Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN AIR

OSMOREGULASI

NAMA : ROSTIANI PARORE


NIM : L211 15 016
HARI,TGL PRAKTIKUM : SENIN,13 MARET 2017
KELOMPOK : III ( TIGA )
ASISTEN : 1. NIA WAHYUNI THENU
2. BASKARA SETIAWAN
3. SRI INTAN SHAFITRI

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR


PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisiologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari kerja organ dalam tubuh

organisme. Organisme yang dipelajari tidak hanya organisme darat saja, akan tetapi

organime laut pun ikut dipelajari. Fisiologi hewan air sangat berperan penting dalam

menjaga keseimbangan dalam tubuh, terutama pada hewan akuatik. Salah satu cara

untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan yakni dengan melakukan osmoregulasi

untuk menjaga keseimbangan tubuhnya (Lantu,2010).

Osmoregulasi adalah proses pengatur konsentrasi cairan

danmenyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau

organism hidup. Sedangkan pengertian osmoregulasi bagi ikan adalah pengaturan

tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan, sehingga proses-

proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal (Homeostatis) (Nurul, ddk, 2011).

Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik, hipotonik atau isotonik

tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan

tubuh dengan konsentrasi media. Perbedaan tersebut dapat dijadikan sebagai

strategi dalam menangani komposisi cairan ekstraselular dalam tubuh ikan . Untuk

ikan-ikan potadrom yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya dalam

proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan

dengan cara difusi (Marshall,2006)

Berdasarkan uraian di atas, osmoregulasi adalah proses menyeimbangkan

antara kondisi lingkungan, dan kondisi tubuh organisme. Maka dari itu, praktikum

osmoregulasi penting untuk dilakukan, untuk mengetahui ketahanan hidup ikan air

laut dan ikan air tawar.


B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan perbedaan salinitas pada ikan

air tawar dan ikan air laut.

Kegunaan untuk mengetahui ketahanan hidup ikan air laut dan ikan air tawar.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Molly (Poecilia sp)

Gambar 1. Ikan Molly (Poecilia sp) (Saanin,1994)

1. Klasifikasi

Klasifikasi ikan molly menurut Saanin (1994) adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Subkelas : Ostheichthyes

Ordo : Cyrinodontoidei

Famili : Poecilidae

Genus : Poecilia

Species : Poecilia sp
2. Morfologi

Ikan molly (Poecilia sp) memiliki ciri-ciri yaitu bentuk badan ada yang seperti

balon dan ada juga yang memanjang, panjang tubuhnya 5 - 7 cm, badan ada

langsing dan juga gemuk, panjang kepala lebih tinggi dari tinggi kepala. Mulut

terletak dibagian ujung kepala (terminal), Sirip ekor berbentuk sabit dan sirip

punggung menjuntai ke belakang hingga mencapai pangkal ekor (Saanin, 1994).

3.Kebiasaan Hidup

Ikan Molly merupakan komoditi ikan hias air tawar di Indonesia. Ikan Molly

termasuk dalam jenis ikan yang melahirkan anaknya atau biasa di sebut dengan live

brearer dan ikan molly juga bersifat omnivor. Ukuran tubuhnya relatif kecil, maksimal

sekitar 12 cm memiliki warna dan bentuk tubuh yang beragam akibat persilangan

dan mutasi. Molly balon, misalnya, yang bertubuh seperti bola akan tampak sangat

bagus seperti maskoki mini bila ukurannya sudah besar (Gusto,2009).

B. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ganbar 2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Seyom dan Kornfield,1992)

1. Klasifikasi
Klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Seyom dan Kornfield

(1992) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Osteichthyes

Order : Perciformes

Family : Cichlidae

Genus : Oreochromis

2. Morfologi

Berdasarkan morfolginya kelompok ikan Oreochromis ini berbeda dengan

kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping,

dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya

berwarna putih. Gurat sisi terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut,

tetapi letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip

dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip punggung, sirip perut,

dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip

punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir

sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam. Ikan nila hampir sama dengan ikan

mujair.Letak perbedaan keduanya bisa dilihat dari perbandingan antara panjang total

dan tinggi badan (Amri dan Khairuman,2003).

Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang

genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping

lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai

saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih
gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh,

sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar (Suyanto, 2003).

3. Kebiasaan Hidup

Ikan nila hidup di perairan tawar seperti sungai, danau, waduk dan rawa,

tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas sehingga ikan ini dapat pula

hidup dan berkembang biak di perairan payau dan air laut .Selanjutnya dinyatakan

bahwa nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar antara 6 - 8,5 ppm, namun

pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7 - 8 ppm dan ikan nila cocok dipelihara di

dataran rendah sampai agak tinggi (500 m di atas permukaan laut) dengan suhu 23 -

30 0 C (Kordi,2004 dalam Zulmarham, 2011).

4. Siklus Hidup Ikan Nila

Gambar 3. Siklus Hidup Ikan Nila (Asnawi,1986)

Ikan nila merah hidup baik di dataran rendah atau di pegunungan dengan
kisaran ketinggian antara 0 1.000 meter di atas permukaan air laut ,ikan nila merah

mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Sesuai dengan

sifat dan daya tahan terhadap perubahan lingkungan maka ikan nila mudah

dipelihara dan dibudidayakan di kolam-kolam dengan pemberian makanan

tambahan berupa pakan buatan (pellet)( Sugiarto 1988).

C. Ikan Giru (Amphiprion ocellaris)

Gambar 3. Ikan Giru (Amphiprion ocellaris) (Burges,1990)

1. Klasifikasi

Klasifikasi Ikan Giru menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Ordo : Perciformes

Famili : Pomacentridae

Genus : Amphiprion

Spesies : Amphiprion ocellaris

2. Morfologi
Ikan giru (Amphiprion ocellaris) atau sering disebut juga dengan anemone

fish (ikan yang hidup diantara anemon) memiliki badan berwarna dasar kuning

kecoklatan dengan tiga belang berwarna putih (white band) dan sedikit warna hitam

di bagian kepala, badan dan pangkal ekor. Tulang di muka dan di bawah mata tidak

berduri panjang, bergigi pendek, jari-jari keras sirip punggungnya tidak sama

panjang, memiliki 11 jari-jari pada sirip dorsal dan 17 jari-jari pada pektoral, dan di

alam dijumpai clownfish dapat mencapai panjang 110 mm (Allen, 1997).

3. Kebiasaan Hidup

Ikan badut merupakan salah satu jenis ikan dari subfamili Amphiprioninae.

Hampir semua jenis ikan dari subfamily tersebut hidup bersimbiosis dengan anemon

laut. Anemone laut mempunyai peranan penting bagi siklus hidup ikan

badut.Anemone laut memberikan perlindungan bagi ikan badut tersebut dari

seranagn predator serta berperan penting dalam kesehatan ikan badut.Anemone

laut dapat membersihkan kotoran atau bakteri yang menempel pada tubuh ikan

badut. Oleh sebab itu, ikan badut yang hidup bersimbiosis dengan anemone laut

akan lebih sehat dibandingkan dengan ikan badut yang tidak bersimbiosis dengan

anemone laut. Parameter kesehatan ikan badut yang diamati adalah perubahan

warna tubuh ikan, mata ikan, tingkah laku ikan (tingkat stress), serta bakteri yang

menempel di tubuh ikan tersebut (Lubis, dkk, 2012).

4. Kebiasaan Makan

Ikan giru adalah omnivorus yang mengkonsumsi zooplankton, udang-

udangan dan alga bentik yang dijumpai di habitat mereka. Ikan clownfish

menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mencari makan, bermain, dan


berpasangan dalam wilayahnya, yakni tidak jauh dari anemon yang merupakan

daerah teritorinya. Daerah tersebut akan dipertahankan dari predator dan hewan

penganggu lainnya (Suharti, 1990).

Kebiasaan lain dari clownfish adalah beraktivitas di siang hari, dengan kata

lain clownfish termasuk hewan diurnal. Waktu yang digunakan dalam mencari

makan tiap jenis clownfish tidak sama. Sebagai salah satu contoh yaitu pasangan A.

chrysopterus menghabiskan kurang lebih 90% waktunya untuk makan dan berenang

di antara tentakel Dalam budidaya clownfish stadia larva hari 1 - 10 diberi pakan

hidup Brachionus sp atau dapat juga diberi tambahan zooplankton lain dari jenis

kopepoda dan naupli artemia sampai umur 30 hari (Ari et al., 2009).

4. Siklus Hidup

Amphipron ocellaris termasuk dalam golongan hermaprodit prototandri yaitu

hewan yang masih muda atau masih berukuran kecil berjenis kelamin jantan dan

kemudian akan berubah menjadi kelamin betina. Siklus hidup A. ocellaris cukup

singkat sekitar 1 tahun. Stadia larva sekitar 40 hari, kemudian dari stadia benih

sampai menjadi ikan dewasa sekitar 10 bulan. Clownfish yang telah berumur 11 - 12

bulan telah siap untuk dipijahkan (Ari dan Murdjani, 2008).

Tanda-tanda clownfish akan memijah dapat dilihat dari perilakunya dalam

menyiapkan dan membersihkan sarang oleh induk jantan. Aktivitas tersebut akan

meningkat seiring makin dekatnya saat pemijahan yang tampak dari perut induk

betina yang mengembung berisi telur. Pada masa menjelang pemijahan tampak

perilaku yang menonjol adalah saling berkejaran antara pasangan ikan tersebut,

kemudian induk betina akan masuk ke dalam (Ruigomez dan Javier, 2007).
D. Osmoregulasi Ikan Air Tawar

Ikan air tawar memiliki cairan tubuh dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi

dari lingkungannya atau disebut dengan hiperosmotik. Oleh karena itu, ikan air tawar

terancam kehilangan garam dan pemasukan air yang berlebihan. Ikan air tawar

membatasi pemasukan air dan kehilangan ion dengan cara membentuk permukaan

tubuh yang impermeabel terhadap air. Meski demikian, air dan ion tetap dapat

bergerak melewati insang yang relatif terbuka. Kelebihan air yang masuk akan di

keluarkan dalam bentuk urin. Laju urin pada hewan air tawar jauh lebih tinggi dari

pada hewan air laut. Pada proses pengeluaran urin, juga menyebabkan pengeluaran

ion. Oleh karena itu, hewan yang bersifat hiperosmotik perlu melakukan transpor

aktif untuk pemasukan ion kedalam tubuhnya. Penggantian ion yang terlepas ke

dalam air dapat di lakukan dengan makan, namun sumber masukan ion yang utama

adalah transpor aktif melalui insang (Isnaeni, 2006).

E. Osmoregulasi Ikan Air Payau

Tidak semua ikan menetap pada habitat yang tetap di air tawar atau air laut.

Ikan pada saat-saat tertentu akan masuk ke daerah payau. Lingkungan payau

adalah lingkungan akuatik di daerah pantai, yang merupakan tempat pertemuan

antara antara air sungai dengan air laut. Pada beberapa jenis ikan seperti lamprey,

salmon, dan belut, berpindah antara air tawar dan air bergaram merupakan bagian

dari siklus hidup yang normal

F. Osmoregulasi Ikan Air Laut

Ikan air laut memilki cairan tubuh yang lebih encer atau lebih rendah

dibandingkan dengan lingkungannya atau di sebut hipoosmotik. Sehingga pada


proses osmoregulasi ikan air laut mengeluarkan urin yang mengandung konsentrasi

air yang tinggi. Ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi di dalam

darahnya. Ikan air laut cenderung untuk kehilangan air di dalam sel-sel tubuhnya

karena proses osmosis melalui kulit. Untuk itu, insang ikan air laut aktif

mengeluarkan garam dari tubuhnya. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan minum air

laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian kandungan garam akan meningkat

dalam cairan tubuh. Organ dalam tubuh ikan menyerap ion-ion garam seperti Na+, K+

dan Cl-, serta air masuk ke dalam darah dan selanjutnya disirkulasi. Kemudian

insang ikan akan mengeluarkan kembali ion-ion tersebut dari darah ke lingkungan

luar. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air,

volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal

mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih

sedikit dan bentuknya lebih kecil dari pada ikan air tawar (Nugroho, 2013).
III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktikum konsumsi oksigen dilakukan pada hari Senin,13 Maret 2017, pukul

11.30 13.30 WITA, di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Perikanan,

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum osmoregulasi ini dapat dilihat

pada tabel 1 dan 2 di bawah ini:

Tabel 1. alat yang digunakan beserta fungsinya adalah sebagai berikut:


No Alat Jumlah Fungsi
1 Refraktormeter 1 buah Mengukur kadar salinitas
2 Gelas ukur 500 ml 1 buah Mengukur jumlah air tawar
3 Gelas ukur 1000 ml 1 buah Mengukur jumlah air laut
4 Toples kaca 12 buah Wadah sampel
5 Stopwatch 4 buah Menghitung waktu
6 Ember 1 buah Wadah saat pengenceran

Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsinya adalah sebagai berikut:


No Bahan Jumlah Fungsi
1 Ikan Molly (Poecilia sp) 12 ekor Sampel ikan air tawar
2 Ikan Nila 12 ekor Sampel ikan air payau
(Oreochromis niloticus)
3 Ikan Giru 12 ekor Sampel ikan air laut
(Amhiprion pelcuta)
4 Air tawar 6000 ml Media hidup ikan air tawar
5 Air laut 6000 ml Media hidup ikan air laut da
n meningkatkan salinitas air
6 Air payau 6000 ml Media hidup ikan air laut
dan menurunkan salinitas
air
7 Tissue 1000 sheet Bahan untuk membersihkan
alat
8 Label 1 lembar Untuk memberi keterangan
B. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum osmoregulasi yaitu:

1. Air tawar (0 ppt)


a. Menyiapkan 3 buah toples
b. Memasukkan air tawar sebanyak 2000 ml/toples ke dalam ketiga buah toples

tersebut.
c. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan. Tiga toples air tawar

masing-masing diisi tiga ekor ikan air tawar.


d. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples

dengan interval waktu 3 kali 15 menit.


2. Air payau (10 ppt)
a. Menyiapkan 3 buah toples
b. Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000 ml/toples yang sebelumnya

dilakukan pengenceran dari salinitas 30 ppt sampai 10 ppt dengan volume air

laut sebanyak 6.000 ml dengan penambahan air tawar sebanyak 4.000 ml.
c. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga toples air laut

masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut.


d. Setelah itu melakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples

dengan interval waktu 3 kali 15 menit.


3. Air payau (20 ppt)
a. Menyiapkan 3 buah toples
b. Kemudian memasukkan air laut sebanyak 2000 ml/toples yang sebelumnya

dilakukan pengenceran dari salinitas 30 ppt sampai 20 ppt dengan volume air

laut sebanyak 3.500 ml dengan penambahan air tawar sebanyak 2.500 ml.
c. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan. Tiga toples air laut

masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut.


d. Setelah itu melakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples

dengan interval waktu 3 kali 15 menit.


4. Air laut (30 ppt)
a. Menyiapkan 3 buah toples.
b. Kemudian masukkan air laut dengan salinitas 30 ppt sebanyak 2000 ml/toples

ke dalam ketiga buah toples tersebut.


c. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan. Tiga toples air tawar

masing-masing diisi tiga ekor ikan air tawar.


d. Setelah itu melakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples

dengan interval waktu 3 kali 15 menit.

C. Analisis Data Pengenceran

Rumus yang digunakan dalam percobaan osmoregulasi adalah

M1 . V1 = M2 . V1

Ket : V1 : Volume awal

V2 : Volume akhir

M1: Konsentrasi awal

M2 :Konsentrasi akhir

Anda mungkin juga menyukai