Probandus
1
2
Rifqi
Senja
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Nurul
Teolina
Yenni
Neny
Hindun
Andi
Laila
Anggun
Aza
Hanggara
Agustina
Fitri
Nia
Machmudah
Theophile
Ulfa
Siti
Ade
Milade
Fajar
Rini
Putri Elfa
Afiannisa
Novita
Isvi
Amaliyah
Rika
Rata-rata
202"
127"
119"
165"
16.34"
16.47"
16.54"
115"
144"
133"
46'
31'
155"
156"
74"
188"
187"
54"
49"
50"
200"
71"
57"
25"
35"
126"
143"
104.08
108"
66"
58"
73"
7.36"
8.35"
8.23"
83"
125"
99"
32'
21'
78"
47"
57"
181"
162"
31"
41"
36"
190"
46"
55"
22"
29"
94"
109"
71.17
42"
54"
26"
36"
5.47"
6.40"
6.40"
64"
105"
68"
19'
15'
70"
40"
45"
62"
67"
22"
13"
18"
163"
31"
41"
25"
13"
65"
81"
47.35
Standar Deviasi
62.81885
49.78034
36.32238
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap milliliter darah
mengandung rata-rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel darah merah), yang secara klinis
sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah sebagai 5 juta per millimeter kubik
(mm3). Sel darah merah memiliki struktur yang jauh lebih sederhana dibandingkan
kebanyakan sel pada manusia. Pada hakikatnya, sel darah merah merupakan suatu
membran yang membungkus larutan hemoglobin (protein ini membentuk sekitar
95% protein intrasel sel darah merah), dan tidak memiliki organel sel, misalnya
mitokondria, lisosom atau aparatus Golgi. Sel darah manusia, seperti sebagian sel
darah merah pada hewan, tidak berinti.Namun, sel darah merah tidak inert secara
metabolis (Guyton, 2006).
Eritrosit memiliki membran yang bersifat selektif permeabel yang hanya dapat
ditembus oleh zat tertentu saja. Rusaknya membran dari eritrosit biasanya
disebabkan karena penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah,
penurunan tekanan pada permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu,
pemanasan dan pendinginan. Tapi, tidak semua eritrosit akan mengalami hemolisis
pada suatu konsentrasi larutan tertentu. Hal ini disebabkan eritrosit memilik
nilaitoleransi osmotik membran. Pada sel yang tua, nilai toleransi osmotiknyalebih
kecil dibandingkan pada sel yang muda. Atas dasar inilah dilakukan praktikum
tentang tekanan osmotik terhadap darah dilaksanakan untuk melihat bagaimana
proses hemolisis dan krenasi itu terjadi (Parker, 2004).
Pada praktikum kali ini membahas tentang keadaan sel darah merah jika
ditetesi dengan NaCl 0,7%, NaCl 1 %, NaCl 3%. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan, diketahui bahwa apabila sel-sel darah merah diberi larutan NaCl dengan
konsentrasi yang berbeda-beda, maka akan terjadi suatu proses perubahan baik itu
bentuk maupun dalam peristiwa metaboliknya. Pada setiap cairan dibutuhkan watu
yang berbeda-beda sampai darah mengalami kerusakan. Pada larutan NaCl 0,7%
rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk sel sampai krenasi adalah 104.08 detik, pada
larutan NaCl 1% rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk sel sampai lisis adalah 71.17
detik. Sementara itu, pada larutan ketiga yang berkonsentrasi 3% dibutuhkan waktu
rata-rata 47,53 detik. Hal ini karena larutan NaCl 3% lebih pekat daripada larutan
NaCl 1% dan 0,7% sehingga lebih cepat menyebabkan terjadinya proses difusi dari
cairan ekstrasel ke dalam sel darah merah sehingga cairan yang berada dalam sel
eritrosit keluar, sehingga membran selnya menjadi keriput yang disebut dengan
krenasi.
Menurut Sonjaya (2005), krenasi ialah peristiwa mengkerutnya sel darah
karena cairan dalam sel darah keluar menuju cairan eksternal yang konsentrasinya
lebih tinggi. Pada peristiwa keluarnya hemoglobin tersebut merupakan akibat dari
pecahnya membran karena sifatnya permeabel selektif yang memudahkan molekul air dan ion
Cl dari larutan NaCl masuk ke dalam sel darah merah,sehingga mengakibatkan sel
darah merahnya saling merapat dan akhirnya pecah karena tekanan dari molekul air
dan ion. Hemolisis yang terjadi pada peristiwa ini adalah hemolisis osmotik,
yaituhemolisis yang terjadi karena perbedaan besar tekanan antara di dalam sel
denganlingkungan atau pelarut NaCl.
Secara makroskopis, sel darah merah yang mengalami hemolisa bentuknya
bikonkaf, tetapi tidak mengandung hemoglobin sedangkan yang mengalami krenasi
bentuknya bikonkaf dan keriput dan tetap mengandung hemoglobin, sedangkan yang
normal bentuknya tetap bikonkaf dan tetap memiliki hemoglobin. Namun pada
praktikum kali ini hanya menggunakan larutan hipertonis saja sehingga darah hanya
mengalami krenasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa jika sel
darah merah dimasukkan ke dalam air murni maka akan terjadi proses difusi ke
dalam sel karena air bersifat hipotonis terhadap sel darah. Dinding sel dari sel darah
merah sangat rapuh dan tidak tahan akan peningkatan dalam sel sehingga pecah.
Jika sel darah merah dimasukkan ke dalam air laut maka cairan dari sel darah akan
keluar dengan cara osmosis sehingga pada akhirnya sel darah akan mengkerut. Hal
ini disebabkan karena air laut dalam sutau volume tertentu mengandung jumlah
molekul air yang lebih kecil dari volume yang sama dari sitoplasma sel darah merah
karena air laut tersebut hipertonis terhadap sitoplasma sel.
E. Kesimpulan
1. Pada larutan NaCl 0,7% rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk sel
sampai krenasi adalah 104.08 detik, pada larutan NaCl 1% rata-rata
waktu yang dibutuhkan untuk sel sampai lisis adalah 71.17 detik.