Anda di halaman 1dari 7

KEMAMPUAN KERJA HEWAN

Work Ability Of Animals

Julita1*), Reva Aulia Qorri2), Muthya Oktaviani Anugerah3), Salsabila Luqyana4), Afif Aidil
Saputra5), Indah Fadhila6)

1) 1710423022, Kelompok IB, Praktikan Fisiologi Hewan, Biologi, FMIPA UNAND


2) 1710421014, Kelompok IB, Praktikan Fisiologi Hewan, Biologi, FMIPA UNAND
3) 1710422002, Kelompok IB, Praktikan Fisiologi Hewan, Biologi, FMIPA UNAND
4) 1710422023, Kelompok IB, Praktikan Fisiologi Hewan, Biologi, FMIPA UNAND
5) 1710423006, Kelompok IB, Praktikan Fisiologi Hewan, Biologi, FMIPA UNAND
6) 1710423032, Kelompok IB, Praktikan Fisiologi Hewan, Biologi, FMIPA UNAND
*)
Koresponden : jvlita2@gmail.com

ABSTRACT
The experiment about activity of digestive system was held on Friday, November 1st 2019 at Teaching
Laboratory II, Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Andalas
University. The purpose of the experiment was to known maximal works of animals in muscle system
and to known relationship between weight and work ability. The method that used in this experiment
was direct observation of animals work ability. The result of this practice was work that takes on a
male Mus musculus faster than in female Mus musculus. The result is the average speed of male Mus
musculus at each level was 0.26 m/s, 0.29 m/s, 0.11 m/s and 0.12 m/s, respectively. While the average
speed of female rats were 0.22 m/s, 0.17 m/s, 0.093 m/s and 0.092 m/s, respectively. The conclusion,
animal weight and weight can affect the work ability of animals.
Keywords : Muscle, Movement, Muscular System, Mus musculus

PENDAHULUAN
Seluruh reaksi kimia yang bekerja pada akan menghasilkan energi dalam bentuk
makhluk hidup disebut dengan ATP yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme. Beberapa dari reaksi kimia hidupnya. (Wulangi, 1990). Energi
itu menghasilkan pemecahan atau sebagai hasil dari metabolisme seluler
penguraian molekul organik (karbohidrat, (glikolisis, siklus krebs hingga transpor
lemak, protein) (Wulangi, 1990). elektron) dan metabolisme anaerob
Metabolisme berarti perubahan yang merupakan suatu aktivitas penting yang
digunakan untuk menunjukkan semua diperlukan dalam proses kerja pada
transformasi kimiawi dan tenaga yang hewan. Produksi energi pada tubuh
timbul dalam badan. Metabolisme individu dipengaruhi oleh berbagai faktor
meliputi proses sintesis dan proses seperti usia, jenis kelamin yang
penguraian senyawa atau komponen mempengaruhi bobot atau berat badan,
dalam sel hidup yang disebut anabolisme keadaan fisik dari hewan serta kondisi
dan proses penguraian disebut fisiologis hewan tersebut. Kapasitas
katabolisme. Faktor yang dapat energi ini dihasilkan oleh proses
mempengaruhi laju metabolisme adalah metabolisme seluler yang merupakan
aktivitas, suhu lingkungan, musim, umur, proses penggabungan dan pengubahan zat
jenis kelamin, berat badan, ukuran tubuh, didalam tubuh untuk memelihara
stress, dan nutrisi (Ganong, 1995). kelangsungan hidup dan menjaga
Semua hewan vertebrata dan keseimbangan dalam tubuh hewan
invertebrata melakukan proses meta- (Ville,dkk, 1984).
bolisme di dalam tubuhnya yang nantinya
Kemampuan kerja hewan Pada beberapa jenis otot, miofibril terdiri
tergantung seberapa besar kapasitas atas lempeng-lempeng terang dan gelap
produksi energi selulernya. Secara umum, secara bergantian. Semua segmen gelap
pada vertebrata seperti mamalia, hewan letaknya bersesuaian, demikian pula
jantan memiliki kapasitas energi seluler dengan segmen terangnya. Miofibril
yang lebih besar karna laju metabolisme tersusun atas protein-protein kontraktil
yang tinggi dibanding dengan betina. yaitu aktin dan miosin (Amir, 2001).
Hewan yang memiliki asupan nutrisi Sistem kerja otot saling ber-
cukup akan mampu melaksanakan koordinasi dengan sistem lainnya,
metabolisme selulernya secara baik terutama sistem aktivitas kerja yang
sehubungan dengan ketersediaan bahan mendominasi kemampuan kerja hewan.
baku metabolisme. Kapasitas energi Semakin besar daya kerja otot hewan
seluler akan bervariasi antara jenis maka semakin besar kemampuan kerja
kelamin yang berbeda, umur, bobot hewan serta sebaliknya, semakin kecil
badan, dan kondisi fisik serta fisiologis daya kerja otot hewan maka semakin kecil
hewan. (Tim Fisiologi Hewan, 2018). pula kemampuan kerja hewan tersebut
Kemampuan kerja hewan juga (Scanlon, dkk, 2000). Adapun sifat-sifat
berkaitan dengan daya kerja otot dimana otot, antara lain, kontraksibilitas yaitu
otot memiliki tanggung jawab untuk kemampuan otot untuk memendek dan
semua aktivitas serta otot merupakan alat lebih pendek dari ukuran semula, hal ini
aktivitas kerja aktif Yatim (1987). Otot teriadi jika otot sedang melakukan
adalah sebuah jaringan dalam tubuh kegiatan. Ektensibilitas yaitu kemampuan
dengan kontraksi sebagai tugas utama. otot untuk memanjang dan lebih panjang
Otot menyebabkan pergerakan suatu dari ukuran semula dan elastisitas yaitu
organisme maupun pergerakan dari organ kemampuan otot untuk kembali pada
dalam organisme tersebut. Jaringan otot ukuran semula (Razak, 2004).
bertanggung jawab untuk pergerakan Adapun tujuan dari pratikum kali
tubuh yang terdiri atas sel-sel otot yang ini yaitu untuk mengetahui kemampuan
terspesialisasi untuk melaksanakan maksimal suatu hewan dalam bentuk kerja
konstraksi dan berkonduksi (menghan- angkat beban dan gerak otot serta untuk
tarkan impuls). Di dalam sitoplasmanya mengetahui hubungan antara status
terdapat sejumlah besar elemen-elemen metabolisme dengan kemampuan kerja
kontraktil yang disebut miofibril yang hewan.
berjalan menurut panjang serabut otot.

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Alat dan Bahan
Praktikum Kemampuan Kerja Hewan Adapun dan bahan yang digunakan dalam
dilaksanakan pada Jumat, 1 November praktikum kemampuan kerja hewan ini
2019 di Laboratorium Teaching II, yaitu Kandang mencit, bak berisi air,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan sarung tangan, logam beban (ring) yang
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas diketaberatnya, tali pengikat beban,
Andalas. timbangan, stopwatch, alat ukur, alat tulis
dan Mus musculus.
Cara Kerja mencapai sisi lainnya yang
Sediakan mencit yang diketahui umurnya, berseberangan. Hitung kecepatan mencit
jenis kelamin, dan timbang berat untuk mencapai sisi lainnya tersebut
badannya. Mencit pertama dalam kondisi dalam satuan detik. Lakukan secara
dipuasakan (fasted) selama 12 jam, berulang sesuai variasi beban yang
sedangkan mencit kedua dalam kondisi ad digunakan. Catat waktu dan hitung
libitum. Selanjutnya pada masing-masing kecepatan mencit dalam berenang dengan
mencit pasangkan beban yang bervariasi beberapa level beban lalu analisis data dan
beratnya (minimal 4 level beban) di sajikan dalam bentuk grafik hubungan
bagian ekor. Setelah beban terpasang, beban dengan kecepatan gerak mencit.
tempatkan mencit di dalam bak air Bandingkan kecepatan renang untuk tiap-
(kedalaman 5-10 cm) di satu sisi dan tiap level beban antara mencit puasa dan
amati kemampuan renangnya untuk adlibitium.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Rata-Rata Kecepatan Renang Mencit dengan Variasi Bobot Beban
No Perlakuan Jantan Betina
Lv 1 Lv 2 Lv 3 Lv 4 Lv 1 Lv 2 Lv 3 Lv 4
1 Rata-rata 0,29 0,26 0,11 0,090 0,27 0,22 0,081 0,042
adlibitum (m/s)
2 Rata-rata 0,26 0,29 0,11 0,12 0,22 0,17 0,093 0,092
puasa(m/s)
0.35
0.3
Kec Renang (m/s)

0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4

Adlibitium Fasting

Grafik 1. Hubungan Bobot Beban Terhadap Kecepatan Renang Pada Mencit Jantan

0.3
Kec Renang (m/s)

0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4

Adlibitium Fasting

Grafik 1. Hubungan Bobot Beban Terhadap Kecepatan Renang Pada Mencit Betina
Berdasarkan grafik dan tabel di atas, dapat akan terjadi penurunan output energi yang
diketahui kemampuan kerja (renang) bertujuan untuk menjaga cadangan
mencit pada perlakuan fasting dan energinya. Pada keadaan puasa tubuh tidak
adlibitium dengan berbagai level beban. mendapatkan nutrisi yang maksimal yang
Pada perlakuan adlibitum Mus musculus akan menyebabkan penurunan laju
jantan didapatkan kecepatan tertinggi pada metabolisme yang berdampak pada
beban level 1, yaitu 0,29 m/s dan kecepatan aktivitas mencit. Total pengeluaran energi
terendah pada beban level 4, yaitu 0,090 selama puasa akan berkurang 10-20 %.
m/s. Begitupun perlakuan adlibitum pada Dengan total pengeluaran energi tersebut
Mus musculus betina didapatkan kecepatan akan memperkecil pengeluaran energi
tertinggi pada beban level 1, yaitu 0,27 m/s panas, sehingga laju metabolisme menurun.
dan kecepatan terendah pada beban level 4, Sementara itu, terdapat perbedaan
yaitu 0,042 m/s. Sementara pada perlakuan kecepatan renang antara mencit jantan dan
puasa, Mus musculus jantan menghasilkan mencit betina dimana kecepatan renang
kecepatan tertinggi pada beban level 1, pada mencit jantan lebih tinggi daripada
yaitu 0,26 m/s dan kecepatan terendah pada mencit betina. Hal ini dikarenakan mencit
beban level 4, yaitu 0,092 m/s. Sedangkan jantan memiliki laju metabolisme yang
perlakuan puasa pada Mus musculus betina lebih tinggi daripada mencit betina. Laju
didapatkan kecepatan tertinggi pada beban metabolisme yang tinggi pada mencit jantan
level 1, yaitu 0,22 m/s dan kecepatan menghasilkan kemampuan kerja yang lebih
terendah pada beban level 4, yaitu 0,092 besar daripada mencit betina. Hal ini sesuai
m/s. Selanjutnya, dapat diketahui bahwa dengan pendapat Scanlon dkk (2000) yang
kecepatan renang pada perlakuan adlibitum menyatakan bahwa mencit jantan memiliki
lebih tinggi daripada pada perlakuan kemampuan kerja yang lebih besar daripada
fasting. Hal ini menunjukkan bahwa mencit betina karena hasil metabolise
semakin bertambahnya bobot beban maka seluler menghasilkan energi yang
kecepatan renang mencit baik pada betina dibutuhkan dalam kerja otot. Pada mencit
maupun jantan akan melambat. Selain itu, jantan hasil metabolisme seluler lebih
perbedaan perlakuan menunjukkan bahwa besar, sehingga semakin besar energi yang
kemampuan kerja mencit dipengaruhi oleh dihasilkan, semakin banyak energi yang
laju metabolisme yang berbeda saat mencit diberikan pada otot untuk melakukan
dalam keadaan fasting ataupun adlibitum. kerjanya. Hasil ini menyebabkan kapasitas
Pada perlakuan fasting, kecepatan kerja otot mencit jantan jauh lebih besar
renang mencit tidak lebih besar daripada daripada mencit betina.
pada perlakuan adlibitum. Hal ini Parakkasi (1995) menyebutkan
dikarenakan, pada saat puasa, mencit akan bahwasannya metabolisme mencit sangat
mengurangi pengeluaran energinya untuk dipengaruhi oleh komposisi tubuh mencit
mempertahankan keadaan tubuhnya agar tersebut. Mencit dengan massa otot lebih
tetap stabil. Asupan nutrisi yang masuk besar dan komposisi lemak yang rendah
kedalam tubuh yang sedikit, akan memiliki tingkat metabolisme yang lebih
mendorong perlambatan dari kontraksi otot tinggi. Dan kebalikannya,mencit dengan
dan melemahkan daya tahan otot. jumlah sel lemak lebih banyak dan massa
Melemahnya daya tahan otot memicu otot sedikit akan memiliki tingkat
rendahnya laju metabolisme mencit. Hal ini metabolisme yang rendah. Mencit jantan
sesuai dengan literatur, bahwasannya memiliki kecenderungan untuk memiliki
menurut Genuth (1990) pada saat puasa tingkat metabolisme lebih tinggi dari
mencit betina karena mencit betina pernyataan William (1995) bahwasannya
memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk suatu otot akan berkontraksi lebih cepat
menyimpan jaringan lemak. apabila suatu beban lebih ringan. Otot yang
Selanjutnya pada grafik dapat mengangkat beban lebih ringan memiliki
diketahui adanya penurunan kecepatan kecepatan yang relatif lebih besar, tetapi
renang mencit seiring bertambahnya bobot apa bila otot diberi beban yang lebih berat
beban. Hal ini dikarenakan pertambahan maka kecepatan otot akan menurun dan
beban pada mencit mengakibatkan semakin berat beban yang diberikan
terjadinya penurunan daya tahan otot kepada otot maka, otot akan mengalami
karena kelelahan otot yang dipaksa untuk kelelahan otot. Hal ini dikarenakan otot
mengangkat beban berat setelah sudah berkontraksi maksimal, sehingga
berkontraksi maksimal. Sehingga pergerak ketika sudah kontraksi maksimal dan otot
mencit akan melambat seiring ber- dipaksa mengangkat beban maka hasilnya
tambahnya beban. Hal ini didukung oleh otot tidak bisa mengangkat beban tersebut.

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :
1. Kemampuan kerja mencit jantan lebih dimana kemampuan kerja pada hewan
besar dibanding kemampuan kerja kondisi adlibitum jauh lebih besar
mencit betina dibanding kemampuan kerja pada
2. Kemampuan kerja hewan sebanding hewan kondisi fasting
dengan status metabolismenya,

DAFTAR PUSTAKA
Amir, L. 2001. Bahan Ajar Fisiologi Razak, D. 2004. Bagian Anatomi Fakultas
Hewan I. Universitas Lampung. Kedokteran Unhas. Gitamedia.
Bandar Lampung. Jakarta.
Ganong,F.G. 1995. Buku Ajar Fisiologi Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders.
Kedokteran Edisi 14. Buku 2000. Buku Ajar Anatomi dan
Kedokteran Hewan. EGC. Jakarta. Fisiologi. Kedokteran EGC. Jakarta
Genuth, E.R. 1990. Animal Energetics Tim Fisiologi Hewan. 2018. Diktat
and Temperature in: Animal Praktikum Fisiologi Hewan.
Physiology Mechansm and Universitas Andalas.Padang.
Adaptation. 2nd Edition. WH Ville, Claude A, dkk. 1984. Zoologi
Freeman and Company. New York. Umum. Erlangga. Jakarta
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan William, M.H. 1995. Nutrition for fitness
Makanan Ternak Ruminansia. and sport. Brown & Benchmark
Universitas Indonesia Press. Publishers. USA
Jakarta. Wulangi, K. S. 1990. Prinsip-Prinsip
Fisiologi Hewan. UGM Press.
Yogyakarta.
LAMPIRAN
1. Tabel hasil pengamatan praktikum shift pagi
Jantan Betina
Kel Perlakuan Level Level Level Level Level Level Level Level
1 2 3 4 1 2 3 4
1 0,23 0,07 0,05 0,04 0,26 0,12 0,08 0,04
2 0,12 0,06 0,04 0,03 0,09 0,06 0,05 0,03
3 0,35 0,19 0,14 0,063 0,25 0,072 0,04 0,016
4 Adlibitum 0,26 0,16 0,14 0,14 0,117 0,104 0,08 0,038
5 (A) 0,53 0,85 0,07 0,11 0,56 0,94 0,08 0,08
6 0,43 0,39 0,17 0,078 0,43 0,31 0,18 0,073
7 0,12 0,16 0,10 0,14 0,27 0,08 0,04 0,01
8 0,26 0,2 0,18 0,12 0,20 0,19 0,09 0,06
Rata-Rata 0,28 0,26 0,11 0,09 0,27 0,23 0,08 0,04
1 0,21 0,15 0,10 0,45 0,12 0,21 0,05 0,03
2 0,11 0,08 0,04 0,05 0,20 0,09 0,08 0,08
3 0,28 0,19 0,15 0,08 0,23 0,21 0,18 0,14
4 0,17 0,14 0,07 0,041 0,09 0,08 0,015 0,112
Puasa (P)
5 0,5 0,49 0,11 0,08 0,31 0,24 0,17 0,12
6 0,38 0,19 0,09 0,064 0,34 0,26 0,09 0,056
7 0,2 0,9 0,12 0,16 0,26 0,11 0,01 0,13
8 0,24 0,17 0,13 0,10 0,10 0,16 0,08 0,06
Rata-Rata 0,26 0,29 0,10 0,12 0,22 0,17 0,09 0,09
(AD-P) 0,026 0,028 0,01 0,038 0,055 0,056 0,012 0,05

2. Dokumentasi saat praktikum

Gambar 1. Pemasangan beban pada Mus musculus

Gambar 2. Mus musculus setelah perlakuan (renang)

Anda mungkin juga menyukai