Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANAJEMEN LABORATORIUM

DISUSUN OLEH :

NAMA : IKA MARDATILLAH


BP : 1510422033 (KELAS A)

DOSEN PENGAMPU : SUWIRMEN, M. S

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah berjudul “ ” ini. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebaik-baiknya untuk petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Di dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan
tidak lupa saya mohon maaf bila terjadi kesalahan yang disengaja maupun tidak
disengaja. Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu serta menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Padang, Maret 2017

Penyusun
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Laboratorium sitologi adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen dan peneliti
melakukan pengujani usapan sel untuk membukkktikan kanker atau penyakit lainnya
Bekerja di laboratorium sitologi ini tak akan lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya
bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun
yang bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di dalam laboratorium sitologi
juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi mahasiswa yang
sedang melakukan penilitian jika tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat
yang akan digunakan .
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap keselamatan dan
bahaya kerja dilaboratorium sitologi. Telah banyak terjadi kecelakaan serta kerusakan
terhadap fasilitas-fasilitas dan peralatan penunjang yang sangat mahal harganya. Semua
kejadian ataupun kecelakaan kerja di laboratorium sitologi sebenarnya dapat dihindari
dan diantisipasi jika kita semua mengetahui dan selalu mengikuti prosedur kerja yang
aman di laboratorium.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja.
Keamanan laboratorium merupakan hal yang penting sebagai upaya keselamatan
dalam melaksanakan pemeriksaan, penilitian atau praktikum di laboratorium, dengan
tujuan melindungi semua orang disekitarnya dari resiko terkena gangguan kesehatan
yang ditimbulkan laboratorium.

I.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membangun budaya keselamatan dan
keamanan bekerja di laboratorium sitologi serta mengetahui bagaimana bekerja dengan
bahan kimia berbahaya yang digunakan dan cara penangan dari limbah laboratorium
sitologi.
II. PEMBAHASAN

1. Membangun Budaya Keselamatan dan Keamanan Bekerja di Laboratorium


Faktor penting dari suksesnya sistem manajemen budaya keselamatan dan keamanan
bekerja di laboratorium adalah pimpinan. Pimpinan harus mengambil langkah awal
untuk menciptakan rencana dan menugaskan orang untuk menerapkan rencana tersebut.
Berikut langkah-langkah untuk membangun sistem manajemen keselamatan dan
keamanan bekerja di laboratorium.
1. Bentuklah komite pengawasan keselamatan dan keamanan dan tunjuk petugas
pelaksananya
Komite pelaksana harus memiliki perwakilan di semua departement dan diberikan
waktu, sumber daya khusus dan kewenangan yang diperlukan.

2. Kembangkan pernyataan kebijakan dan keselamatan


Menetapkan kebijakan formal berarti mendefinisikan, mendokumentasikan, dan
menyetujui sistem manajemen keselamatan dan keamanan bahan kimia. Pernyataan
kebijakan formal harus menetapkan harapan dan menyampaikan keinginan lembaga
terhadap seluruh petugas laboratorium.

3. Terapkan kontrol administratif

Kontrol administratif menjelaskan peraturan dan prosedur lembaga tentang praktek


keselamatan dan keamanan dan menetapkan tanggung jawab pada individu yang terlibat.
Kontrol ini meliputi peraturan keselamatan umum, prosedur kebersihan dan perawatan
laboratorium, panduan penggunaan bahan dan peralatan, dan dokumen lain yang bisa
digunakan untuk menyampaikan peraturan dan harapan kepada semua petugas
laboratorium.

4. Identifikasi dan atasi situasi yang sangat berbahaya

Pelaksanaan evaluasi berbasis resiko akan menentukan dampak dan kecukupan upaya
kontroil yang ada, memprioritaskan kebutuhan, dan menerapkan tindakan perbaikan
berdasarkan tingkat kepentingan dan sumber daya yang tersedia.
Informasi ini akan memberi dasar bagi terciptanya sistem manajemen keselamatan yang
kokoh, serta membantu memprioritaskan berbagai upaya untuk meningkatkan
keselamatan dan keamanan.

5. Evaluasi fasilitas dan atasi kelemahannya

Keselamatan dan keamaanan harus dipertimbangkan saat merancang dan merawat


laboratorium dan ruang kerjanya. Laboratorium harus dirancang untuk memudahkan
kerja experiment serta mengurangi kecelakaan.

6. Terapkan prosedur manajemen bahan kimia

Manajemen bahan kimia merupakan komponen yang sangat penting dari program
keselamatan laboratorium. Manajemen bahan kimia meliputi prosedur untuk pembelian
dan penanganan bahan kimia, ventilasi yang memadai, penggunaan peralatan
perllindungan diri secara tepat, peraturan dan prosedur lemba untuk tumpahan dan
keadaan darurat, penyimpanan bahan kimia, pelacakan inventaris bahan kimia,
pengangkutan dan pengiriman bahan kimia dan pembuangan limbah bahan kimia.

7. Kenakan peralatan kontrol tekhnik dan peralatan pelindung diri

Peralatan kontrol teknik seperti lemari asam, merupakan metoda utama untuk
mengontrol bahaya di laboratorium bahan kimia. Peralatan pelindung diri, seperti kaca
mata pelindung percikan bahan kimia dan pelindung wajah, harus melengkapi peralatan
kontrol teknik.

8. Rencanakan keadaan darurat

Langkah-langkah pengembangan rencana keadaan darurat meliputi menilai jenis


kecelakaan yang mungkin terjadi, mengidentifikasi pembuat keputusan dan pemangku
kepentingan serta prioritas laboratorium, membuat rencana keadaan darurat yang
teridentifikasi dalam langkah pertama dan melatih staff tentang prosedur yang
dijabarkan dalam rencana tersebut.
9. Identifikasi dan atasi halangan sesuai dengan praktik terbaik keamanan dan
keselamatan
Praktik keamanan dan keselamatan yang baik termasuk meminta semua petugas
senantiasa mematuhi kebijakan dan prosedur. Namun, mengubah perilaku dan memupuk
budaya praktik terbaik sering kali merupakan upaya yang menantang. Lembaga harus
mengidentifikasi halangan dan menetapkan insentif agar petugas laboratorium mematuhi
upaya keselamatan dan keamanan.

10. Latih, komunikasikan dan bina.

Cara terbaik untuk mnciptakan budaya keselamatan di tempat kerja adalah dengan
memberi teladan yang baik sertiap hari dengan mematuhi dan menegakkan peraturan
dan prosedur keselamatan dan keamanan setiap hari. Sangatlah penting untuk
membentuk sistem pelatihan dan pembinaan semua orang yang bekerja di laboratorium
dan terdokumentasi dengan baik. Setiap lembaga harus menentukan saluran komunikasi
yang efektif tentang keselmatan bahan kimia dengan petugas di semua tingkat lembaga.

2. Bekerja dengan Bahan Kimia Berbahaya dan Penangan Limbah


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik, yang lebih dikenal dengan sampah. Ditinjau secara kimiawi, limbah
terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan anorganik, dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah ini berdampak negatif terhadap lingkungan.
Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan laboratorium.
Limbah ini memiliki sifat khas yang berbeda dengan limbah yang berasal dari kegiatan
industri karena biasanya memiliki keragaman jenis limbah yang sangat tinggi walaupun
dari setiap macambahan yang dibuang tersebut jumlahnya tidak banyak. Artinya limbah
laboratorium kimia meskipun volumenya masih relatif kecil dibandingkan dengan
limbah industri, namun justru mengandung jenis B3 yang sangat bervariasi dengan
konsentrasi yang relatif tinggi.
Oleh karena itu, limbah ini harus dikelola secara benar agar tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat. Limbah laboratorium
dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1) Bahan baku yang sudah kadaluwarsa,
2) Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai,
3) Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen dan
4) Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai

Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah


terhadap kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam
limbah tersebut. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu:
1. Limbah B3 (berbahaya dan beracun), dengan cara:
1) Netralisasi, limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur
tohor, CaO atau Ca(OH)2. Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan
dengan asam seperti H2SO4 atau HCI. Parameter netralisasi adalah pH dan
sebagai indikator dapat digunakan phenolphtalein (PP). Zat ini akan berubah
pada pH 6-8 sehingga cukup aman digunakan jika pH limbah berkisar antara 6,5-
8,5.
2) Pengendapan atau sedimentasi, koagulasi dan flokulasi, kontaminan logam berat
dalam ciaran diendapkan dengan tawas (FeC13), Ca(OH)2 atau CaO karena dapat
mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
3) Reduksi-oksidasi terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan
reaksi reduksi oksidasi (redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang atau tidak
toksik.
4) Penukaran Ion, ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan
anion beracun dapat diserapoleh resin anion.

2. Limbah bakteriologis atau infeksius


1) Metode desinfeksi yaitu penanganan limbah (terutama cair) dengan cara
penambahan bahan-bahan kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-
kuman penyakit menjadi tidak aktif.
2) Metode pengenceran (dilution) yaitu mengencerkan air limbah sampai mencapai
konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air.
Kerugiannya ialah bahan kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada,
pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan pendangkalan terhadap badan-
badan air seperti selokan, sungai dansebagainya sehingga dapat menimbulkan
banjir.
3) Metode ditanam (landfill) yaitu menimbun limbah dalam tanah.
4) Metode nnsinerasi (pembakaran) yaitu memusnahkan limbah dengan cara
memasukkan kedalam insinerator. Dalam insinerator senyawa kimia karbon yang
ada dibebaskan keatmosfir sebagai CO2 dan H2O.

3. Limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif
sekecil mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang
mudah didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan, bentuk
yaitu cair, padat dan gas, tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ), tinggi-
rendahnya aktifitas, panjang-pendeknya waktu paruh dan sifatnya dapat dibakar atau
tidak.
Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif yaitu dilaksanakan oleh pemakai
secara perorangan dengan memakai proses peluruhan, peguburan dan pembuangan. Dan
dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan
Tanaga Atom Nasional (BATAN).

4. Limbah umum, limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah
kantong plastik diikat kuatdan dibakar di insinerator.
III. KESIMPULAN
REFERENSI

http://santi.blog.uns.ac.id/2010/02/28/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3-laboratorium
http://e-journal.uajy.ac.id/3052/3/2TS11587.pdf
http://fkg.unair.ac.id/filer/buku%20pedmn%20K3PSTKG.pdf
https://www.academia.edu/5609829/limbah_laboratorium
http://www.biologi.unud.ac.id/ind/wp/sop-laboratorium-di-biologi.doc
http://www.perkuliahan.com/makalah-keselamatan-kerja-di-laboratorium

Anda mungkin juga menyukai