DISUSUN OLEH :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah berjudul “ ” ini. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebaik-baiknya untuk petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Di dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan
tidak lupa saya mohon maaf bila terjadi kesalahan yang disengaja maupun tidak
disengaja. Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu serta menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Penyusun
I. PENDAHULUAN
Pelaksanaan evaluasi berbasis resiko akan menentukan dampak dan kecukupan upaya
kontroil yang ada, memprioritaskan kebutuhan, dan menerapkan tindakan perbaikan
berdasarkan tingkat kepentingan dan sumber daya yang tersedia.
Informasi ini akan memberi dasar bagi terciptanya sistem manajemen keselamatan yang
kokoh, serta membantu memprioritaskan berbagai upaya untuk meningkatkan
keselamatan dan keamanan.
Manajemen bahan kimia merupakan komponen yang sangat penting dari program
keselamatan laboratorium. Manajemen bahan kimia meliputi prosedur untuk pembelian
dan penanganan bahan kimia, ventilasi yang memadai, penggunaan peralatan
perllindungan diri secara tepat, peraturan dan prosedur lemba untuk tumpahan dan
keadaan darurat, penyimpanan bahan kimia, pelacakan inventaris bahan kimia,
pengangkutan dan pengiriman bahan kimia dan pembuangan limbah bahan kimia.
Peralatan kontrol teknik seperti lemari asam, merupakan metoda utama untuk
mengontrol bahaya di laboratorium bahan kimia. Peralatan pelindung diri, seperti kaca
mata pelindung percikan bahan kimia dan pelindung wajah, harus melengkapi peralatan
kontrol teknik.
Cara terbaik untuk mnciptakan budaya keselamatan di tempat kerja adalah dengan
memberi teladan yang baik sertiap hari dengan mematuhi dan menegakkan peraturan
dan prosedur keselamatan dan keamanan setiap hari. Sangatlah penting untuk
membentuk sistem pelatihan dan pembinaan semua orang yang bekerja di laboratorium
dan terdokumentasi dengan baik. Setiap lembaga harus menentukan saluran komunikasi
yang efektif tentang keselmatan bahan kimia dengan petugas di semua tingkat lembaga.
3. Limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif
sekecil mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang
mudah didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan, bentuk
yaitu cair, padat dan gas, tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ), tinggi-
rendahnya aktifitas, panjang-pendeknya waktu paruh dan sifatnya dapat dibakar atau
tidak.
Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif yaitu dilaksanakan oleh pemakai
secara perorangan dengan memakai proses peluruhan, peguburan dan pembuangan. Dan
dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan
Tanaga Atom Nasional (BATAN).
4. Limbah umum, limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah
kantong plastik diikat kuatdan dibakar di insinerator.
III. KESIMPULAN
REFERENSI
http://santi.blog.uns.ac.id/2010/02/28/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3-laboratorium
http://e-journal.uajy.ac.id/3052/3/2TS11587.pdf
http://fkg.unair.ac.id/filer/buku%20pedmn%20K3PSTKG.pdf
https://www.academia.edu/5609829/limbah_laboratorium
http://www.biologi.unud.ac.id/ind/wp/sop-laboratorium-di-biologi.doc
http://www.perkuliahan.com/makalah-keselamatan-kerja-di-laboratorium