1
seperti pada proses respirasi, fotosintesis, kemosintesis, sintesis protein, dan lemak
(Johnson, 1984).
Bahan :
1. Mencit putih jantan 2 ekor per-kelompok yang telah dipuasakan selama 2 hari
2. Pakan mencit (roti, keju, jagung, beras merah, sentrat, tempe, kelapa, dan
kacang tanah)
3. Air
Alat :
2
3. Kantong plastik
4. Pinset
5. Sarung tangan
6. Alat tulis
Bahan :
V. Prosedur Kerja
A. Praktikum 1. Efisiensi Metabolisme pada Mencit (Mus musculus)
1. Menyediakan 2 unit kandang mencit (A dan B) yang bersih dan lengkap
dengan wadah makanan dan minuman.
2. Meletakkan bahan makanan berupa pakan pada masing-masing 120 gram per
kandang dan air secukupnya dalam botol minuman.
3. Menimbang berat masing-masing mencit percobaan dan mencatat sebagai
berat awal (B0).
4. Memasukkan dua ekor mencit per kandang dan tempatkan pada posisi yang
aman dengan memperhatikan pencahayaan selama 6 hari.
5. Melakukan penimbangan berat badan mencit setiap dua hari, berat pakan yang
tersisah dan berat fesesnya. Selain itu juga diukur suhu kandang pada tiap
pengamatan.
6. Mencatat data pada tabel pengamatan dan melakukan penghitungan efisiensi
metabolisme mencit untuk dua perlakuan yang berbeda (jenis pakan).
7. Menghitung Efisiensi metabolisme dengan menentukan persentase pakan yang
diabsorbsi oleh mencit pada pencernaannya dari total pakan yang dikonsumsi.
EM (%) = BPk BF x 100%
BPk
3
Ket :
Menyajikan data hasil analisis dalam bentuk grafik yang meliputi nilai EM
dari awal hingga akhir pengamatan dan grafik perubahan berat badan rata-rata
mencit per perlakuan.
4
Parameter KELOMPOK
1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan :
BF = Berat feses
BM = Berat mencit
EM = Efisiensi metabolisme
5
Grafik 1 (Perubahan berat mencit)
Keterangan :
Berat mencit1 :
Berat mencit2 :
Berat mencit3 :
Keterangan :
Efisiensi metabolisme :
6
Praktikum 2. Efisiensi Metabolisme Pada Cacing Tanah (Pheretima sp.)
Keterangan :
Cacing hidup :
Cacing mati :
7
B. Pembahasan
Hasil praktikum yang didapat dari praktikum efisiensi metabolisme pada
mencit yaitu; pada keju dari 3 kali pengukuran mendapat rata-rata berat pakan
konsumsi sebanyak 10.15, rata-rata berat feses dari 3 kali pengukuran mendapat
hasil 0.22, rata-rata berat mencit dari 3 kali pengukuran mendapat hasil 0.95.
Berdasarkan hasil metabolisme mencit pada pakan keju dapat dikatakan kurang
efisien, ini dibuktikan oleh presentase metabolisme mencit yaitu 97,93%. Pada
keju berat pakan konsumsi, berat feses, dan berat mencit kurang sesuai, sebab
berat pakan konsumsinya relatif sedikit jika dilihat dari berat fesesnya sehingga
mencit mengalami penurunan berat badan berdasarkan persentase efisiensi
metabolisme sebanyak 97.93% (1). Pada jagung dari 3 kali pengukuran mendapat
rata-rata berat pakan kosumsi sebanyak 20.48, rata-rata berat fese dari 3 kali
pengukuran mendapat hasil 0.08, rata-rata berat mencit dari 3 kali pengukuran
mendapat hasil 0.85. Berdasarkan hasil metabolisme mencit pada pakan jagung
dapat dikatakan sangat efisien berdasarkan persentase efisiensi metabolisme
sebanyak 99.58% (2). Pada kelapa dari 3 kali pengukuran mendapat rata-rata
berat pakan kosumsi sebanyak 39.01, rata-rata berat fese dari 3 kali pengukuran
mendapat hasil 0.15, rata-rata berat mencit dari 3 kali pengukuran mendapat hasil
0.96. Berdasarkan hasil metabolisme mencit pada pakan kelapa dapat dikatakan
sangat efisien berdasarkan persentase efisiensi metabolisme sebanyak 99.61%
(3). Pada beras merah dari 3 kali pengukuran mendapat rata-rata berat pakan
kosumsi sebanyak 37.66, rata-rata berat fese dari 3 kali pengukuran mendapat
hasil 0.5, rata-rata berat mencit dari 3 kali pengukuran mendapat hasil 0.85.
Berdasarkan hasil metabolisme mencit pada pakan beras merah dapat dikatakan
cukup efisien berdasarkan persentase efisiensi metabolisme sebanyak 98.67%
(4). Pada roti dari 3 kali pengukuran mendapat rata-rata berat pakan kosumsi
sebanyak 47.33, rata-rata berat fese dari 3 kali pengukuran mendapat hasil 0.13,
rata-rata berat mencit dari 3 kali pengukuran mendapat hasil 0.71. Berdasarkan
hasil metabolisme mencit pada pakan roti dapat dikatakan sangat efisien
berdasarkan persentase efisiensi metabolisme sebanyak 99.72% (5). Pada kacang
dari 3 kali pengukuran mendapat rata-rata berat pakan kosumsi sebanyak 19.03,
rata-rata berat fese dari 3 kali pengukuran mendapat hasil 0.11, rata-rata berat
mencit dari 3 kali pengukuran mendapat hasil 0.46. Berdasarkan hasil
metabolisme mencit pada pakan kacang dapat dikatakan sangat efisien
8
berdasarkan persentase efisiensi metabolisme sebanyak 99.31% (6). Pada sentrat
dari 3 kali pengukuran mendapat rata-rata berat pakan kosumsi sebanyak 85.03,
rata-rata berat fese dari 3 kali pengukuran mendapat hasil 1.7, rata-rata berat
mencit dari 3 kali pengukuran mendapat hasil 0.51. Berdasarkan hasil
metabolisme mencit pada pakan sentrat dapat dikatakan cukup efisien
berdasarkan persentase efisiensi metabolisme sebanyak 98% (7). Pada tempe dari
3 kali pengukuran mendapat rata-rata berat pakan kosumsi sebanyak 19.1, rata-
rata berat fese dari 3 kali pengukuran mendapat hasil 0.11, rata-rata berat mencit
dari 3 kali pengukuran mendapat hasil 0.26. Berdasarkan hasil metabolisme
mencit pada pakan tempe dapat dikatakan sangat efisien berdasarkan persentase
efisiensi metabolisme sebanyak 99.42% (8). Dari data diatas, metabolisme mencit
yang paling kurang efisien terjadi pada pemberian pakan keju sedangkan
metabolisme yang paling efisien terjadi pada pemberian pakan roti. Faktor utama
yang memengaruhi efisiensi metabolisme pada mencit tersebut kemungkinan
adalah tingkat kesesuaian pakan yang diberikan dengan makanan alami dari
mencit itu sendiri dan juga kondisi kesehatan mencit. Mencit pada umumnya
memakan makanan sejenis biji-bijian atau makanan yang berasal dari tumbuhan
meski ia telah menyesuaikan diri untuk hidup dan mengonsumsi makanan sisa
rumah tangga. Oleh sebab itu apabila komposisi dan formula makanannya
mengandung atau lebih banyak mengandung bahan yang berasal dari hewan
seperti keju dan sentrat maka kemungkinan metabolismenya tidak akan sebaik
makanan yang berasal dari tumbuhan. Adapun yang memengaruhi efisiensi
metabolisme tersebut disamping karena faktor keseuaian makanan pada mencit
terdapat faktor lain yang memengaruhi salah satunya adalah kondisi mencit yang
tidak sesuai dengan kondisi tempat tinggal sebelumnya dan stres karena mencit
sering digunakan mainan oleh mahasiswa selain itu kondisi kandang yang kecil
dan seadanya.
Diantara semua media tanah yang digunakan hanya ditanah bebas masih
terdapat cacing yang hidup yaitu sebanyak 30% dan presentase perubahan berat
badan cacing sebanyak 45%, ini menunjukkan bahwa hanya ditanah bebas
metabolisme yang secara efisien dapat dilakukan. Ini disebababkan nutrisi dari
cacing tanah itu sendiri adalah dengan cara memakan tanah tempat ia hidup untuk
memeroleh bahan makanan berupa zat organik (detritivor). Oleh sebab itu, cacing
tanah akan kesulitan hidup di tempat yang minim bahan organik atau tidak
9
gembur seperti pasir karena menyebabkan metabolismenya terhambat atau
bahkan mati karena kurang tersedianya bahan makanan dan udara tidak bebas
masuk ke dalam tanah. Selain itu ada faktor lain yang memengaruh cacing untuk
bertahan hidup salah satunya yaitu pada kelas VC tempat meletakkan medianya
yang salah yaitu ditempatkan pada lemari yang suhunya cukup panas. Hal
tersebut memengaruhi metabolisme cacing menjadi kurang maksimal atau bahkan
mati.
VII. Simpulan
1. Pakan mencit memengaruhi presentase efisiensi metabolisme pada mencit dan
pada cacing media tanah yang memengaruhi presentase hidupnya
2. Kondisi mencit yang tidak sesuai dengan kondisi tempat tinggal sebelumnya,
stres, kondisi kandang yang kecil, dan seadanya dapat memengaruhi efisiensi
metabolisme pada mencit.
3. Tempat meletakkan media yang tidak tepat dapat memengaruhi hidup cacing
sehingga efisiensi metabolisme cacing tidak maksimal.
10
IX. Daftar Pustaka
Abbas, Nilla Djuita dan Putra Santoso. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.
Padang: Universitas Andalas
Campbell, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
11