Anda di halaman 1dari 7

AIR SEBAGAI KOMPONEN TUMBUHAN PUTRI TRI NINGSIH1)

1)

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Andalas Padang Email: putritri294@yahoo.co.id

ABSTRAK Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, yang menyusun 60 90% dari berat daun. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis, menentukan tekanan osmotic cairan sel, dan mengukur potensial air jaringan dengan metode chardakov. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Rhoe discolor, dengan hasil yang didapatkan untuk peristiwa plasmolisis larutan NaCl lebih cepat terplasmolisis daripada larutan sukrosa, tekanan osmotic cairan sel dengan persentase plasmolisis terbesar pada konsentrasi 0,12M. Kesimpulan pada praktikum ini potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semkain rendah potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Kata kunci: plasmolisis, deplasmolisis, Rhoe discolor, insipient plasmolisis dan tekanan osmotik

1. PENDAHULUAN Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, yang menyusun 60 90% dari berat daun. Jumlah air yang terkandung pada setiap tanaman berbeda beda, hal ini tergantung pada habitat dan jenis tumbuhan tersebut (Hendriyani, 2009). Fungsi air yang paling penting yaitu dalam reaksi reaksi biokimia dalam protoplasma yang dikontrol oleh enzim. Selain memberi fasilitas bagi berlangsungnya suatu reaksi biokimia, molekul air dapat berinteraksi secara langsung sebagai komponen reaktif dalam proses metabolisme di dalam sel (Dwidjoseputro, 1986). Menurut Nio (2011), fungsi lain dari air adalah menjaga turgiditas yang penting bagi perbesaran sel dan pertumbuhan. Turgor penting dalam membuka dan menutup stomata. Kekurangan air dalam jumlah yang besar menyebabkan kurangnya tekanan turgor pada tumbuhan. Air menjadi kebutuhan pokok bagi semua tanaman dan merupakan bahan penyusun utama dari protoplasma sel. Rhoe discolor merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh didaerah tropis. Umumnya tanaman ini tumbuh di daerah dingin dan cukup air (Fahn, 1991). Difusi adalah pergerakan molekul atau ion dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan yang konsentrasi rendah, sehingga kadar larutan tersebut merata. Kecepatan difusi tergantung pada tekanan, konsentrasi zat terlarut dan suhu

(Kimball, 1992). Osmosis adalah proses berpindahnya molekul molekul air dari larutan yang berkonsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis) melalui selaput semipermiabel (Dwidjoseputro, 1986). Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotic yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Jika anda merendam wortel ke dalam larutan garam 10% maka sel selnya akan kehilangan rigiditas. Hal ini disebabkan potensial air dalam sel wortel tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan potensial air pada larutan garam sehingga air dari dalam sel akan keluar ke dalam larutan tersebut (Limbangon, 2003). Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semkain rendah potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi potensial air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah (Hendriyani, 2019). Pada umumnya nilai potensial air dalam tumbuhan mempunyai nilai yang lebih kecil dari 0 bar, sehingga mempunyai nilai yang negative. Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Hendriyani, 2019). Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air, suatu ukuran datat yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu sistem. Potensial air mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk diukur dalam hubungannya dengan sistem tanah, tanaman dan atmosfir (Nio, 2011). Plasmolisis merupakan suatu fenomena pada sel berdinding dimana sitoplasma mengkerut dan membran plasma tertarik menjauhi dinding sel ketika sel melepaskan air ke lingkungan hipertonik (Campbell, 2009). Peristiwa ini terjadi bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonik atau memiliki potensial osmotic yang lebih tinggi. Dalam keadaan tersebut, air sel akan terdorong untuk berdifusi keluar sel menembus membran (osmosis). Dalam keadaan tertentu, sel masih mampu kembali ke keadaan semula bila jaringan dikembalikan ke air murni. Peristiwa ini dikenl sebagai gejala deplasmolisis (Suyitno, 2010). 1.1 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis, untuk mengukur tekanan osmotic cairan sel dan untuk mengetahui cara mengukur potensial air dengan metode chardakov. 2. Pelaksanaan Praktikum 2.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 26 Februari 2014 pada pukul 07.45 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Universitas Andalas, Padang.

2.2 Alat dan Bahan Percobaan A. Plasmolisis dan Deplasmolisis pada jaringan epidermis. Alatnya adalah mikroskop, kaca objek, cover glass, pisau, silet, dan pipet tetes. Bahannya adalah Rhoe discolor., sukrosa 1 M, atau NaCl 1 M.

Percobaan B. Penentuan tekanan osmosis cairan sel. Alatnya adalah pisau silet, tabung reaksi, pinset, dan gelas objek. Bahannya adalah Rhoe discolor yang masih segar, larutan glukosa dengan konsentrasi 0,24 :0,22 :0,20 :0,18 :0,16 :0,14 :0,12 :0,10 M Percobaan C. Mengukur potensial air dengan metoda chardakov. Alatnya adalah enam buah pipet berkapasitas 10 ml, tabung reaksi 6 buah, alat pengebor gabus, mikropipet atau syringe 6 buah. Bahannya adalah Daucus carota, larutan 0,1 :0,2 :0,3 :0,4 :0,5 :0,6 dan metilen blue. 2.3 Cara Kerja Percobaan A. Plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis. Permukaan epidermis bawah Rhoe discolor disayat selapis tipis dengan menggunakan pisau silet yang tajam. Potongan tersebut diletakkan pada kaca objek dan ditetesi 2 3 tetes air, ditutup dengan cover glass dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran rendah. Sel sel yang bewarna ungu ditepi irisan diamati antara lain adanya sel sel yang tidak berpigmen, adanya nucleus, dan partikel subsel lainnya didalam sel. Kemudian ditambah 2 3 tetes sukrosa 1 M diantara gelas preparat dan kaca penutup melalui salah satu sisinya. Air yang berlebihan di tepi kaca dilap dengan menngunakan tissue. Penambahan tetesan larutan sukrosa terus dilakukan sehingga ikut terserap oleh kertas tissue kedalam kaca. Kemudian diamati penurunan volume protoplas dan perhatikan benang benang sitoplasmatik tak berpigmen tetap melekat pada dinding sel dan dicatat waktunya. Lalu kertas tissue diletakkan untuk menyerap larutan sukrosa dan ditambahkan lagi beberapa tetes air disisi kaca berlawanan. Diamati dicatat waktu yang diperlukan untuk proses deplasmolisis yang terjadi. Lakukan hal yang sama untuk larutan Nacl 1 M. Percobaan B. Penentuan tekanan osmosis cairan sel. Disiapkan 7 buah tabung reaksi, diisi larutan glukosa atau sukrosa ke dalam tabung kira kira 1/3 bagian, satu tabung reaksi untuk satu konsentrasi. Kemudian disayat selapis tipis lapisan epidermis Rhoe discolor engan menggunakan pisau silet dan diamati pada mikroskop. Hitung jumlah sel yang bewarna ungu utuh kemudian dimasukkan kembali ke tabung reaksi dan dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, hitung kembali sel bewarna ungu yang masih utuh. Dicari konsentrasi sukrosa dimana 50% dari jumlah sel epidermis tadi telah terplasmolisis. Keadaan ini disebut dengan insipient Plasmolisis. Lalu tentukan potensial osmotic sel pada insipient Plasmolisis. Percobaan C. Mengukur potensi air dengan metoda Chardakov. Diisi tabung reaksi dengan larutan sukrosa yang telah disediakan masing masing sebanyak 10 ml. Dibuat potongan umbi Daucus Carota dengan menggunakan

pengebor gabus. Kemudian dimasukkan kedalam masing masing tabung reaksi 10 potongan tadi. Tabung reaksi ditutup dan dibiarkan selama 80 menit. Setiap 20 menit tabung digoyangkan untuk mempercepat terjadinya keseimbangan. Setelah 80 menit potongan umbi dikeluarkan, kemudian larutan sisa ditetesi dengan larutan asal yang konsentrasinya sama dan telah diwarnai dengan metilen blue, diamati gerakan larutan pengetas tadi.Dilihat apakah larutan tersebut jatuh kedasar, melayang, atau tenggelam pada sisa larutan. 3. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Hasil Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut : a. Plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis Rhoe discolor Sebelum plasmolisis setelah plasmolisis

Tabel percobaan 1 Perlakuan Deskripsi Waktu Plasmolisis dan deplasmolisis Pengamatan Sel Aquades Sel tampak normal dan pigmen warna pada sel merata Sukrosa 1M Setelah ditetesi 3 menit 27 detik 16 detik sukrosa 1M sel mengalami penyusutan, warna pigmen ungu pada sel terjadi pengurangan dalam waktu yang cukup lama NaCl 1M Membrane sel 15 detik 5 detik langsung mengkerut setelah ditetesi, dan terjadi

penambahan jumlah sel berpigmen ungu, jumlahnya hampir sama pada saat perlakuan diberi aquades b. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. c. Penentuan tekanan osmotik cairan sel Konsentrasi Unit Sel Utuh (M) Awal Akhir 0,24 214 70 0,22 188 113 0,20 209 86 0,18 311 90 0.16 186 96 0,14 100 50 0,12 182 41 0,10 276 139

Presentase plasmolisis 67, 2% 39% 58% 71% 48,3% 50% 77,4% 49,6%

Mengukur Potensi air jaringan dengan metoda chardakov Tabel percobaan 3 No Konsentrasi (M) Hasil Pengujian 1. 0,2 Melayang 2. 0,3 Melayang 3. 0,4 Merapung 4. 0,5 Merapung

3.2 Pembahasan 3.2.1 Plasmolisis dan Deplasmolisis pada jaringan epidermis Dari hasil pengamatan yang diperoleh, pada saat irisan jaringan epidermis Rhoe discolor ditetesi dengan air terlihat pada mikroskop pigmen bewarna ungu merata pada sel karena tidak terjadi peristiwa plasmolisis. Setelah dikeringkan dan ditetesi larutan sukrosa, terjadi plasmolisis sehingga pigmen bewarna ungu pada tepi jaringan menghilang sedikit demi sedikit. Hal itu terjadi dengan durasi 3 menit 27 detik, terlihat dinding sel berkerut dan terdapat batasan antara membrane sel dengan dinding sel. Larutan sukrosa dapat menyebabkan sel terplasmolisis karena potensi air pada sel lebih tinggi daripada di luar sel, sehingga cairan di dalam sel berdifusi ke luar sel. Setelah sukrosa diserap dengan tissue dan diberi air sel kembali mengembang. Hal tersebut merupakan peristiwa deplasmolisis dengan waktu 16 detik Sedangkan pada pengamatan menggunakan larutan NaCl, hasil yang terlihat adalah peristiwa plasmolisis berlangsung sangat cepat dengan waktu 15 detik yang ditandai dengan keluarnya cairan dari dalam sel dan mengakibatkan dinding sel berkerut, dan sel kembali ke bentuk semula dengan waktu 5 detik setelah ditetesi air ke sel Rhoe discolor dan menyerap cairan NaCl dari jaringan yang mengakibatkan air masuk ke dalam sel sehingga bentuk dan jumlah sel menjadi pulih kembali.

Berdasarkan dua perlakuan yang diberikan, peristiwa plasmolisis mengakibatkan dinding sel berkerut, dan jumlah sel berpigmen ungu berkurang. Menurut Campbell (2009), peristiwa plasmolisis terjadi karena larutan eksternal sel memiliki potensial air yang lebih kecil sehingga di dalam sel meninggalkan sel dengan cara osmosis. Pada bagian luar sitoplasma terdapat membrane plasma yang berfungsi sebagai pembatas antara satu sel dengan sel lain di sebelahnya. Selain itu membrane plasma juga berfungsi untuk mengatur lalu lintas materi yang akan masuk dan keluar dari sel. Masuk dan keluarnya zat, harus menembus membran plasma dan berlangsung secara aktif maupun pasif. Transpor pasif berlangsung dengan cara difusi, dan osmosis. Proses difusi adalah percampuran antara dua senyawa yang berbeda konsentrasinya, difusi terjadi dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat yang konsentrasinya rendah. Difusi juga terjadi pada sel, tetapi antara senyawa yang berbeda konsentrasinya itu terdapat membrane plasma yang mempunyai pori (osmos). Dengan begitu difusi pada membran harus melalui poripori membran plasma, proses ini disebut dengan osmosis (Salisbury and Rross, 1995). 3.2.2 Penentuan tekanan osmotik cairan sel. Dari hasil pengamatan tersebut, persentase plasmolisis didapatkan dari hasil penghitungan awal sel bewarna ungu dikurangi dengan hasil penghitungan akhir sel bewarna ungu dibagi dengan jumlah penghitungan awal sel bewarna ungu. Perbedaan hasil persentase plasmolisis disebakan perbedaan konsentrasi dan jumlah selisih yang didapatkan. Persentase plasmolisis tertinggi terjadi pada konsentrasi 0,12 M dengan pensentase 77,4% karena cairan sel yang keluar banyak hal ini sesuai dengan literatur bahwa sitoplasma keluar dari sel melalui membran sel terjadi karena sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonis terhadap cairan sel (konsentrasi sel yang besar), akibatnya cairan keluar dari vakuola dan menyebabkan vakuola menyusut (Dwidjoseputro, 1986). Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M jumlah sel yang mengalami plasmolisis telah mencapai 50%. Hal tersebut menandakan bahwa dalam kondisi tersebut merupakan kondisi yang isotonic, dimana dalam kondisi tersebut potential air yang ada di dalam sel epidermis Rhoe discolor maupun di luar sel (pada larutan sukrosa) menjadi sama, sehingga tidak terjadi lagi difusi air karena air yang masuk ke dalam sel epidermis Rhoe discolor dan air yang keluar meninggalkannya terdapat dalam jumlah yang sama atau dapat dikatakan terjadi keseimbangan dinamis. Jika potensial di dalam sel dan di luar sel sama, maka besarnya potensial osmosis yang ada di dalam dan di luar sel juga akan sebanding atau sama. 3.2.3 Mengukur Potensial air jaringan dengan metoda chardakov. Pada percobaan mengukur potensi air jaringan dengan metoda chardakov, hasil pengamatan pada konsentrasi 0,2 dan 0,3 M adalah melayang hal tersebut terjadi karena potensial air pada jaringan umbi sama dengan potensial air diluar. Sedangkan pada konsentrasi 0,4 dan 0,5 M hasil yang didapatkan adalah merapung karena potensial air didalam jaringan rendah daripada potensial air di luar. Menurut Salisbury and Ross (1995) adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Saat pengaturan potensial

osmosis maka potensial turgor harus sama dengan 0. Agar potensial turgor sama dengan 0 maka haruslah terjadi plasmolisis. Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola.

IV. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Peristiwa plasmolisis lebih cepat terjadi pada larutan NaCl 1M daripada larutan sukrosa 1M. 2. Persentase plasmolisis terbesar terjadi pada konsentrasi 0,12M, dan mengalami plasmolisis insipiet pada konsentrasi 0,16M dan 0,10M. 3. Larutan penguji yang melayang adalah konsentrasi 0,2 dan 0,3M sedangkan larutan penguji yang merapung adalah 0,4 daM 0,5M. 4. Air bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah.

4.2 Saran Sebaiknya dalam melakukan praktikum harus lebih teliti dalam penghitungan jumlah sel, melihat reaksi sel ketika diberi perlakuan dan aktif bertanya kepada asisten pendamping agar tidak terjadi kesalahan.

Daftar Pustaka

Campbell dan Reece. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta. Dwidjo, Seputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Fahn. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. Hendriyani, I. S. 2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan kacang panjang pada tingkat penyediaan air yang berbeda. J. Sains and Mat. 17(3): 145-150. Kimball, John W. 1992. Biologi. Erlangga. Jakarta. Limbongan, J. dan Maskar. Potensi Pengembangan dan Ketersediaan Teknologi Bawang Merah Palu DI Sulawesi Tengah. 2003. Jurnal Litbang Pertanian. 22(3). Nio, S. A., Cawthray. 2011. Pattern of Solutes Accumulated during Leaf Osmotic Adjusment as Related to Duration of Water for Wheat at the Reproductive Stage. Plant Physiology and Biochemistry. 49 (10): 1126-1137. Salisbury, F. B dan Cleon W, Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB. Bandung. Suyitno. 2010. Penuntun Praktikum Biologi Dasar II. Depdiknas. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai