Laporan Praktikum
A. TUJUAN
Praktikum bertujuan untuk mengetahui kecepatan terjadinya hemolisis dan
krenasi eritrosit pada medium berbeda-beda dan mengetahui persentase hemolisis
eritrosit pada medium yang berbeda-beda.
B. DASAR TEORI
Darah merupakan suatu jaringan cair yang tersusun dari sel-sel yang berada
dalam matriks cair yakni plasma darah. Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Bentuk dan
ukuran eritrosit tergantung pada jenis hewan, pada mamalia, eritrositnya tidak
berinti, berbentuk bulat bikonkaf pada umumnya. Eritrosit pada vertebrata lain
berbentuk lonjong, bikonvek dan berinti. Pada umumnya eritrosit yang tidak
berinti mempunyai ukuran lebih kecil daripada eritrosit yang berinti. Diantara
eritrosit vertebrata, eritrosit amphibi memiliki ukuran yang paling besar (Soewolo,
2000). Darah manusia dan darah hewan lain terdiri atas suatu komponen cair,
yaitu plasma, dan berbagai bentuk unsur yang dibawa dalam plasma, antaralain sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah. Plasma
terdiri atas 90% air, 7 sampai 8% protein yang dapat larut, 1% elektrolitdan
sisanya 1-2% berbagai zat makanan dan mineral yang lain. Pada vertebrata
eritrositnya ada yang berinti dan berbentuk ellipsoid. (Ville et al., 1989).
Eritrosit adalah sel dasar berbentuk piringan yang mencekung di bagian tegah
dikedua sisi, seperti donat dengan bagian tengah menggepeng bukan lubang.
Eritrosit berbentuk piringan bikonkaf dengan garis tengah 8 mukrometer,
ketebalan 2 mikrometer di tepi luar, dan ketebalan 1 mikrometer di bagian tengah.
(Sherwood, 2009: 423). Sel darah merah (eritrosit) memiliki membran sel yang
bersifat semipermiabel terhadap lingkungan sekelilingnya yang berada diluar
eritrosit dan memiliki batas-batas fisiologi terhadap tekanan dari luar eritrosit.
Tekanan membran eritrosit dikenal dengan tonisitas yang berhubungan dengan
tekanan osmosis membran itu sendiri. Kekuatan maksimum membran eritrosit
menahan tekanan dari luar sampai terjadinya hemolisis dikenal dengan kerapuhan
atau fragilitas (Siswanto, 2014 : 64).
D. PROSEDUR KERJA
1. Koleksi Darah
Men-dislokasi leher mencit
Jika jantung sudah terlihat, ditusuk sedikit menggunakan syringe. Jika darah sudah
masuk ke dalam syringe, menarik secara perlahan hingga darah tersedot
Menyiapkan kaca benda, meneteskan larutan NaCl 0,9% pada kaca benda,
kemudian ditetesi sedikit darah mencit pada tetesan NaCl
Mengapus tetesan NaCl dan darah dan dicari bagian yang paling tipis, lalu
ditutupi dengan kaca penutup. Diamati kapan telah nampak hemolisis dan
dicatat waktunya.
Melakukan percobaan untuk larutan 0,5%, 0,3%, 0,1% NaCl, dan aquades
seperti langkah nomer 2 dan 3.
Menyiapkan tabung reaksi dan diisi dengan 0,1 ml sampel darah dan diberi label.
E. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel
1. Komponen Darah
Gambar Keterangan
1. Sel Darah merah
2. Inti
A
3. Presentase Hemolisis
F. ANALISIS DATA
1. Komponen Darah
G. PEMBAHASAN
1. Komponen Darah
Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu sel yang
terdapat didalam darah yang memiliki fungsi utama adalah sebagai
pengangkut hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan (Guyton, 2007). Eritrosit merupakan suatu sel kompleks yang
membrannya terdiri dari lipid dan protein, sedangkan bagian dalam sel
merupakan mekanisme yang mempertahankan sel selama 120 hari masa
hidupnya serta menjaga fungsi hemoglobin selama masa hidup sel tersebut
(Palmer and Williams, 2007). Eritrosit memiliki bentuk bikonkaf dengan
diameter sekitar 7,5μm dan tebal 2 μm namun dapat berubah bentuk sesuai
diameter kapiler yang akan dilaluinya, hal tersebut dikarenakan eritrosit
tidak memiliki inti sel.
3. Persentase Hemolisis
Darah merupakan cairan yang ada di dalam tubuh hewan tingkat
tinggi yang berperan penting dalam transportasi zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh. Darah juga mengangkut hasil metabolism
dan sebagai unit perlindungan diri dari serangan virus maupun bakteri
(Syafar & Hamsah, 2013). Berkaitan dengan menjalankan fungsi yang
amat penting tersebut, kondisi lingkungan tempat darah berada juga sangat
penting untuk diperhatikan. Pada keadaan tertentu, darah bisa mengalami
perubahan secara kimiawi dikarenakan ketidakcocokannya terhadap
kondisi lingkungan. Salah satu perubahan tersebut ialah Hemolisis.
Hemolisis merupakan suatu kondisi dimana darah berada dalam
lingkungan yang hipotonis, yaitu keadaan dimana cairan diluar sel
memiliki tekanan osmotic yang cenderung lebih rendah dibandingkan
dengan di dalam sel, sehingga cairan tersebut cenderung masuk ke dalam
sel (Pratiwi, 2006). Apabila cairan tersebut masuk secara terus menerus
kedalam sel darah, maka sel darah tersebut akan pecah. Hemolisis yang
terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen
hemoglobin menjadi 2, yaitu komponen protein dan komponen heme yang
akan dipecah menjadi 2 yakni zat besi dan bilirubin (Mallo, dkk. 2014).
Pada praktikum kali ini, darah yang telah diperoleh dimasukkan
kedalam 2 mikrotube. Mikrotube pertama berisi darah dan ditambahkan
Na oksalat, sementara mikrotube kedua hanya berisi darah saja.
Penambahan Na oksalat berfungsi sebagai zat antikoagulan, yaitu zat yang
mencegah penggumpalan atau pembekuan darah yang diperlukan dalam
membuat sampel darah (Turgeon, 2012).
Mikrotube pertama yang berisi darah saja akan didiamkan selama
30 menit lalu disentrifuge selama 15 menit pada 3000 rpm. Sementara
setelah darah dan na oksalat dihomogenkan pada mikrotube kedua, darah
akan diambil dengan pipet tetes dan dicampurkan dengan NaCl berbagai
konsentrasi dan aquades. Kemudian campuran darah ini akan disentrifuge.
Penggunaan sentrifuge ini bertujuan agar dapat diketahui apa saja bagian-
bagian yang menyusun darah. Komposisi darah dibagi menjadi 2 bagian
besar, yakni korpuskula yang berisi eritrosit, trombosit, dan leukosit, serta
plasma darah berupa larutan air yang mengandung albumin, bahan
pembeku darah, hormon, dan berbagai jenis protein serta garam (Mallo,
2014).
Hasil sentrifuge menunjukkan bahwa baik pada darah tanpa Na
oksalat maupun darah dengan Na oksalat dan NaCl berbagai konsentrasi,
terdapat 2 lapisan yang terbentuk dengan 2 warna berbeda. Bagian
endapan (pellet) berwarna merah cukup gelap sementara bagian bening
(supernatant) berwarna merah terang dan transparan. Bagian endapan yang
berwarna merah cukup gelap merupakan bagian korpuskula darah yang
mengandung zat protein darah, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Sementara bagian yang yang berada di atas endapan berwarna merah
terang merupakan plasma darah. Pembentukan 2 lapisan dari hasil
sentrifuge ini dikarenakan adanya perbedaan berat jenis antara plasma
darah dan korpuskula (Hamidah, dkk. 2013). Plasma darah yang
mengandung banyak air memiliki berat jenis yang lebih kecil dibanding
korpuskula, sehingga plasma darah dan korpuskula akan berpisah. Pada
beberapa literatur dan hasil penelitian, disebutkan bahwa adanya lapisan
diantara bagian plasma darah dan korpuskula darah pada hasil sentrifuge
darah tanpa Na oksalat. Lapisan tersebut bernama buffy coat yang
berwarna kelabu sampai keputih-putihan yang terdiri dari leukosit dan
trombosit (Dacie & Lewis, 2002).
Plasma darah merupakan cairan transparan yang berwarna
kekuning-kuningan yang volumenya kurang lebih 55%. Plasma darah
tersusun dari air, protein, dan nutrient-nutrien (Soewolo, 2005). Dalam
plasma darah pula terdapat albumin yang mempertahankan tekanan
osmotik koloid dan Gamma globulin yang mengantung antibodi
(Imunoglobulin) untuk perlindungan tubuh dari mikroorganisme (Mallo,
2014). Zat zat lain yang ada di dalam plasma darah ialah glukosa, asam
amino, lipida, berbagai mineral, hormon, dan vitamin-vitamin.
Korpuskula merupakan penyusun darah yang volumenya kurang
lebih 45%. Pada korpuskula, terdapat eritrosit, trombosit, dan Leukosit.
Eritrosit atau sel darah merah merupakan bagian yang dominan dalam
korpuskula karena berfungsi dalam pengikatan dan pengedaran oksigen
oleh hemoglobin. Trombosit atau keeping-keping darah memiliki fungsi
dalam proses pembekuan darah bila terjadi luka. Leukosit atau sel darah
putih yang kandungannya kurang lebih 0,25% memiliki fungsi sebagai
perlindungan tubuh dengan menjaga sistem kekebalan tubuh dan
membunuh bakteri atau virus yang mencoba masuk ke dalam tubuh
(Mallo, 2014).
H. KESIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Dacie, S.J.V. & Lewis, S.M. 1991. Practical Haematology. Singapore: Longman
Singapore Publisher.
Dietor, Delman H. 1992. Histologi Veterinner. Jakarta: UI press.
Hamidah, A., Putri, A.D., & Nispuanda, T. 2013. Pemisahan Bagian Darah.
Padang: Politeknik Kesehatan Kemenkes RI.
Mallo, P.Y. Sompie, S.R.U.A., Narasiang, B.S., & Bahrun. 2014. Rancang
Bangun Alat Ukur Kadar Hemoglobin dan Oksigen Dalam Darah dengan
Sensor Oximeter Secara Non-Invasive. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Palmer, A. and Williams, B. 2007. Simple Guides Tekanan Darah Tinggi. Jakarta:
EGC.
LAMPIRAN