarso. 2018. Status Padanh Lamun
Indonesia 2018. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Jakarta Utara.

Tarumingkeng, R.C., Zahrial, C., dan Hardjanto. 2004. Ancaman Terhadap


Sumberdaya Alam Pesisir. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Anda mungkin juga menyukai